DISUSUN OLEH :
NO NAMA NIM
1 SIWI AGUSTINI 200201015
2 MIFTAHURRAHMI 200201025
3 NURUL FAJRIN DESPRINA 200201049
4 GOPAL AGUSTIAN UMIRUL 200201039
DOSEN PENGAMPU :
NS. MASWARNI, S. Kep., M. Kes
1
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
Anatomi Fisiologi Indra Peraba ................................................................................................. 3
Definisi ................................................................................................................................. 5
Etiologi ................................................................................................................................. 5
Klasifikasi .............................................................................................................................. 5
Patofisiologi .......................................................................................................................... 6
Pathway................................................................................................................................ 7
Manifestasi Klinis ................................................................................................................... 7
Pemeriksaan Diagnostik .......................................................................................................... 8
Komplikasi............................................................................................................................. 9
Penatalaksanaan Medis........................................................................................................... 9
BAB II ......................................................................................................................................11
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................11
A. Pengkajian.....................................................................................................................11
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................11
C. Intervensi Keperawatan...................................................................................................12
BAB III .....................................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HERPES SIMPLEKS.......................................................................15
Prognosis kasus 1 ..................................................................................................................15
Pengkajian ...........................................................................................................................15
I. Biodata .............................................................................................................................15
II. Riwayat Kesehatan klien .....................................................................................................15
III. Pemeriksaan Fisik..............................................................................................................15
IV. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................................18
VII. Intervensi Keperawatan ....................................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
Secara garis besar, kulit tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu :
1) Lapisan epidermis, terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulomus, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum (lapisan
tanduk) adalah lapisan kulit terluar yang terdiri atas beberapa sel gepeng yang mati,
tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin ( zat tanduk ).
Stratum ludisum, yang berada tepat di bawah stratum korneum, merupakan
lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein.
Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2-3 lapis sel-sel gepeng
dengan sitoplasma, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein.
Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2-3 lapis sel-sel
gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir
kasar ini terdiri atas keratohialin. Laisan ini tidak terdapat pada mukosa, dan
tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
Stratum spinosum (stratum malphigi) yng terdiri atas beberapa lapis sel
berbentuk polygonal yang besarnya berbeda- beda karena proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di
tengah-tengah. Selsel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya.
Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatanjembatan antar sel (
intercelluler bridges) Perlekatan antara jembatan-jembatan ini membentuk
penebalan bulat kecil yang disebut nodolus bizzozero.Diantara sel-sel spinosum
3
terdapat pula sel lengerhans. Sel-sel stratum spinosum ini banyak mengandung
glikogen.
Stratum basale, yang terdiri satas sel-sel yang berbentuk kubus yang
tersusun vertical pada perbatasan dermoepidermal berbaris seperti pagar. Lapisan
ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Lapisan ini terdiriatas dua
jenis sel, yaitu :
a. Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik, inti lonjong
dan besar, dihubungka satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel.
b. Sel pembentuk melanin (melanosit) merupakan sel-sel berwarna mudah,
dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen
(melanosomes).
2) Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastic dsan fibrosa padat dengan
element-element selluler dan folikel rambut. Lapisan ini secara garis besar tersusun
atas dua bagian, yaitu :
a. Pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol kea rah subkutan.
Bagian ini terdiri atas serabut- serabut penunjang misalnya serabut kolagen,
elastic dan retikulin. Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing
mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen untuk memberikan
kekuatan pada kulit. Serabut elastic untuk memberikan kelenturan pada
kulit, dan serabut retikulin yang terdapat pada sekitar kelenjar dan folikel
rambut memberikan kekuatan pada alat tersebut
3) Lapisan subkutis, yang terdiri dari kumpulan sel-sel lemak dan diantara
gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel- sel lemak ini
bentuknya bulat dengan inti terdesak keke pinggir, seingga membentuk seperti
cincin.
Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama
pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak
sama atau berlainan.
Guna penikulus adiposus adalah sebagai pegas bila terjadi tekanan
traumatic mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
Di bawah subkutis terdapat serabut otot, kemudian baru terdapat otot
4
Definisi
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan
gelembunggelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar si air
pada dasar peradangan.
Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes simplex virus (HSV) tipe
1 dan 2, meliputi herpes orolabialis dan herpes genitalis. Penularan virus paling sering
teradi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret genital oral dari individu yang
terinfeksi.
Diantara kedua tipe herpes simpleks, herpes genitalis merupakan salah satu infeksi
menular seksual yang perlu mendapat perhatian karena sifat penyakitnya yang sukar
disembuhkan dan sering rekuren, transmisi virus dari pasien asimtomatik, pengaruhnya
terhadap kehamilan janin dalam kandungan dan pasien imunokompromais, dampak
psikologis, serta kemungkinan timbulnya resistensi virus
Etiologi
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah
penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-
2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus
tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat
menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks.
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster . virus varicella
zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun
atas 162 sub unit protein – virion yang lengkap dengan diameternya 150 – 200 nm, dan
hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang
tinggi
Klasifikasi
Sebagian besar orang yang terkena penyakit herpes terlambat mengetahui jika
dirinya terinfeksi bahkan tidak sadar dapat menyebarkannya. Penularan penyakit herpes
melalui Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung
dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Proses penularan bisa saja terjadi meski tak ada luka
pada penderita penyakit herpes yang terbuka.
Penggolongan penyakit herpes didasarkan atas jenis virus yang menginfeksi yaitu
herpes simpleks dan herpes zoster.
• Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes
simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan sekitarnya
adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah
vagina merupakan HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan
5
seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan
selaput lendir yang menjadi merah.
• Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga
menyebabkan cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil,
biasanya di daerah punggung, punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi meliputi
daerah persyarafan persyarafan tertentu. tertentu. Gelembung
Gelembung – gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mud ah timbul
infeksi oleh bakteri. Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab
umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2
biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun belak Namun belakangan diketahui
angan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi menyebabkan
infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut
melalui hubungan seks. Penyakit Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian
pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif
disaat melahirkan maka dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar. Orang dengan
herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hatihati waktu berhubungan seks agar
menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes simpleks bersama juga
sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif. Pada waktu itu, viral load HIV-
nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan
pada orang lain.
Patofisiologi
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama pertama kali terjadi terjadi di daerah nasofaring. nasofaring. Disini virus
mengadakan mengadakan replikasi replikasi dan dilepas dilepas ke darah sehingga terjadi
viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya
virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi
kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran penyebaran
virus ke kulit dan mukosa. mukosa. Sebagian Sebagian virus juga menjalar menjalar
melalui melalui serat-serat serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan
berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih
tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana
antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga
terjadi herpes zoster.
Patofisiologi herpes simpleks masih belum jelas, ada kemungkinan :
a. Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur neuronal
dari perifer ke otak melalui saraf Trigeminus atau Offactorius.
b. Reaktivitas infeksi herpes virus laten dalam otak.
6
c. Pada neonatus penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan infeksi
dari secret genital yang terinfeksi pada saat persalinan.
Pathway
Manifestasi Klinis
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa gejala herpes terkadang tidak
menunjukkan gejala sama sekali namun perlu dipahami bahwa jika seseorang terinfeksi
herpes virus memang kadang bersifat silent (tidak terasa) namun dalam melakukan
interpretasi hasil laboratorium juga perlu diwaspadai karena yang diukur adalah bukan
kadar virusnya secara secara langsung akan tetapi kadar antibodinya. Meskipun demikian
kita dapat mengenali gejala penyakit herpes sesaat setelah terinfeksi HSV, biasanya gejala
awal ditandai dengan suhu badan yang meningkat (demam) , kerongkongan kering dan
terasa sakit, pening, kelelahan dan sebagainya seperti yang terjadi pada orang demam dan
flu. Hal itu terjadi karena sistim imun pada yang orang terinfeksi HSV tidak siap untuk
memerangi infeksi yang timbul. Setelah itu akan masuk ke tahap selanjutnya dengan
timbulnya rasa gatal yang panas disertai lepuhan-lepuhan kecil yang berderet-deret pada
permukaan kulit. Penyebaran herpes akan semakin cepat terutama jika sering digaruk dan
menimbulkan iritasi pada kulit atau menimbulkan luka.
7
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan
dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes
zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis
herpes virus
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemerikasaan mikroskop electron
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat dilakukan secara
virologi maupun serologi, masing-masing contoh pemeriksaan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Virologi
1) Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada
permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi
(Lipschutz inclusion bodies). bodies). Sel-sel Sel-sel yang terinfeksi terinfeksi
dapat menunjukkan menunjukkan sel yang membesar membesar menyerupai
menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan Tzanck
dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia berinti banyak
dan badan inklusi intranuklear.
2) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari spesimen
dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan cahaya elektron (90% sensitif, 90% spesifik) tetapi,
pemeriksaan ini tidak dapat dicocokkan dengan kultur virus.
3) PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan
kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan dengan kultur yang
hanya 75 %). Tetapi penggunaannya penggunaannya dalam mendiagnosis
mendiagnosis infeksi infeksi HSV belum dilakukan dilakukan secara reguler,
reguler, kemungkinan besar karena biayanya yang mahal. Tes ini biasa digunakan
untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang lebih cepat
dibandingkan kultur virus.6
4) Kultur Virus, Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah cara
yang paling paling baik karena paling sensitif sensitif dan spesifik spesifik
dibanding dibanding dengan cara-cara cara-cara lain. HSV
dapat berkembang berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir
8
100% akurat, akurat, khususnya khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer
daripada vesikel rekuren. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan
terjadinya granulasi sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak.
Sejak virus sulit banyak. Sejak virus sulit untuk berkembang, hasil untuk
berkembang, hasil tesnya sering (-). tesnya sering (-). Namun cara ini Namun cara
ini memiliki memiliki kekurangan karena waktu pemeriksaan yang lama dan
biaya yang mahal.
b. Serologi Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang mempunyai
gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus negatif, sebagai konfirmasi
pada orangorang yang terinfeksi dengan gejala- gejala herpes genital, menentukan
apakah pasangan seksual dari orang yang terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi dan
orang yang mempunyai banyak pasangan sex dan untuk membedakan dengan jenis
infeksi menular sexual lainnya. Sample pada pemeriksaan serologi ini diambil dari darah
atau serum.
Komplikasi
Terdapat beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya reaktivasi herpes diantaranya
adalah : stress, kelelahan yang berlebihan dan menstruasi. Penyakit Herpes pun sangat
bervariasi. Bila dalam keadaan akut bisa menyebabkan perasaan kulit sangat nyeri dan
terbakar atau sebaliknya pasien tidak tahu sama sekali bila dirinya telah terjangkit virus
herpes karena dalam beberap kondisi bersifat silent
Penatalaksanaan Medis
• Pengobatan Pengobatan : Pengobatan topical topical
- Pada stadium vesicular diberi Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau
bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk men bedak kocok kalamin
untuk mencegah vesikel pecah.
- Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin kompres dingin dengan larutan burrow dengan
larutan burrow 3 x sehari selama 20 3 x sehari selama 20 menit.
- Apabila Apabila lesi berkrusta berkrusta dan agak basah dapat diberikan
diberikan salep antibiotik antibiotik (basitrasin (basitrasin/polysporin) untuk
mencegah infeksi sekunder selam untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x
sehari.
• Pengobatan sistemik
Drug of choice- choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis
virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi replikasinya. Meski tidak
menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan es namun dapat
menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan diberikan secara oral,
topical topical atau parenteral. parenteral. Pemberian Pemberian lebih efektif pada
9
hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang
kecil terhadap postherpetic neuralgia.
- Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine Antiviral lain yang dianjurkan
adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan lewat infus intravena
atau salep mata.
- Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif
namun penggunaannya masih kontroversi kontroversi karena dapat menurunkan
menurunkan penyembuhan penyembuhan dan menekan menekan respon
immune.
- Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan
antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
• Penderita dengan keluhan mata : Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang
menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus us
optalmikus, harus ditangani dengan ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat
diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan.
• Neuralgia Pasca Herpes zoster
- Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka
dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misa diberikan anti depresan trisiklik (
misalnya : amit lnya : amitriptilin 10 riptilin 10 – 75 mg/hari).
- Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan
bagian terpenting perawatan.
- Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang
tidak teratasi.
10
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Biodata
- Nama pasien :
- Umur/tgl Lahir :
- Jenis kelamin :
- Diagnosa Medis :
- Nama penanggungjawab :
II. Riwayat Kesehatan klien
a. Keluhan utama :
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Alasan Masuk RS :
- Keluhan pada saat dikaji :
- Keluhan penyerta :
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
III. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum :
- Pemeriksaan fisik persystem :
- Sistem integumen :
IV. pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
- Dermatologi
2. Pemeriksaan yang dianjurkan Dokter
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi virus
2. Gangguan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit nder
akibat penyakit herpes. herpes.
4. Potensial terjadi penyebaran penyakit b.d infeksi virus
11
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan - Kaji kualitas &
nyaman nyeri B.d keperawatan selama 1x24 jam kuantitas nyeri
proses inflamasi diharapkan gangguan rasa - Kaji respon klien
virus. nyaman nyeri dapat diatasi terhadap nyeri
dengan kriteria hasil - Jelaskan tentang
- Rasa proses penyakitnya
nyeri berkurang/hilang - Ajarkan teknik
- Klien bias istirahat dengan distraksi dan relaksasi
cukup - Hindari rangsangan
- Ekspresi wajah tenang nyeri Libatkan
keluarga untuk
menciptakan
lingkungan yang
teraupeutik
- Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai
program
12
- Melakukan pola-pola - Jernihkan Jernihkan
penanggulangan yang baru kesalahan kesalahan
konsepsi individu
tentang dirinya,
penatalaksanaan,atau
perawatan dirinya.
- Hindari Hindari
mengkritik mengkritik.
- Jaga privasi privasi
dan lingkungan
individu.
- Berikan Berikan
informasi y informasi
yang dapat dipercaya
dan penjelasan
informasi yangtelah
diberikan.
- Tingkatkan interaksi
interaksi social.
- Dorong klien untuk
melakukan aktivitas.
- Hindari Hindari sikap
terlalu terlalu
melindungi, tetapi
terbatas pada
permintaan individu.
- Dorong klien dan klien
dan keluarga untuk
menerima keadaan.
- Beri kesempatan
kesempatan klien
untuk berbagi
pengalaman dengan
orang lain.
- Lakukan Lakukan
diskusi tentang diskusi
tentang pentingnya
mengkomunikasikan
penilaian klien dan
pentingnya sistem
13
daya dukungan bagi
mereka.
- Dorong klien
untuk berbagi rasa,
masalah, masalah,
kekuatiran,
dan persepsinya.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HERPES SIMPLEKS
Prognosis kasus 1
Seorang laki-laki, Tn. S berumur 27 tahun datang kepoli kulit dan kelamin Rs Respati
dengan keluhan sejak 2 hari yang lalu muncul benjolan di dahi dan kelopak mata kiri, mulanya
muncul eritema dan bulat bulat kecil di dahi kiri lalu bertambah banyak sampai kekelopak mata
kiri, kelopak mata terasa nyeri dan berat saat digerakkan, Tn, Sjuga merasakan nyeri di kulit
daerah munculnya benjolan, sehari sebelumnya tn. S mengeluh tidak enak badan dan demam,
Tn. S belum pernah berobat untuk keluhan ini dari pemeriksaan dermatologi didapatkan pada
daerah region frontalis dan palpebra sinistra twerdapat vesikel dan bula multiple berkelompok,
beberapa pecah menjadi erosi dan krusta kekuningan, dokter menyarankan kepada Tn. S untuk
melanjukan pemeriksaan
Pengkajian
I. Biodata
- Nama pasien : Tn. S
- Umur/tgl Lahir : 27 tahun
- Jenis kelamin :L
- Diagnosa Medis : Herpes Simples
- Nama penanggungjawab : Keluarga
15
IV. pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
- Dermatologi
Hasil : didapatkan pada daerah region frontalis dan palpebra sinistra twerdapat
vesikel dan bula multiple berkelompok, beberapa pecah menjadi erosi dan krusta
kekuningan
2. Pemeriksaan yang dianjurkan Dokter
- Tzanck smear
- Pemeriksaan Kultur
V. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : - Kontak virus Nyeri B.d kerusakan
- Klien - Berkembang menjadi jaringan sekunder dari
mengatakan HSV ulkus mole, pascadrainase
kelopak mata - HSV tipe 1 dan 2 identik
terasa nyeri secara klinis
dan berat jika - Timbul vesikel multiple
di gerakkan - Partikel virus menyerang
- Klien ganglion yang
mengatakan berhubungan
nyeri kulit di - Timbul vase laten yang
daerah berlangsung lama
munculnya - Factor pencetus muncul
benjolan (bula yaitu demam, trauma,
– bula) stres, emosional dan
- Klien menstruasi
mengeluh tidak - HSV mengalami
enak badan dan reaktivitas dan multiplirasi
demam kembali
- Sehingga HSV 2 aktiv
DO : kembali 8 – 10x
- Pada region - Nyeri
frontalis dan
palpebra
sinistra dan
bula multiple
berkelompok
beberapa pecah
16
menjadi erosi
dan krusta
kekuningan
DO :
- Pada region
frontalis dan
palpebra
sinistra dan
bula multiple
berkelompok
beberapa pecah
menjadi erosi
dan krusta
kekuningan
17
mengeluh tidak - Infeksi akut infeksi, serta infeksi
enak badan - Infeksi rekuren berulang
- Klien - Setelah infeksi
mengatakan mukokuntaneus
belum pernah - Timbul fase laten yang
berobat untuk berlangsung
keluhan ini - Fase laten terputus oleh
reaktivitas virus yang
disebut fase rekuren
- Timbul infeksi yang
asitomatik
- Menyebar ke kulit lain
- Kurang terpapar informasi
- Kurangnya pengetahuan
18
7. Berikan situasi
lingkungan yang
kondusif
8. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian medikasi
sesuai indikasi
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien
integritas jaringan keperawatan selama 3 x 24 jam menggukanakan
kulit B.d diharapkan masalah gangguan pakaian yang longgar
penurunan itegritas kulit teratasi. Dengan 2. Hindari kerutan pada
imunologis kriteria hasil : tempat tidur
ditandai dengan - Klien menunjukkan 3. Jaga kebersihan kulit
adanya ulkus perilaku atau teknik untuk agar tetap bersih dan
superfisial di area mencegah kerusakan atau tetap kering
genital cidera kulit 4. Mobilisasi pasien
- Tidak terjadi kerusakan 5. Monitor kulit akan
integritas kulit dan tidak adanya kemerahan
terjadi edema 6. Mandikan oasien
dengan sabun dan air
hangat
3 Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Beritahu
pengetahuan keperawatan selama 3 x 24 jam oran/terdekat
penyebaran diharapkan masalah kurang mengenai dosis
infeksi, serta penetahuan dapat teratasi, aturam, dan efek
infeksi kriteria hasil : pengobatan serta
beruilanguan - Mengungkapakan pembatasan aktivitas
tentang penyakit pengertian tentang proses seksual yang dapat
dan resiko infeksi, tindakan yang dilakukan
dibutuhkan dengan 2. Jelaskan tentang
kemungkinan penularan pentingnya
- Mengenal perubahan gaya pengobatan antivirus
hidup/tinglah laku 3. Meningkatkan cara
untukmencegah terjadinya hiodip sehat. Ex.
penularan Intake makanan yang
baik, keseimbangan
antara aktivitas dan
istirahat, monitor
status kesehatan dan
adanya infeksi
19
4. Beritahu pasien
bahwa mereka dapat
menulari orang lain
5. Identifikasi sumber
sumber pendukung
yang memungkinkan
untuk
mempertahankan
perawatan di rumah
yang dibutuhkan
20