Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma adalah suatu pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel.

Karsinoma sel skuamosa atau squamous cell carcinoma (SCC) adalah tumor ganas

kulit yang berasal dari sel keratinosit epidermis. 1 SCC merupakan kasus kanker kulit

nomor 2 tersering setelah Basalioma, tetapi SCC dapat menyebabkan metastase jauh

hingga kematian. Dikenal dua bentuk yaitu bentuk intra epidermal dan bentuk

invasif. Karakteristik keganasan berdasarkan terjadinya aplasia, pertumbuhan yang

cepat, invasi ke jaringan setempat dan kemampuan untuk mengadakan metastasis,

perkembangan sel squamous lebih cepat dan lebih sering mengadakan metastasis

dibandingkan karsinoma sel basal.1,2

Karsinoma sel squamousa merupakan bentuk kedua terbanyak pada kanker

kulit setelah karsinoma sel basal, frekuensinya meningkat pada kulit yang sering

terpapar dengan sinar matahari dan pada usia tua. Insidensi tertinggi pada usia 50-70

tahun, paling sering pada kulit berwarna pada daerah tropik, dan insidensi pria 2-3

kali lebih banyak dibandingkan dengan wanita, mungkin hal ini disebabkan karena

pria lebih sering terpapar dengan sinar matahari.4,5

Etiologi dari squamous cell carcinoma bersifat multifaktor dan erat kaitannya

dengan gaya hidup, umumnya kebiasaan hidup dan diet (terutama tembakau atau

tembakau dalam sirih dan penggunaan alkohol) meskipun faktor lain seperti bahan

infeksius, kerusakan bahan metabolisme karsinogen, kerusakan enzim yang

memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-faktor ini juga berperan dalam

terjadinya squamous cell carcinoma.4,5,6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Karsinoma adalah suatu pertumbuhan ganas yang berasal dari sel

epitel. Karsinoma Sel skuamosa atau Squamous cell carcinoma (SCC) adalah

tumor ganas kulit yang berasal dari sel keratinosit epidermis. 1 SCC

merupakan kasus kanker kulit nomor dua tersering setelah Basalioma, tetapi

SCC dapat menyebabkan metastase jauh hingga kematian. Dikenal 2 bentuk

yaitu bentuk intra epidermal dan bentuk invasif. Karakteristik keganasan

berdasarkan terjadinya aplasia, pertumbuhan yang cepat, invasi ke jaringan

setempat dan kemampuan untuk mengadakan metastasis, perkembangan sel

skuamous lebih cepat dan lebih sering mengadakan metastasis dibandingkan

karsinoma sel basal.1,2

B. Anatomi dan Fisiologi


Kulit merupakan organ tipis yang luas. Tebal kulit bervariasi antara

0,5 – 1,5 mm bergantung pada letak, umur, gizi, jenis kelamin, dan suku.

Kulit yang tipis terdapat di kelopak mata, penis, labium minor, dan bagian

dalam lengan atas, sedangkan kulit yang lebih tebal terdapat di telapak

tangan, telapak kaki, punggung, dan bokong. Kulit telapak tangan dan telapak

kaki tidak mengandung kelenjar sebasea dan rambut. Pada orang dewasa, luas

permukaan kulit sekitar 1,5-2 m2.2,3


Sebagai penutup, kulit melindungi tubuh dari trauma mekanis, radiasi,

kimiawi, dan dari kuman infeksius. Asam laktat dalam keringat dan asam

amini hasil perubahan keratinisasi mempertahankan pH permukaan kulit

2
antara 4-6 yang akan menghambat pertumbuhan bakteri. Namun beberapa

jenis streptokokus dan stafilokokus masih dapat hidup komensal dilapisan

keratin, muara rambut, dan kelenjar sebaseus.2,3,8


Kulit juga berfungsi sebagai indera peraba karena mengandung ujung

saraf sensoris di dermis. Fungsi pengaturan suhu tubuh didapat dari adanya

dua lapis pleksus pembuluh darah dermis yang alirannya diatur oleh

persarafan otonom. Persarafan otonom ini juga mengatur fungsi kelenjar

keringat. Penguapan keringat akan mendinginkan kulit.2,3,8


Kulit terdiri dari 3 bagian, yakni epidermis, membrane basal, dan

dermis. Bagian permukaan dermis disebut bagian papiler. Membrane basal

adalah sekat antara dermis dan epidermis, terbentuk dari struktur protein

khusus, dan berfungsi melekatkan epidermis kedermis. Kerusakan akibat

trauma mekanis maupun cacat genetic atau penyakit dalam sintesis

proteinnya dapat menyebabkan epidermis terlepas dari dermis.2,3,8

Gambar 1. Anatomi Kulit

Di permukaan membrane basal, melekat selapis sel stratum basale

atau germinatum yang aktif bermitosis. Sel yang makin tua makin terdorong

kepermukaan, memproduksi granul keratohialin, dan disebut keratinosit.

Keratinosit inilah yang membentuk epidermis. Makin kepermukaan , sel

3
menipis, berdegenarasi, dan mati menjadi lapis keratin yang dilepas setiap

hari dari permukaan kulit.2,3,8


Dibawah membrane basal, terdapat puncak saraf (neural crest) yang

diatasnya terdapat sel bakal (precursor cells) yang akan menjadi melanosit.

Melanosit memproduksi melanin dari tirosin dan sistein serta bermigrasi ke

epidermis. Pigmen melanin dibungkus dalam melanosom dan akhirnya

difagositosis oleh keratonosit. Pigmen akan mengumpul dipermukaan nucleus

sel sebagai pelindung yang melindungi kulit dari efek ultraviolet. Kadar

melanosit konstan untuk setiap individu, tetapi produksinya dipengaruhi oleh

factor genetic, hormone estrogen, adrenalin, adrenokortikotropik dan radiasi

cahaya matahari.2,3,8
Pada epidermis juga terdapat sel Langerhans yang berasal dari

sumsum tulang dan berfungsi sebagai makrofag. Sel ini juga menghasilkan

bahan antigen dan antibody yang menjaga tubuh melalui mekanisme reaksi

imun terhadap infeksi virus atau pembentukan neoplasma. Penolakan alograf

kulit juga merupakan bentuk reaksi imun sel ini.2,3,8


Bahan dasar dermis adalah glikominoglikan (gabungan beberapa

macam polisakarida dan polipeptida) sedangkan jaringan penunjangnya

sebagian besar adalah kolagen. Kolagen terdiri dari rantai asam amino

hidroksiprolin, hidroksilin dan glisin yang membentuk serat. Serat ini

mempunyai sifat elastic sehingga kulit dapat diregang dan akan kembali

kekeadaan semula.2,3,8
Pada dermis terdapat 2 bagian lapis pleksus kapiler, satu pada batas

antara dermis dan subkutis dan satu dilapisan papiler dermis. Di antara

pleksus ini, tersebar badan Glomus yang mengandung pirau (shunt) arteri

vena; bila pirau terbuka, aliran darah ke kulit membesar dan panas terpancar

4
keluar. Termoregulasi ini diaktifkan oleh rangsangan saraf otonom yang juga

mempersarafi kelenjar keringat dan otok penegak rambut. Terdapat juga

reseptor saraf sensoris berupa badan Pacini, Meissner, dan Rufini yang

masing-masing mendeteksi tekanan, getaran, dan sentuhan. Ujung saraf

sensoris berakhir pada sel Merkel didasar epidermis dan pada folikel rambut;

fungsinya adalah untuk mendeteksi suhu, sentuhan, sensasi nyeri dan

gatal.2,3,8
Kulit mengandung tiga jenis kelenjar. Kelenjar keringat ekrin paling

banyak terdapat ditapak tangan dan kaki, aksila dan dahi; kelenjar sebaseus,

untuk pelumas kulit; kelenjar keringat apokrin di aksila dan daerah

anogenital. Folikel rambut selain menumbuhkan rambut juga mengandung sel

pluripoten yang dapat bermigrasi bila terjadi perlukaan dan menjadi epitel

yang menutupi kulit. Selain itu, sel pluripoten ini juga mampu melakukan

hematopoiesis.2,3,8

Jika terjadi perlukaan , sel epitel pada kelenjar sebaseus, folikel

rambut dan kelenjar keringat akan bermitosis dan bermigrasi menutupi

permukaan luka. Bila tidak ada sel epitek yang tersisa, luka yang tak begitu

luas masih dapat tertutup dengan proses mitosis dan migrasi benih epitel dari

tepi luka dibantu dengan proses kontraksi luka. Migrasi epitel hanya bias

berlangsung dengan arah mendatar atau menurun tetapi tidak bias kearah

lebih tinggi, misalnya bila luka sudah tertutup granuloma.

C. Epidemologi

Karsinoma sel skuamosa merupakan bentuk kedua terbanyak pada

kanker kulit setelah karsinoma sel basal, frekuensinya meningkat pada kulit

5
yang sering terpapar dengan sinar matahari dan pada usia tua. Insidensi

tertinggi pada usia 50-70 tahun, paling sering pada kulit berwarna pada

daerah tropik, dan insidensi pria 2-3 x lebih banyak dibandingkan dengan

wanita, mungkin hal ini disebabkan karena pria lebih sering terpapar dengan

sinar matahari.4,5

D. Etiologi

Etiologi dari squamous cell carcinoma bersifat multifaktor dan erat

kaitannya dengan gaya hidup, umumnya kebiasaan hidup dan diet (terutama

tembakau atau tembakau dalam sirih dan pengunaan alkohol) meskipun

faktor lain seperti bahan infeksius, kerusakan bahan metabolisme karsinogen,

kerusakan enzim yang memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-

faktor ini juga berperan dalam terjadinya squamous cell carcinoma.4,5,6

Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya squamous cell carcinoma yaitu:

a) Mutasi gen

Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol

pertumbuhan sel dianggap merupakan etiologi squamous cel

carcionoma. Mengidentifikasi perubahan pada kromosom DNA

terutama kromosom 3,9,11, dan 17 secara berurutan, yang

mempengaruhi TSGs. TSGs berfungsi mengontrol pertumbuhan.

Mutasi TSGs dapat menghilangkan mekanisme control pertumbuhan.

Mutasi TSGs mungkin berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan

dalam karsinogenesis squamous cell carcinoma rongga mulut. Seperti

halnya dengan kerusakan TSGs, kanker juga berkaitan dengan

kerusakan gen lain yang mempengaruhi pertumbuhan terutama yang

6
berperan dalam pengiriman sinya sel yaitu onkogen, terutama pada

kromosom 11 dan kromosom 17.Kerusakan genetic yang mencakup

berkurangnya kromosom 3,9,11 dan 17 dan berperan dalam inaktivasi

TSGs, terutama P16 dan TP53.8,9

b) Alkohol

Penggunaan alkohol berat merupakan faktor resiko terkena

kanker mulut. Alkohol mengandung karsinogen atau prokarsinogen,

termasuk kontaminan dari nitrosamine dan uretan selain etanol. Etanol

dimetabolisme oleh alkohol-dehidrogenase dan oleh sitokrom P450

menjadi asetaldehid yang bersifat karsinogen.Alkohol dehidroginase

mengoksidasi etanol menjadi asetaldehid yang sitotoksik dan

menghasilkan radikal bebas serta basa DNA hidroksilasi. Sitokrom

P450 dapat mengaktivasi prokarsinogen lingkungan.8,9

c) Tembakau

Tembakau mengandung karsinogen yang potensial meliputi

nitrosamine (nicotine, Polycylic aromatic hydrocarbons,

nitrodicthanolamine, nitrosoproline dan polonium. Asap tembakau

mengandung karbonmonoksida, thicynate, hydrogen cyianide,

nicotine dan metabolit dari kandungan ini. Aktivitas gluatation S-

transferase (GST) menjadi rusak sehingga mengurangi kapasitas

detoksikasi karsonogen tembakau. Merokok dan cara pemakaian

tembakau lainya berhubungan dengan 70-80% kasus kanker mulut.

Merokok, panas yang ditimbulkan, kandungan bahan, dan pipa

merupakan faktor yang mengiritasi mukosa mulut.8,9

7
d) Diet

Diet rendah buah dan sayuran mempunyai kontribusi terhadap

terjadinya kanker. Buah dan sayuran mengandung antioksidan yang

mengikat molekul berbahaya penyebab mutasi gen sehingga dapat

mencegah terjadinya kanker.8,9

e) Bahan infeksius

Virus herpes dan virus papilloma dapat dijumpai pada

beberapa kasus squamous cell carcinoma. HPV terutama berperan

dalam kanker orofaring.8,9

E. Patofisiologi

Squamous cell carcinoma umumnya terjadi pada usia 40-50 tahun.

Lesi yang paling awal terjadi adalah displasi epitel skuamosa, dengan bentuk

yang terberat adalah karsinoma in situ. Pada stadium ini mungkin dapat atau

tidak terlihat bercak penebalan putih (leukoplakia). Walaupun demikian,

kebanyakan lesi bersifat invasi dengan kedalaman bervariasi saat di

diagnosis. Derajat diferensiasinya bervariasi, sebagian besar berdiferensiasi

dengan baik.7,8

Penyebaran utama karsinoma ini melalui getah bening. Kelenjar getah

bening leher terkena dini. Metastasis melalui pembuluh darah terjadi pada

fase lanjut.

Leukoplakia sendiri merupakan istilah untuk lesi yang tampak datar,

putih pada membrane mukosa mulut atau genital. Pada sebagian besar kasus

hanya berupa hyperkeratosis (penebalan lapisan keratin) akibat iritasi kronis.

8
Pada keadaan lain tampak displasi epitel, dan lesi ini dianggap prekanker.

Oleh karena itu, leukoplakia menetap harus dibiopsi.7

F. Tipe Histopatologi

Beberapa tipe karsinoma sel skuamosa pada tahap tertentu tidak

ditemukan diferensiasi pada sel-sel, sehingga tidak mudah untuk

membedakannya dengan sel normal. Secara histopatologi, karsinoma sel

skuamosa dibagai menjadi berdiferensiasi baik, diferensiasi sedang, dan

diferensiasi buruk.1,2

Karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi baik, ditandai oleh sel-selnya

sebagian besar masih mirip dengan sel normal. Mutiara epitel ditemukan pada

beberapa kasus, yang memperlihatkan pembentukan butir keratohialin dalam

sitoplasma yang terdapat tepat di bawah permukaan epitel. Massa

keratohialin ini bergabung membentuk kumpulan keratin yang dikenal

sebagai mutiara keratin. Karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi sedang,

tampak adanya variasi dalam ukuran sel-selnya, ukuran inti sel,

hiperkromatik serta aktivitas mitosisnya lebih banyak. Sedangkan pada

karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi buruk, tampak ketidakteraturan sel

dan cenderung memperlihatkan gambaran anaplasia yang sulit untuk dikenali.

Sel kanker tumbuh ke segala arah, menginfiltrasi jaringan ikat di bawahnya,

lapisan basal tidak terlihat dan sering menghilang.1,2,5

9
Gambar 2. Gambaran histopatologis karsinoma sel skuamosa

A. Tumor berdiferensiasi baik

B. Tumor berdiferensiasi sedang

C. Tumor berdiferensiasi buruk

Karsinoma sel skuamosa memiliki potensi untuk bermetastasis, dan

penyebaran metastasis regional berhubungan dengan kedalaman invasi dari

sel kanker itu sendiri. Lesi karsinoma sel skuamosa dapat menembus sampai

Clark tingkat IV atau V dan disertai dengan 20% tingkat metastasis

regional.1,2

G. Klasifikasi dan Staging


a. Klasifikasi Squamous cell carcinoma
Secara klinis Squamous Cell Carcinoma dapat diklasifikasikan menjadi 2

yaitu :2,5,8
1. Squamous Cell Carcinoma insitu (Bowen Carsinoma)

10
Squamous Cell Carcinoma ini terbatas pada epidermis dan terjadi

pada berbagai lesi kulit yang telah ada sebelumnya seperti solar

keratosis, kronis radiasi keratosis, hidrokarbon keratosis, arsenic

keratosis, kornu kutanea, penyakit bowen, dan eritroplasia queyrat.

Squamous Cell Carcinoma insitu dapat menetap di epidermis dalam

jangka waku yang lama dan tidak dapat diprediksi. Dapat menembus

lapisan basal hingga ke dermis dan selanjutnya akan bermetastasis

melalui KGB regional.6,7


2. Squamous Cell Carcinoma invasif
Squamous Cell Carcinoma invasif dapat berkembang dari

Squamous Cell Carcinoma in situ dan dapat juga dari kulit normal.

Squamous Cell Carcinoma invasive baik yang muncul dari Squamous

Cell Carcinoma in situ, lesi premalignant atau kulit normal, biasanya

adalah berupa nodul kecil dengan batas yang tidak jelas, berwarna

sewarna dengan kulit atau sedikit eritem. Permukaannya mula-mula

lembut, tetapi lama kelamaan berkembang menjadi verukosa atau

papilomatosa. Ulserasi biasanya muncul pada bagian tengah dari

tumor, dapat terjadi cepat atau lambat, sering sebelum tumor

berdiameter 1-2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan mudah

berdarah, sedangkan pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras

serta dapat dijumpai krusta.


Grading keganasan histopatologis karsinoma sel skuamosa

menurut Borders berdasarkan perbandingan sel-sel yang

berdiferensiasi baik dan atipik, yaitu :2,5,8

i. Gx : grading diferensiasi tidak dapat diperiksa

ii. G1 : berdiferensiasi baik lebih dari 75 % (well differentiated)

11
iii. G2 : berdiferensiasi lebih antara 50 -73 %

iv. G3 : berdiferensiasi lebih antara 25 – 50 % (poor

differentiated)

v. G4 : berdiferensiasi baik kurang dari 25 % (undifferentiated)

Urutan kecepatan invasif dan metastasis karsinoma sel skuamosa

adalah sebagai berikut :

1. Tumor yang tumbuh di atas kulit normal (de novo) : 30%

2. Tumor didahului oleh kelainan prakanker (radio dermatitis,

sikatriks, ulkus, sinus fistula) : 25%

3. Aktinik keratosis : 2%

b. Stadium Klinis
Stadium klinis pada SCC ditentukan stadium TNM berdasarkan AJCC,

modifikasi 2008. SCC dapat dibagi menjadi 4 stadium yaitu :9


1. Stadium I ( T1 N0 M0)
2. Stadium II (T2 N0 M0 atau T3 N0 M0)
3. Stadium III ( T4 N0 M0 atau Tany N1 M0)
4. Stadium IVA ( Tany Nany M1)
Dengan kriteria :
T T1 : Ukuran tumor ≤ 2 cm pada dimensi terbesar
T2 : Ukuran tumor 2-5 cm pada dimensi terbesar
T3 : Ukuran tumor > 5 cm pada dimensi terbesar
T4: Tumor menginvasi stuktur ektradermal bagian dalam (contoh :

kartilago, otot, atau tulang)


N N0 : Tidak ada metastasis KGB regional
N1 : Terdapat metastasis KGB regional
M M1 : Metastasi jauh

H. Diagnosis
a. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis
Anamnesis ditujukan pada adanya faktor risiko, riwayat solar burn,

riwayat transplantasi organ, konsumsi obat-obatan immunosupresif, HIV,

12
dan sebagainya. Riwayat pertumbuhan tumor dari kulit yang sehat (de

novo), atau dari lesi yang sebelumnya ada.2


Perlu diperhatikan kemungkinan adanya lesi yang multiple, terutama

pada pasien kulit putih. Riwayat keluarga, atau pernah menderita kanker

kulit sebelumnya, juga merupakan faktor risiko.2

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terutama ditujukan pada daerah tumor primer dan

regional lymph nodes basin nya. Pada pemeriksaan fisik perlu

diperhatikan bentuk/morfologi tumor primer, pada tahap awal Squamous

Cell Carcinoma akan terlihat berupa papul atau nodul yang kemerahan

dan nyeri. Biasanya nodul atau papul ini di lapisi oleh lapisan

hyperkeratosis, lesi ini berkembang dalam waktu bulanan dan semakin

nyeri. pada tahap lanjut akan berbentuk fungating bentukan seperti

“bunga kol (cauliflower)”. Selain itu perlu diperhatikan adanya ulserasi,

ada tidaknya krusta, kedalaman infiltrasi penting untuk mengetahui

kemungkinan terkenanya struktur lain (tulang, kartilago), dan potensi

metastasis. Pada beberapa kasus, terutama lesi di kaki dan kulit kepala,

maka gambaran SCC ini akan terlihat berupa ulserasi tanpa didahului

nodul atau pembengkakan lainnya.2

Palpasi dengan teliti KGB regional ada tidaknya pembesaran KGB,

dan pemeriksaan kemungkinan adanya metastasis, jauh seperti ke paru,

hati, dan sebagainya.3

13
Gambar 3. Gambaran solar keratosis dan squamous cell carcinoma

Gambar 4. Karsinoma Sel Skuamosa

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang terutama ditujukan untuk mengetahui

diagnosis histopatologis, adanya struktur sekitar yang terinvasi/infiltrasi,

ada tidaknya metastasis jauh, dan pada tumor yang masif untuk melihat

operabilitas tumor dan kemungkinan melakukan coumpound resection.2

14
Pada pemeriksaan biopsi dan histopatologis, biopsy insisional

sebaiknya dihindari. Biopsi untuk lesi yang lebih besar adalah dengan

punch atau shaved biopsy, dengan catatan harus mendapatkan specimen

yang cukup besar dan kedalaman yang cukup. Biopsi eksisional dilakukan

untuk tujuan diagnosis dan terapeutis terutama untuk lesi yang kecil

(<2cm) dan dengan surgical safety margin minimal 1cm.2

Gambar 5. Sel kulit normal dan sel karsinoma sel skuamosa

Pada lesi yang besar dan dalam, diperlukan pemeriksaan foto polos

(misalnya foto tulang), CT scan atau MRI untuk melihat keterlibatan

struktur lain oleh Squamous Cell Carcinoma, operabilitas dan

merencanakan pembedahan lebih baik. Pemeriksaan foto toraks dan USG

Hepar untuk melihat ada tidaknya metastasis jauh.2

I. Penatalaksanaan

Tindakan terapi untuk Squamous Cell Carcinoma tergantung dari

lokasi anatomi, besar, kedalaman invasi/ infiltrasi, grading histology, ada

tidaknya KGB regional yang membesar/ terkena, riwayat terapi/ pembedahan

sebelumnya, metastasis jauh dan kemampuan ahli bedah.2

Modalitas terapi yang utama adalah pembedahan, yaitu eksisi luas,

dengan surgical safety margin yang adekuat (1cm atau lebih). Defek

pembedahan dapat ditutup dengan jahit primer, skin grafting (partial or full,

advancement flap, interpolation flap. Untuk defek yang besar dapat dilakukan

rekontruksi dengan distant flap atau free vascularized graft.2

15
Untuk lesi di daerah sulit, seperti pad acanthus, nasolabial, pre-

orbital, periauricular, dianjurkan untuk dilakukan Mosh Micrographic

Surgery, dan bila tidak mungkin dilakukan eksisi luas dan rekontruksi. SCC

dengan infiltrasi/ invasi jaringan sekitar ( tulang, kartilago, dan lain-lain)

dapat dilakukan compound exicision & reconstruction, dan atau pemberian

radioterapi (jika margin + atau “sempit”).2

Untuk lesi di penis dilakukan partial atau total penectomy dan biopsi

sentinel node inguinal ( KGB pada fossa ovalis femur) dan jika KGB+,

dilakukan diseksi inguinal superficialis. SCC anus, dapat dilakukan eksisi

luas dan pada SCC yang besar/ inoperabel dapat diberikan kemoterapi

(berbasis cisplatum) atau radioterapi atau diberikan secara concomitant.4

J. Prognosis
Penentuan potensi biologis dari SCC dan risiko terjadinya metastasis

dapat diprediksi dari 6 kategori indikator. Indikator-indikator tersebut adalah:2

1) Staging T, N, M.

2) Metastasis local yang menyebar melalui sirkulasi limfe atau persarafan

tidak dicakup oleh sistem yang ada dan biasanya berhubungan dengan

tumor yang rekuren atau persisten.

3) SCC lokal yang rekuren dan atau persisten dan atau pengobatan yang

tidak adekuat.

4) Lokasi anatomis terjadinya lesi primer.

5) Peningkatan SCC dari faktor etiologi selain paparan sinar matahari.

6) Faktor dari pasien (immunosupresi dan komorbid dari kulit yang

berhubungan).

16
Tabel 1.2 Prognosis berdasarkan T
6

T Stage 5 year disease free survival of

treated primary SCC

T1 95-99%

T2 85-60%

T3 60-75%

T4 <40%

Tabel 1.3 Prognosis berdasarkan N


6

No of nodes involved 5 year survival

1 49%

2 30%

>3 13%

ECE 23%

Absent Present 47%

BAB III

PENUTUP

Karsinoma adalah suatu pertumbuhan ganas yang berasal dari sel

epitel. Karsinoma sel skuamosa atau squamous cell carcinoma (SCC) adalah

17
tumor ganas kulit yang berasal dari sel keratinosit epidermis. 1 SCC

merupakan kasus kanker kulit nomor 2 tersering setelah Basalioma, tetapi

SCC dapat menyebabkan metastase jauh hingga kematian. Dikenal dua

bentuk yaitu bentuk intra epidermal dan bentuk invasif. Karakteristik

keganasan berdasarkan terjadinya aplasia, pertumbuhan yang cepat, invasi ke

jaringan setempat dan kemampuan untuk mengadakan metastasis,

perkembangan sel squamous lebih cepat dan lebih sering mengadakan

metastasis dibandingkan karsinoma sel basal.1,2

Sekali pasien SCC mengalami metastase hematogen maka tidak dapat

disembuhkan.6

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba IBTW. Karsinoma Sel Skuamosa. Panduan Penatalaksanaan Kanker

Solid PERABOI 2010. Jakarta : Sagung Seto. 2010.


2. Manuaba IBTW. Kanker kulit. Bedah Onkologi Diagnosis Dan Terapi. Jakarta

: Sagung Seto.2009.151-179

18
3. Bisono, Perdanakusuma David. 2010. Kulit. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah.

edisi 3. EGC. Jakarta. Hal 395-396.


4. ACN Working Party on the Management of Non-Melanoma Skin Cancer.

Basal cell Carcinoma, Squamous Cell Carcinoma and Related Keratinocyte

Dysplasias-A Guide to Clinical Management in Australia.


5. Anadolu Rana, Patel R. Asha, Patel S.Shalu . Squamous Cell Carcinoma of

the Skin. Skin Cancer.2008 .86-109


6. Hochhausser Daniel, Tobias Jeffrey. Cancer and its Management.2010. 397-

399

7. Bonenkamp J.J. Squamous cell carcinoma and basal cell carcinoma of the

skin. Textbook of Surgical Onkology. North and south Amerika.

8. Monroe Marcus. Head and neck Cutaneous Squamous Cell Carsinoma.

Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1965430-

overview#showall . Accessed at January 30, 2013

9. Australia cancer council. A Sumarry of Management in clinical Practical

Basal cell and Squamous cell Carcinoma. (Accessed at www.cancer.org.au 30

Januari 2013)

19

Anda mungkin juga menyukai