Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BASALIOMA DI


INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT DAERAH
dr. SOEBANDI JEMBER

oleh
Aulia Bella Marinda, S. Kep
NIM 132311101030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JUNI, 2018
LAPORAN PENDAHULUAN

Anatomi dan Fisiologi


Lapisan kulit terdiri dari epidermis, dermis dan subkutan.
1. Epidermis
a. Stratum basal, lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal
karena sel-selnya terletak dibagian basal. Stratum germinativum
menggantikan sel-sel di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
b. Stratum spinosum, lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan
dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel–sel pipih seperti
kumparan. Sel–sel tersebut hanya terdapat 2-3 lapis yang sejajar dengan
permukaan kulit.
d. Stratum lusidum, langsung dibawah lapisan korneum, terdapat sel-sel
gepeng tanpa inti dengan protoplasma.
e. Stratum korneum, stratum korneum memiliki sel yang sudah mati, tidak
mempunyai inti sel dan mengandung zat keratin.
2. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi
oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi
batas ini tidak jelas hanya yang bisa dilihat sebagai tandayaitu mulai terdapat sel
lemak pada bagian tersebut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars
papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah pars retikularis (stratum retikularis).
3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan di antara gerombolan ini
berjalan serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan
inti yang terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak
disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat.
Fungsi penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau pegas bila
terdapat tekanan trauma mekanis pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
Dibawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot. Vaskularisasi
kulit diatur oleh dua pleksus, yaitu pleksus yang terletak dibagian atas dermis
(pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus
yang terdapat pada dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis,
sedangkan pleksus yang di subkutis dan di pars retikular juga mengadakan
anastomosis, dibagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan
dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening (Wibisono, 2008).

Gambar 1. Struktur kulit

Basalioma atau Karsinoma Sel Basal (KSB)


A. Definisi
Basalioma atau karsinoma sel basal (KSB) adalah sejenis tumor yang
neoplasmanya berasal dari sel tanpa keratin yang terletak di stratum basalis
epidermis dan yang paling sering tekana berada di dahi, sudut bibir, pipi, dahi,
hidung, lipatan hidung, mata dan sekitarnya (putra, 2008).
Gambar 2. basalioma

B. Epidemiologi
Basalioma sering terjadi pada orang dengan kulit putih terutama di amerika
serikat. Di indonesia berdasarkan data badan registrasi kanker tahun 2009
menunjjukkan bahwa di indonesia kanker kulit menempati urutan ke 4 dari 10
jenis kanker lainnya (Lily dan Durry, 2013).

C. Klasifikasi
Macam-macam dari karsinoma sel basal yaitu;
1. Karsinoma sel basal tidak berdiferensiasi, karsinoma ini dengan
pertumbuhan lambat dengan beberapa jenis (Miryana dkk, 2013)
a. Superfisial, ditandai dengan proliferasi sel basaloid atipikal
b. Nodular, kasinoma tersering dengan sel basaloid besar dan kecil
yang saling terpisah pada dermis papilare dan retikulare.
c. Mikronodular, sama dengan nodular tetapi bentuk lebih kecil dan
tersebar serta berada di dermis dan subkutis
d. Morfeaformis, ksb dengan pertumbuhannya agresif yang sering
melibatkan jaringan ikat
e. Infiltratif, ukuran sel dan bentuknya irreguler dengan tepi yang tajam
serta pertumbuhannya agresif.
f. Metatipikal, ditandai dengan bentuk juluran sel bergerigi dan
berinfiltrasi yang pertembuhannay juga agresif
2. Karsinoma sel basal berfiferensiasi (Miryana dkk, 2013)
a. Keratotik/pilar, berbentuk besar dan bulat serta terdapat keratinisasi
dan degenarisi di bagian tengahnya
b. Infundibulokistik, sel basaloid akan berploriferasi membentuk
kelompok yang membujur dan melingkar
c. Pleiomorgik/epitelioma sel basal dengan sel moster, inti sel yang
berbentuk hiperkromatik raksasa
d. Berdiferensiasi sebase, berbentuk kistik yang mengalami nekrobiosis
e. Fibroepithelioma of pinkus (FEP), terdapat rantai sel basalaoid yang
panajng dan tipis yan gberhubungan dengan stroma fibrosa.

D. Etiologi
Faktor risiko penyebab basalioma yaitu (Lily dan Durry, 2013)
1. Lingkungan, seseorang terkenak sinal ultraviolit terutama UVB dapat
menyebabkan terjadinya mutasi gen supresor tumor tetapi hal ini
dipengaruhi waktu, pola dan jumlah radiasinya. Selain itu ada hal lain
seperti bahan karsinogenik seperti arsen, inoargonik, zat kimia,
hidrokarbon polisklin, trauma mekanisme kulit (bekas vaksin, luka bakar
dan iritasi kronis).
2. Intrinsik, seperti umur, ras, genetik dan jenis kelamin.

E. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang dapat dialami oleh seseorang setelah mengalami karsinoma
sel basal seperti : (Tan dkk, 2015)
1. Secara objek saat anamnesis akan mengungkapkan
a. Rasa gatal/nyeri
b. Perubahan warna, gelap, pucat, terang
c. Ukuran membesar
d. Pelebarannya tidak merata ke samping
e. Permukaan tidak rata
f. Trauma
g. Pendarahan/ walau trauma yang dialami ringan
h. Ulserasi/infeksi yang sukar sembuh
2. Secara objektif
a. Tidak berambut
b. Warna kusam atau sama dengan kulit normak
c. Penyebaran warna tidak homogen
d. Ketikka disentuh bisa nyeri dan keras
e. Diamter terpanjang membentuk sudut dengan garis rest skin tension line
f. Telangiektasi kadang ditemukan
g. Permukaan tidak rata, cenderung cekung ditengah dan menonjol dipinggir
Keluhan lain yang menjadi tanda ketika seseorang terkena KSB adalah
timbulnya bercak hitam diwajahnya mudah berdarah dan tidak sembuh-sembuh
atau berupa tahi lalat yang bertambah besar dengan permukaan tidak rata, disertai
keluhan gatal atau nyeri (Tam dan Reginata, 2015).

F. Patofisiologi
Faktor lingkungan yang diketahui dapat memicu terjadinya KSB adalah
hidrokarbon, arsenik, coal, tar, obat topikal methoxipsoralen, dan sinar UV.
Rangsangan onkogen, kondisi imunosupresif, luka kronis, dan trauma akut juga
terbukti sebagai faktor pencetus timbulnya tumor kulit, memicu pertumbuhan
keratinosit menjadi lesi seperti KSB. Efek radiasi sinar ultraviolet terhadap kulit
dapat bersifat akut dan kronik. Secara klinis, efek akut dari radiasi UV adalah
sunburn infl ammation, eritema, nyeri, panas, tanning sintesis melanin,
imunosupresif lokal dan efek sistemik. Kerusakan DNA yang terjadi akibat
pembentukan 6,4-photoproducts seperti cyclobutane pyrimidine dimmers,
diperbaiki dengan nucleotide excision repair (NER). Jika DNA repair gagal dan
sel yang bersangkutan tetap hidup, akan terjadi kerusakan DNA menetap, berarti
telah terjadi mutasi gen yang bersangkutan.
Radiasi UV-B meningkatkan apoptosis keratinosit untuk membunuh sel yang
kerusakan DNA-nya gagal diperbaiki terutama pada daerah yang aktif mengalami
proliferasi pada lapisan basal epidermis, sehingga kejadian mutasi oleh radiasi
UV-B tidaklah mudah terjadi. Jika mutasi ini mengenai gen sinar UV yang secara
kronik mengenai stem cell kulit menyebabkan photoaging, imunosupresi, dan
fotokarsinogen. Fotokarsinogen melibatkan pembentukan foto produk yang
merusak DNA. Jika DNA repair gagal, maka akan terjadi mutasi protoonkogen
menjadi onkogen atau inaktivasi tumor supressor gene. Akumulasi mutasi akibat
fotokarsinogen termasuk genetic deletion menyebabkan tidak aktifnya tumor
supressor gene yang menyandi pembentukan protein penghambat proliferasi sel.
Akumulasi mutasi gen inilah yang berperan dalam memicu terjadinya KSB (Tan
dan Reginata, 2015).

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang bisa dilakuakn dengan biopsi kulit atau dengan
pewarnaan hematoksilin eosin (HE) (Tan dkk, 2015).
b. Pemeriksaan sitologi untuk mengevaluasi sel secara mikroskopis.
c. Pemeriksaan imunohistokimia, pemeriksaan untuk mengetahui
progresivitas tumor (Miryana dkk, 2013).

H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Operasi, berupa kuretase dan elektrodesikasi, cryosurgery, eksisi bedah
dan eksisi mohs (Tan dkk, 2015)
2. Non-farmakologi (Tan dkk, 2015)
1. Radiologi
2. Terapi topikal krim Imiquimod 5%
3. Injeksi imunomodulator dan terapi foto dinamik
I. Pathways

Faktor resiko penyebab KSB

Imun lemah Kulit meradang Nyeri akut

Lesi, kemerehan, Mengalir melalui


timbul modul aliran limfatik dan
darah
berpoliferasi

Kerusakan Pertumbuhan sel


Nodul ulserasi agresif
integritas kulit

Karsinoma sel basal


Ansietas

Nodul kecil dengan


tepi menggulung

Resiko infeksi ulserasi

Lesi diabaikan
menyebabkan
hilangnya hidung

Gangguan Citra
Tubuh
J. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Dignosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agens cidera biologis
2. Kerusakan integritas kulit b.d adanya nodul ulserasi
3. Resiko infeksi b.d ulserasi
4. Ansietas b.d perkembangan agresif sel karsinoma
5. Gangguan citra tubuh b.d hilangnya salah salah satu anggota tubuh di
wajah

b. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut Kontrol Nyeri (1605) Aplikasi panas/dingin (1380)
1. Menggunakan tindakan 1. Menskrining
pencegahan kontraindikasi penggunaan
2. Melaporkan nyeri yang kompres dingin
terkontrol 2. Menjelaskan pengunaan
kompres dingin
Tingkat Nyeri (2102) 3. Memposisikan senyaman
3. Nyeri yang dilaporkan mungkin
tidak ada 4. Memberikan penjelasan
4. Ekspresi Nyeri wajah frekuensi dan prosedur
tidak ada kompres dingin
5. Mengevaluasi respon
terhadap kompres dingin

Pengurangan kecemasan
(5820)
6. Membiarkan keluarga
mendampingin pasien
7. Mendengarkan pasien
8. Memberikan pujian
9. Mendorong verbilisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan pasien
10. Memberikan aktivitas
pengganti :
a. Distraksi nyeri : teknik
relaksasi nafas dalam,
guided imagery,
menganjurkan
membaca atau
mendengarkan musik
dll
2. Resiko infeksi Keparahan infeksi (0703) Kontrol infeksi (6545)
1. Nyeri 1. Mengajarkan teknik cuci
2. Demam tangan
3. Peningkatan jumlah sel 2. Melakukan prinsip cuci
darah putih tangan dan memakai
4. kemerahan sarung tangan
3. Meningkatkan intake
nutrisi
4. Mengajurkan meminum
obat sesuai indikasi

Perlindungan infeksi (6550)


1. Memonitor tanda infeksi
2. Memonitor kerentanan
infeksi
3. Memonitor hasil lab
4. Membatasi jumlah
pengunjung
5. Mempertahankan asepsis
6. Memeriksa kondisi kulit
atau luka
7. Tingkatkan asupan nutrisi
8. Menganjurkan untuk
istirahat
9. Memantai tingkat energi
atau malaise
3. Kerusakan Konsekuensi imobilitas : fisik Pencegahan luka tekan (3540)
integritas kulit (0204) 1. Memeriksa suhu klien
1. Nyeri tekan 2. Menganjurkan tidak
2. Demam merokok dan alkohol
3. Fraktur tulang 3. Menghindari kulit
4. Kontraktur sendi untuk basah
5. Pergerakan sendi 4. Menghindari
peminjatan
5. Melembabkan kulit
kering dan pecah-
pecah
4. Ansietas Tingkat kecemasan (1211) Pengurangan kecemasan
(00146) 1. Distress (5820)
2. Tidak dapat beristirahat 1. Menjelaskan semua
3. Serangan panik prosedur yang akan
4. Perasaan gelisah dialami pasien
5. Peningkatan tekanan darah 2. Memberikan informasi
faktual terkait diagnosa,
perawatan dan prognosis
3. Mendorong verbalisasi
perasaan dan persepsi serta
ketakutan
4. Mendukung mekansime
koping yang sesuai
Terapi Relaksasi (5360)
1. Memberikan deskripsi
mengenai tindakan
2. Mendorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman
3. Menunjukkan teknik
relaksasi kepada klien
4. Mendorong pasien untuk
mengulangi teknik
relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Lily. L. L., dan M. F. Durry. 2013. Basalioma. Manado : Universitas Sam


Ratulangi Manado.
Miryana, W., N. R. Reza., I. Sarwono., dan M. Cholis. 2012. Gambaran
Histopatolgi Karsinoma Sel Basa. Surabaya : Dr. Soetomo Surabaya.
Putra, I.B. 2008. Karsinoma Sel Basar. Medan : Universitas Sumatera Utara
Tan, S. T., M. Ghaznawe., dan G. Reginata. 2016. Deteksi Dini Karsinoma Sel
Basar. Jakarta : Indonesia Jurnal of cancer
Tan, S. T., dan G. Reginata. 2015. Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma Sel
Basal. Jakarta : Universitas Tarumanagara.

Anda mungkin juga menyukai