Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
MUKAROMAH,S.Pd
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil „Alami, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta
Alam. Atas segala karunia nikmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik- baiknya. Makalah yang berjudul “Nilai Norma dan Etika” disusun
dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat
dalam memahami nilai norma dan etika.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari karya ini. Amin
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
ii
DAFTAR ISI
2.3 Arti Penting Norma dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara ...................... 6
BAB I
PENDAHU
LUAN
Di setiap tempat terdapat aturan. Aturan yang berlaku dalam suatu kelompok
belum tentu sama dengan aturan yang berlaku di tempat lain. Ingatkah kamu dengan
peribahasa lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Artinya, setiap tempat
mempunyai adat-istiadat dan norma yang berbeda.
Untuk lebih memahami tentang norma, pada pelajaran ini kamu akan diajak
mempelajari tentang aturan dalam keluarga, aturan di sekolah, aturan di masyarakat,
cara melaksanakan aturan, dan akibat melanggar aturan.
Dalam masa kini para remaja sudah banyak kehilangan nilai etika.
Sebenarnya nilai-nilai itu tumbuh dari proses kemasyarakatan dan hasil dari
kehidupan bermasyarakat. Individu dilahirkan dalam suatu masyarakat dan
mengalami sosialisasi untuk menerima aturan-aturan masyarakat yang sudah ada.
Dalam hal ini etika dan sangat berperan penting dalam menjalankan hubungan yang
ada dalam masyarakat. Karena dengan kedua hal tersebut kita bisa hidup damai
sesama manusia berdasarkan etika yang kita miliki.
1.3 Tujuan
a. Mengetahui tentang norma
b. Mengetahui macam-macam norma
c. Mengetahui tentang etika
d. Mengetahui fungsi dari etika
2
BAB II
PEMBAH
ASAN
Manusia merupakan bagian dari manusia yang lain. Manusia pada dasarnya
memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu.
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain. Oleh karena itu,
ia akan tergabung dalam kelompok manusia yang lain yang memiliki keinginan dan
harapan yang harus diwujudkan secara bersama-sama. Akan tetapi, tiap orang
memiliki perbedaan pemikiran dan perbedaan kepentingan. Hal itulah yang
menyebabkan terciptanya konflik.
Untuk menghindari berbagai konflik kepentingan dalam masyarakat
diperlukan adanya kaidah atau aturan yang dijadikan pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat. Aturan tersebut dibuat untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian
dalam masyarakat. Seluruh kelompok masyarakat pasti memiliki aturan, bahkan
ketika hanya ada dua orang berkumpul, pasti akan ada aturan atau norma yang
mengatur kedua orang tersebut berinteraksi. Cicero yang hidup 2000 tahun yang
lalu mengatakan, di mana ada masyarakat, di situ ada hukum “adagium ubi societas
ibi ius”. Tiap kelompok masyarakat memiliki perbedaan corak budaya dan sifat
masyarakatnya. Oleh karena itu, aturan atau norma yang berlaku dalam tiap-tiap
masyarakat tentu berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya.
Norma pada hakekatnya merupakan kaedah hidup yang mempengaruhi
tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat. Juga dapat diartikan aturan atau
ketentuan yang mengatur kehidupan warga masyarakat, dipakai sebagai panduan,
tatanan, dan pengendali tingkah laku.
Kaidah atau norma yang berlaku dalam masyarakat sangat banyak dan
bervariasi. Namun, secara umum norma terdiri dari aturan yang dibuat oleh negara
dan aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Norma yang dibuat
oleh negara berbentuk peraturan tertulis, sedangkan norma yang berkembang dalam
masyarakat berbentuk tidak tertulis.
3
b. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah norma yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Norma kesopanan bersumber dari tata
kehidupan atau budaya yang berupa kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam
mengatur kehidupan kelompoknya. Manusia sebagai mahluk sosial memiliki
kecenderunagn berinteraksi atau bergaul dengan manusia lain dalam masyarakat.
Hubungan antarmanusia dalam masyarakat ini membentuk aturan-aturan yang
disepakati tentang mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Ada perbuatan
yang sopan atau tidak sopan, boleh dilakukan atau tidak dilakukan. Inilah awal
mula terbentuk norma kesopanan. Oleh karena norma kesopanan terbentuk atas
kesepakatan bersama, maka perbuatan atau peristiwa yang sama memungkinkan
terbentuk aturan yang berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lain.
Norma kesopanan dalam masyarakat yang memuat aturan dalam
pergaulan masyarakat, antara lain terlihat dalam tata cara berpakaian, tata cara
berbicara, tata cara berperilaku terhadap orang lain, tata cara bertamu ke rumah
orang lain, tata cara menyapa orang lain, tata cara makan, dan sebagainya. Tata
cara dalam pergaulan dalam masyarakat yang berlangsung lama dan tetap
dipertahankan oleh masyarakat, lama kelamaan melekat secara kuat dan
dirasakan menjadi adat istiadat. Beberapa pendapat ahli yang membedakan
antara norma kesopanan dengan kebiasaan dan hukum adat. Kebiasaan
menunjukkan pada perbuatan yang berulang-ulang dalam peristiwa yang sama,
kemudian diterima dan diakui oleh masyarakat. Sedangkan adat istiadat adalah
aturan/kebiasaan yang dianggap baik dalam masyarakat yang dilakukan secara
turun temurun.
Salah satu perbedaan kebiasaan dengan adat istiadat adalah kekuatan
sanksi pada keduanya. Sanksi terhadap pelanggaran kebiasaan tidak sekuat
sanksi pelanggaran terhadap hukum adat. Contoh pulang kampung saat
menjelang perayaan Idul Fitri, Natal, atau hari besar keagamaan lainnya
merupakan kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun apabila
seseorang suatu saat pada perayaan tersebut tidak pulang kampung, maka sanksi
dari masyarakat tidak sebesar seorang yang berasal dari suku Batak melanggar
aturan larangan perkawinan dalam satu marga.
Sanksi terhadap pelanggaran norma kesopanan dapat berupa pengucilan,
5
tidak disenangi, atau dicemoohkan oleh masyarakat. Sanksi berasal dari luar diri
seseorang, berbeda dengan norma kesusilaan yang berasal dari diri sendiri.
Lemah kuatnya sanksi dari masyarakat dipengaruhi oleh kuat tidaknya norma
kesopanan tersebut dalam masyarakat. Contoh berjalan di depan orang yang
lebih tua harus meminta ijin (permisi). Bagi masyarakat di daerah pedesaan
pelanggaran ini akan mendapat teguran lebih tegas, dibandingkan dalam
masyarakat perkotaan.
c. Norma Agama
Norma agama adalah sekumpulan kaidah atau peraturan hidup manusia
yang sumbernya dari wahyu Tuhan. Penganut agama meyakini bahwa apa yang
diatur dalam norma agama berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, yang
disampaikan kepada nabi dan rasul-Nya untuk disebarkan kepada seluruh umat
manusia di dunia.
Pemahaman akan sumber norma agama yang berasal dari Tuhan
membuat manusia berusaha mengendalikan sikap dan perilaku dalam hidup dan
kehidupannya. Setiap manusia akan selalu berusaha melaksanakan perintah
Tuhan dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Pelaku pelanggaran norma
agama akan mendapatkan sanksi berupa dosa. Sanksi terhadap pelanggaran
norma agama juga dapat dirasakan di dunia, seperti mencuri merupakan
pelanggaran norma agama dan norma hukum. Oleh karena itu, pencuri dapat
mendapat sanksi secara langsung dipenjara.
Indonesia bukan negara yang mendasarkan pada satu agama.
Pelaksanaan norma agama dalam masyarakat Indonesia bergantung pada agama
yang dianutnya. Norma agama bagi penganut agama Islam bersumber pada al-
Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Orang yang beragama Kristen dan
Katolik pegangan hidupnya bersumber pada Alkitab. Umat Hindu pegangan
hidupnya bersumber pada Veda. Tripitaka menjadi kaidah pegangan hidup
penganut Buddha. Sementara itu, kitab suci Khonghucu adalah Shishu
Wujing.Norma agama dalam pelaksanaannya tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur bagaimana hubungan manusia
dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan dilengkapi dengan akal dan pikiran. Dengan akal tersebut manusia diberi
tanggung jawab oleh Tuhan untuk tidak hanya memanfaatkan alam, tetapi juga
6
d. Norma Hukum
Norma hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam
pergaulan masyarakat dan dibuat oleh badan-badan resmi negara serta bersifat
memaksa sehingga perintah dan larangan dalam norma hukum harus ditaati oleh
masyarakat. Hukum bersifat memaksa. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-
hari aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa, dan hakim dapat memaksa
seseorang untuk menaati hukum dan memberikan hukuman bagi pelanggar
hukum. Norma hukum juga mengatur kehidupan lainnya, seperti larangan
melakukan tindak kejahatan dan pelanggaran, larangan melakukan korupsi,
larangan merusak hutan serta kewajiban memelihara hutan, dan kewajiban
membayar pajak. Peraturan tersebut harus dilaksanakan oleh seluruh warga
negara Indonesia.
Negara Indonesia merupakan negara yang melaksanakan norma
hukum. Hal itu dapat kita lihat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah negara hukum”. Norma hukum mutlak diperlukan di
suatu negara karena tidak semua hal yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
Indonesia diatur dalam tiga norma sebelumnya dan dalam pelaksanaannya tiga
norma tersebut belum dapat menjamin ketertiban dalam kehidupan bernegara.
Sebagai negara hukum, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah dan seluruh
rakyat Indonesia untuk menegakkan hukum dalsam kehidupan sehari-hari.
1. Negara hukum adalah negara yang mendasarkan segala sesuatu, baik tindakan
maupun pembentukan lembaga negara pada hukum tertulis atau tidak tertulis.
2. Menurut A.V. Dicey, negara hukum mengandung tiga unsur berikut ini. a.
Supremacy of law. Dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan sehingga
seseorang warga boleh dihukum jika melanggar hukum. b. Equality before of
law. Setiap orang sama di depan hukum tanpa melihat status dan kedudukannya,
baik bagi rakyat maupun pejabat. c. Human rights. Diakui dan dijaminnya hakhak
asasi manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.
3. Jaminan UUD 1945 bahwa Indonesia sebagai negara hukum dapat ditemukan
dalamUUD 1945.
a. Pasal 1 ayat (3) tentang Indonesia sebagai negara hukum.
b. Pasal 27 ayat (1) tentang prinsip equality before of law dan pasal lain yang
disertai dengan kata undang-undang, seperti Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 4 ayat
8
(1).
3. menjaga agar tidak terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam kehidupan
masyarakat. Seandainya dalam masyarakat
rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan
pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Namun demikian, tidak semua hal yang berhubungan dengan penilaian
suatu perbuatan dapat digolongkan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis,
metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi, sehingga etika dapat
digolongkan sebagai ilmu, dan objek dari etika adalah tingkah laku manusia.
Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lainyang meneliti tingkah laku manusia,
etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut
baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Karena setiap tradisi atau kebiasaan merujuk kepada nilai-nilai tertentu,
maka etimologis kata etika jelas mengandung rujukan pada nilai-nilai dan asas-
asas moral yang dianut oleh kelompok masyarakat tertentu dan dijadikan
panduan dalam kehidupan bersama. Nilai-nilai dan asas-asas itu sering menjadi
kongkrit dalam norma-norma yang dipegang sebagai standar kebiasaan
berperilaku agar mencapai hidup ideal yang dianggap baik dan benar. Oleh
karena itu, kata etika biasanya dipakai dengan arti nilai-nilai moral yang dianut
oleh kelompok masyarakat.
Dewasa ini secara teknis kata etika terutama dimengerti sebagai ilmu atau
cabang filsafat mengenai perilaku manusia, dan dibedakan dari moralitas.
Moralitas berarti 'keseluruhan nilai-nilai dan norma-norma moral seseorang atau
suatu masyarakat'. Dengan nilai moral dimaksudkan sesuatu yang berguna bagi
manusia, individu atau kelompok. Sedangkan dengan norma moral dimaksudkan
aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai
manusia. Nilai dan norma moral terhimpun di dalam apa yang disebut moralitas.
Itu berarti moralitas merupakan sistem nilai dan norma tentang bagaimana
manusia harus bertindak agar disebut baik sebagai manusia sistem nilai itu
dinyatakan dalam berbagai bentuk ajaran moral seperti petuah-petuah, nasihat-
nasihat wejangan-wejangan, peraturan, perintah, dan lain-lain yang diwariskan
turun temurun melalui, misalnya lembaga negara, agama, dan ideologi. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa moralitas memberikan kepada manusia aturan
atau petunjuk yang kongkrit tentang bagaimana manusia harus hidup, bagaimana
ia harus bertindak agar menjadi manusia yang baik, dan bagaimana menghindari
perilaku-perilaku yang tidak baik.
11
Jadi etika tidak sama dengan moralitas. Etika bukanlah salah satu
moralitas, dan bukanlah salah satu sumber moralitas di samping sumber-sumber
lain yang sudah disebutkan di atas. Etika perlu dipahami sebagai salah satu
cabang filsafat yang berbicara tentang nilai dan norma moral yang menentukan
perilaku manusia dalam hidupnya. Etika merupakan filsafat yang berefleksi atas
ajaran-ajaran moral. Sebagai filsafat, etika sangat mengutamakan sikap kritis
dalam menilai dan menggumuli nilai dan norma moral. Sikap kritis di sini berarti
ilmu etika tidak akan menerima nilai dan norma moral begitu saja, tetapi
mempertanyakannya sampai kelapisan paling dasar. Selain sikap kritis, etika
juga menghadapi moralitas secara rasional. Setiap nilai dan norma ditelaah
sampai menemukan dasar penerimaannya secara masuk akal. Dari situ jelas
bahwa refleksi-refleksi etika selalu bersifat mendasar. Corak mendasar ini
penting karena etika tidak sekedar memberikan laporan tentang moralitas yang
ada, melainkan menyelidiki bagaimana pandangan moral yang standar (yang
seharusnya) dapat dipertanggungjawabkan. Keraf (1991) memberikan satu
contoh sederhana yang dapat dengan jelas membedakan moralitas dan etik,
"Moralitas langsung mengatakan kepada kita: Inilah caranya anda harus
melangkah. Sedangkan etika justru mempersoalkan: 'Apakah saya harus
melangkah dengan cara itu?' dan 'mengapa harus dengan cara itu?". Contoh ini
menjelaskan bahwa etika melaksanakan fungsi kritis terhadap moralitas. Maka
dapat disimpulkan bahwa dengan etika dimaksudkan filsafat moral yakni
pemikiran, rasional, kritis, mendasar dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral.
Etika mengkaji mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, atau bagaimana
kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan
berbagai moralitas.
menerakan prinsip- prinsip dasar itu pada masing- masing kehidupan. Karena itu
pertanyaan dasar etika khusus berbunyi "Bagaimana saya harus bertindak dalam
bidang yang bersangkutan, atau bagaimana bidang itu perlu ditata agar
menunjang pencapaian kebaikan manusia sebagai manusia?" misalnya,
bagaimana prinsip keadilan diaplikasikan dalam bisnis sehingga para pelaku
bisnis bisa disebut manusia yang baik dan adil? Karena corak aplikatifnya, etika
khusus disebut juga etika terapan (applied ethics).
Etika khusus dibagi menjadi etika individual dan etika sosial. Etika
individual memuat kewajiban manusia terhadap diri sendiri, tidak dalam rangka
egosentrisme melainkan demi perlindungan dan penghargaan diri sebagai
manusia. Misalnya, etika individual mendiskusikan tentang kewajiban moral
untuk melindungi diri dari ancaman pembunuhan dan pemerkosaan, serta
kewajiban untuk mengembangkan bakat dan talenta yang dimiliki. Sementara itu
etika sosial (yang merupakan bagian terbesar dari etika khusus) membahas hak
dan kewajiban manusia sebagai anggota umat manusia. Misalnya, etika sosial
membahas penerapan prinsip keadilan yang harus ditegakkan dalam kehiduapn
sosial politik suatu masyarakat. Perlu diperhatikan bahwa etika idividual dan
etika sosial tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain secara ketat, karena
kewajiban terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling
berkaitan.
Pokok bahas etika sosial meliputi hubungan manusia dengan manusia,
baik secara langsung maupun dalam bentuk lembaga (keluarga, masyarakat,
negara), sikap kritis terhadap pandangan- pandangan dunia dan ideologi ideologi
maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Karena itu
secara terperinci etika sosial dapat dibagi atas etika keluarga, etika profesi (yang
meliputi etika biomedis, etika bisnis, etika hukum, dan sebagainya), etika politik,
etika lingkungan hidup, dan kritik ideologi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Norma adalah aturan yang harus dipatuhi oleh warga masyarakat. Tujuan
adanya norma adalah agar masyarakat hidup aman, tertib, nyaman, dan damai.
Norma terbagi atas :
a. Norma kesusilaan
b. Norma agama
c. Norma kesopanan
d. Norma hukum
3.2 Saran
Demikian materi yang dapat kami bahas dalam makalah ini, tentunya dalam
makalah ini masih banyak kesalahan karena terbatasnya pengetahuan atau resensi
yang ada hubungannya dengan makalah yang kami susun.
Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca dan dosen untuk memberikan
saran dan kritikannya yang membangun kepada kami, demi mencapai kesempurnaan
dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan khususnya
pada seluruh pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
Salikun, Lukman Surya Saputra, dan Wahyu Nugroho. 2013. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta: Kemdikbud