Anda di halaman 1dari 2

Analisis data

Pada praktikum bioindikator dilakukan pengamatan pada sungai fmipa. Pada praktikum ini
dilakukan tiga pengulangan dengan tiga titik berbeda yaitu di kiri, kanan, dan tengah.
Kemudian didapatkan bebrapa hewan dalam perairan tersebur yaitu larva nyamuk (lalat)
dengan skor 5, kutu air dengan skor 0,cacing pipih dengan skor 5, kepiting sungai dengan skor
3, larva/ulat kantung air dengan skor 7, dan lintah dengan skor 3. Hewan yang membutuhkan
banyak oksigen terlarutdan tidak tahan terhadap pencemaran diberi skor tertinggi (10),
sedangkan yang dapat hidup di tempat yang sangat tercemar diberi skor paling rebdah (1-2).
Selanjutnya selain faktor biotik seperti hewam-hewa yang ditemukan, yaitu adanya faktor
abiotik seperti air, suhu, udara, dll. Air dalam keadaan normal dan tidak akan bewarna,
sehingga tampak being dan jernih , warna air dapat ditimbulkan atau dipengaruhi oleh
kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-
senyawa organik , serta tumbuh-tumbuhan. Pada hasil pengukuran kekeruhan air menggunakan
turbiditymeter yaitu dohasilkan 3 NTU. Selanjutnya pengukuran oksigen terlarut yang
merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan, hasil pengukuran menggunakan
DO meter yaitu 09,8 mg/l. Selanjutnya faktor abiotik lain yaitu suhu, variasi suhu dalam air
tidak sebesar jika dibandingkan di udara hal ini merupakan faktor pembatas utama karena
oeganisme akuatik seringkali memiliki toleransi yang sempit (odum, 1993). Pada hasil
pengukuran suhu yaitu 30 derajat celcius.
Pembahasan
Bentos meruoakan organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalama atau pada
sedimen dasar perairan (barus, 2004). Pada praktikum ii ditemukan yaitu larva nyamuk (lalat)
dengan skor 5, kutu air dengan skor 0,cacing pipih dengan skor 5, kepiting sungai dengan skor
3, larva/ulat kantung air dengan skor 7, dan lintah dengan skor 3 yang merupakan
makrozoobenthos yang sebagian besar atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan (welch,
1980). Pada pemberian skor terhadap makrozoobenthos yaitu menghunakan papan skor
sehingga didapatkan skor tinggi dan rendah. Pada hewan yang membutuhkan banyak oksigen
terlarutdan tidak tahan terhadap pencemaran diberi skor tertinggi (10), sedangkan yang dapat
hidup di tempat yang sangat tercemar diberi skor paling rebdah (1-2). Makrozoobenthos dipilih
sebagai indikator biologi perairan sungai karema hidupnya relatif menetap atau disebut sessil
dengan daur hidup yang relatif lama , kelimpahan dan keanekaragammanyya tinggi, serta
memiliki kemampuan merespon kondisi kualitas air secara terus menerus mulai dari tingat
seluler sampai struktur komunitas , dan mudah dianalisa (Chessman, 2003). Selain itu
menururt Chesmaan (2003), struktur komunitas dari makozoobenthis serigkali dapat digunakan
sebagai bindikayor lingkunga karema yang mewakili kondisi lokalnya, sehingga hewan ii
cocokk untuk digunakan dalam penilaian pengaruh aktivitas antropogenik pada tempat
spesisik. Identifikai makrozoobenthos relatif mudah hingga sampai ti gkat family dan banyak
juga dari taksa yang tergolong toleran dapat diidentifikasi sampai pada level genus. Selain itu
untuk memudahkan identifikasi adanya kunci determinasi. Faktor abiotik yang mempengaruhi
yaitu seperti suhu, pada sungai fmipa yang dijadikan tempat percobaan bioindikator dihasilkan
suhu 30 c. Perubhana ushu menyebabkan pola sirkulasi yag khas dan stratifikasi yang amat
mempengaruuhi kehidupan akuatik (ODUM, 1993). Temperatr meruakan faktor pembatas
bagi pertumbuhan hewn bentos, batas toleransi terhadap suhu tergantung spesiesnya .
umumnya suhu leih dari 30deratajat dapat menenkan pertumbhan populai hewan bentis (baru
2004). Semakin tinghi suhu air maka semaki rendh daya larut oksigen dalam air, begitupun
sebaliknya (Ghufran da baso, 2007). Menurut welch 1980 subu yang berbahaya untuk makro
zoobenthis adalah berkisar anatara 35-40, sedankan pada sunai fmipa 30 derajat yang artinya
tidak berbahaya bagi makrozoobenthis. Karena pengaruh suu sevara tidak langsung
mempengarhi metbalisme , daya larut gas, sera reaksi kima dam air. Warna serta kekurhan air
dapat disebaknan oleh adanya bahan tersuspensi (bahan orgnik, mikroorgansme dan bebrapa
prtikel cemaran lain) effendi 2003). Kekeruhan dapat berberpa sebgaai idikator bagi
produktivitas hayati perairan jika kekeruhan itu disebabkan oleh bahan-ahan organik, dan
organisme hifup , batas maksimum kekeruhan bagi biota air adaah 30 NTU. Hasl pengukuan d
sunai fmipa yaitu 3 NTU. Persiaria yan keruh tidak disukai oleh organisme biota air karen
adapat menggangun perkembangan dn sistem pernapasan sehingga enghambat peryumbuhan
terutama pada makrozoobenthis. Selanjutnya yait dilakukan pengukurn terhadap osigen terlarut
di sungai fmpia, hailya ayitu 09,8 mg/l. Oksigen terlaurt diguanak sebagai untuk proses
respitasi bagis eagian besar organisme air. . osigen di dalam air bersumber terutama dari adanya
kontak anatar permukaan aiar denga udara dann dari proses foto sintesis. Kisaran toeransi
makrozoobenthis terhadap oksigen terlatut berbeda-beda rus 2004. Dapa bethan jika ada
oksigen terlautMI IMUM SEBNYAK 5mg/l dans elebihnya tergantung organisme trsbt
ssatrawidjaya 1991. Pada sungai fmpa yang tela tercemar, menurut efeendi 2003 su gai yang
tela tercemar kandungan oksigennya rendah. Dekomposisi dan oksidadi bahan organik dapat
mengurangi kadar ogsigen terlautrt hingga mencapai no;(anaerob).
Dikaitkan dengan hewannya juga setap faktor abiotik ja lupa

Anda mungkin juga menyukai