Disusun Oleh :
NIM : 21.021.111.007
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
nabi Agung Nabi Muhammad saw yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju
zaman Islamiyah. Alhamdulillah dengan segala kekurangan kami dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu hukum dengan judul “HUKUM DAN
KAIDAH – KAIDAH SOSIAL”.
Tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan maka
dari itu kritik dan saran kami perlukan demi terbentuknya makalah yang sempurna.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................................... 1
Daftar isi ................................................................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................................. 3
B. Rumusan masalah ........................................................................................................ 3
C. Tujuan .......................................................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Kaidah sosial ................................................................................................................ 4
B. kaidah hukum ............................................................................................................... 8
C. Penggolongan kaidah ................................................................................................. ..12
D. Hubungan kaidah hukum dengam kaidah lainnya ..................................................... ..12
E. Persamaan antara kaidah hukum dengan kaidah lainnya ........................................... ..13
F. Perbedaan kaidah hukum dengan kaidah lainnya ...................................................... ..14
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ ..16
B. Saran ....................................................................................................................... ....16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat tersebut manusia mempunyai tujuan untuk
memenuhi kebutuhan. Untuk itu diperlukan hubungan atau kontak antara anggota
masyarakat dalam rangka mencapai tujuannya dan melindungi kepentingannya.
Dengan pembawaan sikap pribadinya, manusia biasanya ingin agar
kepentingannya dipenuhi lebih dulu tanpa mengingat kepentingan orang lain,
kepentingan itu kadang-kadang sama tapi juga tidak jarang terjadinya kepentingan
yang saling bertentangan apabila keadaan demikian itu tidak diatur atau tidak
dibatasi,maka yang lemah akan tertindas atau setidak-tidaknya timbul pertentangan-
pertentangan aturan yang dimaksud kaidah sosial.dengan demikian kaidah atau norma
adalah ketentuan tata tertib yang berlaku dalam masyarakat.
menurut purnadi purbacaraka dan soerjono soekanto dalam bukunya yang
berjudul perihal kaidah hukum, mengatakan bahwa “apa yang diartikan dengan kaidah
adalah patokan atau ukuran atau pedoman bertingkah laku/berperilakuan atau bersikap
tindak dalam masyarakat, dalam hidup.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang kaidah sosial dan kaidah hukum?
2. Jelaskan hubungan kaidah hukum dengan kaidah sosial?
3. Apakah perbedaan dan persamaan dari kaidah sosial dengan kaidah hukum?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kaidah sosial dan kaidah hukum
2. Menjelaskan hubungan kaidah hukum dan kaidah sosial
3. Menjelaskan perbedaan dan persamaan kaidah sosial dengan kaidah hukum
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAIDAH SOSIAL
Demi melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat terdapat beberapa
kaidah sosial. Semula beberapa kaidah tersebut tidak dibedakan. Baru setelah melalui
proses yang mana manusia membedakan kaidah-kaidah tersebut.
Kaidah sosial adalah ketentuan-ketentuan tentang baik buruknya perilaku
manusia yang mengatur tingkah laku dan perbuatan manusia di tengah kehidupan
bermasyarakat, dengan menentukan perangkat-perangkat aturan yang bersifat perintah,
anjuran serta larangan-larangan.
Tata kaidah tersebut terdiri dari kaidah kepercayaan atau keagamaan, kaidah
kesusilaan, kaidah kesopanan, kaidah sopan santun, dan kaidah hukum yang dapat di
kelompokkan seperti berikut:
1. Tata kaidah dengan aspek kehidupan pribadi yang dibagi lebih lanjut
menjadi:
a. Kaidah kepercayaan atau keagamaan, dan
b. Kaidah kesusilaan.
2. Tata kaidah dengan aspek kehidupan antar pribadi yang dibagi lebih lanjut
menjadi:
a. Kaidah sopan santun atau adat, dan
b. Kaidah hukum.
Kaidah sosial yang mengatur tingkah laku manusia didalam masyarakat ada bermacam-
macam, yaitu:
4
1. KAIDAH SUSILA
Kaidah Susila adalah kaidah yang paling tua dan paling asli, terdapat didalam
sanubari manusia sendiri karena manusia makhluk bermoral, tanpa melihat kebangsaan
atau masyarakat: “Tidak mengindahkan norma Susila berarti asusila.”
Norma susila dapat dikatakan peraturan-peraturan hidup yang berasal dari hati
nurani manusia. Ia menentukan perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk,
berdasarkan bisikan suara hatinya. Norma susilalah yang mendorong manusia untuk
kebaikan akhlak pribadinya guna menyempurnakan manusia itu sendiri. Kaidah susila
melarang manusia untuk berbuat cabul, mencuri, dll. Karena hal itu dirasa bertentangan
dengan kaidah kesusilaan yang ada didalam hati nurani setiap manusia yang normal.
5
Asal/sumber kaidah kesusilaan adalah dari manusia sendiri. Jadi, bersifat
otonom dan ditunjukkan kepada sikap lahir dan batin.
2. NORMA KESOPANAN
6
3. NORMA AGAMA ATAU KAIDAH KEPERCAYAAN
Setiap pelanggaran ketiga norma diatas akan terkena sanksi. pada hakikatnya
sanksi bertujuan untuk memulihkan keseimbangan tatanan masyarakat yang telah
terganggu oleh pelanggaran-pelanggaran kaidah.
Bagi setiap kaidah sosial tersebut sanksinya tidak dirasakan secara langsung
didunia ini dengan cukup memuaskan, sehingga masih dirasakan kurang cukup
memberi jaminan perlindungan kepentingan manusia. Oleh karena itu, diperlukan
perlindungan kepentingan atau kaidah sosial lain yang melindungi lebih lanjut
secara lebih memuaskan kaidah sosial yang dimaksud adalah Kaidah Hukum.
7
B. KAIDAH HUKUM
Pada kaidah ini terlihat adanya suatu pergeseran,yaitu terjadinya suatu proses
penjauhan dan pelepasan diri dari tatanan yang berpegang pada kenyataan sehari-hari
(tatanan kebiasaan) walau berjalannya proses ini belum berlaku secara seksama. Ciri
yang menonjol dari hukum mulai tampak pada penciptaan norma-norma hukum yang
“murni”, yaitu yang dibuat secara sengaja oleh suatu badan perlengkapan dalam
masyarakat yang khusus ditugasi untuk menjalankan penciptaan atau pembuatan
hukum itu.
Pada proses pembuatan ini kita mulai melihat bahwa tatanan ini didukung oleh
norma-norma yang secara sengaja dan sadar dibuat untuk menegakkan suatu jenis
ketertiban tertentu dalam masyarakat (Satjipto Rahardjo,1982:16).
Norma-norma hukum ini menurut radbruch (1961:13) termasuk kedalam
golongan norma-norma yang lahir dari kehendak manusia karena yang menentukan
jenis ketertiban itu adalah masyarakat itu sendiri, yang dalam hal ini diwakili oleh
anggota-anggotanya yang berhimpun dalam satu atau lain badan yang tugasnya
menentukan norma-norma tentang apa yang akan diciptakan.
Berbeda dengan kaidah kebiasaan dan kesusilaan, kaidah hukum memilki
kemandirian dalam berhadapan dengan ideal dan kenyataan, yaitu memiliki posisi yang
mampu mengambil jarak antara ideal dengan kenyataan.
Ketiga kaidah sosial, kesopanan, kesusilaan, dan agama belumcukup menjamin
tata tertib di dalam masyarakat, pergaulan hidup bermasyarakat karena tidak adanya
ancaman yang cukup dirasakan sebagai paksaan dari luar.
a. Adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasa yang bertugas mempertahankan,
dan membina tata tertib masyarakat dengan perantaraan alat-alatnya.
b. Sifat UU yang berlaku bagi siapa saja.
Norma hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia. Norma hukum tidak
mempersoalkan apakah sikap bathin seseorang itu baik atau buruk. Norma hukum tidak
memberi sanksi kepada seseorang yang mempunyai sikap bathin yang buruk karena
yang diperhatikan adalah bagimana perbuatan lahiriyahnya.
8
Selanjutnya berbeda dengan ketiga norma-norma pertama, maka pelanggaran
terhadap norma hukum diberi hukuman badan yang dapat dipaksakan oleh penguasa.
Contoh-contoh norma hukum:
1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan secara hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya (pasal 2 ayat 1 UU no.1/1974).
2. Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu untuk berbuat sesuatu atau
untuk tidak berbuat sesuatu (pasal 1234 BW).
3. Apabila sesuatu persetujuan perburuhan dibuat tertulis maka biaya akte beserta lain-
lain biaya tambahan harus dipikul oleh majikan (pasal 1601 d BW).
4. Barang siaapa sengaja merampas nyawa orang lain tanpa hak diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun (pasal 338
KUHP).
5. Barang siapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melwan hukum, diancam karena
pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak
enam puluh rupiah.
Kaidah hukum dikaji dari sifatnya, dibedakan atas kaidah hukum yang bersifat
imperatif dan fakultatif.
1. Kaidah hukum yang bersifat imperatif
Kaidah hukum dikatakan bersifat imperatif dikarenakan sifatnya yang
mengikat, memaksa dan harus ditaati, sehingga mengikat setiap orang yang
ditetapkan dalam kaidah hukum. Contohnya terdapat lapangan hukum publik
seperti hukum pidana dan hukum tata negara.
2. Kaidah hukum yang bersifat fakultatif
Kaidah hukum yang bersifat fakultatif adalah kaidah hukum yang sifatnya tidak
serta-merta harus ditaati karena sifatnya hanya merupakan pelengkap.
Contohnya terdapat pada ketentuan hukum waris yang diatur di dalam
KUHPerdata.
1. Kaidah hukum yang berisikan perintah (gebod), yaitu kaidah hukum yang harus
ditaati, misalnya perintah bagi kedua orang tua agar memelihara dan mendidik
9
anak-anaknya dengan sebaik-baiknya (Pasal 45 UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan).
2. Kaidah hukum yang berisi larangan (verbod), yaitu kaidah yang memuat
larangan untuk melakukan sesuatu dengan ancaman aksi apabila melanggarnya,
seperti larangan mencuri dalam Pasal 362 KUHPidana.
3. Kaidah hukum yang isinya membolehkan (mogen), yaitu kaidah hukum yang
memuat hal-hal yang boleh untuk dilakukan, tetapi boleh pula untuk tidak
dilakukan. Misalnya ketentuan Pasal 29 UU No. 1 Tahun 1974, bahwa calon
suami-istri yang akan menikah dapat mengadakan perjanjian tertulis baik
sebelum ataupun setelah pernikahan, asalkan tidak melanggar batar-batar
hukum, agama, dan kesusilaan.
Sikap masyarakat terhadap kaidah hukum juga dapat berbeda-beda, misalnya
terhadap hukum publik, kemungkinan sikap masyarakat ada yang mentaatinya, ada
yang melanggar, bahkan ada pula yang mengelak. Begitu pula pada kaidah hukum
privat, ada kemungkinan yang betul-betul menggunakannya, ada yang tidak
menggunakannya, tetapi mungkin juga ada yang menyalah gunakannya.
1. Sudikno Merotkusumo
Sanksi tidak lain adalah merupakan reaksi, akibat, atau konsekuensi atas
pelanggaran kaidah sosial.
2. Paul Bohannan
Sanksi merupakan perangkat aturan-aturan yang mengatur bagaimana lembaga-
lembaga hukum mencampuri suatu masalah untuk dapat memelihara suatu
system sosial, sehingga memungkinkan masyarakat hidup dalam system itu
secara tenang dan dalam cara-cara yang dapat diperhitungkan.
3. Van Den Steenhoven
Sanksi adalah unsur-unsur sebagai unsur hukum yaitu ancaman penggunaan
fisik, otoritas yang resmi, penerapan ketentuan yang secara teratur, dan
masyarakat yang tidak spontan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kaidah hukum
membutuhkan unsur sanksi sebagai unsur esensial. Sanksi eksternal atau yang
10
berasal dari luar diri manusia merupakan unsur esensial kaidah hukum yang
membedakannya dari kaidah-kaidah lainnya. Sanksi tersebut sifatnya dipaksakan
oleh pihak otoritas atau aparat negara yang melaksanakan penegakan hukum.
Selanjutnya secara singkat kami kemukakan perbedaan antara kaidah hukum
dengan kaidah kebiasaan serta kaidah kesusilaan atas dasar uraian tersebut diatas:
Berbeda dengan kaidah kebiasaan, maka kaidah hukum sudah mulai
melepaskan diri dari keterikatannya yang besar kepada dunia kenyataan.
Berbeda dengan kaidah hukum, maka dalam hal otoritas yang memutuskan
apa yang akan diterima sebagai norma, pada kaidah kesusilaan unsur kehendak
manusia sama sekali tidak ikut menentukan.
Kaidah kesusilaan bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh kehendak manusia,
melainkan adanya harus diterima begitu saja. Juga bagi kaidah kesusilaan tidak ada
unsur-unsur yang harus diramu seperi halnya kaidah hukum, ia tidak perlu
mempertimbangkan dunia kenyataan, tuntutannya yang mutlak ialah insan kamil,
manusia sempurna.
Seringkali para ahli hukum menganggap bahwa perbedaan yang pokok antara
kaidah hukum disatu pihak dengan kaidah-kaidah sosial lainnya dan kaidah agama
terletak pada bahwa kaidah hukum itu dapat dipaksakan berlakunya karena didukung
oleh suatu kekuasaan (Negara) semakin besar terdapatnya perbedaan antara kaidah
hukum dengan peri kelakuan yang nyata, makin besar pula kekuasaan yang
diperlukan untuk memaksakan berlakunya kaidah tersebut.
Demikianlah, agar ketertiban tetap terpelihara diperlukan adanya suatu
mekanisme pengendalian sosial ini adalah kaidah hukum tadi. Namun timbul
pertanyaan, apakah factor atau unsur kekuasaan ini merupakan satu ciri atau
kebutuhan yang utama bagi dapat berlakunya kaidah hukum itu? Soerjono Soekanto
(1980:68) dikemukakan bahwa persoalan ini yang sesungguhnya merupakan
masalah membedakan hukum dari kaidah-kaidah sosial lainnya, merupakan suatu
masalah yang telah lama membingungkan antropologi dan sosiologi. Walau terdapat
suatu kesepakatan diantara mereka.
11
C. PENGGOLONGAN KAIDAH
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo menggolongkan keempat kaidah/norma
tersebut dalam dua golongan ialah (Daliyo 1989: 18)
a. Tata kaidah dengan aspek pribadi yang termasuk kelompok ini adalah kaidah agama
atau kepercayaan dan kaidah kesusilaan.
b. Tata kaidah dengan aspek kehidupan antara pribadi yang termasuk didalamnya
adalah kaidah kesopanan dan kaidah hukum.
2. Hubungan negatif yakni hubungan yang saling melemahkan yaitu jika kaidah
hukum dan kaidah sosial lainnya saling bertentangan. contoh : larangan oleh salah
satu agama membunuh sesame manusia dengan alas an apapun bertentangan
dengan undang-undang wajib militer.
15
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaidah hukum merupakan ketentuan tentang perilaku. Pada hakikatnya apa yang
dinamakan kaidah adalah nilai karna berisi apa yang sepantasnya harus dilakukan.
Dari segi tujuan kaidah hukum bertujuan menciptakan tata tertib masyarakat dan
melindungi manusia beserta kepentingannya, kaidah agama dan kesusilaan bertujuan
memperbaiki pribadi manusia agar menjadi makhluk yang ideal.
B. Saran
Diperlukan pemahaman tentang kaidah dalam kehidupan sehari – hari agar dapat
memperbaikir pribadi manusia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Drs. C.S.T.Kansil, SH. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta:Balai
Pustaka).
17