Anda di halaman 1dari 5

1.

Definisi
Squamous cell carcinoma (SCC) adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel
keratinosit epidermis.1 SCC merupakan kasus kanker kulit no.2 tersering setelah
basalioma, tetapi SCC dapat menyebabkan metastase jauh hingga kematian. Dikenal 2
bentuk yaitu, bentuk intra epidermal dan bentuk invasif.
Karakteristik keganasana berdasarkan terjadinya aplasia, pertumbuhan yang cepat,
invasi ke jaringan setempat dan kemampuan untuk mengadakan metastasis,
perkembangan sel squamous lebih cepat dan lebih sering mengadakan metastasis
dibandingkan karsinoma sel basal.2
2. Anatomi, Histologi, dan Fisiologi
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dengan
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa rata-rata adalah 1,52m2 dengan
berat sekitar 15% dari berat badan. Kulit juga sangat kompleks, elastic, dan sensitif,
bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.3
Secara histologi, kulit dapat dibagi menjadi tiga lapisan utama, yaitu lapisan epidermis,
dermis, dan subkutis. Perbatasan antara epidermis dan dermis jelas terlihat,
sedangkan untuk batas dermis dengan lapisan subkutan tidak memiliki garis
yang tegas memisahkannya.
Lapisan epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu straum korneum, stratum
lusidum,stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum
merupakan lapisan yang paling luar yang terdiri dari beberapa lapis epitel sel-sel
gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.3
Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut dengan eleidin. Lapisan
tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki. Stratum granulosum (lapisan
keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri dari keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak
tangan dan kaki. Stratum spinosum (stratum malphigi/prickle cell layer) terdiri dari
beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal yang besarnya berbeda –beda karena
adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen
dan inti terletak di tengah makin gepeng bentuknya.
Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus/ kolumnar yang
tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal yang berbaris seperti pagar
(palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal
ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri dari atas dua jenis
sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik berinti lonjong
dan besar, dihubungkan dengan yang lain oleh jembatan antar sel. Sel yang lainnya
adalah melanosit atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan
sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butir pigmen
(melanosomes).
Di bawah lapisan epidermis terdapat lapisan dermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan
elemen-elemn selular dan folikel rambut. Secara garis besar dapat dibagi menjadi 2
bagian yaitu pars papilare yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah dan pars
retikulare yang berisi serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Lapisan subkutan
merupakan kelanjutan dari dermis yang terdiri dari jaringan ikat longgar yeng berisi
sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu
dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa.3
Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,termoregulasi,
pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi. Sebagai protector,
kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis (mekanis) misalnya tekanan,
gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat- zat yang bersifat iritan. Hal ini
dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan lulit, dan serabut-
serabut jaringan penunjang. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap
pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning. Kulit mengandung melanosit yang
terletak pada lapisan basal. Perbandingan antara jumlah melanosit dan sel basal adalah
1:10. Melanosit didalamnya mengandung melanosom yang memberikan warna pada
kulit. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom.3

3. Epidemiologi
Faktor risiko yang paling utama dari lingkungan terhadap kejadian SCC adalah
pajanan matahari yang kronik. Pajanan dari UVA dan UVB merupakan kandungan
radiasi dari matahari yang bersifat karsinogenis. Selain faktor risiko di atas, beberapa
penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antar infeksi HPV dengan kejadian SCC.
HPV mengakibatkan terjadinya kerusakan DNA dari keratinosit. Gangguan dari DNA
repair genes (misalnya pada xeroderma pigmentosum) dan mutasi dari gen p53
mengakibatkan terus berlangsungnya karsinogenesis SCC.4,5
Faktor – faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan resiko SCC adalah :
- Penggunaan tembakau (biasanya pada SCC di bibir)
- Penggunaan NSAID
- Terpapar arsen (berhubungan dengan arsenical keratoses)
- Ulkus kronis dan bekas luka
4. Klasifikasi dan Staging
Secara klinis SCC dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:7
1. SCC insitu (Bowen Carcinoma)
SCC ini terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai lesi kulit yang telah
ada sebelumnya seperti solar keratosis, kronis radiasi keratosis, hidrokarbon
keratosis, arsenic keratosis, kornu kutanea, dan penyakit bowen. SCC insitu
dapat menetap di epidermis dalam jangka waktu yang lama dan tidak dapat
diprediksi. Dapat menembus lapisan basal hingga ke dermis dan selanjutnya
akan bermetastasis melalui KGB regional.6,7
2. SCC invasif
SCC invasif dapat berkembang dari SCC in situ dan dapat juga dari kulit
normal. SCC invasif baik yang muncul dari SCC insitu, lesi premalignant,
atau kulit normal, biasanya berupa nodul kecil dengan batas yang tidak jelas,
berwarna sama dengan kulit sekitar atau sedikit eritem. Permukaannya mula –
mula lembut, tetapi lama-kelamaan berkembang menjadi verukosa atau
papilomatosa. Ulserasi biasanya muncul pada bagian tengah dari tumor, dapat
terjadi cepat atau lambat, sering sebelum tumor berdiameter 1-2cm.
Permukaan tumor mungkin granular dan mudah berdarah, sedangkan pinggir
ulkus biasanya meninggi dan mengeras serta dapat dijumpai krusta.
Gradasi keganasan histopatologis karsinoma sel squamosa menurut Borders,
berdasarkan perbandingan sel – sel yang berdiferensiasi baik dan atipik yaitu:1
- Gx : Gradasi diferensiasi tidak dapat diperiksa
- G1 : Berdiferensiasi baik lebih dari 75% (well-differentiated)
- G2 : Berdiferensiasi lebih antara 50 - 73%
- G3 : Berdiferensiasi lebih antara 25 – 50% (poor-diferentiated)
- G4 : Berdiferensiasi baik kurang dari 25% (undifferentited)
Urutan kecepatan invasif dan metastasis karsinoma sel squamosa adalah:
- Tumor yang tumbuh di atas kulit normal (de novo): 30%
- Tumor didahului oleh kelainan prakanker (radio dermatitis,
sikatriks, ulkus, sinus fistula): 25%
- Aktinik keratosis: 2%

5. Gambaran Klinis
1. Anamnesis
Anamnesis ditujukan pada adanya faktor risiko, riwayat solar burn, riwayat
transplantasi organ, konsumsi obat-obatan immunosupresif, HIV, dan sebagainya.
Riwayat pertumbuhan tumor dari kulit yang sehat (de novo), atau dari lesi yang
sebelumnya ada.4
Perlu diperhatikan kemungkinan adanya lesi yang multiple, terutama pada pasien
kulit putih. Riwayat keluarga, atau pernah menderita kanker kulit sebelumnya,
juga merupakan faktor risiko.4

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terutama ditujukan pada daerah tumor primer dan regional
lymph nodes basin nya. Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan
bentuk/morfologi tumor primer, pada tahap awal SCC akan terlihat berupa papul
atau nodul yang kemerahan dan nyeri. Biasanya nodul atau papul ini di lapisi oleh
lapisan hyperkeratosis, lesi ini berkembang dalam waktu bulanan dan semakin nyeri.
pada tahap lanjut akan berbentuk fungating bentukan seperti “bunga kol
(cauliflower)”. Selain itu perlu diperhatikan adanya ulserasi, ada tidaknya krusta,
kedalaman infiltrasi penting untuk mengetahui kemungkinan terkenanya struktur
lain (tulang, kartilago), dan potensi metastasis. Pada beberapa kasus, terutama lesi
di kaki dan kulit kepala, maka gambaran SCC ini akan terlihat berupa ulserasi tanpa
didahului nodul atau pembengkakan lainnya.4,5
Palpasi dengan teliti KGB regional ada tidaknya pembesaran KGB, dan
pemeriksaan kemungkinan adanya metastasis, jauh seperti ke paru, hati, dan
sebagainya.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang terutama ditujukan untuk mengetahui diagnosis
histopatologis, adanya struktur sekitar yang terinvasi/infiltrasi, ada tidaknya
metastasis jauh, dan pada tumor yang masif untuk melihat operabilitas tumor dan
kemungkinan melakukan coumpound resection.4
Pada pemeriksaan biopsi dan histopatologis, biopsy insisional sebaiknya dihindari.
Biopsi untuk lesi yang lebih besar adalah dengan punch atau shaved biopsy,
dengan catatan harus mendapatkan specimen yang cukup besar dan kedalaman
yang cukup. Biopsi eksisional dilakukan untuk tujuan diagnosis dan terapeutis
terutama untuk lesi yang kecil (<2cm) dan dengan surgical safety margin minimal
1cm.4
Pada lesi yang besar dan dalam, diperlukan pemeriksaan foto polos (misalnya foto
tulang), CT scan atau MRI untuk melihat keterlibatan struktur lain oleh SCC,
operabilitas dan merencanakan pembedahan lebih baik. Pemeriksaan foto toraks
dan USG Hepar untuk melihat ada tidaknya metastasis jauh.4

6. Penatalaksanaan
Tindakan terapi untuk SCC tergantung dari lokasi anatomi, besar,
kedalaman invasi/ infiltrasi, grading histology, ada tidaknya KGB regional yang
membesar/ terkena, riwayat terapi/ pembedahan sebelumnya, metastasis jauh dan
kemampuan ahli bedah.4
Modalitas terapi yang utama adalah pembedahan, yaitu eksisi luas, dengan
surgical safety margin yang adekuat (1cm atau lebih). Defek pembedahan dapat ditutup
dengan jahit primer, skin grafting (partial or full, advancement flap, interpolation flap.
Untuk defek yang besar dapat dilakukan rekontruksi dengan distant flap atau free
vascularized graft.4
Untuk lesi di penis dilakukan partial atau total penectomy dan biopsi sentinel
node inguinal ( KGB pada fossa ovalis femur) dan jika KGB+, dilakukan diseksi
inguinal superficialis. SCC anus, dapat dilakukan eksisi luas dan pada SCC yang besar/
inoperabel dapat diberikan kemoterapi (berbasis cisplatum) atau radioterapi atau
diberikan secara concomitant.4

7. Prognosis
Penentuan potensi biologis dari SCC dan risiko terjadinya metastasis dapat
diprediksi dari 7 kategori indikator. Indikator-indikator tersebut adalah:6,8
- Staging T, N, M
- Metastasis lokal yang menyebar melalui sirkulasi limfe atau
persarafan tidak dicakup oleh sistem yang ada dan biasanya
berhubungan dengan tumor yang rekuren / persisten.
- SCC lokal yang rekuren / persisten dan atau pengobatan yang tidak
adekuat.
- Lokasi anatomis terjadinya lesi primer
- Peningkatan SCC dari faktor etiologi selain paparan sinar matahari

T Stage 5 year disease free survival of treated


primary SCC
T1 95 – 99%
T2 85 – 60%
T3 60 – 70%
T4 <40%
Tabel 1.1 Prognosis berdasarkan T6
Involved 5 year survival
1 49%
2 30%
>3 13%
ECE 23%
Absent Present 47%
Tabel 1.2 Prognosis berdasarkan N6

Sekali pasien SCC mengalami metastase hematogen, maka tidak dapat disembuhkan.

Daftar Pustaka
1. Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland.Edisi 29. Jakarta: EGC; 2000. Hal 852
2. McIlrath DC. Kelainan Bedah Apendiks Vermiformis dan Divertikulum Meckel dalam
Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Jakarta: EGC; 1994. Hal 338.
3. Rata IGAK. Tumor Kulit. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta:
FKUI. 2007. 207-15.
4. Manuaba IBTW. Karsinoma Sel Squamosa. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid
PERABOI 2010. Jakarta: Sagung Seto. 2010. 153-9
5. ACN Working Party on the Management of Non-Melanoma Skin Cancer. Basal cell
Carcinoma, Squamous Cell Carcinoma and Related Keratinocyte Dysplasias- A Guide to
Clinical Management in Australia.
6. Partogi D. Karsinoma Sel Squamosa. Medan: FK USU. 2008.
7. Australia cancer council. A Summary of Management in Clinical Practical Basal Cell and
Squamous Cell Carcinoma. (cited on www.cancer.org.au )
8. American Cancer Society. Skin Cancer: Basal And Squamous Cell (cited on
http://bioremede.com)

Anda mungkin juga menyukai