Anda di halaman 1dari 18

Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas

dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di
darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan
tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk
hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak
memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik (http://makalah biologiku.com).
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu terlihat dari
kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan menimbulkan penyakit yang
berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme juga dapat mencemari
makanan, dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi didalamnya, membuat makanan
tersebut tidak dapat dikomsumsi atau bahkan beracun.
Manusia dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya yang
penyakit melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak menyebabkan tetapi mencapai
keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh dan berpropagasi.
Beberapa bakteri penting yang menyebabkan penyakit pada perbenihan biasanya tumbuh
bersama dengan flora normal (misalnya Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus).
Ada beberapa bakteria yang sudah jelas patogen (misalnya Salmonella typhi), tapi infeksi tetap
belum kelihatan atau subklinis dan inang merupakan “pembawa” bakteri (Brooks, dkk 2005).
Bakteri kelompok Streptococcus sp. merupakan bakteri gram positif yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit. Pada saat system imun menurun maka bakteri ini akan masuk
ke dalam tubuh baik melalui mulut, inhalasi,maupun penetrasi kulit. Jika bakteri ini masuk ke
dalam peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya maka akan merusak organ-organ
tubuh tersebut dan menyebabkan berbagai penyakit. Misalnya Staphylococcus aureus dapat
menyebabkan penyakit infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, meningitis,
endocarditis, pyelonephritis, dan osteomyelitis (Entjang, 2003).
Untuk pemeriksaan laboratorium, diperlukan bahan pemeriksaan/ sampel, yang
wujudnya bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan yang erat kaitannya dengan penyakit
tersangka (Departemen Kesehatan R.I, 1989).
Untuk mengetahui spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia maka
dilakukan suatu langkah identifikasi dan isolasi terhadap specimen yang diperoleh dari tubuh
manusia yang didiagnosa terinvasi oleh bakteri. Specimen yang biasa digunakan sebagai bahan
pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces dan sisa-sisa bahan makanan, eksudat atau pus dari
abses, dan darah.
Salah satu hal yang sering dilakukan petugas laboratorium adalah pemeriksaan
bakteri, dimana salah satu tahapannya adalah perbenihan bakteri. Tujuan dari perbenihan bakteri
antara lain untuk mencari bakteri penyebab suatu penyakit, mencari obat yang dapat mengobati
penyakit yang disebabkan oleh bakteri, mempelajari sifat-sifat bakteri lebih mendalam dari setiap
jenis bakteri, serta untuk pembuatan antibiotic.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri
Streptococcus sp dalam sampel yang digunakan yaitu sputum. Selain itu, praktikum juga
dimaksudnkan untuk mengetahui jenis dari bakteri Streptococcus sp dalam sampel.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifaki
bakteri Streptococcus sp dalam sputum dan penyakit-penyakit yang ditimbulkannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Streptococcus sp
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus pneumonia
Streptococcus pyogenes
Streptococcus agalactiae
Streptococcus viridians
Streptococcus anginosus

2.2 Morfologi
Streptococcus berbentuk bulat atau oval, memanjang seperti rantai, bersifat gram
positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif aerob.
Diameter bakteri berukuran 0,7-1,4µm. Bakteri ini dapat hidup di air tawar dan air laut dengan
kisaran suhu baginpertumbuhannya antara 10-45ºC (Karantina, 2003).
Streptococcus adalah sel sferis, coccus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan
tersusun seperti rantai. Coccus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai.
Panjang rantai bervariasi dipengaruhi oleh factor lingkungan. Streptococcus merupakan bakteri
gram positif, namun pada biakan yang lama dan bakteri yang mati Streptococcus kehilangan
gram positifnya dan terlihat seperti gram negatif. Hal ini dapat terjadi setelah inkubasi
semalaman (Jawetz dkk, 2007 ). Selain itu, Streptococcus tidak motil, tidak dapat membentuk
spora, dan ada yang berkapsul (Soemarno, 1962).
2.3 Biakan Selektif (Identifikasi)
Kebanyakan streptococcus tumbuh dalam media padat sebagai koloni discoid, biasanya
berdiameter 1-2 mm. Strain yang menghasilkan bahan sampai kering membentuk koloni mukoid
(Jawetz, 1986).
Media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan Streptococcus, yaitu sebagai berikut:
a) Blood Agar Plate (BAP)
Koloni Streptococcus yang tumbuh pada media ini berukuran kecil-kecil, bulat halus,
berdiameter kurang dari 1 mm, pinggiran rata dan disekeliling koloni tampak zone :
 Bening : hemolisis total (Beta streptococcus)
 Jernih kehijauan : hemodigesti (Alpa Streptococcus)
 Tidak berubah sama sekali : Gamma Streptococcus

b) Manit Salt Agar (MSA)


Koloni Streptococcus pada media MSA berukuran kecil, smooth, bulat dan cembung-cembung.
Warna koloni putih kekuningan, artinya bakteri mampu memfermentasikan bahan dalam media.

2.4 Gejala Klinis


Berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus hemolitik kelompok A
mungkin berkaitan dengan produk ekstraseluler yang dihasilkannya dalam jumlah yang besar.
Lebih dari 20 macam senyawa dihasilkan sifatnya antigenik dan sebagian besar tampaknya
berperan dalam menimbulkan penyakit. Produk-produk itu juga penting dalam diagnosis infeksi
streptokokal (Irianto, 2006).
Berbagai proses penyakit dihubungkan dengan infeksi Streptococcus. Sifat-sifat
biologik organisme penginfeksi, sifat respon inang, dan jalan masuknya infeksi sangat
mempegaruhi gambaran patologik.
Selain faringitis streptokokus (atau radang tenggorokan), spesies Streptococcus tertentu
dapat menyebabkan meningitis, pneumonia bakteri, endokarditis, api luka dan fasiitis
nekrotikans (para 'pemakan daging' infeksi bakteri).However, many streptococcal species are
non-pathogenic. Selain itu, Streptococcus mutans juga menyebabkan karies gigi. Namun, banyak
spesies streptokokus non-patogenik. Streptococci are also part of the normal of the mouth, skin,
intestine, and upper respiratory tract of humans. Streptococcus juga merupakan bagian dari
normal flora normal pada mulut, kulit, usus, dan saluran pernapasan bagian atas manusia
(Wikipedia, 2010).

2.5 Antigen
Streptococcus hemolitik dapat dibagi dalam beberapa golongan serologi (A-U), dan
golongan-golongan tertentu dapat dibagi lagi menjadi beberapa tipe. Beberapa zat antigen yang
ditemukan:
1. Antigen dinding sel spesifik-golongan: karbohidrat ini terdapat dalam dinding sel banyak
streptococcus dan merupakan dasar penggolongan serologik (golongan A-U Lancefield).
2. Protein M: zat ini adalah factor virulensi utama dari Spyogenes golongan A. Protein M nampak
sebagai bentuk yang mirip rambut pada dinding sel streptococcus.
3. Zat T: Antigen ini tidak mempunhyai hubungan dengan virulensi streptococcus. Zat T
memungkinkan perbedaan tipe-tipe tertentu streptococcus oleh aglutinasi dengan antiserum
spesifik, sedangkan tipe lainnya mempunyai zat T yang sama. Antigen permukaan lainnya
dinamakan protein R.
4. Nukleoprotein: Ekstraksi streptococcus dengan basa lemah menghasilkan campuran protein dan
zat-zat lain dengan spesifitas serologik yang rendah, dan di namakan zat P. Zat ini mungkin
merupakan sebagian besar badan sel streptococcus.

2.6 Kerangka Identifikas


BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
 Objek Glass
 Ose bulat dan ose lurus
 Lampu spiritus
 Bak pewarnaan
 Tabung reaksi
 Mikroskop
 Pipet tetes
 Incubator
 Korek gas

3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a) Reagen
- Sampel (swab mata)
- NaCl 0,9 %
- H2O2
- Plasma Citrat
- KOH 10%
- Safranin
- CGV (Carbol Gentian Violet)
- Alcohol 96%
- Lugol
- Indicator methyl red
- α- naftol
b) Media
- Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
- Media TSB
- Media BAP (Blood Agar Plate)
- Media NA (Nutrien Agar)
- Media MSA (Manit Salt Agar)
- Media SIM (Sulfur Indol Motility)

- Media Urea
- Media MR/VP
- Media SCA (Simon Citrat Agar)
- Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, maltose, laktosa, dan amnitol)
3.3 Metode Kerja
Langkah-langkah dalam pemeriksaan bakteri Streptococcus sp. adalah sebagai berikut
:
Hari pertama (I)
Penanaman sampel pada media pemupuk BHIB dan TSB.
1) Dengan menggunakan ose yang steril ambil sputum dan tanam pada media BHIB dan TSB.
2) Di incubator selama 18-24 jam pada suhu 37˚C.
Hari Kedua (II)
1) Lakukan pewarnaan gram
 Ambil suspensi bakteri pada BHIB dan TSB menggunakan ose steril.
 Buat apusan pada objek glass yang bersih dan bebas lemak. Setelah kering, fiksasi sediaan.
 Warnai sediaan dengan CGV selama 1-2 menit kemudian bilas dengan air mengalir.
 Tetesi sediaan dengan lugol selama 45 detik-1 menit, bilas dengan air mengalir.
 Lunturkan sediaan dengan alcohol 96% sampai warna luntur, bilas dengan air.
 Tetesi sediaan zat warna safranin selam 1 menit, bilas dengan air.
 Setelah preparat kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100.
2) Penanaman pada media selektif BAP dan MSA
 Dengan menggunakan ose steril ambil suspensi bakteri pada BHIB atau TSB lalu goreskan
dipermukaan media BAP dan MSA.
 Incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C.
Hari Ketiga (III)
 Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media MSA dan BAP
 Dari koloni yang sama diambil dengan menggunakan ose steril lalu diuji dengan plasma citrate.
Koloni ditambahkan dengan plasma citrate (Natrium citrate 1 ml + darah 4 ml/dicentrifuge).
 Dari koloni yang sama diambil dengan ose steril lalu dilakukan ter katalase. Tetesi objek glass
degan H2O2 lalu tambahkan koloni dan homogenkan.
 Penanaman pada media TSIA. Dengan menggunakan ose lurus (nahl) yang steril ambil kolono
nakteri dari media BAP dan MSA kemudian tanam pada TSIA.
 Media yang sudah ditanami dimasukkan dalam incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C.
Hari keempat (IV)
 Pewarnaan gram untuk koloni ysng tumbuh pada TSIA.
 Penanaman pada media biokimia dan gula-gula. Dengan koloni yang sama dari TSIA diambil
dan ditanam pada media media biokimia (SIM, SCA, urea, dan MR/VP), dan gula-gula (glukosa,
sukrosa, maltose, manitol, dan laktosa)
 Di incubator selama 18-24 jam pada suhu 37˚C.
Hari kelima (V)
Amati perubahan yang terjadi pada media SIM, MR/VP, urea, glukosa, laktosa, maltose,
sukrosa, dan manitol.
 Untuk media SIM tabahkan dengan reagen covac’s 2-3 tetes.
 Untuk media MR ditetesi dengan indicator Methyl Red 3 tetes.
 Untuk media VP ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan α- naftol 12 tetes.
Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel biokimia untuk menentukan jenis bakteri.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
.1 Hasil Pengamatan
Hari kedua (II)
 Hasil penanaman pada media BHIB dan TSB

BHIB

 Berdasarkan pewarnaan gram yang telah dilakukan dengan sampel pada suspense bakteri BHIB
dan TSB didapatkan bakteri gram positif (ungu) berbentuk coccus yang bederet membentuk
rantai.

Hari ketiga (III)


MSA
B
A
P

Uji Plasma Coagulase

Uji Katalase

Hari keempat (V)


Lereng : alkali (merah)
Dasar : acid (kuning)
H2S :(-)
Gas : (-)
Hari kelima (V)
Glukosa : Positif (+)
Sukrosa : Positif (+)
Laktosa : Negatif (-)
Fruktosa : Positif (+)

SIM
MR

VP

UREA

4.2 Pembahasan
Hari kedua (II)
 Terjadi kekeruhan pada media BHIB dan TSB yang menandakan tumbuhnya bakteri apda media
tersebut.
 Bakteri berbentuk coccus berantai yang artinya bakteri yang didapatkan adalah Streptococcus.
Sedangkan untuk jenisnya, bakteri termasuk gram positif karena berwarna ungu, artinya bakteri
mampu mengikat zat warna CGV dan mampu mempertahankan warna ungu sehingga tidak
luntur pada pelunturan dengan alcohol 96%.
Hari ketiga (III)
 Media
a) MSA : koloni terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di sekitarnya menandakan
bakteri mampu memfermentasikan mannitol yang kemudian mengubah indicator yang terdapat
dalam media dari warna merah menjadi kuning hingga pH asam. MSA ini merupakan media
selektif untuk bakteri Staphylococcus.
b) BAP : koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan bakteri mampu
melisiskan eritrosit yang terdapat dalam media. Zona lisis yang ditunjukkan tidak jelas, sehingga
sulit untuk menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu disebabkan karena dalam pembuatan media
tersebut tidak digunakan darah domba melainkan darah manusia sebagai alternative.
 Uji Plasma coagulase
Pada uji plasma coagulasi menunjukkan hasil positif sebab terdapat gumpalan pada saat
mencampurkan koloni bakteri dengan plasma citrate.
 Uji katalase
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Kebanyakan
bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan O2. Enzim
katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H2O2 yang dibentuk dengan
pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba
Bakteri katalase positif seperti bisa menghasilkan gelembung-gelembung oksigen karena adanya
pemecahan H2O2 (hidrogen peroksida) oleh enzim katalase yang dihasilkan oleh bakteri itu
sendiri. Komponen H2O2 ini merupakan salah satu hasil respirasi aerobik bakteri, misalnya S.
aureus, dimana hasil respirasi tersebut justru dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena
bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri. Oleh karena itu, komponen ini harus dipecah agar tidak
bersifat toksik lagi. Pada tes ini, hasil yang didapatkan adalah posiitif.

Hari keempat (IV)


 Dasar pada media TSIA mengalami perubahan dari warna merah menjadi warna kuning. Hal
tersebut menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan glukosa pada media sehingga
terbentuk suasana asam. Sedangkan pada lereng media tidak mengalami perunahan (tetap
berwarna merah) . hal tersebut menandakan bahwa bakteri tidak mampu menfermentasikan
laktosa atau sukrosa atau keduanya sehingga tidak tercipta suasana asam.
 Tidak ada endapan hitam pada media yang menandakan bahwa bakteri tidak memiliki enzim
desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis asam amino dengan gugus samping –SH
sehingga akan menghasilkan H2S yang bereaksi dengan FeSO4 dan membentuk endapan hitam
FeS.
 Adanya ruangan kosong atau udara pada media menandakan bahwa bakteri mampu
menghasilkan gas. Namun pada media ini gas bersifat negative karena tidak terbentuk gas.
Hari kelima (V)
 Gula-gula
Hasil positif didapatkan pada glukosa, sukrosa, dan fruktosa dengan adanya perubahan warna
indicator yang terdapat dalam media ini yaitu dari biru menjadi kuning. Perubahan warna
tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan gula-
gula tersebut berupa produk asam. Namun pada mannitol, tidak terjadi reaksi apapun karena
bakteri tidak mampu meragikan gula dari mannitol tersebut.

 SIM :
- S (sulfur) : Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada hasil
pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan
bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
- I (indol) : Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini
ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada
permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam
amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan
indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon.
Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang
tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
- M (motility) : Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar
tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi
solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai
alat gerak dalam proses pertumbuhannya.
 Urease : hasil yang didapatkan adalah negatif sebab tidak terjadi perubahan warna (tetap
berwarna kuning). Artinya bakteri tidak dapat menghidolisis urea yang membentuk
ammonia dengan perubahan warna merah muda karena adanya indicator phenol red.
 MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi merah (positif).
Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh
bakteri.

 VP : setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tetap tidak berubah
(negative). Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan seperti pewarnaan gram,
penanaman pada media selektif, penanaman pada media diffrensial, penanaman pada media
biokomia dan gula-gula, tes plasma citrate dan tes katalase dapat disimpulkan bahwa bakteri
yang terkandung dalam sampel swab mata yang diperiksa mengadung bakteri Streptococcus sp.
5.2 Saran
Tubuh manusia merupakan media pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri yang
paling baik. karena hal tersebut, tubuh manusia menjadi sumber penularan penyakit yang paling
besar. Meskipun bakteri Streptococcus sp. termasuk dalam flora normal pada tubuh manusia
buka berarti bakteri ini bisa diabaikan begitu saja. Pertumbuhan dan kondisis yang kurang baik
akan membuat bakteri ini menjadi flora normal yang pathogen dan berbahaya bagi kesehatan.
Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri sangat tinggi.
Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, handscond, dan jas
laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan dalam proses identifikasi juga sangat
diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu, sepatutnya lah kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri kita dan
lingkungan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang penyakit bisa ditanggulangi.

Anda mungkin juga menyukai