Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN

PPOK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Program Pendidikan Profesi Ners Stase
Keperawatan kritis

DOSEN PENGAMPU :

Dr.Ginly Aileen Joan S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH :

Serpina Murib S.Kep (2253024)

UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA


2022/2023
a. Definisi

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD (Cronic

Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu penyakit yang bisa di cegah dan

diatasi yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, biasanya

bersifat progresif dan terkait dengan adanya proses inflamasi kronis saluran nafas

dan paru- paru terhadap gas atau partikel berbahaya (Ikawati, 2016)

PPOK adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit

paru- paru yang berlangsung lama dan di tandai oleh peningkatan retensi terhadap

aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. (Manurung, 2016).

b. Etiologi

Terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya penyakit PPOK,

yaitu :

a. Merokok

Merokok merupakan penyebab yang paling utama pada penderita PPOK. Berisiko

30 kali lebih besar pada perokok dibanding bukan perokok. Kurang lebih. 15-20 %

perokok akan mengalami PPOK. Kematian akibat PPOK terkait dengan usia mulai

merokok, jumlah rokok yang dihisap, dan status merokok yang terakhir saat PPOK

mulai berkembang. Namun, bukan berarti semua penderita PPOK merupakan


perokok karena kurang lebih 10 % orang yang tidak merokok mungkin juga

menderita PPOK karena secara tidak langsung terpapar asap rokok sehingga

menjadi perokok pasif (Ikawati, 2016).

b. Usia

Semakin bertambah usia, semakin besar risiko menderita PPOK (Ikawati, 2016).

Pada usia 45-65 tahun erupakan usia paling Sering dijumpai pasien PPOK (Padila,

2012).

c. Pekerjaan

Pekerjaan juga dapat menjadi penyebab terkena penyakit PPOK. Salah satunya

para pekerja tambang emas atau batu bara yang berhubungan erat dengan

kontaminasi udara yang mereka hirup dari debu batubara. Pekerjaan ini yang

mempunyai risiko yang lebih besar untuk terkena penyakit PPOK (Danusantoso,

2012).

c. Polsi udara

Polusi udara juga merupakan faktor tersering yang menyebabkan PPOK, karena

setiap hari manusia menghirup dan mengeluarkan kembali udara melalui ekpirasi.

Makin kotor udara semakin banyak pula kotoran yang masuk ke dalam saluran

pernapasan. Polutan ini berasal dari asap kendaraan bermotor, debu, gas, maupun

polusi dari dalam rumah misalnya asap dapur. Makin tinggi kadar polutan semakin

mudah dan cepat orang menderita penyakit PPOK (Danusantoso, 2012).

d. Berbagai faktor lainnya menurut Wahid & Suprapto, (2013) yakni :

1) Faktor genetik
Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit PPOK. Faktor genetik diantaranya

adalah atropi yang ditandai dengan adannya eosinifilia atau peningkatan kadar

imonoglobulin E (IgE) serum, adannya hiperesponsif bronkus, riwatyat penyakit

obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein alfa-1 antitripsin (Wahid &

Suprapto, 2013).

2) Infeksi

Infeksi menyebakan infeksi paru lebih hebat sehingga gejala yg timbul lebih berat.

Infeksi pernafasan bagian atas selalu menyebabkan infeksi paru bagian dalam,

serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Bakteri yang paling banyak

ditemukan adalah mophilus influenzae dan streptococcus pneumoniae (Wahid &

Suprapto, 2013).

3) Jenis kelamin

Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK dari pada wanita hal ini terkait dengan

kebiasaan merokok pada laki-laki. Prevalensinya pada laki-laki sebesar 4,2% dan

perempuan 3,3% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Selain

itu, wanita lebih rentan terhadap bahaya merokok daripada pria. Bukti-bukti klinis

menunjukkan bahwa wanita dapat mengalami penurunan fungsi paru yang relatif

sama. Wanita juga akan mengalammi PPOK yang lebih parah daripada pria. Hal

ini diduga karena ukuran paru-paru wanita umumnya relatif lebih kecil daripada

pria, sehingga dengan paparan rokok yang sama presentase paru yang terpapar

pada wanita lebih besar daripada pria (Ikawati, 2016).

c. Patofisiologi

Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan PPOK yaitu asma, emfisema

paru- paru dan bronchitis. Asma akibat alergi bergantung kepada respons IgE

yang
dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen

dengan molekul IgE yang berikatan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang

mencetuskan asma bersifat airbone dan agar dapat menginduksi keadaan

sensitivitas,alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode

waktu tertentu.

Antagonist β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas pada klien

asma, sama dengan klien lain dapat menyebabkan peningkatan reaktifitas jalan

nafas dan hal tersebut harus dihindarkan . Pencetus pencetus asma mengakibatkan

timbulnya reaksi antigen dan antibody. Reaksi antigen antibodi ini akan

mengeluarkan substansi pereda alergi yang sebetulnya merupakan

mekanismetubuh dalam menghadapi serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa

histamine, bradikinin dan anafilatoksin. Hasil dari reaksi tersebut adalah

timbulnya tiga gejala yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas

kapiler dan peningatan sekret mukus (Somantri, 2009) .

Bronchitis timbul akibat dari adanya paparan terhadap agen infeksi maupun non

infeksi (terutama rokok tembakau). Iritan akan memicu timbulnya respon

inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema dan

bronkospasme. Bronchitis lebih memengaruhi jalan nafas kecil dan besar

dibandingkan dengan alveoli. Oleh karena mucocilliary defence dari paru

mengalami kerusakan, maka meningkatkan kecenderungan untuk terserang

infeksi, ketika infeksi timbul kelenjer mukus akan menjadi hipertropi dan

hiperplasia, sehingga produksi mukus akan meningkat. Dinding bronkial

meradang dan menebal (sampai dua kali ketebalan normal ) dan mengganggu

aliran udara. Mucus kental ini bersama-sama dengan produksi mukus yang banyak

akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara

besar. Bronchitis kronis mula-mula


mempengaruhi hanya pada bronkus besar dan pada khirnya saluran-saluran nafas

akan terkena.

Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan menyebabkan obstruksi jalan

nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kolaps dan udara

terperangkap pada bagian distal paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan

ventilasi alveolar, hipoksia dan asidosis. Klien akan mengalami kekurangan

oksigen jaringan dan timbul rasio ventilasi perfusi abnormal, dimana terjadi

penurunan PaCO2, klien terlihat sianosis ketika mengalami kondisi ini (Somantri,

2009) .

Pada emfisema penyebab utama penyakit ini adalah merokok dan juga infeksi,

beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas pada emfisema yaitu : inflamasi

dan pembengkakan bronki, produksi lendir yang berlebihan, kehilangan recoil

elastik jalan nafas dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli yang

berfungsi. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar

yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang,

menyebabkan peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas

yang dapat terjadi) dan mengakibatkan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen

mengakibatkan hipoksemia. Ada tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida

dalam darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius.

Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring-jaring kapiler pulmona

berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan dipaksa untuk

mempertahanakan tekanan darah yang tinggi dalam arteri pulmonal. Dengan

demikian gagal jantung sebelah kanan (kor pulmonal) adalah salah satu

komplikasi emfisema karena cor pulmonal menyebabkan vaskuler bed / luasnya

permukaan
pembuluh darah akibat semakin terdesaknya pembuluh darah oleh paru yang

mengembang/ kerusakan paru, darah menjadi asam dan kandungan CO2 dalam

darah meningkat dan oksigen di alveoli menurun lalu terjadilah penyempitan

pembuluh darah dan jumlah sel darah merah meningkat dan menyebabkan

pengentalan darah, lama kelamaan hal ini dapat mengakibatkan hipertensi yang

berakhir dengan gagal jantung.

Sekresi yang meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk

membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan

kronis dengan demikian menetap dalam paru yang mengalami emfisema

memperberat masalah. Individu dengan emfisema mengalami obstuksi kronik ke

aliran amsuk dan aliran keluar udara dari paru-paru. Paru-paru dalam keadaan

hiperekspansi kronik.

Untuk mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-apru dibutuhkan tekanan

negative selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat harus

dicapai dan diprtahankan selama ekspirasi. Posisi selebihnya adalah salah satu

inflasi. Dari pada menjalankan aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan

membutuhkan upaya otot-otot . sesak nafas pasien terus meningkat , dada menjadi

kaku, dan iga-iga terfiksasi pada persendiannya. Dada seperti tong ( barrel chest)

pada banyak pasien ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru karena adanya

kecenderungan yang berkelanjutan pada dinding dada untuk mengembang

(Muttaqin, 2008).

Iritan terus menerus dari ketiga penyakit akan menyebabkan iritasi muksa

bronkus sehingga membentuk lendir yang akan menumpuk akibat kurangnya

fungsi gerak silia, hal ini menyebabkan timbulnya infeksi yang akan menarik

leukosit. Leukosit
akan mengeluarkan enzim yang merusak jaringan elastisitas paru, akibatnya

hilangnya elastisitas paru yang sangat besar. Pada orang sehat bronkus akan tetap

terbuka oleh tarikan jaringan elastisitas paru. Pada waktu inspirasi rongga dada

mengembang dan diafragma turun, bronkus melebar dan udara mengalir dengan

cepat. Pada bronkoskopi akan tampak bronkus melebar waktu inspirasi. Waktu

ekspirasi pipa bronkus akan lebih sempit tetapi masih terbuka. Pada bronchitis

kronik jaringan paru dan jaringan elastisitas menghilang (bila dinding di antara

alveolus menghilang disebut emfisema), selama inspirasi udara akan mengalir

kedalam bronkus yang melebar. Pada inspirasi banyak bronkus- bronkus kecil

yang tidak dapat membuka akibat melemahnya jaringan elastik dan akan terjadi

kolaps, udara tidak dapat keluar dari alveoli (udara terperangkap = air trapping).

Akibatnya sebagian alveolus paru-paru tidak lagi turut dalam proses pernafasan

(ventilasi). Darah akan tetap mengalir melalui bagian tersebut tetapi tidak lagi

mengambil oksigen. Timbul hipoksia dan sianosis. Terdapat juga penumpukan

CO2 dalam darah serta asidosis respiratorik. Pendrita akan tetap mencoba

membuka pipa bronkus selama inspirasi selama ekspirasi dengan membusungkan

dada sewaktu bernafas (dada bentuk tong = barrel chest).

Penderita akan senantiasa menggunakan otot-otot pernafasan pembantu. Mereka

hanya mempunyai cadangan ventilasi pernafasan yang rendah dan bila terjadi

serangan bronchitis bacterial akan timbul kegagalan pernafasan dengan PO2 yang

rendah ( dibawah 55 mmHg) dan PCO2 sangat tinggi (lebih dari 50 mmHg).

Asidosis respiratorik yang sangat berat dapat menyebabkan koma (Sibuea dkk,

2009)
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari berkurangnya

permukaan alveoli bagi pertukaran udara. Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini

menyebabkan hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam darah lalu diikuti

dengan terjadinya hipoksi dan berakhir dengan terjadi nya gagal nafas.

Keseimbangan normal antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler

pulmo menjadi terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan

ventilasi tetap sama. Saluran pernafasan yang terhalang mukus kental atau

bronkospasma menyebabkan penurunan ventilasi, akan tetapi perfusi akan tetap

sama atau berkurang sedikit.

Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara menyebabkan perubahan

pada pertukaran oksigen dan karbondioksida. Obstruksi jalan nafas yang

diakibatkan oleh semua perubahan patologis yang meningkatkan resisten jalan

nafas dapat merusak kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen

atau karbondioksida. Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida

meningkat. Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen ke

jaringan tubuh, tubuh melakukan metabolisme anaerob yang mengakibatkan

produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi. Akibatnya pasien lemah

dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi juga menjadi

berkurang yang dapat menyebabkan anoreksia (Brasheer, 2007).

2. Tinjauan Kasus

a. Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Umur : 61 Tahun

Status : Sudah Menikah


Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMP

b. Identitas Penanggung jawab

Nama : Tn. N

Umur : 30 Tahun

Status : Sudah Menikah

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMP

c. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Tn. S dirawat di ruang rawat inap paru masuk melalui IGD pada tanggal 14 Sept 2022

pukul 10.00 WIB alasan masuk sesak semakin meningkat yang disetai batuk berdahak

sejak 5 hari. Pasien mengatakan sesak bertambah seiring dengan adanya aktifitas

ringan. Pasien mengatakan nyeri pada dada.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal pada tanggal 14 Sept 2022 dengan hari

rawatan pertama kondisi pasien tampak sesak dan sesak meningkat seiring dengan

adanya aktifitas ringan, pasien mengatakan batuk yang disertai dahak yang sulit untuk

di keluarkan berwarna putih. Pasien tampak menggunakan otot bantu pernafasan dan

pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi fowler.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah di rawat di RSAB selama 10. Biasanya pasien menghabiskan sebanyak

1-2 bungkus rokok perhari. Pasien mengatakan sudah berhenti merokok sejak 3 tahun

yang lalu. Pasien mengatakan seorang petani yang sering terpapar dengan asap

pembakaran.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tn. S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan

pasien . Pasien juga mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit

keturunan seperti diabetes mellitus, jantung, asma, hipertensi.

e. Pola Aktivitas Sehari-hari

1. Pola Nutrisi

Makan

- Sehat : pasien mengatakan biasanya makan 3x sehari dengan lauk dan sayuran, pasien

tidak memiliki alergi makanan tetapi pasien tidak menyukai ikan tongkol dan daging

- Sakit : Pasien hanya menghabiskan seperempat Porsi

Minum

- Sehat : pasien mengatakan minum 6-7 gelas dalam sehari sekitar 2000 cc

- Sakit : pasien minum 5 gelas dalam sehari sekitar 1000 cc, teprasang IVFD Asering

20 tetes/menit

2. Pola Eliminasi

BAB
- Sehat : pasien mengatakan biasanya BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak dan

bewarna kuning kecoklatan

- Sakit : pasien mengatakan BAB 1x dengan konsistensi lunak dan bewarna kuning

kecoklatan

BAK

- Sehat : pasien mengatakan BAK sebanyak 5-6 kali dalam sehari berwarna kuning

tidak pekat sekitar 1500 cc dalam sehari.

- Sakit : pasien BAK melalui kateter berwarna kuning dengan volume sekitar 1500 cc

dalam sehari.

3. Pola Tidur dan Istirahat

- Sehat : pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam dalam sehari dan hanya sesekali

tidur siang.

- Sakit : pasien tidur kurang lebih 5 jam dalam sehari

4. Pola Aktivitas dan Latihan

- Sehat : pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa dibantu.

- Sakit : pasien mengatakan sulit untuk beraktifitas dan hanya berada di atas tempat

tidur, aktivitas sehari- harinya dibantu oleh perawat dan keluarga yang mendampingi

f. Riayat Psikososial

- Pada status emosional pasien mampu untuk mengontrol emosinya


- Pada kecemasan pasien terlihat agak cemas namun masih dalam batas wajar

- Pada pola koping pasien baik dan optimis penyakitnya dapat disembuhkan

- Pada gaya komunikasi pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya

dengan baik

- Pada konsep diri (gambaran diri, harga diri, peran, identitas, ideal diri) pasien

merupakan seorang duda dan ayah yang dikenal baik dan bertanggung jawab dalam

keluarganya. Namun pasien agak merasa kasihan kepada keluarganya karena harus

merawatnya.

g. Pemeriksaan Head To toe

- Keadaan umum pasien lemah dengan tingkat kesadaran compos mentis cooperative.

- TB 165 cm dan BB 57 kg.

- Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pada kepala lesi (-) dan rambut tidak mudah patah.

- Pada mata di temukan mata bersih, simetris, pupil isokor ø/ø (2mm/2mm),

konjungtiva tidak anemis.

- Pada hidung, pernafasan cuping hidung (-), hidung bersih.

- Pada mulut di temukan mulut bersih, sianosis (-).

- Pada leher pembesaran vena jugularis (-) dan pembesaran kelenjer getah bening (-).

- Pada paru terlihat simetris , penggunaan otot bantu pernafasan (+). pemeriksaan

premitus dada kanan = dada kiri.

- Pada perkusi dada kanan dan kiri terdengar sonor dan pada auskultasi terdengar

ekpirasi lebih panjang dari pada inspirasi (bronkial) terdapat suara ronkhi.
- Pemeriksaan jantung didapatkan iktus kordis tidak terlihat, iktus teraba 2 jari RIC 5,

pada perkusi pekak pada batas-batas jantung, irama jantung reguler.

- Pemeriksaan abdomen perut simetris, hepar tidak teraba, timpani, bising usus normal.

Edema (-) pada ekstremitas, CRT < 2 dtk serta pada genitalia pasien terpasang kateter

urin

h. Tes Diagnostik

Berdasarkan laboratorium kimia darah pasien didapatkan:

- Hemoglobin 13,2 g/dl,

- Leukosit 15.260/mm3,

- Trombosit 203.000/mm3 ,

- Hematokrit 40 % ,

- Gula darah sewaktu 145 mg/dl,

- Ureum darah 102 mg/dl,

- Kreatinin darah 3,1 mg/dl .

- Hasil analisa gas darah yaitu pH 7,33, PCO2 42 mmHg, pO2 148 mmHg, Na+ 136

mmol/L, HCO3- 22,1 mmol/L.

- Hasil pemeriksaan echocardiography tanggal 26 Mei 2017 Hasil : PH negatif

i. Obat-obatan

- IVFD Asering + 15 cc
Indikasi: Asering infus dalah larutan yang mengandung berbagai elektrolit. Cairan ini

digunakan untuk membantu mengatasi kondisi dehidrasi

Kontraindikasi: Tidak aman bagi ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi, gagal

jantung, kerusakan ginjal, hiperdehidrasi

Efek Samping: Anuria( tidak mampu mmproduksi urin), edema, oliguria(jumlah urin

yang keluar sedikit)

- Aminophylin

Indikasi: obstruksi saluran nafas reversible, asma akut, obat penyakit PPOK

Kontraindikasi: penyakit hipertensi, hipertiroid, kehamilan dan menyusi,epilepsi

Efek Samping: Sakit kepala, mual muntah, glisah, insomnia, diare

- Ceftriaxone injeksi 1 x 2 gr

Indikasi: mengatasi infksi bakteri, obat golongan antibiotic.

Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap obat golongan sefalosporin

Efek Samping: sakit kepala, pusing, mual muntah, ruam kulit, sakit prut, diare.

- Infus levofloxacin 1x750 gr

Indikasi: obat golongan antibiotik

Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap levofloksasin dan antimikroba

Efek Samping: sakit kpala, diare, pusing, mata terasa panas, mual muntah, diare,

vagina gatal.

- Metilprednisolon injeksi 2x125


Indikasi: Obat untuk meredahkan peradangan, asma, radang usus, lupus dll

Kontraindikasi: Bayi premature, penderita dengan riwayat penyakit jiwa, pasien

sdang imunisasi.

Efek Samping: Nyeri atau lemah otot, kekurangan kaliam menstruasi tidak teratur,

sakit kpala, jerawat.

- Flumucil nebu 2x1

Indikasi: Obat Inhalasi khusus penyakit pada saluran prnafasan ditandai dengan

hipersekresi dahak/mukus

Kontraindikasi: Hipersensitif

Efek Samping: diare, takikardi, penurunan TD, Mual muntah

- Combivent nebu 6x1

Indikasi: Meredahkan dan mencegah munculnya sesak nafas yang sering disebabkan

oleh asma dan PPOK

Kontraindikasi:

Efek Samping: Sakit kepala, batuk, diare, mual muntah, diare, pusing,

- Ranitidine injeksi 2x1

Indikasi: obat yang digunakan untuk mengobati gjala atau penyakit yang berkaitan

dengan asam lambung brlbih, maag, GERD

Kontraindikasi: gangguan fungsi paru-paru, gangguan irama jantung

Efek Samping: Sakit kepala, sembelit, diar, mual muntah, sakit perut
- Sucralfate syrup 3x1

Indikasi: obat mengatasi tukak lambung, ulkus duodenum, gastritis kronis

Kontraindikasi:

Efek Samping: konstipasi, mulut kering, sakit perut, mual, muntah, pusing ,

insomnia, sakit kpala, sakit punggung.

- Laxadin syrup 3x1

Indikasi: Obat yang digunakan untuk mengatasi susah buang air besar.

Kontraindikasi: Nyeri perut tidak diketahui penybabnya

Efek Samping: ruam kulit , rasa panas terbakar

- Nairet 6 x0,3 cc

Indikasi: obat yang digunakan untuk pengobatan asma brokial, emfisema dan

penyakit paru lainnya

Kontraindikasi: Hipersensitiv

Efek Samping: Tremor, palpitasi

- PCT 3x500 mg

Indikasi: Meredahkan Demam, nyeri

Kontraindikasi: Hipersensitif/ Alergi , pendrita gangguan fungsi hati

Efek Samping: mual muntah, sakit kepala, urin berwarna glap, insomnia

j. Data Analisis
No Data Masalah Penybab
1 DS Ketidakfektifan Mukus berlbihan
- Pasien mengatakan batuk bersihan jalan nafas
yang disertai sekret yang
sulit dikeluarkan
- Dahak berwarna kekuningan
- Pasien mengatakan sesak
nafas dan pasien merasa
sesak meningkat ketika
beraktifitas ringan.
DO
- Pernafasan pasien 24 x/i
- Pasien tampak sesak
- Pasien menggunakan otot
bantu pernafasan
- Pasien tampak
berusaha mengeluarkan
dahak
- Auskultasi terdengar ronkhi
2 DS Ketidakefektifan penggunaan otot
- Pasien mengatakan sesak
pola nafas bantu pernafasan
nafas
- Pasien mengatakan
nafas bertambah sesak
seiring dengan adanya
aktifitas ringan

DO
- Pernafasan pasien 24 x/i
- Pasien tampak sesak
- Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernafasan

3 DS Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan


- Pasin mengatakan antara suplai dan
nafas terasa sesak kebutuhan oksigen
- Pasien mengatakan sesak
bertambah dengan adanya
aktifitas ringan
- Pasien mengatakan tubuh
terasa lemah
- Pasien mengatakan
aktifitas di bantu oleh
keluarga dan perawat

DO
- Pasien tampak sesak
ketika merubah
posisi
- Aktifitas pasien
tampak di bantu oleh
keluarga dan perawat
- Pasien tampak lemah
- Pasien terpasang infus
- Pasien terpasang kateter
- Pasien terpasang NGT
- Pasien terpasang oksigen.

k. Diagnosa Keprawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebih

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penggunaan otot bantu pernafasan

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen


l. Nursing Care Planning

Asuhan Keperawatan Hari-1

No Diagnosa Tujuan Intrvensi Implmentasi Evaluasi

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas : 1. Sudah S: “Secret masih ada sus”
bersihan jalan nafas tindakan a. Posisikan pasien memposisikan O:
berhubungan keperawatan untuk pasien untuk - Manajemen diri
dengan mukus diharapakan memaksimalkan memaksimalkan penyakit paru
berlebih manajemen diri : ventilasi ventilasi obstruktif kronis
penyakit paru b. Lakukan fisioterapi 2. Sudah baik,
obstruktif kronis dada sebagai mana menginstruksikan - Kepatenan jalan
dengan kriteria hasil mestinya bagaimana agar nafas baik dengan
: c. Buang secret bias melakukan data evaluasi hari
a. Secara dengan memotivasi batuk efektif pertama secret
konsisten pasien untuk 3. Sudah masih ada dan nafas
menunjukkan melakukan batuk mengauskultasi masih sesak dengan
menerima atau menyedot suara nafas frekuensi pernafasan
diagnosis lender 4. Sudah menonitor 26x/i
b. Secara d. Instruksikan suara nafas A: Masalah belum teratasi
konsisten bagaimana agar tambahan P: Intervensi dilanjutkan.
mencari bias melakukan 5. Sudah
informasi batuk efektif memberikan
tentang cara e. Auskultasi suara bantuan terapi
mecegah nafas nafas nebulizer
komplikasi combivent
c. Secara f. Posisikan untuk
konsisten meringankan sesak
menunjukkan nafas
menjalankan
aturan Penghisapan lendir pada
pengobatan jalan nafas
sesuai resep a. Gunakan alat
d. Secara pelindung
konsisten b. Tentukan perlunya
menunjukkan suksion mulut atau
berpartisipasi trachea
dalam aturan c. Auskultasi suara
berhenti naafs sebelum
merokok dans etelah
e. Secara tindakan suction
konnsisten d. Innstruksikan
menunjukkan kepada pasien untuk
f. Secara menarik nafas
konsisten dalam sebelum
menunjukkan dilakukan suction
memantau e. Monitor adanya
perburukan nyeri
gejala f. Monitor status
oksigenasi pasien
Setelah dilakukan g. Monitor dan catat
tindakan warna, jumlah
keperawatan dan konsistensi
diharapakan status secret
pernafasan :
kepatenan jalan
nafas dengan
kriteria hasil:
a. Frekuensi
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
b. Irama
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
c. Kemampuan
untuk
mengeluarkan
secret tidak
ada deviasi
dari kisaran
normal
d. Suara
nafas
tambahan
tidak ada
e. Dispnea
dengan
aktifitas ringan
tidak ada
f. Penggunaan
otot bantu
pernafasan
tidak ada

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan status
pernafasan :
ventilasi dengan
kriteria hasil :
a. Frekuensi
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
b. Irama
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
c. Suara perkusi
nafas tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
d. Kapasitas vital
tidak ada
deviasi dari
dari kisaran
normal
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Terapi oksigen 1. Sudah S: “masih sesak sus”
pola nafas tindakan a. Pertahankan memberikan O:
berhubungan keperawatan kepatenan jalan oksigen 3L/i - Status pernafasan
dengan penggunaan diharapkan status nafas 2. Sudah ventilasi dan status
otot bantu pernafasan : b. Siapkan memonitor aliran pernafasan gangguan
pernafasan ventilasi dengan peralatan oksigen oksigen pertukaran gas
kriteria hasil : dan berikan 3. Sudah dengan data evaluasi
a. Frekuensi melalui system memonitor pasien mengatakan
pernafasan humidifier tanda-tanda vital ssak berkurang
tidak ada c. Berikan oksigen 4. Sudah dengan frekuensi
deviasi dari tambahan seperti memonitor suara pernafasan 23x/i .
kisaran normal yang paru-paru A: Masalah belum teratasi
b. Irama diperintahkan P: Intervensi dilanjutkan.
pernafasan d. Monitor aliran
tidak ada oksigen
deviasi dari e. Monitor
kisaran normal efektifitas terapi
c. Suara perkusi oksigen
nafas tidak f. Amati tanda-
ada deviasi tanda
dari kisaran hipoventialsi
normal induksi oksigen
d. Kapasitas vital g. Konsultasi
tidak ada dengan tenaga
deviasi dari kesehatan lain
dari kisaran mengenai
normal penggunaan
oksigen
Setelah dilakukan tambahan selama
tindakan kegiatan dan atau
keperawatan tidur
diharapakan status 2. Monitor tanda-tanda
pernafasan : vital
pertukaran gas a. Monitor tekanan
dengan kriteria darah, nadi,
hasil suhu dan status
: pernafasan
a. Tekanan dengan tepat
parsal oksigen b. Monitor tekanan
di darah arteri darah saat
(PaO2) tidak pasien
ada deviasi berbaring, duduk
dari kisaran dan berdiri
normal sebelum dan
b. Tekanan setelah
parsial perubahan posisi
karbondioksisa c. Monitor dan
di darah arteri laporkan tanda
(PaCO2) tidak dan gejala
ada deviasi hipotermia dan
dari kisaran hipertermia
normal d. Monitor
c. Saturasi keberadaan nadi
oksigen tidak dan kualitas
nadi
ada deviasi e. Monitor irama
dari kisaran dan tekanan
norma jantung
d. Keseimbangan f. Monitor suara
ventilasi dan paru-paru
perfusi tidak g. Monitor warna
ada deviasi kulit, suhu dan
dari kisaran kelembaban
normal h. Identifikasi
kemungkinan
penyebab
perubahan tanda-
tanda vital
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Terap aktivitasi 1. Sudah S: “masih sesak kalua buat
berhubungan asuhan keperawatan a. Bantu pasien membantu pasien sesuatu sus”
dengan kelemahan, diharapkan aktivitas untuk memilih memilih aktifitas O:
2. Sudah 3. Data evaluasi pada
ketidakseimbangan pasien terpenuhi aktivitas dan
membantu
antara suplai dan dengan kriteria hasil pencapaian mengidentifikasi hari pertama pasien
kebutuhan oksigen : tujuan melalui aktifitas sehari- mengatakan pasien
1. Kelelahan : aktivitas yang hari pasien terasa lebih sesak jika
efek yang konsisten 3. Sudah membantu melakukan aktifitas
menganggu b. Bantu pasien pasien dan ringan
- Tidak ada memperoleh keluarga 4. Pada hari ke empat
memenuhi
malaise sumber-sumber pasien pasien
- Tidak ada yang diperlukan mengatakan masihs
lethargi untuk aktivitas esak saat melakukan
yang dilakukan aktifitas ringan
seperti berbaring.
- Tidak ada c. Bantu pasien A: Masalah belum teratasi
gangguan dan keluarga P: Intervensi dilanjutkan.
aktifitas fisik mengidentifikasi
- Tidak ada kelemahan
gangguan d. Intruksikan
rutinitas pasien dan
2. Perawatan Diri keluarga
: Aktivitas mempertahankan
sehari-hari fungsi dan
- Mampu kesehatan terkait
berpindah dan sosial, spiritual,
memposisikan dan kognisi
diri e. Intruksikan
- Mampu makan pasien dan
dengan keluarga
mandiri beradaptasi
- Mampu dengan
berpakaian
lingkungan
- Mampu
melakukan f. . Bantu
kebersihan memenuhi
badan dan aktifitas sehari-
mulut hari pasien
g. Ciptakan
lingkungan yang
aman 8. Bantu
pasien dan
keluarga
mengevaluasi
kemampuan
pasien dalam
beraktifitas.

2. Manajemen energi
a. Kaji status
fisiologis pasien
terhadap
kelelahan
b. Anjurkan pasien
mengungkapkan
kemampuannya
c. Pilih intervensi
yang
mengurangi
kelelahan
d. Tentukan jenis
dan banyak
aktifitas yang
dilakukan
e. Monitor intake
nutrisi untuk
mengetahui
sumber energy
f. Kolaborasi
dengan ahli gizi
mengenai
asupan energi
yang sesuai
kebutuhan
g. Tingkatkan tirah
baring dan
waktu istirahat
pasien
h. Lalukan ROM
pasif/aktif
Asuhan Keperawatan Hari-2

No Diagnosa Tujuan Intrvensi Implmentasi Evaluasi

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas : 6. Sudah S: “Secret masih ada sus tapi
bersihan jalan nafas tindakan g. Posisikan pasien memposisikan sedikit”
berhubungan keperawatan untuk pasien untuk O:
dengan mukus diharapakan memaksimalkan memaksimalkan - Manajemen diri
berlebih manajemen diri : ventilasi ventilasi penyakit paru
penyakit paru h. Lakukan fisioterapi 7. Sudah obstruktif kronis
obstruktif kronis dada sebagai mana menginstruksikan baik,
dengan kriteria hasil mestinya bagaimana agar - Kepatenan jalan
: i. Buang secret bias melakukan nafas baik dengan
g. Secara dengan memotivasi batuk efektif data evaluasi hari
konsisten pasien untuk 8. Sudah pertama secret
menunjukkan melakukan batuk mengauskultasi masih ada dan nafas
menerima atau menyedot suara nafas masih sesak dengan
diagnosis lender 9. Sudah menonitor frekuensi pernafasan
h. Secara j. Instruksikan suara nafas 21x/i
konsisten bagaimana agar tambahan A: Masalah teratasi
mencari bias melakukan 10. Sudah sebagian
informasi batuk efektif memberikan P: Intervensi dilanjutkan.
tentang cara k. Auskultasi suara bantuan terapi
mecegah nafas nafas nebulizer
komplikasi l. Posisikan untuk combivent
i. Secara meringankan sesak
konsisten nafas
menunjukkan
menjalankan Penghisapan lendir pada
aturan jalan nafas
pengobatan h. Gunakan alat
sesuai resep pelindung
j. Secara i. Tentukan perlunya
konsisten suksion mulut atau
menunjukkan trachea
berpartisipasi j. Auskultasi suara
dalam aturan naafs sebelum
berhenti dans etelah
merokok tindakan suction
k. Secara k. Innstruksikan
konnsisten kepada pasien untuk
menunjukkan menarik nafas
l. Secara dalam sebelum
konsisten dilakukan suction
menunjukkan l. Monitor adanya
memantau nyeri
perburukan m. Monitor status
gejala oksigenasi pasien
n. Monitor dan catat
Setelah dilakukan warna, jumlah
tindakan dan konsistensi
keperawatan secret
diharapakan status
pernafasan :
kepatenan jalan
nafas dengan
kriteria hasil:
g. Frekuensi
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
h. Irama
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
i. Kemampuan
untuk
mengeluarkan
secret tidak
ada deviasi
dari kisaran
normal
j. Suara nafas
tambahan
tidak ada
k. Dispnea
dengan
aktifitas ringan
tidak ada
l. Penggunaan
otot bantu
pernafasan
tidak ada

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan status
pernafasan :
ventilasi dengan
kriteria hasil :
e. Frekuensi
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
f. Irama
pernafasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
g. Suara perkusi
nafas tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
h. Kapasitas vital
tidak ada
deviasi dari
dari kisaran
normal
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 3. Terapi oksigen 5. Sudah S: “sesak berkurang sus”
pola nafas tindakan h. Pertahankan memberikan O:
berhubungan keperawatan kepatenan jalan oksigen 3L/i - Status pernafasan
dengan penggunaan diharapkan status nafas 6. Sudah ventilasi dan status
otot bantu pernafasan : i. Siapkan memonitor aliran pernafasan gangguan
pernafasan ventilasi dengan peralatan oksigen oksigen pertukaran gas
kriteria hasil : dan berikan 7. Sudah dengan data evaluasi
e. Frekuensi melalui system memonitor pasien mengatakan
pernafasan humidifier tanda-tanda vital ssak berkurang
tidak ada j. Berikan oksigen 8. Sudah dengan frekuensi
deviasi dari tambahan seperti memonitor suara pernafasan 20x/i .
kisaran normal yang paru-paru A: Masalah teratasi sebagian
f. Irama diperintahkan P: Tingkatkan Intervensi
pernafasan k. Monitor aliran
tidak ada oksigen
deviasi dari l. Monitor
kisaran normal efektifitas terapi
g. Suara perkusi oksigen
nafas tidak m. Amati tanda-
ada deviasi tanda
dari kisaran hipoventialsi
normal induksi oksigen
h. Kapasitas vital n. Konsultasi
tidak ada dengan tenaga
deviasi dari kesehatan lain
dari kisaran mengenai
normal
penggunaan
Setelah dilakukan oksigen
tindakan tambahan selama
keperawatan kegiatan dan atau
diharapakan status tidur
pernafasan : 4. Monitor tanda-tanda
pertukaran gas vital
dengan kriteria i. Monitor tekanan
hasil darah, nadi,
: suhu dan status
e. Tekanan pernafasan
parsal oksigen dengan tepat
di darah arteri j. Monitor tekanan
(PaO2) tidak darah saat
ada deviasi pasien
dari kisaran berbaring, duduk
normal dan berdiri
f. Tekanan sebelum dan
parsial setelah
karbondioksisa perubahan posisi
di darah arteri k. Monitor dan
(PaCO2) tidak laporkan tanda
ada deviasi dan gejala
dari kisaran hipotermia dan
normal hipertermia
g. Saturasi l. Monitor
oksigen tidak keberadaan nadi
ada deviasi dan kualitas
nadi
dari kisaran m. Monitor irama
norma dan tekanan
h. Keseimbangan jantung
ventilasi dan n. Monitor suara
perfusi tidak paru-paru
ada deviasi o. Monitor warna
dari kisaran kulit, suhu dan
normal kelembaban
p. Identifikasi
kemungkinan
penyebab
perubahan tanda-
tanda vital
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Terap aktivitasi 1. Sudah S: “ sesak berkurang kalau
berhubungan asuhan keperawatan h. Bantu pasien membantu pasien buat sesuatu sus”
dengan kelemahan, diharapkan aktivitas untuk memilih memilih aktifitas O:
2. Sudah 1. Data evaluasi pada
ketidakseimbangan pasien terpenuhi aktivitas dan
membantu
antara suplai dan dengan kriteria hasil pencapaian mengidentifikasi hari pertama pasien
kebutuhan oksigen : tujuan melalui aktifitas sehari- mengatakan pasien
5. Kelelahan : aktivitas yang hari pasien terasa lebih sesak jika
efek yang konsisten 3. Sudah membantu melakukan aktifitas
menganggu i. Bantu pasien pasien dan ringan
- Tidak ada memperoleh keluarga 2. Pada hari kedua
memenuhi
malaise sumber-sumber pasien pasien
- Tidak ada yang diperlukan mengatakan ssak
lethargi untuk aktivitas berkurang saat
yang dilakukan melakukan aktifitas
- Tidak ada j. Bantu pasien ringan seperti
gangguan dan keluarga berbaring.
aktifitas fisik mengidentifikasi A: Masalah belum teratasi
- Tidak ada kelemahan P: Intervensi dilanjutkan.
gangguan k. Intruksikan
rutinitas pasien dan
6. Perawatan Diri keluarga
: Aktivitas mempertahankan
sehari-hari fungsi dan
- Mampu kesehatan terkait
berpindah dan sosial, spiritual,
memposisikan dan kognisi
diri l. Intruksikan
- Mampu makan pasien dan
dengan keluarga
mandiri beradaptasi
- Mampu dengan
berpakaian
lingkungan
- Mampu
melakukan m. . Bantu
kebersihan memenuhi
badan dan aktifitas sehari-
mulut hari pasien
n. Ciptakan
lingkungan yang
aman 8. Bantu
pasien dan
keluarga
mengevaluasi
kemampuan
pasien dalam
beraktifitas.

2. Manajemen energi
i. Kaji status
fisiologis pasien
terhadap
kelelahan
j. Anjurkan pasien
mengungkapkan
kemampuannya
k. Pilih intervensi
yang
mengurangi
kelelahan
l. Tentukan jenis
dan banyak
aktifitas yang
dilakukan
m. Monitor intake
nutrisi untuk
mengetahui
sumber energy
n. Kolaborasi
dengan ahli gizi
mengenai
asupan energi
yang sesuai
kebutuhan
o. Tingkatkan tirah
baring dan
waktu istirahat
pasien
p. Lalukan ROM
pasif/aktif
m. Pendidikan Kesehatan pasien PPOK

A. Pengertian

Terapi nonfarmakologi yang berfungsi untuk mempermudah pengeluargan dahak

dengan cara mngkonsumsi madu

B. Tujuan Umum

1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret

2. Mngncrkan sputu agar mudah keluar untuk pemeriksaan giagnostik

3. Mngurasi ssak nafas akibat akumukasi sekret

C. Peralatan

1. Kertas tissue

2. Bengkok

3. Sendok

4. Madu 20 mg

5. Gelas berisi air hangat

D. Prosedur Pelaksana

a. Tahap prainteraksi

1. Mencuci tangan

2. Menyiapkan alat

b. Tahap orientasi

1. Memberikan salam dan sapa nama pasien


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

c. Tahap krja

1. Menjaga privacy pasien

2. Mempersiapkan pasien

3. Mendekatkan alat ke pasien

4. Meminta pasien membuka mulut

5. Menganjurkan pasien minum madu sebanyak 1 sendok the setiap kali minum

6. Menganjurkan untuk mengonsumsi dipagi hari sbelum sarapan dan minum air

hangat

7. Menampung lendir dalam pot apabila sputum kluar setelah minum madu

8. Brsihkan ara mulut atau bibir mnggunakan tissue dan buang di bngkok

9. Mrapikan pasien

d. Tahap terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Berpamitan dengan pasien

3. Mencatat kegiatan dalam lmbar catatan kprawatan

E. Evaluasi

1. Perhatikan keadaan pasien selama tindakan

2. Apakah sekret dan jalan nafas paten atau tidak


3. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
DAFTAR PUSTAKA

Danusantoso, H. (2013). Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.


Ikawati, Z. (2016). Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Bursa
Ilmu.
Wahid, A., & Suprato,I. (2013). Keperawatan Medikal Bdah, Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik : Batuk Efektif

Sub Topik : Penatalaksanaan Batuk Efektif

Tempat : (RSA Bandung)

Jam / waktu : 20 Menit

Sasaran : Pasien

Oleh :Serpina Murib

A. Tujuan Umum

Setelah memberikan pendidikan kesehatan dan melakukan penyuluhan mengenai

Penatalaksanaan Batuk Efektif pasien mampu memahami dengan baik

B. Tujuan Khusus

Setelah memberikan pendidikan kesehatan dan melakukan penyuluhan, pasien mampu

mengetahui tentang:

1. Pengertian Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

2. Tujuan Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

3. Teknik Batuk Efektif

C. Materi

1. Pengertian Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

2. Tujuan Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

3. Teknik Batuk Efektif

D. Metode

1. Leaflet
2. Tanya jawab

E. Media dan Alat

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

F. Strategi Pelaksanaan

No Waktu Tahapan Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran


1 3 menit Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri Memperhatitan
Menyapa peserta Memperhatitan
Membuat kontrak waktu Memperhatitan
2 15 Penutup 1. Pengertian Penatalaksanaan Memperhatitan
menit
Teknik Batuk Efektif

2. Tujuan Penatalaksanaan
Memperhatitan
Teknik Batuk Efektif
Memperhtikan
3. Teknik Batuk Efektif

3 7 menit Penutup Memberikan kesempatan Memberikan


kepada pasien untuk bertanya Pertanyaan
Memberikan pujian positif atas
perhatian yang pasien berikan Memperhatikan
Memutup acara penyuluhan
Salam penutup Memperhatikan
Menjawab Salam
G. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, pasien mampu menjelaskan dan

menyebutkan mengenai:

1. Pengertian Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

2. Tujuan Penatalaksanaan Teknik Batuk Efektif

3. Teknik Batuk Efektif


1. Materi

Penatalaksanan Teknik Batuk Efektif


1. Pengertian Batuk efektif adalah suatu metode dengan benar

Penatalaksanaan dimana dapat energi dapat dihemat sehingga


Teknik Batuk Efektif mudah Lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara masksima
2. Tujuan Penatalaksana 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi
Teknik Batuk Efektif sekrt
2. Mengluarkan sputum untuk pemeriksaan
diagnostic
3. Mengurangi sesak nafas
4. Meningkatkan distribusi ventilasi
5. Meningkatkan volume paru
6. Memfasilitasi pembersihan saluran nafas
3. Teknik Batuk Efektif
1. Tarik nafas dalam 4-5 kali
2. Pada tarikan nafas dalam yang terakhir ,
nafas ditahan selama 1-2 detik
3. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta
batukan dngan kuat dan spontan
4. Kelurkan dahak dengan bunyi “ ha..ha.. “
atau “ huf…huf”
5. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan
LEAFLET
Pengertian 5. Meningkatkan volume
TEKNIK BATUK Penatalaksanaan Teknik paru
EFEKTIF Batuk Efektif ?? 6. Memfasilitasi
pembersihan saluran
Batuk efektif adalah suatu nafas
metode dengan benar
dimana dapat energi dapat Teknik Batuk Efektif??
dihemat sehingga mudah
Lelah dan dapat 1. Tarik nafas dalam 4-5
mengeluarkan dahak kali
secara masksima 2. Pada tarikan nafas dalam
SERPINA MURIB yang terakhir , nafas
2253024 Tujuan Penatalaksanaan ditahan selama 1-2 detik
Teknik Batuk Efektif?? 3.Angkat bahu dan dada
dilonggarkan serta batukan
1.Membebaskan jalan dngan kuat dan spontan
nafas dari akumulasi sekrt 4.Kelurkan dahak dengan
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
2.Mengluarkan sputum bunyi “ ha..ha.. “ atau “
PROGRAM STUDI NERS untuk pemeriksaan huf…huf”
2022-2023 diagnostic 5.Lakukan berulang kali
3.Mengurangi sesak nafas sesuai kebutuhan
4.Meningkatkan distribusi
ventilasi

Anda mungkin juga menyukai