Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk (puncak) batang. Dominansi apikal
adalah persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih
ada tunas pucuk/apikal, pertubuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari
pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah
(polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral
karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk apical merupakan tempat memproduksi
auksin (Tjitrosoepomo, 1998).
Thimann dan Skoog menunjukkan bahwa dominansi apikal disebabkan oleh auksin yang
didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral, hal ini akan
menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi
auksin yangtinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk
(Dahlia, 2001). Penghentian dominansi apikal sementara dengan memotong pucuk akan
memengaruhi kondisi hormon tanaman. Melalui perlakuan ini, auksin yang terakumulasi pada
daerah pucuk akan terdistribusi ke bagian meristem yang lain seperti buku di daerah dekat
mata tunas (Sutisna, 2010).
Auksin adalah zat yang ditemukan pada ujung kara, batang, pembentukan bunga yang
berfungsi untuk pengatur pembesaran sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon
auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman nama lain dari hormon ini
adalah IAA atau Asam Indol Asetat. Hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung
akar, fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan
baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat pematangan buah,
mengurangi jumlah biji dalam buah. Salah satu fungsi auksin adalah mematahkan dominanis
pucuk atau apikal yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang
(Salisbury, 1992).
Meristem adalah jaringan yang sel-selnya tetap bersifat embrional artinya mampu terus
menerus membelah diri tak terbatas untuk menambah jumlah sel tubuh. Sel penyusun meristem
biasanya isodioometrik dan berdinding tipis serta realtif lebih kaya protoplas dibandingkan dengan
sel-sel jaringan dewasa walaupun tidak menemukan kriteria umum secara morfologis untuk
membedakan sel meristem dan sel jaringan dewasa yang belum mengalami spesialisasi.
Kemungkinan sl-sel meristematik yang besar atau suatu sel inisiasi, atau sel yang dekat dengan sel
inisial makin besar makin banyak vakuolanya (Wilkins, 1989)
Meristem apikal berasal dari organ lain tidak berasal dari embrio tetapi berasal dari jaringan
sekunder yang sudah dewasa seperti meristem sekunder meskipun struktur dan fungsinya adalah
meristem primer. Meristem apikal dibagi menjadi dua daerah penting yaitu: promeristem,
prokambium dan meristem dasar yang dapat dibedakan. Promeristem akan menghasilkan sistem
epidermal, meristem apikal daerah prokambium menghasilkan jaringan pengangkut primer dan
meristem dasar akan membentuk jaringan dasar pada tumbuhan seperti parenkima, sklerenkima,
korteks, dan empulur serta kolenkima korteks (Lakitan, 2007).
Berdasarkan posisi meristem pada tumbuhan meristem dibagi sebagai berikut (Guritno, 1995):
1. Meristem apikal, yang terdapat pada pucuk sumbu batang dan akar pokok serta
cabangnya.
2. Meristem interkalar, yang terdapat diantara jaringan dewasa seperti jaringan pada pangkal
ruas rumput-rumputan.
3. Meristem lateral, yang letaknya pararel dengan lingkaran organ tempat meristem tersebut
ditemukan.
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks yang merupakan proses yang
vital menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap tanamana atau bagiannya
dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan volumenya. Pertumbuhan tanaman setidaknya
menyangkut beberapa fase atau proses diantaranya (Dwijoseputro, 1983).
1. Fase pembentukan sel.
2. Fase perpanjangan dan pembesaran sel.
3. Fase diferensiasi sel.
Alat : Bahan :
1. Polybag 1. AIA
2. Cetok 2. Etanol
3. Cangkul 3. Aquades
4. Gunting
5. Penggaris
6. Cawan petri
7. Mortar
8. Pistil
9. Gelas ukur
DAFTAR RUJUKAN
Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan.Malang: UM Press
Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta : UGM Press.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salisbury F.D, Ross C. W. 1992. Fisiologi tumbuhan jilid I edisi IV alih bahasa Luqman RR dan
Sumaryono. Bandung:ITB Press
Sutisna. 2010. Teknik Mempercepat Pertumbuhan Tunas Lateral untuk Perbanyakan Vegetativ
Anthurium dengan Aplikasi GA3 dan BA. ( Vol. 15 ) No. 2 . hal: 56-59.
Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. Yogyakarta: UGM Press.
Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.