Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUTORIAL MODUL 1

BLOK FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

KELOMPOK 11 :

110 2011 0151 Suyudi Kimiko Putra La Udo


110 213 0177 Nusrini Rahma Nasir
110 213 0032 Andi Tenriawaru Parenrengi
110 213 0051 Syamsiah Syamsuddin
110 213 0072 Ikhmah Sulistyowati
110 213 0087 Rahmawati S
110 213 0106 Rizka
110 213 0122 Muh Andy jaya Nugraha
110 213 0140 Nurul Mukhlisa
110 213 0147 Nabila Alamoedie
110 213 0158 Hesti Widya Anindita Hapsari

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga
laporan hasil TUTORIAL MODUL 1 dari kelompok 11 ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan
tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa kita dari alam yang gelap menuju ke alam yang terang benderang.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa TUTORIAL khususnya kepada
dokter pembimbing yang telah banyak membantu selama proses PBL berlangsung. Dan kami
juga mengucapkan permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat
salah baik disengaja maupun tidak disengaja.

Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang telah
membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri. Diharapkan setelah membaca
laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca,dan kami mengharapkan kritik dan saran
untuk memperbaiki laporan hasil diskusi kami berikutnya.

Makassar, 18 Juli 2016

Kelompok 11
A. SKENARIO

Seorang pria berusia 19 tahun dibawa ke puskesmas oleh polisi. Dia ditemukan dalam keadaan
tidak sadar di jalan oleh pejalan kaki; terdapaat luka pada lutut kanannya. Kadar alkohol dalam
darah didapatkan 278mg/dL.

Mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menjelaskan patomekanisme luka berdasarkan histologi, anatomi dan fisiologi tubuh


manusia.
2. Mendeskripsikan karateristik luka.
3. Menjelaskan karateristik alat yang mungkin menyebabkan luka.
4. Menjelaskan keparahan/derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku.
5. Membuat kemungkinan penyebab luka menggunakan Proximus Morbus Approach.

B. KATA KUNCI
Pria 19 tahun
Dibawa ke puskesmas oleh polisi
tidak sadar
luka pada lutut kanan
Kadar alkohol darah 278mg/dL

C. PERTANYAAN
1. Jelaskan patomekanisme luka/trauma pada skenario berdasarkan anatomi, histologi dan
fisiologi terkait?
2. Mendeskripsikan karakteristik pada luka !
3. Jelaskan karakteristik dari bahan yang menyebabkan luka!
4. Jelaskan keparahan/derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku?
5. Proximus Mortis Approach (PMA)?

D. JAWABAN

1. Jelaskan patomekanisme luka/trauma pada skenario berdasarkan anatom, histologi dan


fisiologi terkait?

Jawab:
kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh, yang terdiri atas 2 lapisan :1
1. Epitel yang disebut epidermis
1 Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm. Dibawah kulit
terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa
tempat banyak mengandung jaringan lemak.
Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang selselnya akan mengalami keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit untuk
sintesa melanin.
Disamping sel sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain, yaitu sel
Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.
Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:
1 Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum karena
paling banyak tampak adanya mitosis sel sel. Sel sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan
pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir
butir pigmen.
2 Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum
germinativum karena sel selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel sel dari stratum basale
akan mendorong sel sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel sel yang berbentuk polihedral dan pada
pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan tonjolan seperti
duri duri. Semula tonjolan tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di
dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel seperti
belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam berbentuk seperti sel pada
strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir butir.
Butir butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir butir
keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir butir keratohyalin semula
diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam proses
tersebut, misalnya pada kuku.
Makin ke arah permukaan butir butir keratin makin bertambah disertai inti sel pecah
atau larut sama sekali, sehingga sel sel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum
corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat. Bagian yang
jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak sekali
lapisan sel sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan antara sel
sebagai duri duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi.
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang kadang disebut
sebagai stratum disjunctivum.
Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1 Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk papilla
corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel sel yang terdapat pada jaringan pengikat longgar dengan
serabut kolagen halus.
2 Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut serabut kolagen
kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan. Di dalamnya selain
terdapat sel sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya mangandung
butir butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera yang akan
bermuara pada epidermis.

Fungsi utama :1

1. Proteksi

menjaga bagian dalam tubuh terhadap ganggun fisis/mekanis,ggn kimiawi,ggn yg


bersifat panas

2. Persepsi
mengandung ujung saraf sensorik didermis dan subkutis

Pns (bdn rufini),Dingin (bdn krause), Rabaan (bdn meissner),Tekanan (bdn vater
paccini)

3. Pengaturan suhu tubuh

Dgn cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan/kontraksi pemb drh kulit.

Tonus vaskuler dipengaruhi saraf simpatis/asetilkolin

4. Absorpsi

Dipengaruhi tebal tipis kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jns vehikulum

5. Ekskresi

oleh kel kulit utk mengeluarkan zat-zat yg tdk berguna spt NaCl, urea,as urat, amonia

6. Pembentukan pigmen

Diperankan oleh sel melanosit

Wrn kulit dipengaruhi oleh pigmen kulit, tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb,
karoten .1

2. Mendeskripsikan karakteristik pada luka !


Dalam skenario, didapatkan luka berupa luka
lecet. Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis
yang bersentuhan dengan benda yang memiliki
permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian
kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan atau
sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan
bersentuhan dengan kulit. Deskripsi luka pada kasus
skenario adalah jumlah luka satu yaitu luka tertutup di daerah lutut kanan, tipe luka ini adalah
luka lecet tekanan (impression impact abrasion). Lokasi luka berada didaerah lutut kanan dengan
panjang luka 3 cm dan lebar 2 cm. Bentuk luka tidak teratur, batas luka tegas dengan tepi tidak
rata, sudut luka lebih dari 2, tebing luka tidak dapat dideskripsikan, dasar luka tampak
kemerahan, tidak ditemukan jembatan jaringan, benda asing serta tidak ditemukan perdarahan
aktif.2

3. Jelaskan karakteristik dari bahan yang menyebabkan luka!

Jawab:

Jika dilihat dari deskripsi lukanya maka kemungkinan disebabkan oleh adanya trauma oleh
benda tumpul dengan luas permukaan yang tidak begitu lebar (sempit). Deskripsi lain sulit
dijelaskan karena tidak ada bentuk khusus yang mengindikasikan agen yang menyebabkan
trauma tersebut.3.

4. Jelaskan keparahan/derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku?

Jawab:
Keparahan / derajat luka sesuai dengan hukum4
1. Perlukaan Derajat I KUHP 352
Tidak menjadikan sakit atau halangan untuk melakukan jabatan atau pekerjaan
2. Perlukaan derajat II KUHP 351 ayat 1
Perlukaan yang memerlukan perawatan dan tidak memberikan cacatatau merusak
kesehatan.
3. Perlukaan derajat III KUHP pasal 90
Perlukaan yang memberikan cacat seumur hidup
4. Perlukaan derajat IV KUHP 338
Perlukaan yang menyebabkan kematian
Pasal 90
Luka berat berarti :

Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut
Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian
Kehilangan salah satu panca indera
Mendapat cacat berat
Menderita sakit lumpuh
Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih
Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Derajat luka akibat kecelakaan4

Menurut Pasal 229 ayat (4) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (UU LLAJ), kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau
luka berat tergolong kecelakaan lalu lintas berat.

Kemudian, di dalam Pasal 310 ayat [4] UU LLAJ diatur bahwa setiap orang yang karena
kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat diancam pidana
penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp10 juta.

Yang dimaksud dengan luka berat dijelaskan di dalam penjelasan Pasal 229 ayat (4) UU
LLAJ yaitu luka yang mengakibatkan korban:4
a. jatuh sakit dan tidak ada harapan sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut;
b. tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan;
c. kehilangan salah satu pancaindra;
d. menderita cacat berat atau lumpuh;
e. terganggu daya pikir selama 4 (empat) minggu lebih;
f. gugur atau matinya kandungan seorang perempuan; atau
g. luka yang membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari 30 (tiga puluh) hari
Pengertian luka berat dalam UU LLAJ ini tidak jauh berbeda dengan ketentuan Pasal
90 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Sedangkan, yang dimaksud luka ringan dijelaskan dalam penjelasan Pasal 229 ayat [3] UU
LLAJ), sebagai berikut:4
(3) Yang dimaksud dengan "luka ringan" adalah luka yang mengakibatkan korban menderita
sakit yang tidak memerlukan perawatan inap di rumah sakit atau selain yang diklasifikasikan
dalam luka berat.4
5. Proximus Mortis Approach (PMA)?
Jawab:
Dalam menuliskan diagnosis damage pada korban hidup maupun sebab kematian pada
korban mati, maka secara digunakan pendekatan Proximus Morbus untuk kasus korban hidup
dan Proximus Mortis untuk kasus korban mati. Kedua pendekatan tersebut memiliki dasar
pendekatan yang sama yaitu patomekanisme perjalanan jejas/penyakit hingga terjadinya
kematian. 5
Sebagai ilustrasi penggunaan konsep Proximus Mortis Approach (PMA) seperti misalnya
kematian korban tersebut merupakan rangkaian damage/keadaan morbid/komplikasi yang
memenuhi urutan patomekanisme yang dapat dijelaskan dengan dukungan bukti ilmu
kedokteran, sehingga penyebab awal (incidence) dari semua rangkaian peristiwa tersebut dapat
ditunjukkan buktinya, maka dalam mengungkapkan rangkaianpatomekanisme terjadinya
kematian perlu disebutkan terlebih dahulu keadaan morbid yang paling dekat dengan kematian
(proximate to the death), dan selanjutnya disusul dengan keadaan morbid lain secara berurutan
berdasarkan patomekanisme yang sudah diketahui. 5
Cara penulisan kesimpulan dari sebab kematian digunakan cara Multiple Cause of Death
(COD), sebagaimana yang dianjurkan oleh World Health Organization, sehingga dituliskan
keadaan morbid yang berhubungan langsung dengan kematian (I-a), dan keadaan morbid yang
mendahuluinya/penyebab sebelumnya (I-b, I-c), serta penyebab yang mendasari terjadinya
kematian (I-d). Selain itu dituliskan pula semua keadaan morbid lain yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan penyebab langsung kematian tersebut, namun berkontribusi terhadap
kematian dari korban (II-a, II-b, II-c, II-d). 5
Sedangkan cara penulisan kesimpulan sebab perlukaan/jejas/damage, maka digunakan
cara Multiple Cause of Damage (MCOD). Sehingga dituliskan terlebih dahulu keadaan morbid
yang berhubungan langsung dengan damage (A-1), dan keadaan morbid yang
mendahuluinya/penyebab sebelumnya (A-2, A-3), serta penyebab yang mendasari terjadinya
jejas/damage (A-4). Selain itu dituliskan pula semua keadaan morbid lain yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan penyebab langsung damage tersebut, namun memberikan
berkontribusi terhadap damage dari korban (B-1, B-2, B-3, B-4, dan seterusnya).5
Damage : Lecet

A-1 : Kerusakan kulit, pembuluh darah, dan jaringan.

A-2 : Trauma akibat benda tumpul

B-1 : Kesadaran menurun

B-2 : Depresi SSP

B-3 : Alkohol
DAFTAR PUSTAKA:

1. Eroschenko, victor P. Atlas Histologi Difiore edisi 11. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
2008. Halaman 31, 124-129

2. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Indonesia. Pedoman
teknik pemeriksaan dan interpretasi luka dengan orientasi medikolegal atas kecederaan.Jakarta,
2005.

3. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

4. Kitab Undang-UndangHukumPidana (KUHP) Bab XX pasal338, 351 dan 352 serta Bab IX
pasal 90.

5. Lawrence,Gatot S. Surat Keterangan Visum et Repertum Korban Hidup dan Mati


http://documents.tips/documents/final-laporan-visum-et-repertum.html

Anda mungkin juga menyukai