Anda di halaman 1dari 35

Staphylococcus merupakan penyebab penting penyakit pada manusia.

Dalam keadaan

normal terdapat di saluran pernafasan atas, kulit, saluran cerna dan

vagina. Staphylococcus dapat dihembuskan dari saluran pernafasan atas pada waktu

bersin, benda-benda mati, debu dinding dan lantai ruangan dapat menjadi sumber

penularan ke orang lain. Staphylococcus dapat ditularkan melalui tangan pengidap yang

bergejala. Pegawai di rumah sakit adalah yang terutama paling mungkin menularkan

cara ini. Orang yang sehat juga dapat menyebarkan Staphylococcus ke kulit dan

pakaiannya sendiri dengan cara bersin atau melalui tangan yang terkontaminasi.

Staphylococcus Aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil,

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0

µm.S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47

jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada

saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernafasan atas

dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya

berperan sebagai karier . Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah

karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan

steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen. Infeksi yang

disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda – tanda khas yaitu peradangan,

nekrosis, dan pembentukan abses. Staphylococcus aureus bertanggung jawab atas 80%

penyakit supuratif dengan permukaan kulit sebagai habitat alaminya. Infeksi kulit dan

luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka bekas operasi memperbesar
kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat infeksi sistemik. Infeksi oleh bakteri

menimbulkan peradangan disertai rasa sakit dan terjadi supurasi sehingga perlu adanya

suatu tindakan untuk mengeluarkan pus tersebut dan membatasi pertumbuhan serta

penyebaran bakteri.

Infeksi Staphylococcus aureus dapat sendi pada tingkat yang berat. Sendi prostetik

menempatkan seseorang pada risiko tertentu untuk arthritis septik, dan endokarditis

staphylococcal (infeksi pada katup jantung) dan pneumonia, yang dapat dengan cepat

menyebar.
B. Klasifikasi

Genus Staphylococcus mencakup 31 spesies.Kebanyakan tidak berbahaya dan

tinggal di atas kulit dan selaput lendir manusia dan organisme lainnya.Mereka juga

menjadi mikroba tanah.Genus ini dapat ditemui di seluruh dunia.

Kerajaan : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Cocci

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus sp

C. Morfologi

Bakteri Staphylococcus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang

tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama

dengan bakteri coccus yang lain yaitu :

 Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.

 Warna koloni putih susu atau agak krem

 Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.

 Bersifat fakultatif anaerobic.

 Pada umumnya tidak memiliki kapsul.

 Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora).

 Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motile).
 Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik.

 Menghasilkan katalase.

 Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %

 Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia tertentu

seperti Hexachlorophene 3%.

 Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat alamiahnya

adalah pada permukaan epitel golongan primate/mamalia.

Berikut gambarnya :
D. Sifat-sifat Biologi

Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu

menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase,

protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat

menyebabkan lisisnya sel darah merah.Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus

adalah haemolysinalfa, beta, gamma, delta danapsilon. Toksin lain ialah leukosidin,

enterotoksindan eksfoliatin.

Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama

yang mempengaruhi saluran pencernaan.Leukosid ini menyerang leukosit sehinggah daya

tahan tubuh akan menurun.Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan

tanda-tanda kulit terkena luka bakar.(Boyd, 1980; Schlegel, 1994).Suhu optimum untuk

pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o – 37oC dengan suhu minimum 6,7oC dan

suhu maksimum 45,4oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum

7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya

mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya.

Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir

pertumbuhannya dengan adanya thiamin.

Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil.Untuk

pertumbuhan optimum diperlukansebelasasam amino, yaituvalin, leusin, threonin,

phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin.Bakteri ini tidak

dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau

protein.(SupardidanSukamto, 1999). Selain memproduksi koagulase, S.aureus juga dapat

memproduksi berbagai toksin, diantaranya:


 Eksotoksin-a yang sangat beracun.

 Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang dapat menyebabkan

lisis pada sel darah merah.

 Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat leukistik.

 Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat di dalam tenunan

sehingga mempermudah penyebaran bakteri keseluruh tubuh.

 Grupenterotoksin yang terdiri dari protein sederhana. (Supardidan Sukamto, 1999).

Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran

lender dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan

dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin.

Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar

keringat dan saluran usus.Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat

menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis,

pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.(Supardi dan Sukamto, 1999).
E. Struktur Antigen

Struktur antigen dari Staphylococcus terdiri atas :

 Peptidoglikan

 Asam teikhoik

 Protein A

 Kapsul

 Enzim dan toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus menyebabkan penyakit baik

melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar dalam jaringan, maupun

melalui bahan-bahan ekstraselular yang dihasilkannya. Bahan-bahan tersebut adalah :

a) Katalase, enzim yang mengkatalisir perubahan H2O2 menjadi air dan oksigen.

b) Koagulase, adalah protein mirip enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus. Enzim ini

dapat membekukan plasma oksalat atau plasma sitrat bila di dalamnya terdapat faktor-

faktor pembekuan. Koagulase ini menyebabkan terjadinya deposit fibrin pada permukaan

sel Staphylococcus yang menghambat fagositosis.

c) Enzim-enzim yang lain, seperti hialuronidase satu faktor penyebaran, staphylokinase yang

menyebabkan fibrinolisis, proteinase dan beta-laktamase.

d) Eksotoksin, yang bisa menyebabkan nekrosis kulit.

e) Lekosidin, yang dihasilkan Staphylococcus menyebabkan infeksi rekuren,

karena leukosidin menyebabkan Staphylococcus berkembang biak intraselular.

f) Toksin eksploatif, yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus terdiri dua protein yang

menyebabkan deskuamasi kulit yang luas.

g) Toksik penyebab Sindroma Renjatan Toksik, (toksik shock syndrome toxin) dihasilkan

oleh sebagian besar strain Staphylococcus yang menyebabkan sindroma shock toksik.
h) Enterotoksin, dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang berkembang biak

pada makanan, toksin ini tahan panas, dan bila tertelan oleh manusia bersama

makanan, akan menyebabkan gejala muntah berak (keracunan makanan)

F. Sumber Penularan

Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat hidup di tubuh

orang.Banyak orang yang sehat membawa Staphylococcus aureus tanpa terinfeksi.Fakta,

25-30 % atau 1/3 bagian tubuh kita terdapat bakteri Staphylococcus aureus.Yang terdapat

pada permukaan kulit, hidung, tanpa menyebabkan infeksi. Jika sengaja dimasukan

dalam tubuh melalui luka akan menyebabkan infeksi. Biasanya sedikit dan tidak

membutuhkan perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus aureus dapat

menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru).

Penularan dapat terjadi karena :

1) Mengkonsumsi produk makanan yang tercemar

Mengkonsumsi produk makanan yang mengandung enterotoksin staphylococcus.

Terutama yg diolah dengan tangan, baik yang tidak segera dimasak dengan baik ataupun

karena proses pemanasan atau penyimpanan yang tidak tepat. Jenis makanan tersebut

seperti pastries, custard, saus salad, sandwhich, daging cincang dan produk daging. Bila

makanan tersebut dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam sebelum dikonsumsi,

maka staphylococcus yang memproduksi toksin akan berkembang biak dan akan

memproduksi toksin tahan panas. Masa inkubasi mulai dari saat mengkonsumsi makanan
tercemar sampai dengan timbulnya gejala klinis yang berlangsung antara 30 menit sampai

dengan 8 jam, biasanya berkisar antara 2-4 jam.

2) Ponsel

Karena sering dipegang dan disimpan di tempat yang hangat seperti tas atau saku

celana, ponsel menjadi tempat pertumbuhan yang baik bagi Staphylococcus aureus.

Bakteri yang secara normal terdapat di kulit manusia ini bisa menyebabkan bisul dan

jerawat, atau bahkan pneumonia dan meningitis jika pertumbuhannya berlebihan.

Menurut Joanna Verran, profesor mikrobiologi dari Manchester Metropolitan University

menyarankan untuk rajin membersihkan ponsel dengan antiseptik. Selain itu, biasakan

untuk menyimpannya di tempat yang kering dan sejuk.

3) Make-up Tester

Penelitian di Jefferson Medical College menunjukkan, 100 persen

sampel kosmetik di Pennsylvania ditumbuhi E. coli yang bisa menyebabkan kram perut

serta diare. Beberapa di antaranya juga mengandung bakteri staphylococcus and

streptococcus, bahkan HPV penyebab herpes.

4) Mesin ATM

Sebuah penelitian di Skotlandia mengungkap, bakteri staphylococcus yang memicu

berbagai infeksi kulit juga banyak ditemukan di mesin ATM. Jenis bakteri lain yang juga

ditemukan adalah bacillus, penyebab keracunan ketika mencemari makanan.Agar tidak

tertular, tidak ada cara lain kecuali membersihkan tangan setelah bersentuhan dengan
mesin ATM. Jangan memegang muka, mata, hidung dan mulut sebelum mencuci tangan

dengan sabun dan air mengalir.


G. Patogenesis

Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat poogenik.

Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari pernanahan kecil, bisul kecil, bisul

besar, dan abces diberbagai bagian tubuh. Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit melalui

folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Kemampuan yang

menyebabkan penyakit dari staphylococcus adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan

oleh produk-produk ekstraseluler, daya infasi kuman dan kemampuan untuk berkembang

biak. Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut:

- Dapat menghemolisa eritrosit

- Menghasilkan koagulasi’dapat membentuk pigmen (kuning keemasan)

- Dapat memecah manitol menjadi asam

Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk menimbulkan

penyakit ialah Staphylococcus aureus. Staphylococcus nonpatogen bersifat:

- Non hemolitik

- Tidak menghasilkan koagulasi

- Koloni berwarna putih

- Tidak memecah manitol

Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke jaringan sekitarnya,

perluasannya dapat melalui darah atau limfe, sehingga pernanahan disitu bersifat

menahun, misalnya sampai pada sumsum sehingga terjadi radang sumsum tulang

(osteomyelitis). Perluasan ini dapat sampai ke paru-paru, selaput otak dan sebagainya.
H. Toksin dan Enzim

Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembang

biak dan menyebarluas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat

diproduksi olehnya, zat tersebut ialah:

 Eksotoksin

Bahan ini dapat diketemukan di dalam filtrat hasil pemisahan dari kuman dengan

jalan menyaring kultur.

Bahan ini bersifat tidak tahan pemanasan dan bila disuntikkan kepada hewan

percobaan dapat menimbulkan kematian dan nekrose kulit. Eksotoksin ini mengandung

hemolisin, yang dikenal dalam beberapa jenis:

 Alfa hemolisin ialah : putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kelinci dan dapat

mempengaruhi otot polos pembuluh darah.

 Beta hemolisin ialah : suatu putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kambing

(tetapi tidak pada eritrosit kelinci) dalam 1 jam pada suhu 37o

 Gama hemolisin: bersifat antigen.

Eksotoksin ini bila ditambah formalin akan kehilangan sifat toksinnya dan

terbentuk toksoid yang dapat digunakan untuk imunisasi, walaupun akhirnya tidak

dipakai karena nilai imunitasnya tidak ternilai.

 Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh Staphylococcus yang bersifat

membinasakan atau mematikan leukosit dari berbagai macam spesies binatang.

Leukosidin juga suatu antigen tetapi lebih termolabil daripada eksotoksin.

 Enterotoksin

Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh jenis Staphylococcus tertentu, terutama

bila ditanam pada media setengah padat dengan konsentrasi CO2 yang tinggi (30 %).

Sifat-sifat enterotoksin:

- Bersifat antigen

- Termostabil, tidak mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.

- Merupakan salah satu penyebab gejala keracunan makanan dengan gejala

berupa: lesu, kejang perut, berak-berak (diare), muntah-muntah, yang terjadi 1- 6 jam

setelah makan makanan yang mengandung enterotoksin.

 Koagulase

Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih telur yang dapat

mengendapkan plasma sitrat atau plasma oksalat. Staphylococcus patogen kebanyakan

menghasilkan bahan ini.

 Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus :

- Stafilokinase yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti streptokinase.

- Penisilinase, yang dapat merusak penisilin G.

- Hialuronidase
- Proteinase

- Lipase

I. Epidemiologi

Epidemi di rumah sakit yang disebabkan oleh S. aureus merupakan masalah yang

sering terjadi berulang. Terjadinya wabah biasanya berhubungan dengan pasien yang

telah menjalani pembedahan atau tindakan invasif lainnya. Sumber wabah dapat berasal

dari pasien dengan infeksi S. aureus yang terbuka atau tertutup, menyebar ke pasien lain

melalui perantaraan udara tapi biasanya melalui tangan paramedis. S. aureus sebagai flora

normal kulit sering menimbulkan infeksi pada luka bedah karena berpindah dari tempat

semestinya ke organ atau jaringan lainnya (Djafar, 1993).

Pengetahuan yang detail tentang bakteri Staphylococcus aureus akan memberikan

gambaran bahwa pemberantasan pada saat ini masih belum memungkinkan, khususnya

adanya Staphylococcus aureus yang memproduksi beberapa faktor virulensi. Jadi

investigasi dalam tingkat biologi molekuler harus dilakukan untuk pemecahan masalah

mastitis.

J. Penyakit Yang Ditimbulkan

1) Infeksi Staphylococcus dari kulit dapat berlanjut ke impetigo (pengerasan dari kulit)

atau cellulitis (peradanagn dari jaringan penghubung dibawah kulit, menjurus pada

pembengkakan dan kemerahan dari area itu). Pada kasus-kasus yang jarang, komplikasi

yang serius yang dikenal sebagai scalded skin syndrom.


2) Pada wanita-wanita yang menyusui, Staphylococcus dapat berakibat

pada mastitis (peradangan payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-bisul

bernanah Staphylococcus dapat melepaskan bakteri-bakteri kedalam susu ibu.

3) Staphylococcal pneumonia sebagian besar mempengaruhi orang-orang dengan penyakit

paru yang mendasarinya dan dapat menjurus pada pembentukan bisul bernanah didalam

paru-paru.

4) Infeksi dari klep-klep jantung (endocarditis) dapat menjurus pada gagal jantung.

5) Penyebaran dari Staphylococci ke tulang-tulang dapat berakibat pada peradangan yang

berat/parah dari tulang-tulang dikenal sebagai osteomyelitis.

6) Staphylococcal sepsis (infeksi yang menyebar luas dari aliran darah) adalah penyebab

utama dari shock (goncangan) dan keruntuhan peredaran, menjurus pada kematian, pada

orang-orang dengan luka-luka bakar yang parah pada area-area yang besar dari tubuh.

7) Keracunan makanan Staphylococcal adalah penyakit dari usus-usus yang

menyebabkan mual, muntah, diare, dan dehidrasi. Disebabkan oleh memakan makanan-

makanan yang dicemari dengan racun-racun yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus.

Gejala-gejala biasanya berkembang dalam waktu satu sampai enam jam setelah memakan

makanan yang tercemar. Penyakit biasanya berlangsung untuk satu sampai tiga hari dan

menghilang dengan sendirinya. Pasien-pasien dengan penyakit ini adalah tidak menular,

karena racun-racun tidak ditularkan dari satu orang lainnya.

8) Toxic shock syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh racun-racun yang

dikeluarkan bakteri-bakteri Staph aureus yang tumbuh dibawah kondisi-kondisi dimana

ada sedikit atau tidak ada oksigen. Toxic shock syndrome dikarakteristikan oleh

penimbulan tiba-tiba dari demam yang tinggi, muntah, diare, dan nyeri-nyeri otot, diikuti
okeh tekanan darah rendah (hipotensi), yang dapat menjurus pada guncangan (shock) dan

kematian. Mungkin ada ruam kulit yang menirukan terbakar sinar matahari, dengan

terkupasnya kulit. Toxic shock syndrome pertamakali digambarkan dan masih terjadi

terutama pada wanita-wanita yang bermenstruasi yang menggunakan tampons.

K. Diagnosa Laboratorium

Untuk pemeriksaan staphylococcus secara laboratorium dapat dilakukan dengan

bermacam-macam cara.

Bahan pemeriksaannya dapat berupa:

- Nanah

- Darah

- Cairan otak

- Usapan luka

Cara pemeriksaan

1) Pemeriksaan langsung

Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan pewarnaan.Dapat dipakai

zat warna sederhana, tetapi lebih baik dengan zat warna Gram.Umumnya bersifat gram

positif.Secara mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus patogen dan yang

non patogen.

2) Penanaman

Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C akan tumbuh

koloni. Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya pigmen.Pengeraman


harus lebih lama lagi. Pada infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 %

NaCl agar flora lain sukar tumbuh.

3) Tes Koagulase

Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan pertumbuhan

Staphylococcus dalam media cair dalam jumlah yang sama. Kemudian ditunggu selama 3

jam, apabila terjadi perjendelan berarti bahwa Staphylococcus tersebut menghasilkan

koagulase.Semua staphylococcus aureus yang tes koagulase positif adalah bersifat patogen

terhadap manusia, kecuali staphylococcus albus yang dapat menyebabkan endocarditis

(radang selaput dalam jantung).

4) Tes Manitol

Staphylococcus ditanam pada media cair (air pepton) + 5 % manitol + phenol

merah (sebagai indikator). Setelah dieramkan 18-24 jam akan terjadi perubahan warna

menjadi kuning; karena terbentuk asam

L. Pengobatan

Pengobatan bakteri Staphylococcus dapat dilakukan dengan cara :

1) Pemberian antibiotik yang bersifat bakterisidal maupun yang bersifat

bakteriostatik.

2) Pemberian obat anti inflamasi untuk menurunkan radangnya untuk mengobati

penderita dengan tepat diperlukan data pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi

terhadap berbagai obat antibiotik yang tersedia di pasaran.

Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan cara sebagai berikut:
a) Cara Cakram

Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar

tertentu dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona

hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitivitas kuman tersebut

terhadap antibiotik bersangkutan.Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan dengan

membandingkan besarnya diameter zona hambatan dengan tabel

. Hasil penilaiannya berupa sensitif, resisten dan intermediate. Kuman yang sensitif

terhadap suatu jenis antibiotik akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari

jangkauan nilai yang terlihat pada tabel. Kuman yang resisten tidak menunjukkan adanya

zona hambatan pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih

kecil dari jangkauan nilai pada tabel.Diameter zona hambatan kuman yang besarnya

terletak diantara jangkauan nilai pada tabel berarti kepekaan kuman terhadap suatu

antibiotik bersifat intermediate.

 Bahan :

- swap kapas

- kaldu BHI dalam 2 tabung, masing-masing 2 ml

- biakan kuman staphylococcus aureus pada agar miring

- lempeng agar Mueller Himton (MH) dua buah setiap kelompok

- cakram antibiotika : penicillin, kloramfenikol, dan gentamisin.

- pingset kecil

 Cara kerjanya

- Buat ekspensi kuman dalam kaldu BHI dengan swap kapas


- Pada lempeng agar MH usapkan suspense kuman tadi dengan swap kapas secara

merata

- Dengan pinset yang disterilkan diatas api, ambil cakram antibiotikan yang disediakan

dan letakkan diatas lempengan agar yang telah ditanami kuman

- Gramkan lempeng agar tersebut dalam Inkubator 35 o C selama 16-18 jam. jangan lupa

memberi label nama kuman.

b) Cara Tabung

Dalam hal ini dilakukan penipisan antibiotik dalam tabung-tabung rekasi

dan dicari konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat menggambarkan

pertumbuhan kuman. Ini disebut konsetrasi hambatan minimal (RHM) suatu

antibiotika.KHM Lazon juga disebut MIC (Minimal Intibitory Consetrasion).


BAB III

METODE KERJA

A. Alat Dan Bahan

Alat

 Ose / nal

 Bunsen/Hotplate

 Inkubator

 Rak Tabung

 Cawan Petri

 Autoclave

 pH meter

 Tabung Reaksi besar, sedang, dan tabung durham

 Kapas

 Pipet Tetes

 Gelas Ukur

 Erlenmeyer

 Gelas Kimia

 Batang Pengaduk

 Sendok Tanduk

 Timbangan

Bahan

 Darah sebagai media BA


 Laktosa

 Sukrosa

 Glukosa

 Maltosa

 Simon Citrat

 Mr

 VP

 SIM

 TSIA

 NA

 BHI

Regensia

 Larutan Covas

 Larutan Metyl Red

 KOH 40%

 Larutan a-naftol

B. Cara Isolasi dan Identifikasi

1. Hari I

Siapkan alat dan bahan yang di gunakan

Setelah ose di sterilkan ambillah biakan bakteri

Kemudian masukkan ke dalam media BHIB


Di lakukan pewarnaan gram

Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api

Bunsen.

Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3

menit.

Cuci dengan air mengalir

Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira

1-2 menit.

Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian

violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik

Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain)

larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.

Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop

Kemudian masukkan ke dalam ingkubator pada media BHIB dan

ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c

2. Hari II

Biakan yang tumbuh pada media BHIB di wranai dengan padapengecetan gram.

Selain itu biakan juga di tanami pada media BAP,Mac concey.EMBA.dan endo agar.

Media yang telah di tanami kemudian di inkubasi pada suhu 37°C seiama 24 jam didalam

incubator.

3. Hari III
PEWARNAAN GRAM

Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api

Bunsen.

Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 2- 3

menit.

Cuci dengan air mengalir

Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira

1-2 menit.

Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian

violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40 detik

Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain)

larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.

Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
Media TSIA

Setelah nall di stelirkan ambil bakteri pada media ( emba ) dan tusukkan nall pada media

TSIA setelah di tusuk goreskan pada permukaan media dari babwah ke atas fiksasi pada

mulut tabung dan tutup dengan kapas steril dan ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37

°c

4. Hari IV

Dilakukan pembacaan pada media SCA,SIM,MrVP,dan gula-gula.

Hasit pembacaan di catat kemudian dicocokkan dengan table identifikasi bakteri.

C. Tes Uji biokimia

1) Buatlah suspensi bakteri dari coloni bakteri yang sebelumnya telah di tanam pada media

EMBA yang di ambil adalah coloni yang menunjukkan ciri koloni bakteri proteus

2) Ambil satu mata nal suspensi bakteri dan tanam pada tiap media dengan cara:

 Media SCA

Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian dalam

permukaan media miring sampai keluar

Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril

Pada media SCA, tidak perlu di tusuk dengan nal

Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

 Media SIM
Tusukkan nal yang sudah suspensi bakterinya ke tengah-tengah media agar, jangan

sampai menyentuh permukaan tabling/ mendekati.

Tutup dengan kapas steril yang sebelumnya sudah di fiksasi pada mulut media

Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

 Media MR-VP dan gula-gula ( laktosa, maltosa , glukosa , sukrosa , manitol )

Ambil satu ose suspensi bakteri, masukkan dalam media cair, aduk-aduk agar suspensi

bakteri dan agarnya tercampur yang di dalamnya ada tabung durham.

Tutup kembali dengan kapas steril

Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c

 Media Urea

Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian dalam

permukaan media miring sampai keluar

Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril

Pada media Urea, tidak perlu di tusuk dengan nal

Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c


D. Kerangka identifikasi bakteri

Inkubasi 370C selama 24 jam


Inkubasi 370C selama 24
 Glukosa
 Laktosa
 Maltose
 Sukrosa
 Manitol
 SIM
 MR-VP
 SCA
 Urea

Pewarnaan gram

EMBA
EMBA
MCA
EMBA
Pemusnahan

Pembacaan hasil

TSIA
Inkubasi 370C selama 24 jam
BHIB

Inkubasi 370C selama 24 jam


Pewarnaan gram

sampel
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pewarnaan Gram

Bentuk :coccus
Susunan: Staphylococcus ( untaian buah anggur)
Warna : ungu
Sifat : (+) positif

Basil Gram

Keterangan:

a. Pewarnaan sampel air setelah ditanam di BHIB.

b. Pewarnaan dari koloni terduga pada media Mac conkey.

2. Media BHIB
3. Isolasi

Keterangan :

a. Media EMBA sebelum digores.

b. Media EMBA setelah digores dan diinkubasi.

4. Uji Identifikasi

Keterangan :

Uji biokimia dari koloni terduga pada EMBA


Tabel Uji Biokimia

Biokimia Koloni dari ENDO

TSIA Lereng : Kuning

Dasar : Kuning

H2S : Negatif

Gas :Negatif

Semua Positif (+)

Terdapat GAS pada tabung

Maltosa durham

Glukosa Terjadi perubahan warna dari

kuning menjadi kuning keruh

Fruktosa

Sukrosa
A. Pembahasan

1) Pewarnaan Gram :

Bakteri terlihat berbentuk coccus tersusun seperti buah anggur dan bersifat gram (+)

positif, Dikatakan bakteri bersifat gram positif karena bakteri tersebut mengikat zat

warna CGV (Carbol Gentian Violet).

2) Media – media Pertumbuhan :

- TSB (Tripticase soy Broth) ialah media penyubur yang diperkaya dengan berbagai nutrisi

yang diperlukan bakteri untuk memperbanyak diri/ tumbuh subur. Terjadinya

pertumbuhan oleh bakteri dapat dilihat dari perubahan media yang menjadi keruh.

- MSA : koloni terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di sekitarnya

menandakan bakteri mampu memfermentasikan mannitol yang kemudian mengubah

indicator yang terdapat dalam media dari warna merah menjadi kuning hingga pH asam.

MSA ini merupakan media selektif untuk bakteri Staphylococcus.

- BAP : koloni terlihat berwarna putih – abu-abu, hemolytic menandakan bakteri mampu

melisiskan eritrosit yang terdapat dalam media. Zona lisis yang ditunjukkan tidak jelas,

sehingga sulit untuk menentukan α,β, atau γ hemolytic. Hal itu disebabkan karena dalam

pembuatan media tersebut tidak digunakan darah domba melainkan darah manusia

sebagai alternative. Adanya sifat mucoid dari koloni disebabkan sampel yang diperiksa

adalah sputum.

- NA : koloni terlihat berwarna putih berukuran sedang menandakan bakteri cukup subur

dalam mengambil sejumlah nutrisi yang terkandung dalam media ini.

-
3) Media Uji Biokimia :

- Gula-gula : hasil positif (Glukosa, sukrosa, dan fruktosa) dengan adanya perubahan

warna indicator yang terdapat dalam media ini. Perubahan warna tersebut disebabkan

karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut

berupa produk asam. Namun pada mannitol, tidak terjadi reaksi apapun karena bakteri

tidak mampu meragikan gula dari mannitol tersebut.

- SIM :

 S (Sulfur). Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada

hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal

ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang

terkandung dalam media SIM.

 I (indol). Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini

ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah

pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi

dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang

mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino

tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative

sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino

tryptopan sebagai sumber carbonnya.

 M (motility). Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di

sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media

yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan

bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.


- MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi merah

(positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam

formiat) oleh bakteri.

- VP : setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tetap tidak berubah

(negative). Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.


BAB V

- PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri baik itu Staphylococcus aureus.

dengan menggunakan sampel biakan murni dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa:

dari hasil penanaman bakteri Staphylococcus aureus pada media identifikasi di

dapat hasil TSIA(+), SIM(+), VP(+), laktosa(+), maltosa(+), glukosa(+), sukrosa (+)

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan praktikan melalui laporan adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan didalam praktikum,praktikan harus menggunakan APD lengkap

2. Menggunakan alat-alat yang steril dan bersih.

3. Memperhatikan reagen yang akan digunakan.masih dapat diguanakan atau suadah rusak.

4. Menghindari terjadinya kontaminasi.

5. Mengikuti aturan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai