Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

NILAI NORMA DAN ETIKA


(Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Trisula)

Dosen Pengampu:

Dr.H.Abdul Rouf, M.Ag

Disusun Oleh :

MUKAROMAH,S.Pd

UNIVERSITAS DARUL ULUM


JOMBANG TAHUN AJARAN 2023
i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil „Alami, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta
Alam. Atas segala karunia nikmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik- baiknya. Makalah yang berjudul “Nilai Norma dan Etika” disusun
dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila.

Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat
dalam memahami nilai norma dan etika.

Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari karya ini. Amin

Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah. ..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan. ........................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2

2.1 Pengertian Norma. ...................................................................................................... 2

2.2 Macam-macam Norma ................................................................................................ 4

2.3 Arti Penting Norma dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara ...................... 6

2.4 Perilaku Sesusai Dengan Norma Dalam Kehidupan Sehari-hari ............................... 8

2.5 Etimologi Dan Pemekaran Arti Etika ......................................................................... 9

2.6 Fungsi Dan Relevansi Etika ........................................................................................ 11

2.7 Pembagian Etika ......................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 14

3.2 Saran ........................................................................................................................... 14

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 15


1

BAB I

PENDAHU

LUAN

1.1 Latar Belakang

Di setiap tempat terdapat aturan. Aturan yang berlaku dalam suatu kelompok
belum tentu sama dengan aturan yang berlaku di tempat lain. Ingatkah kamu dengan
peribahasa lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Artinya, setiap tempat
mempunyai adat-istiadat dan norma yang berbeda.
Untuk lebih memahami tentang norma, pada pelajaran ini kamu akan diajak
mempelajari tentang aturan dalam keluarga, aturan di sekolah, aturan di masyarakat,
cara melaksanakan aturan, dan akibat melanggar aturan.
Dalam masa kini para remaja sudah banyak kehilangan nilai etika.
Sebenarnya nilai-nilai itu tumbuh dari proses kemasyarakatan dan hasil dari
kehidupan bermasyarakat. Individu dilahirkan dalam suatu masyarakat dan
mengalami sosialisasi untuk menerima aturan-aturan masyarakat yang sudah ada.
Dalam hal ini etika dan sangat berperan penting dalam menjalankan hubungan yang
ada dalam masyarakat. Karena dengan kedua hal tersebut kita bisa hidup damai
sesama manusia berdasarkan etika yang kita miliki.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan norma?
b. Mengapa norma diperlukan dalam masyarakat?
c. Apa saja macam-macam norma?
d. Apa yang dimaksud dengan etika?
e. Apa fungsi dari etika?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui tentang norma
b. Mengetahui macam-macam norma
c. Mengetahui tentang etika
d. Mengetahui fungsi dari etika
2

BAB II
PEMBAH
ASAN

2.1 Pengertian Norma

Manusia merupakan bagian dari manusia yang lain. Manusia pada dasarnya
memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu.
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain. Oleh karena itu,
ia akan tergabung dalam kelompok manusia yang lain yang memiliki keinginan dan
harapan yang harus diwujudkan secara bersama-sama. Akan tetapi, tiap orang
memiliki perbedaan pemikiran dan perbedaan kepentingan. Hal itulah yang
menyebabkan terciptanya konflik.
Untuk menghindari berbagai konflik kepentingan dalam masyarakat
diperlukan adanya kaidah atau aturan yang dijadikan pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat. Aturan tersebut dibuat untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian
dalam masyarakat. Seluruh kelompok masyarakat pasti memiliki aturan, bahkan
ketika hanya ada dua orang berkumpul, pasti akan ada aturan atau norma yang
mengatur kedua orang tersebut berinteraksi. Cicero yang hidup 2000 tahun yang
lalu mengatakan, di mana ada masyarakat, di situ ada hukum “adagium ubi societas
ibi ius”. Tiap kelompok masyarakat memiliki perbedaan corak budaya dan sifat
masyarakatnya. Oleh karena itu, aturan atau norma yang berlaku dalam tiap-tiap
masyarakat tentu berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya.
Norma pada hakekatnya merupakan kaedah hidup yang mempengaruhi
tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat. Juga dapat diartikan aturan atau
ketentuan yang mengatur kehidupan warga masyarakat, dipakai sebagai panduan,
tatanan, dan pengendali tingkah laku.
Kaidah atau norma yang berlaku dalam masyarakat sangat banyak dan
bervariasi. Namun, secara umum norma terdiri dari aturan yang dibuat oleh negara
dan aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Norma yang dibuat
oleh negara berbentuk peraturan tertulis, sedangkan norma yang berkembang dalam
masyarakat berbentuk tidak tertulis.
3

2.2 Macam-macam Norma


a. Norma Kesusilaan
Ketika seseorang akan berbohong, sebenarnya hatinya ingin
menyuarakan kebenaran. Apabila menuruti suara hati, seseorang akan cenderung
bertindak benar dan baik. Seseorang yang berbuat berdasarkan suara hati nurani
merupakan gambaran orang yang mempertimbangkan norma kesusilaan dalam
kehidupannya.
Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang bersumber dari suara hati
nurani manusia. Peraturan hidup ini berkenaan dengan bisikan kalbu dan suara
hati nurani manusia. Norma kesusilaan ada bersamaan dengan kelahiran atau
keberadaan manusia itu sendiri, tanpa melihat jenis kelamin dan suku bangsanya.
Suara hati nurani yang dimiliki manusia selalu mengatakan kebenaran dan tidak
akan dapat dibohongi oleh siapapun.
Suara hati nurani sebagai suara kejujuran merupakan suara yang akan
mengarahkan manusia kepada kebaikan. Sebagai contoh, seorang yang memiliki
hati nurani tidak mungkin mengambil dompet seseorang ibu yang jatuh atau
tertinggal di tempat umum. Seorang siswa yang mengikuti suara hati nurani
tidak mungkin menyontek ketika ulangan karena tahu menyontek itu perbuatan
salah.
Norma kesusilaan sebagai bisikan suara hati nurani memiliki keterkaitan
dengan norma agama. Hal itu mengandung arti bahwa ajaran norma agama juga
mengandung kaidah kesusilaan, seperti “jaga kehormatan keluargamu, niscaya
hidupmu akan penuh martabat”. Norma kesusilaan juga dapat memiliki
keterkaitan dengan norma hukum, seperti “dilarang melakukan pelecehan
terhadap nama baik seseorang”. Seseorang yang menghina orang lain akan
dihukum pidana, dan secara nilai kemanusiaan ini merupakan pelanggaran
kesusilaan.
Norma kesusilaan juga menetapkan tentang perilaku yang baik dan yang
burukserta menciptakan ketertiban dalam hubungan antarmanusia. Karena norma
susila berasal dari hati nurani, bagi pelanggar norma kesusilaan akan timbul
perasaan penyesalan. Seseorang yang melanggar norma kesusilaan akan
merasakan menyesal karena perbuatan salahnya tersebut.
4

b. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah norma yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Norma kesopanan bersumber dari tata
kehidupan atau budaya yang berupa kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam
mengatur kehidupan kelompoknya. Manusia sebagai mahluk sosial memiliki
kecenderunagn berinteraksi atau bergaul dengan manusia lain dalam masyarakat.
Hubungan antarmanusia dalam masyarakat ini membentuk aturan-aturan yang
disepakati tentang mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Ada perbuatan
yang sopan atau tidak sopan, boleh dilakukan atau tidak dilakukan. Inilah awal
mula terbentuk norma kesopanan. Oleh karena norma kesopanan terbentuk atas
kesepakatan bersama, maka perbuatan atau peristiwa yang sama memungkinkan
terbentuk aturan yang berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lain.
Norma kesopanan dalam masyarakat yang memuat aturan dalam
pergaulan masyarakat, antara lain terlihat dalam tata cara berpakaian, tata cara
berbicara, tata cara berperilaku terhadap orang lain, tata cara bertamu ke rumah
orang lain, tata cara menyapa orang lain, tata cara makan, dan sebagainya. Tata
cara dalam pergaulan dalam masyarakat yang berlangsung lama dan tetap
dipertahankan oleh masyarakat, lama kelamaan melekat secara kuat dan
dirasakan menjadi adat istiadat. Beberapa pendapat ahli yang membedakan
antara norma kesopanan dengan kebiasaan dan hukum adat. Kebiasaan
menunjukkan pada perbuatan yang berulang-ulang dalam peristiwa yang sama,
kemudian diterima dan diakui oleh masyarakat. Sedangkan adat istiadat adalah
aturan/kebiasaan yang dianggap baik dalam masyarakat yang dilakukan secara
turun temurun.
Salah satu perbedaan kebiasaan dengan adat istiadat adalah kekuatan
sanksi pada keduanya. Sanksi terhadap pelanggaran kebiasaan tidak sekuat
sanksi pelanggaran terhadap hukum adat. Contoh pulang kampung saat
menjelang perayaan Idul Fitri, Natal, atau hari besar keagamaan lainnya
merupakan kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun apabila
seseorang suatu saat pada perayaan tersebut tidak pulang kampung, maka sanksi
dari masyarakat tidak sebesar seorang yang berasal dari suku Batak melanggar
aturan larangan perkawinan dalam satu marga.
Sanksi terhadap pelanggaran norma kesopanan dapat berupa pengucilan,
5

tidak disenangi, atau dicemoohkan oleh masyarakat. Sanksi berasal dari luar diri
seseorang, berbeda dengan norma kesusilaan yang berasal dari diri sendiri.
Lemah kuatnya sanksi dari masyarakat dipengaruhi oleh kuat tidaknya norma
kesopanan tersebut dalam masyarakat. Contoh berjalan di depan orang yang
lebih tua harus meminta ijin (permisi). Bagi masyarakat di daerah pedesaan
pelanggaran ini akan mendapat teguran lebih tegas, dibandingkan dalam
masyarakat perkotaan.

c. Norma Agama
Norma agama adalah sekumpulan kaidah atau peraturan hidup manusia
yang sumbernya dari wahyu Tuhan. Penganut agama meyakini bahwa apa yang
diatur dalam norma agama berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, yang
disampaikan kepada nabi dan rasul-Nya untuk disebarkan kepada seluruh umat
manusia di dunia.
Pemahaman akan sumber norma agama yang berasal dari Tuhan
membuat manusia berusaha mengendalikan sikap dan perilaku dalam hidup dan
kehidupannya. Setiap manusia akan selalu berusaha melaksanakan perintah
Tuhan dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Pelaku pelanggaran norma
agama akan mendapatkan sanksi berupa dosa. Sanksi terhadap pelanggaran
norma agama juga dapat dirasakan di dunia, seperti mencuri merupakan
pelanggaran norma agama dan norma hukum. Oleh karena itu, pencuri dapat
mendapat sanksi secara langsung dipenjara.
Indonesia bukan negara yang mendasarkan pada satu agama.
Pelaksanaan norma agama dalam masyarakat Indonesia bergantung pada agama
yang dianutnya. Norma agama bagi penganut agama Islam bersumber pada al-
Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Orang yang beragama Kristen dan
Katolik pegangan hidupnya bersumber pada Alkitab. Umat Hindu pegangan
hidupnya bersumber pada Veda. Tripitaka menjadi kaidah pegangan hidup
penganut Buddha. Sementara itu, kitab suci Khonghucu adalah Shishu
Wujing.Norma agama dalam pelaksanaannya tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur bagaimana hubungan manusia
dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan dilengkapi dengan akal dan pikiran. Dengan akal tersebut manusia diberi
tanggung jawab oleh Tuhan untuk tidak hanya memanfaatkan alam, tetapi juga
6

harus memelihara serta melestarikannya.Manusia juga dituntut untuk


menciptakan kebaikan dan kebahagiaan dengan sesama manusia. Oleh karena
itu, dengan pelaksanaan norma agama, akan tercipta kepatuhan manusia kepada
Tuhan dan keserasian manusia dengan sesama dan lingkungannya.

d. Norma Hukum
Norma hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam
pergaulan masyarakat dan dibuat oleh badan-badan resmi negara serta bersifat
memaksa sehingga perintah dan larangan dalam norma hukum harus ditaati oleh
masyarakat. Hukum bersifat memaksa. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-
hari aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa, dan hakim dapat memaksa
seseorang untuk menaati hukum dan memberikan hukuman bagi pelanggar
hukum. Norma hukum juga mengatur kehidupan lainnya, seperti larangan
melakukan tindak kejahatan dan pelanggaran, larangan melakukan korupsi,
larangan merusak hutan serta kewajiban memelihara hutan, dan kewajiban
membayar pajak. Peraturan tersebut harus dilaksanakan oleh seluruh warga
negara Indonesia.
Negara Indonesia merupakan negara yang melaksanakan norma
hukum. Hal itu dapat kita lihat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah negara hukum”. Norma hukum mutlak diperlukan di
suatu negara karena tidak semua hal yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
Indonesia diatur dalam tiga norma sebelumnya dan dalam pelaksanaannya tiga
norma tersebut belum dapat menjamin ketertiban dalam kehidupan bernegara.
Sebagai negara hukum, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah dan seluruh
rakyat Indonesia untuk menegakkan hukum dalsam kehidupan sehari-hari.

2.3 Arti penting norma dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara


Aturan dalam masyarakat memiliki arti penting bagi terciptanya ketertiban
dan keharmonisan masyarakat. Norma dalam masyarakat terbentuk karena ada
berbagai perbedaan individu. Sebagai mahluk individu, manusia memiliki
kepribadian, kepentingan, keinginan, tujuan hidup yang berbeda satu dengan yang
lain. Agar segala perbedaan tersebut tidak menimbulkan perpecahan,
ketidaktertiban dalam masyarakat, maka dibuatlah peraturan atau norma. Fungsi
aturan dalam masyarakat antara lain:
7

1. Pedoman dalam bertingkah laku. Norma memuat aturan tingkah laku


masyarakat dalampergaulan sosial.

2. Menjaga kerukunan anggota masyarakat. norma mengatur agar perbedaan


dalammasyarakat tidak menimbulkan kekacauan atau ketidaktertiban.

3. Sistem pengendalian sosial. Tingkah laku anggota masyarakat diawasi dan


dikendalikanoleh aturan yang berlaku

Dalam kehidupan sosial, pastilah ada norma yang mengatur kehidupan


tersebut. Sebagai makhluk sosial, manusia lahir, berkembang, dan meninggal dunia
dalam masyarakat. Setiap individu berinteraksi dengan individu atau kelompok
lainnya. Interaksi yang dilakukan manusia senantiasa didasari oleh aturan, adat, atau
norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam hidup bernegara diatur dengan norma hukum yang berbeda dengan
norma-norma lainya. Persamaannya adalah norma-norma tersebut mengatur tata
tertib dalam masyarakat, sedangkan perbedaannya terletak pada sanksinya. Dalam
kehidupan bernegara, norma hukum memiliki peranan yang lebih besar karena
mengikat dan memaksa seluruh warga negara dan para penyelenggara negara.
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah
negara hukum”. Apa yang dimaksud dengan negara hukum? Pelajari beberapa
pendapat berikut.

1. Negara hukum adalah negara yang mendasarkan segala sesuatu, baik tindakan
maupun pembentukan lembaga negara pada hukum tertulis atau tidak tertulis.
2. Menurut A.V. Dicey, negara hukum mengandung tiga unsur berikut ini. a.
Supremacy of law. Dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan sehingga
seseorang warga boleh dihukum jika melanggar hukum. b. Equality before of
law. Setiap orang sama di depan hukum tanpa melihat status dan kedudukannya,
baik bagi rakyat maupun pejabat. c. Human rights. Diakui dan dijaminnya hakhak
asasi manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.
3. Jaminan UUD 1945 bahwa Indonesia sebagai negara hukum dapat ditemukan
dalamUUD 1945.
a. Pasal 1 ayat (3) tentang Indonesia sebagai negara hukum.
b. Pasal 27 ayat (1) tentang prinsip equality before of law dan pasal lain yang
disertai dengan kata undang-undang, seperti Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 4 ayat
8

(1).

Sebagai negara hukum, tentu bangsa Indonesia menerapkan aturan hukum


dalam penyelenggaraan pemerintahan dan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Setelah kalian memahami negara hukum, kalian juga
harus memahami,menyadari, dan melaksanakan hukum tersebut.
Hukum memiliki sifat memaksa dan mengatur. Oleh karena itu, norma
hukum lebih ditaati oleh masyarakat daripada norma lainnya. Hukum dapat memaksa
seseorang untuk menaati tata tertib yang berlaku di dalam masyarakat dan terhadap
orang yang tidak mentaatinya diberikan sanksi yang tegas. Suatu ketentuan hukum
mempunyai tugas untuk:
1. menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.

2. menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran,


kebahagiaan, dan kebenaran; serta

3. menjaga agar tidak terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam kehidupan
masyarakat. Seandainya dalam masyarakat

Seandainya dalam masyarakat tidak ada aturan yang mengatur kehidupan


masyarakat, tentu kehidupan masyarakat akan tidak tertib dan timbul kekacauan
di mana-mana.

2.4 Perilaku sesuai dengan norma dalam kehidupan sehari-hari


Norma kesopanan, noma kesusilaan, dan norma hukum akan selaras
apabila pelaksanaannya dilandasi dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Manusia sebagai makhluk sosial, hidup dan berada di tengah-tengah
masyarakat sekaligus menjadi warga dan anggota masyarakat yang
bersangkutan. Sudah merupakan kelaziman bahwa dalam suatu masyarakat ada
norma dan aturan yang berlaku. Norma, dan aturan tersebut wajib ditaati oleh
anggota masyarakat.
Penetapan norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat ada yang
ditentukan oleh kepala adat (tokoh yang berpengaruh dalam masyarakat itu), ada
pula yang ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama (konsensus), baik
melalui musyawarah maupun melalui pemungutan suara. Kenyataan seperti itu
banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam lingkup pergaulan
9

di sekolah, organisasi, atau negara.


Suatu aturan atau norma dalam masyarakat menjadi aturan yang nyata
berlaku perlu melalui proses sosialisasi . Pertama, aturan harus diketahui oleh
anggota masyarakat, melalui pemberitahuan di media massa, penyuluhan, atau
penyebaran infomasi. Selanjutnya peraturan akan diakui oleh anggota
masyarakat, artinya masyarakat akan merasa memiliki aturan tesebut dan
terikat oleh aturan. Tahap selanjutnya aturan akan dihargai oleh masyarakat.
Suatu aturan akan dihargai apabila masyarakat memahami tentang tujuan dan
manfaat norma. Apabila masyarakat menyadari bahwa atura tersebut memang
diperlukan dan memiliki manfaat bagi semua orang, maka akan aturan lebih
mudah akan ditaati.
Misalkan apabila sekolah membuat aturan baru maka akan diberitahukan
semua peserta didik oleh guru saat upacara bendera, dipajang di papan informasi,
atau melalui surat edaran. Setelah itu kalian mengakui bahwa aturan tersebut
mengikat seluruh peserta didik dan menyepakati aturan tersebut. Apabila kalian
berpendapat bahwa aturan yang dibuat memiliki tujuan dan manfaat yang besar
bagi diri sendiri dan orang lain, maka kalian akan menghargai aturan tersebut.
Pada akhirnya kalian akan mentaati aturan tersebut dengan kesadaran tanpa
paksaan dari orang lain. Inilah proses bagaimana aturan yang berlaku ditaati oleh
semua anggota masyarakat dengan kesadaran.

2.5 Etimologi dan pemekaran arti etika


Kata bahasa Indonesia etika (bahasa Latin, ethica, Inggris ethics, Prancis
ethique, Belanda ethiek, Jerman ethik) secara etimologis diturunkan dari kata
Bahasa Yunani, ethos, yang berarti 'adat istiadat' atau 'pola kebiasaan
berperilaku'. Kata bahasa Latin mos, moris mempunyai arti yang sama. Dari kata
mos, moris diturunkan kata benda, mores, dan kata sifat moral. Konsekuensinya,
secara etimologis kata etik (ethical dan moral (moral) bermakna sinonim, dan
karena itu dalam percakapan sehari-hari dapat dipakai secara dipertukarkan.
Dari pengertian secara etimologis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
etika berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir yang dilakukan oleh manusia.
Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-
pendapat spontan kita (Bertens, 1993:25). Kebutuhan akan refleksi itu akan kita
10

rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan
pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Namun demikian, tidak semua hal yang berhubungan dengan penilaian
suatu perbuatan dapat digolongkan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis,
metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi, sehingga etika dapat
digolongkan sebagai ilmu, dan objek dari etika adalah tingkah laku manusia.
Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lainyang meneliti tingkah laku manusia,
etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut
baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Karena setiap tradisi atau kebiasaan merujuk kepada nilai-nilai tertentu,
maka etimologis kata etika jelas mengandung rujukan pada nilai-nilai dan asas-
asas moral yang dianut oleh kelompok masyarakat tertentu dan dijadikan
panduan dalam kehidupan bersama. Nilai-nilai dan asas-asas itu sering menjadi
kongkrit dalam norma-norma yang dipegang sebagai standar kebiasaan
berperilaku agar mencapai hidup ideal yang dianggap baik dan benar. Oleh
karena itu, kata etika biasanya dipakai dengan arti nilai-nilai moral yang dianut
oleh kelompok masyarakat.
Dewasa ini secara teknis kata etika terutama dimengerti sebagai ilmu atau
cabang filsafat mengenai perilaku manusia, dan dibedakan dari moralitas.
Moralitas berarti 'keseluruhan nilai-nilai dan norma-norma moral seseorang atau
suatu masyarakat'. Dengan nilai moral dimaksudkan sesuatu yang berguna bagi
manusia, individu atau kelompok. Sedangkan dengan norma moral dimaksudkan
aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai
manusia. Nilai dan norma moral terhimpun di dalam apa yang disebut moralitas.
Itu berarti moralitas merupakan sistem nilai dan norma tentang bagaimana
manusia harus bertindak agar disebut baik sebagai manusia sistem nilai itu
dinyatakan dalam berbagai bentuk ajaran moral seperti petuah-petuah, nasihat-
nasihat wejangan-wejangan, peraturan, perintah, dan lain-lain yang diwariskan
turun temurun melalui, misalnya lembaga negara, agama, dan ideologi. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa moralitas memberikan kepada manusia aturan
atau petunjuk yang kongkrit tentang bagaimana manusia harus hidup, bagaimana
ia harus bertindak agar menjadi manusia yang baik, dan bagaimana menghindari
perilaku-perilaku yang tidak baik.
11

Jadi etika tidak sama dengan moralitas. Etika bukanlah salah satu
moralitas, dan bukanlah salah satu sumber moralitas di samping sumber-sumber
lain yang sudah disebutkan di atas. Etika perlu dipahami sebagai salah satu
cabang filsafat yang berbicara tentang nilai dan norma moral yang menentukan
perilaku manusia dalam hidupnya. Etika merupakan filsafat yang berefleksi atas
ajaran-ajaran moral. Sebagai filsafat, etika sangat mengutamakan sikap kritis
dalam menilai dan menggumuli nilai dan norma moral. Sikap kritis di sini berarti
ilmu etika tidak akan menerima nilai dan norma moral begitu saja, tetapi
mempertanyakannya sampai kelapisan paling dasar. Selain sikap kritis, etika
juga menghadapi moralitas secara rasional. Setiap nilai dan norma ditelaah
sampai menemukan dasar penerimaannya secara masuk akal. Dari situ jelas
bahwa refleksi-refleksi etika selalu bersifat mendasar. Corak mendasar ini
penting karena etika tidak sekedar memberikan laporan tentang moralitas yang
ada, melainkan menyelidiki bagaimana pandangan moral yang standar (yang
seharusnya) dapat dipertanggungjawabkan. Keraf (1991) memberikan satu
contoh sederhana yang dapat dengan jelas membedakan moralitas dan etik,
"Moralitas langsung mengatakan kepada kita: Inilah caranya anda harus
melangkah. Sedangkan etika justru mempersoalkan: 'Apakah saya harus
melangkah dengan cara itu?' dan 'mengapa harus dengan cara itu?". Contoh ini
menjelaskan bahwa etika melaksanakan fungsi kritis terhadap moralitas. Maka
dapat disimpulkan bahwa dengan etika dimaksudkan filsafat moral yakni
pemikiran, rasional, kritis, mendasar dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral.
Etika mengkaji mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, atau bagaimana
kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan
berbagai moralitas.

2.6 Fungsi dan relevansi etika


Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita dibingungkan oleh berbagai
jenis ajaran moral yang berasal dari lembaga-lembaga yang berbeda. Orang tua
memberi nasihat, guru memberikan perintah, negara menetapkan peraturan,
agama memberikan larangan, dan sebagainya. Terhadap semua ajaran moral itu
kita perlu mengemukakan pertanyaan kritis, "Mengapa saya harus menerima dan
melaksanakan nasihat yang satu sedangkan menolak melaksanakan perintah
yang lain?" Pertanyaan ini menyangkut dimensi tanggung jawab terhadap
12

perbuatan dan norma moral yang ditaati. Sedangkan tanggung jawab


mengandaikan kepastian sikap, yakni keyakinan akan orientasi hidup dan
perbuatan. Nah, etika dapat membantu kita untuk mengkaji kerumitan situasi
ajaran moral yang dihadapi dan untuk menemukan orientasi moral yang tepat.
Etika yang kritis terhadap ajaran-ajaran moral, menolong kita mencari dan
menemukan arah perbuatan moral yang baik secara manusiawi.
Perlu dicatat bahwa etika tidak langsung membuat seseorang menjadi
manusia yang lebih baik. Itu tugas ajaran moral. Etika berperan membantu kita
untuk mampu memberikan penilaian- penilaian yang tepat, yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional. Karena itu yang dapat diperoleh melalui
pelajaran etika ialah kemahiran atau keterampilan intelektual yang bermanfaat
untuk berargumentasi secara rasional dan kritis.
Fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam era globalisasi
dunia dewasa ini, tampaknya kebutuhan akan keterampilan intelektual semakin
mendesak. Globalisasi telah mengalahkan universalisme dan memenangkan
pluralisme. Salah satu bentuk dari pluralisme moral yang disebabkan oleh: (1)
arus perpindahan penduduk yang meluas, (2) modernisasi yang mendepak nilai-
nilai dan pandangan-pandangan moral tradisional dan (3) munculnya berbagai
ideologi yang menawarkan diri sebagai jalan terbaik bagi kehidupan manusia.
Dalam iklim pluralistis itu etika menjadi sangat penting, karena ia dapat
membantu membebaskan kita dari kecenderungan atau sikap ikut-ikutan secara
buta. Jadi etika bisa meloloskan kita dari kebingungan yang diakibatkan oleh
iklim pluralitas dengan menawarkanorientasi bertindak yang tepat.

2.7 Pembagian etika


Menurut ohoitimur (2004), sebagai ilmu, etika dibagi atas dua bagian,
yaitu etika umum (general ethics, ethica generalis) dan etika khusus (social
ethics, ethica specialis). Etika umum membahas prinsip-prinsip moral dasar dan
meneliti syarat- syarat yang harus dipenuhi agar suatu perbuatan moral menjadi
mungkin. Tema tema utama yang biasanya dibahas dalam etika umum antara
lain kebebasan dan tanggung jawab, suara hati atau hati nurani, perbuatan dan
keputusan moral, serta hak dan kewajiban moral. Prinsip-prinsip dasar seperti
keadilan, kebaikan, dan penghargaan terhadap diri sendiri biasanya didiskusikan
pula dalam etika umum. Etika khusus adalah bagian studi etika yang berupaya
13

menerakan prinsip- prinsip dasar itu pada masing- masing kehidupan. Karena itu
pertanyaan dasar etika khusus berbunyi "Bagaimana saya harus bertindak dalam
bidang yang bersangkutan, atau bagaimana bidang itu perlu ditata agar
menunjang pencapaian kebaikan manusia sebagai manusia?" misalnya,
bagaimana prinsip keadilan diaplikasikan dalam bisnis sehingga para pelaku
bisnis bisa disebut manusia yang baik dan adil? Karena corak aplikatifnya, etika
khusus disebut juga etika terapan (applied ethics).
Etika khusus dibagi menjadi etika individual dan etika sosial. Etika
individual memuat kewajiban manusia terhadap diri sendiri, tidak dalam rangka
egosentrisme melainkan demi perlindungan dan penghargaan diri sebagai
manusia. Misalnya, etika individual mendiskusikan tentang kewajiban moral
untuk melindungi diri dari ancaman pembunuhan dan pemerkosaan, serta
kewajiban untuk mengembangkan bakat dan talenta yang dimiliki. Sementara itu
etika sosial (yang merupakan bagian terbesar dari etika khusus) membahas hak
dan kewajiban manusia sebagai anggota umat manusia. Misalnya, etika sosial
membahas penerapan prinsip keadilan yang harus ditegakkan dalam kehiduapn
sosial politik suatu masyarakat. Perlu diperhatikan bahwa etika idividual dan
etika sosial tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain secara ketat, karena
kewajiban terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling
berkaitan.
Pokok bahas etika sosial meliputi hubungan manusia dengan manusia,
baik secara langsung maupun dalam bentuk lembaga (keluarga, masyarakat,
negara), sikap kritis terhadap pandangan- pandangan dunia dan ideologi ideologi
maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Karena itu
secara terperinci etika sosial dapat dibagi atas etika keluarga, etika profesi (yang
meliputi etika biomedis, etika bisnis, etika hukum, dan sebagainya), etika politik,
etika lingkungan hidup, dan kritik ideologi.
14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Norma adalah aturan yang harus dipatuhi oleh warga masyarakat. Tujuan
adanya norma adalah agar masyarakat hidup aman, tertib, nyaman, dan damai.
Norma terbagi atas :

a. Norma kesusilaan

b. Norma agama

c. Norma kesopanan

d. Norma hukum

Norma tidak boleh di langgar. Bagi yang melanggar akan mendapatkan


sanksi. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat
dalam menjalani hidup ini.

3.2 Saran
Demikian materi yang dapat kami bahas dalam makalah ini, tentunya dalam
makalah ini masih banyak kesalahan karena terbatasnya pengetahuan atau resensi
yang ada hubungannya dengan makalah yang kami susun.

Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca dan dosen untuk memberikan
saran dan kritikannya yang membangun kepada kami, demi mencapai kesempurnaan
dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan khususnya
pada seluruh pembaca.
15

DAFTAR PUSTAKA

Salikun, Lukman Surya Saputra, dan Wahyu Nugroho. 2013. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta: Kemdikbud

Lonto, Apeles Lexi dan Theodorus Pangalila. 2013. Etika Kewarganegaraan.


Yogyakarta:Penerbit Ombak

Anda mungkin juga menyukai