Meristem apikal berasal dari organ lain tidak berasal dari embrio tetapi
berasal dari jaringan sekunder yang sudah dewasa seperti meristem sekunder
meskipun struktur dan fungsinya adalah meristem primer. Meristem apikal dibagi
menjadi dua daerah penting yaitu: promeristem, prokambium dan meristem dasar
yang dapat dibedakan (Lakitan, 2007).
Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk (puncak) batang.
Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan
konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas
pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas
pucuk atau apikal, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu
dari pucuk. (Morris, 2006)
Dominansi apikal disebabkan oleh auksin yang di difusikan tunas pucuk
ke bawah ( polar ) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat
pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk
apikal merupakan tempat memproduksi auksin. (Dahlia, 2001)
Penghentian dominansi apikal sementara dengan memotong pucuk akan
memengaruhi kondisi hormon tanaman. Melalui perlakuan ini, auksin yang
terakumulasi pada daerah pucuk akan terdistribusi ke bagian meristem yang lain
seperti buku di daerah dekat mata tunas (Sutisna, 2010) .
Auksin merupakan hormon pertama yang ditemukan dan disintesis dalam
batang, akar apeks dan di transportasikan di aksis tanaman. Hormon auksin
diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominansi apikal
biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pertumbuhan
akar, batang, dan daun (Hopkins, 1995).
Dominansi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk
tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat
bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral atau ketiak
daun. Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA
yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya
(Salisbury, 1995).
Sintesis auksin terjadi pada bagian tanaman yang sedang mengalami
pertumbuhan atau pada bagian meristematis, terutama pada ujung batang. Auksin
yang disintesisi pada ujung batang ini akan ditransport secara basipetal ke bagian
batang yang lebih bawah. Hal ini menyebabakan terakumulasinya auksin pada
ketiak daun dibawahnya yang berakibat inisiasi pembentukantunas lateral pada
ketiak daun terhambat atau terjadi dormansi tunas apikal, karena inisiasi
pembentukan tunas lateral mensyaratkan konsentrasi auksin yang lebih rendah
dibandingkan konsentrasi auksin optimal untuk pertumbuhan memanjang
batang (Darmanti, 2009).
Jika meristem apikal diganti dengan sumber IAA yang dapat mendorong
atau menghambat tumbuh tergantung konsentrasinya dan jenis jaringan dimana
IAA berkerja. Meristem apikal dan daun-daun muda adalah pusat-pusat sintesa
IAA, dan IAA dari pusat-pusat ini ditransport ke bagian bawah batang sehingga
menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun tua tidak cukup
kuat dihambat kerena konsentrasi IAA yang rendah dan dapat berkembang
menjadi cabang (Suwasono, 1983) .
Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat
sampai jarak tertentu dari pucuk. Pada batang sebagian besar, kuncup apikal
memberi pengaruh yang menghambat kuncup terhadap tunas lateral dengan
Daftar Rujukan
Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. UM Press: Malang.
Darmanti. 2009. Struktur Dan Perkembangan Daun AcalyphaindicaL Yang
Diperlakukan Dengan Kombinasi IAA Dan GA PadaKonsentrasi Yang
Berbeda. Jurnal ( Vol 11 ) No. 1 Hal:40-45.
Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Yogyakarta: Cakrawala
Hopkins. 1995. Introduction to Plant Physiology. New York: John Willey and
Sons, Inc.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Morris. 1996. Exogenous Auxin Effects on Lateral Bud Outgrowth in Decapitated
Shoots. Jounals Annals of Botany 78: 255-266
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I edisi IV. Bandung: ITB Press
Sutisna. 2010. Teknik Mempercepat Pertumbuhan Tunas Lateral untuk
Perbanyakan Vegetativ Anthurium dengan Aplikasi GA3dan BA (Vol.
15) No. 2.hal: 56-59.
Suwasono. 1986. Hormon Tumbuhan. Jakarta: CV. Rajawali.
Wattimena. 1998. Zat Pengatur Tubuh Tanaman. Bogor: Pusat Antar Universitas
Bogor.