“SITOPLASMA”
ANALIS KESEHATAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah biologi molekuler ini dengan lancar.
Makalah tentang “Sitoplasma” ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
biologi molekuler yang di berikan Bapak Suhariyadi.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Suhariyadi selaku dosen pembimbing mata
kuliah biologi molekuler serta teman-teman maupun pihak yang turut membantu terselesainya
makalah ini.
Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang Tak retak” begitupun makalah yang kami buat
ini pun masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan. Terimakasih
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Mengetahui teori sitoplasma
2. Mengetahui sejarah sitoplasma
3. Mengetahui pengertian sitoplasma
4. Mengetahui fungsi sitoplasma
5. Mengetahui struktur utama penyusun sitoplasma
6. Mengetahui sifat-sifat sitoplasma
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dalamnya biasanya tersuspensi organel-organel sitoplasma. Berbagai nama telah diberikan seperti
“substansi dasar”, “hialoplsma”, “sitosol”, dan lain-lain. Sebagian besar adalah air yang di
dalamnya terlarut banyak molekul kecil-kecil dan ion serta juga sejumlah besar protein.
Sebenarnya, jumlah enzim yang teramat perlu bagi metabolisme sel terdapat di sini. Namun
sebagian besar fungsi sitoplasma itu merupakan fungsi organel-organel yang terdapat di
dalamnya.
3
yang serba sama (homogen), melainkan cairan yang beraneka ragam (heterogen). Koloid ini
terdiri dari air, senyawa organik yaitu protein, gula, lemak, enzim, hormon, dan garam mineral.
Gambar 1 . Sitoplasma
4
2.5 Struktur utama penyusun sitoplasma
Secara garis besar, sitoplasma terdiri atas tiga bagian utama yaitu matriks, organel
sitoplasma, dan inklusi sitoplasma.
1. Matriks Sitoplasma
Matriks sitoplasma atau bahan dasar sitoplasma disebut sitosol. Sitoplasma dapat berubah
dari fase sol ke gel dan sebaliknya. Matriks sitoplasma tersusun atas oksigen 62%, karbon
20%, hidrogen 10%, dan nitrogen 3% yang tersusun dalam senyawa organik dan anorganik.
Unsur-unsur lain adalah : Ca 2,5%; P 1,14%; Cl 0,16%; S 0,14%; K 0,11%; Na 0,10%; Mg
0,07%; I 0,014%; Fe 0,10%; dan unsur-unsur lain dalam jumlah yang sangat kecil.
Kedua istilah matriks sitoplasma dan sitosol biasanya dipakai untuk menyebut komponen
sitoplasma yang bukan organel yang mengisi ruang intrasel di antara organel dan inklusi.
Bagian sitoplasma ini mengandung banyak protein terlarut, termasuk protein pembentuk
organel dan enzim terlarut yang terlibat dalam metabolisme antara. Di dalam sitosol terdapat
pula substrat dan produk banyak reaksi enzim berbeda. Unsur sitosol penting lainnya adalah
molekul kecil dan ion-ion yang meningkatkan efissiensi reaksi metabolik tertentu dan ikut
membentuk suasana intrasel yang unik. Penampilan komponen yang dapat dikatakan tanpa ciri
ini seperti yang terlihat dalam sajian, untuk mikroskop elektron yang dipulas dengan cara
konvensional dan juga seringnya penggunaan istilah sitosol, cenderung memberi kesan bahwa
komponen ini merupakan bagian cair sitoplasma dan tambahan lagi memberi kesan bahwa ia
tidak berstruktur dan juga cair. Namun tidak cukup bukti untuk menyokong pandangan ini,
khususnya pada tingkat molekular, dan sejumlah observasi sebenarnya bertentangan
dengannya.
Enzim dapat dipertahankan pada posisi sesuai agar dapat menghasilkan substratnya secara
efisien, meniru caranya enzim terorientasi dalam membran. Oleh karena itu terdapat alasan
untuk percaya bahwa hampir semua unsur di dalam sitoplasma tidak secara leluasa dapat
bergerak dan bahwa matriks sitoplasma merupakan bahan supernatan (bahan yang mengapung
di atas bahan cairan lain, seperti minyak di atas air) intrasel yang tidak berstruktur dan
homogen, terdiri atas molekul yang berdifusi bebas atau semata-mata bagian cair sitoplasma
tempat tersuspensi organel-organel secara bebas, tidak dapat dipertahankan lagi.
Struktur-struktur dalam matriks sitoplasma antara lain :
Filamen
Terdapatnya struktur seperti benang dalam matriks sitoplasma yang tidak berbentuk telah
diketahui pada beberapa jenis sel dengan mikroskop cahaya. Struktur ini disebut fibril yang
dibedakan dari fibers yaitu istilah untuk struktur seperti benang yang lebih kasar, misalnya
5
serat otot skelet. Serat-serat tampak dengan mata biasa atau pada pembesaran rendah,
sedangkan fibril hanya dapat dilihat pada mikroskop cahaya dengan pembesaran yang tinggi.
Istilah fibril tergantung pada mancam jenis sel diman fibril itu terletak misalnya, pada sel otot
disebut miofibril (G. Mys=otot), pada sel-sel saraf yaitu neurofibril (G. Neuron=saraf) dan
pada sel epitel tertentu yaitu tono fibril (G. Tonos=tegangan), karena diduga ini penting untuk
tegangan sel sehingga bentuk seluler dipertahankan.
Dengan mikroskop elektron tampak bahwa fibril terdiri atas berkas-berkas elemen seperti
benagng yang lebih halus yang disebut filamen. Saat ini filamen terutama dianggap
membentuk sturktur dasar kontraktilitas. Kontraktilitas adalah sifat dasar protoplasma yang
tercakup dalam fenomena penting seperti fagositosis, pinositosis, dan pergerakan amuboid.
Pada kebanyakan sel filamen terdapat dalam zona ektoplasma yang sempit, dimana filamen
berjalan dalam berkas yang sejajar atau membentuk jala-jalayangpadat.
Seperti yang telah disebutkan, sel-sel otot adalah khusus untuk kontraksi dan berisi
sejumlah besar filamen yang disebut miofilamen. Pada sel-sel otot bercorak, terdapat kedua
jenis filamen, jenis pertama mempunyai diameter sekitar 5nm dan berisi protein aktin, jenis
filamen lainnya lebih tebal sekitar 12nm dan berisi protein miosin. Filamen-filamen aktin dan
miosin tersusun sejajar dan secara relatif dapat bergeser satu sama lain. Hal ini mengakibatkan
pemendekan sel otot. Fragmen meromiosin berat dapat mengikat ujung tempat spesifik pada
filamen aktin. Karena itu filamen membentuk suatu sudut dengan filamen aktin dan jika suatu
seri tempat ikatan ditempati oleh fragmen meromiosin berat didapat gambaran sangat khas
seperti “ujung panah”. Filamen sitoplasma yang berisi aktin dapat diidentifikasi melalui
perlakuan sajian dengan suatu larutan meromiosin berat. Dengan cara ini tampak bahwa
mikrofilamen sitoplasma berisi aktin, diekstraksi dari sel-sel ototdan jenis sel lainnya dan sam
dalam sifat-sifat molekulnya. Selain itu, semua aktin mempunyai kemampuan untuk
berpolimerisasi timbal balik di bawah keadaan yang sesuai dan berinteraksi dengan miosin.
Seperti disebutkan, kontraksi mencakup sejumlah fenomena dalam sel fagositosis dan
pinositosis, pergerakan amuboid, aliran sitoplasma dan mikrofilamen diduga merupakan dasar
elemen dalam kontraksi jenis ini. Filamen sedang terdiri atas macam-macam filamen dengan
sifat biokimia dan fungsi yang bervariasi, dan istilah grup utama filamen-filamen ini bersama-
sama berdasar pada diameter filamen, terletak di tengah-tengah di antara mikrofilamen dan
miofilamen. Filamen sedang yang berbeda jenisnya terdiri atas yang berbeda berat molekul
yang bervariasi yang kurang khas daripada aktin dan misin karena kesulitan melarutkan
filamen sedang dalam bentuk aslinya. Berkas-berkas dibentuk oleh filamen sedang dengan
mikroskop cahaya tampak sebagai fibril dalam sel epitel tertentu, misalnya tonofibril pada sel-
6
sel tertentu, filamen sedang pada sel otot, neurofilamen pada sel saraf dan filamen glia pada
sel-sel glia. Fungsinya terutama untuk menghasilkan bantuan mekanis sebagai komponen dari
sejenis sitoskleton.
Mikrotubulus
Yang disebut mikrotubulus juga terdapat tunggal dalam matriks sitoplasma semua sel-sel
eukariota adalah penemuan yang lebih belakangan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
mikrotubulus yang terdapat tersebar adalah kurang stabil dan menghilang oleh fiksasi selama
pendinginan atau dengan fisatif seperti osmium tetroksida. Mikrotubulus mempunyai diameter
luar sekitar 25 nm dan pada potongan melintang tampak struktur seperti cincin dengan dinding
yang padat elektrontebalnya sekitar 6 nm dan tengahnya lebih pucat. Dinding dibentuk dari sub
unit globular dengan diameter 4 nm, mungkin tersusun dalam heliks filamen mentosa dengan
sub unit tiap putaran heliks. Mikrotubulus mungik terdapat dimana-mana namu, mikrotubulus
sering tampak tersebar di atas sentrosom, dimana mikrotubulus itumungkin berakhir pada
satelit. Satelit merupakan struktur kecil yang padat yan terdapat yang berkaitan dengan sentriol
. Selain itu, mikrotubulus adalah bagian khas sel-sel saraf, terutama dalam tonjolan panjang
seperti benang yaitu akson dan disebut neurotubulus. Pada kebanyakan sel, mikrotubulus
jumlahnya relatif sedikit pada interfase, tetapi berkaitan dengan pembelahan sel dibentuk
sejumlah besar mikrotubulus yang menyusun aparatus kumparan. Mikrotubulus sitoplasma
aisusun oleh sub-unit protein yang seragam mikrotubulusnya dari berbagai jenis sel. Istilah
tubulin, yang digunakan untuk protein utama dalam silia dan flagel, sekarang secara umum
digunakan juga untuk mikrotubulus sitoplasma. Tubulin adalah dimer dengan berat molekul
sekitar 110.000. Seterusnya tubulin dapat dipisahkan menjadi dua monomer dengan berat
molekul sekitar 55.000. Mikroutubulus didapat melalui polimerisasi dari sejumlah dimer bebas
dan diduga bahwa ada keseimbangan dinamis antara tubulus polimerisasi dan tubulus yang
tidak berpolimerisasi, sehingga pergeseran dalam tingkat polimerisasi mengakibatkan
hilangnya atau terbentuknyamikrotubulus. Dalam kaitan ini, sangat menarik bahwa alkaloid
tanaman colchicine dan vinblastin dapat berikatan pada dimer tubulin, setelah itu tubulin tidak
dapat berpolimerisasi menjadi mikrotubulus. Fungsi mikrotubulus sitoplasma telah jelas
melalui percobaan mempergunakan colchicine dan vinblastin . Terpisah dari efek pada
pembelahan sel, colchicine dapat mempengaruhi transport aksoplasma, yang merupakan dasar
suatu dugaan bahwa neurotubulus tercakup dalam transport intraseluler dan untuk pergerakan
organel dan inklusi. Akhirnya, mikrotubulus membantu mempertahankan bentuk sel dan
merupakan bagian sitoskleton.
7
2. Organel Sel Sitoplasma
Organel sel adalah benda-benda solid yang terdapat di dalam sitoplasma dan bersifat hidup
(menjalankan fungsi-fungsi kehidupan), antara lain :
1. Mitokondria adalah organel-organel lipoprotein dalam plasma sel, berbentuk butir, batang
atau benang yang mempunyai daya memperbanyak sendiri, terdiri dari suatu selaput luar
dan dalam yang mengandung fosfat dan beberapa enzim yang berfungsi di dalam
pemberian makanan dan pernapasan sel.
2. Plastida adalah badan organel yang terdapat dalam sitoplasma kebanyakan sel tumbuhan,
dapat beberapa organel persediaan atau organel fotosintesis (kloroplas).
3. Vakuola merupakan ruangan di dalam sitoplasma yang berisi cairan yang isotonik dengan
sitoplasma dan dikelilingi oleh satu selaput.
4. Ribosom merupakan suatu dari sejumlah besar partikel nukleoprotein subsel yang tersusun
atas RNA dan protein yang merupakan situs sintesis protein di dalam sel.
5. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan jalinan membran rangkap yang menyerupai jala,
merambat ke seluruh bagian sitoplasma, yang membagi sitoplasma menjadi ruangan-
ruangan atau saluran-saluran.
6. Badan golgi merupakan benda berbentuk kantung pipih, terdapat pada sitoplasma
tumbuhan atau hewan, terutama pada sel-sel sekresi, yang berfungsi sebagai alat untuk
mengeluarkan kelebihan protein keluar dinding sel atau untuk mengangkut polisakarida
untuk pembentukan dinding sel.
7. Lisosom merupakan butir-butir berbentuk lonjong dalam sitoplasma sel hewan, banyak
mengandung enzim penghidrolisis, berfungsi untuk menguraikan polisakarida, lemak,
protein, dan asam nukleat, juga berperan dalam menghancurkan sel-sel mati dari jaringan
yang rusak dan digantikan dengan sel-sel baru.
8. Mikrofilamen, seperti mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen
utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam
pergerakan sel.
9. Sentrosom (sentriol) merupakan struktur berbentuk bintang yang berfungsi dalam
pembelahan sel (mitosis maupun meiosis). Sentrosom bertindak sebagai benda kutub
dalam mitosis dan meiosis.
10. Mikrotubulus, berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk
sel dan sebagai “rangka sel”.
8
11. Peroksisom (badan mikro), ukurannya sama seperti lisosom. Organel ini senantiasa
berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase
(banyak disimpan dalam sel-sel hati).
3. Inklusi Sitoplasma
1. Inklusi dapat diartikan sebagai komponen-komponen sel yang dapat disimpan, yang
mungkin disintesa oleh sel itu sendiri atau diambil dari sekitarnya dan sering berada dalam
sel hanya untuk sementara. Istilah itu sekarang terutama digunakan untuk penyimpanan
nutrisi dan pigmen-pigmen tertentu. Penyimpanan nutrisi hanya karbohidrat dan lipid
disimpan dalam bentuk inklusi pada sel-sel hewan, sedangkan protein terdapat dalam sel
terikat dalam struktur protoplasma atau larut dalam matriks. Dari tempat penyimpanan yang
penting ini, asam-asam amino dapat dilepaskan jika terdapat kekurangan nutrisi.
Berikut penjelasannya :
Karbohidrat
Sel-sel hewan menyimpan karbohidrat dalam bentuk glikogen. Terutama sel-sel hati dan
juga sel-sel otot menyimpan glikogen, tetapi sejumlah kecil glikogen terdapat di dalam
sitoplasma kebanyakan sel-sel. Glikogen tidak terwarna dalam sajian histologik rutin, oleh
karena itu pada sajian yang diwarnai misalnya dengan HE, tampak bentuknya tidak teratur,
tampak ruang kecil yang kosong dalam sitoplasma yang berwarna merah muda. Namun
glikogen dapat diamati dengan reaksi PAS atau dengan cara Best carmine, keduanya
mewarnai glikogen menjadi merah.Pada sajian mikroskop elektron yang diberi kontras sitrat
timah, glikogen tampak sebagai partikel-partikel tidak beraturan yang padat dengan
diameter sekitar 15-30 nm. Partikel-partikel ini mungkin membentuk penimbunan yang
lebih besar seperti bunga mawar terutama dalam sel-sel hati.
Lipid
Penyimpanan lipid terutama dalam bentuk trigliserida dalam sel-sel lemak yang merupakan
komponen dasar jaringan lemak. Namun, sel jenis lainnya juga sering berisi timbunan lipid.
Trigliserida merupakan cadangan energi, tetapi asam lemak dapat digunakan sebagai
tambahan oleh sel untuk sintesa komponen struktur yang berisi lipid misalnya membran-
membran. Pada sajian histologik rutin, trigliserida terekstraksi oleh pelarut lipid dan
berkaitan dengan tetesan lipid, vakuol kosong bentuknya bulat tampak dalam sitoplasma.
Lemak dapat diamati pada sajian beku yang difiksasi dengan formalin, yang diwarnai
dengan pewarnaan Sudan. Lemak juga dapat difiksasi dalam osmium, setelah itu lemak
tampak sebagai tetesan bulat berwarna hitam, ukurannya bervariasi. Pada elektron
9
mikrografi sajian yang difiksasi dengan osmium, lipid juga tampak sebagai tetesan bulat
dengan bagian dalamnya hitam homogen.
2. Pigmen-Pigmen
Istilah pigmen adalah zat yang mempunyai warna dalam keadaan alami. Jenis dan jumlah
pigmen di dalam suatu jaringan menetukan warnanya. Pigmen dibedakan menjadi dua yaitu
pigmen eksogen dan pigmen endogen. Pigmen eksogen yaitu pigmen yang diambil oleh
organisme dari lingkungannya. Sedangkan pigmen endogen yaitu pigmen yang dibentuk
dalam organisme dari komponene-komponen yang tidak berpigmen.
PigmenEksogen
Pigmen eksogen yang terpenting adalah karoten dan debu arang.
Karoten (L. Carota=wortel) adalah pigmen tanaman berwarana kuning dan merah. Karoten
dalam wortel terutama kuning, sedangkan dalam tomat mempunyai warna lebih merah.
Karoten larut dalam lemak dan setelah diambil ke dalam organisme, karoten ditimbun dalam
jaringan lemak, yang menyebabkan jaringan lemak berwarna kuning. Kulit berwarna kuning
karena penimbunan karoten dalam sel-sel lemak di dermis dan jaringan subkutan sama
seperti dalam lapisan tanduk kulit. Warna kuning krim dan mentega karena karoten dari
sayuran dalam makanan. Sedangkan debu arang, masuk ke dalam organisme melalui udara
inspirasi dan selanjutnya diambil oleh sel fagosit dalam alveoli paru. Dari alveoli, debu
arang dibawa oleh limfa. Akibatnya paru dan nodus limfatikus yang berkaitan menjadi
berpigmen lebih gelap dengan bertambahnya usia.
PigmenEndogen
Pigmen endogen yang terpenting adalah Hemoglobin, dan Lipofusin. Hemoglobin adalah
pigmen yang berisi besi dari sel-sel darah merah, yang berperan untuk mengangkut oksigen.
Lama hidup sel darah merah biasanya sekitar 120 hari. Setelah itu, sel-sel ini difagosit oleh
sel-sel tertentu dalam hati, limpa dan sumsum tulang belakang. Dalam sel-sel ini,
hemoglobin dipecahkan menjadi pigmen hemosiderin dan bilirubin. Pigmen hemosiderin
berwarna coklat kuning dan terdapat sebagai granula sitoplasma dalam sel-sel fagosit.
Hemosiderin dapat diamati secara histokimia dengan reaksi pewarna untuk besi. Sedangkan
bilirubin, adalah pigmen kuning kemerahan yang setelah pembentukannya dalam sel-sel
fagositik dengan cepat dilepaskan dari sel fagosit, karena itu secara biasa tidak ditemukan
sebagai suatu inklusi pigmen. Pigmen ini disekresi oleh sel-sel hati ke dalam empedu.
Lipofusin adalah pigmen berwarna coklat keemasan dan terdapat sebagai kelompok kecil
dalam berbagai sel, tetapi pigmen ini paling sering tampak di sel-sel otot jantung, sel-sel
saraf, dan sel-sel hati. Lipofusin dapat berfluoresensi dengan membentuk waran coklat
10
keemasan dengan cahaya ultraviolet dan terwarna sedang dengan pewarna lemak. Jumlah
lipofusin dalam sel-sel meningkat dengan bertambahnya usia dan pigmen dianggap sebagai
hasil akhir dari aktivitas lisosom. Sel tidak dapat menyingkirkan nya melalui eksositosis,
karena itu pigmen tertimbun dengan bertambahnya umur dalam bentuk badan residu.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang sitoplasma diatas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1. Sitoplasma adalah cairan dalam sel yang terletak antara membran plasma dan nukleus.
2. Sitoplasma merupakan bagian sel yang sangat penting dimana fungsi kehidupan utama sel
berlangsung.
3. Struktur utama penyusun sitoplasma adalah matriks, organel, dan inklusi sitoplasma.
4. Organel sel yang terdapat dalam sitoplasma terdiri dari, mitokondria, plastida, vakuola,
ribosom, Retikulum Endoplasma, badan golgi, lisosom, sentrosom (sentriol), peroksisom,
mikrotubulus, mikrofilamem.
5. Salah satu fungsi sitoplasma yaitu sebagai sumber bahan kimia penting bagi sel karena di
dalamnya terdapat senyawa-senyawa organik terlarut, ion-ion, gas, molekul kecil seperti
garam, asam lemak, asam amino, nukleotida, molekul besar seperti protein, dan RNA yang
membentuk koloid.
6. Sifat-sifat sitoplasma antara lain merupakan sistem koloid, efek tyndal, gerak brown, gerak
siklosis, dan memiliki tegangan permukaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://metuk.files.wordpress.com/2008/06/sel.pdf
http://taufik-ardiyanto.blogspot.com/2011/07/makalah-sitoplasma.html
https://dosenbiologi.com/makhluk-hidup/sitoplasma
13