Anda di halaman 1dari 20

Referat

Emfisema
Fauzan Rizaldi
NPM : 102120051
1.Pendahuluan
Emfisema adalah suatu penyakit
obstruktif paru yang bersifat kronis
dan progresif.

Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM dan PL di lima
rumah sakit di Indonesia (Jawa Barat, Jawah Tengah, Jawa Timur, Lampung dan
Sumatera selatan), pada tahun 2018 menunjukan PPOK, termasuk emfisema
masuk dalam urutan pertama penyumbang angka kesakitan yaitu 35%, asma
bronkial 33%, kanker paru 30% dan lainnya 2% .

Be r da s a r kan hasil S U S E N A S ( S urv ei So s ial Ekonomi Na s ional )


t ah u n 2 0 1 9 s eban y ak 54 , 5 % pend u d u k laki – laki dan 1 , 2 %
pe r emp u an me ru pakan pe r okok , s ehingga emfi s ema memp u n y ai
faktor pen y ebab dari r okok s ebe s a r 92 % .
2. T i n j a u a n
Pustaka

1.Definisi Emfisema
Emfisema adalah suatu penyakit obstruktif paru yang bersifat
kronis dan progresif, ditandai dengan adanya kelainan
anatomis berupa pelebaran rongga udara distal pada
bronkiolus terminal dan kerusakan parenkim paru.
2 . Patofisiology
Satuan pertukaran udara diparu disebut Alveoli

Pada pasien emfisema alveoli akan mengalami kerusakan progresif


seiring berjalannya waktu

Pasien harus inspirasi & ekspirasi dengan volume udara yang lebih
besar demi memenuhi kebutuhan metabolik distribusi oksigen (O2),
pengeluaran CO2 & menjaga keseimbangan As-Bs

Pelebaran alveoli menyebabkan pembesaran volume paru pada rongga thorax


sehingga kapasitas dinding dada untuk berkembang berkurang

Pada saat inspirasi dan cenderung kolaps saat ekspirasi seingga


ventilasi menjadi terbatas
2 . Patofisiology

Penurunan Rekoil Elastik

Masalah utama emfisema adalah hilangnya recoil elastic sehingga


terjadi kecenderungan paru untuk melawan pengembangan / ekspansi

Salah satu akibat rekoil elastic berkurang adalah kemampuan alveoli


berkurang mengeluarkan udara ekspirasi
2 . Patofisiology

Hiper-Inflasi Paru

Hiper-Inflasi Paru didefinisikan sebagai peningkatan abnormal


volume udara di paru pada akhir ekspirasi biasa. Hiper-Inflasi
ditetapkan bila KRF (Kapasitas Residu Fungsional) berada diatas
persentil 95 dari nilai prediksi. Hiper-Inflasi juga memiliki efek
meningkatkan usaha bernapas dan menimbulkan rasa sesak. Hiper-
Inflasi merubah strktur diafagma menjadi lebih mendatar.
2 . Patofisiology

Penurunan Equal Pressure Point (Titik Tekanan Sama) dan Early Airway
Closure (Penutupan Dini Saluran Napas)

Tekanan Intrapleura (PpI) selalu negatf pada pernafasan normal.


Pada ekspirasi aktif kontraksi otot-otot bantu nafas (otot abdomen
dan intercostal internal) membuat tekanan intrapleura menjadi
positif. Saluran nafas setelah titik ini dipastikan mengalami
kompresi.
2 . Patofisiology

Perubahan proses difusi

Pada PPOK terjadi perubahan patologik saluran napas berupa


sumbatan akibat mukus yang menyebabkan distribusi aliran udara
yang menjadi tidak merata pada seluruh bagian paru.
2 . Patofisiology

Penilaian radiologis emfisema


4. Klasifikasi
Simposium Ciba tahun 1959 merekomendasikan klasifikasi
emfisema dilakukan sesuai dengan struktur patologi
anatomi.
Klasifikasi anatomi emfisema strukturnya terdiri dari 4
berdasarkan variasi pola yang dapat dilihat,
yakni a.emfisema sentrilobular.
b.emfisema paraseptal.
c.emfisema
panlobular.
d. emfisema
iregular / tidak
beraturan.
5. Penegakan
diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
2 . Pemeriksaan
Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hasil yang sering ditemukan adalah :
Pasien bernapas pursed lips (bibir setengah terkatup mencucu)
Bentuk dada pasien seperti tong (barrel chest), dengan
diameter anterior-posterior dada dan sela-sela iga melebar
Ekspirasi memanjang
Peningkatan laju napas
Penggunaan otot bantu
napas
Pada auskultasi ditemukan suara napas wheezing atau suara vesikuler melemah
Pada perkusi didapatkan hipersonor
Pada kondisi emfisema yang sudah parah biasanya ditemukan sianosis, Peningkatan
jugular venous pressure (JVP) dan edema tungkai dengan atau tanpa gejala gagal
jantung kanan.
3. Pemeriksaan
penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan


pada pasien emfisema adalah
a. pemeriksaan laboratorium.
b. radiologi.
c. spirometri.
6 . Penatalaksanaan
Emfisema tidak dapat disembuhkan, tetapi penanganan dapat
dilakukan untuk meringankan gejala. Berbagai metode yang
bisa diterapkan adalah:
Terapi paru
Terapi paru atau olahraga ringan seperti berjalan kaki
dapat memperkuat otot pernapasan dan mengurangi
gejala, sehingga lebih mudah bernapas dan aktif secara
fisik. Yoga, tai chi dan latihan pernapasan dalam juga bisa
membantu meringankan gejala.
6 . Penatalaksanaan

Konsumsi makanan kaya vitamin


Penderita emfisema sering kekurangan berat badan.
Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin A, C dan E
(seperti buah dan sayur) dianjurkan untuk meningkatkan
kesehatan secara keseluruhan.
6 . Penatalaksanaan
TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi farmakologi emfisema dapat menggunaka
bronkodilator, kortikosteroid, antibiotik, n dan
terapi oksigen. pemberian
7 . Komplikasi

Ada beberapa komplikasi akibat emfisema yang bisa


terjadi.
1. Pneumothorax
2. Terbentuknya Balon Besar di Paru-Paru
3. Gangguan Jantung Akibat Kerusakan Paru
3. Penutup
Emfisema merupakan salah satu proses patologis parenkim paru pada
PPOK. Ketidakseimbangan protease dan antiprotease akibat pajanan
asap rokok menjadi penyebab emfisema.
Hiperinflasi pada emfisema merupakan konsekuensi kondisi air
trapping yang disebabkan oleh aliran udara ekspirasi sehingga terjadi
peningkatan usaha bernapas yang menimbulkan sesak napas.
3. Penutup
Diagnosis emfisema dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien umumnya
datang dengan sesak nafas dan riwayat merokok. Pada pemeriksaan
penunjang berupa rontgen dada akan tampak gambaran hiperinflasi
paru. Terapi farmakologi emfisema dapat menggunakan
bronkodilator, kortikosteroid, antibiotik, dan pemberian terapi
oksigen.
Thank
you!

Anda mungkin juga menyukai