Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEBUDAYAAN MASYARAKAT KOTA DAN DESA

INDONESIA

Disusun Oleh:

Aisyah Nurfatihana

Ria Alna Sari

Mary Brigita

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan bimbingannya, penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul ‘Kebudayaan
masyarakat kota dan desai’ ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Selain itu, makalah ini bertujuan juga untuk membahas
dengan kritis materi mengenai nilai, norma, adat kebiasaan, dan tradisi bagi para pembaca
dan penulis.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi sumber informasi serta bermanfaat
bagi para pembaca di masa yang akan datang.

Kendari, 14 juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..1
C. Tujuan………………………………………………………………………………….2

BAB II NILAI, NORMA, ADAT KEBIASAAN, DAN TRADISI……….…………………..3

A. Nilai…………………….……………………………………………………………...3
B. Norma………………………………..………………………………………………...4
C. AdatKebiasaan………………………………………………………………………...7
D. Tradisi……………………………………………………………………………….11

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………17

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………17
B. Saran………………………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga kemasyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing


social-institution. Social-institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang
mengatur perilaku warga masyarakat. Social-institution atau yang lebih sering disebut
sebagai pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat
kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus
dalam kehidupan masyarakat. Hal ini kemudian dapat disebut juga sebagai norma-
norma yang mengatur kehidupan manusia.

Agar kehidupan dan hubungan antar manusia dalam masyarakat dapat berjalan
dengan sebagaimana mestinya, maka dirumuskanlah norma-norma masyarakat.
Norma-norma itu awalnya dibentuk secara tidak sengaja, namun lama kelamaan
norma-norma tersebut dibentuk secara sengaja. Norma-norma yang ada dalam
masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda. Ada norma yang lemah,
norma yang sedang, dan norma yang kuat yang jika dilanggar akan mengakibatkan
masyarakat mendapatkan sanksi atau hukuman.

Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara


sosiologi dikenal adanya empat pengertian, yaitu:

1. Cara (usage)
2. Kebiasaan (folkways)
3. Tata kelakuan (mores)
4. Adat istiadat (custom).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah Nilai, Norma, Adat
Kebiasaan, dan Tradisi ini adalah:
1. Apa pengertian, macam, dan ciri dari nilai?
2. Apa pengertian, macam, dan ciri dari norma?
3. Apa pengertian, macam, dan ciri dari adat kebiasaan?
4. Apa pengertian, macam, dan ciri dari tradisi?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan memahami pengertian, macam, dan ciri dari nilai.
2. Mengetahui dan memahami pengertian, macam, dan ciri dari norma.
3. Mengetahui dan memahami pengertian, macam, dan ciri dari adat kebiasaan.
4. Mengetahui dan memahami pengertian, macam, dan ciri dari tradisi.
BAB II

NILAI, NORMA, ADAT KEBIASAAN, DAN TRADISI

A. Nilai
1. Pengertian Nilai
Dalam kamus besar bahasa indonesia menerangkan mengenai pengertian nilai,
dimana nilai didefinisikan sebagai kadar, mutu, atau sifat yang penting dan
berguna bagi kemanusiaan. Pengertian nilai secara menyeluruh adalah konsep-
konsep umum tentang sesuatu dianggap baik, patut, layak, pantas yang
keberadaannya dicita citakan, diinginkan, dihayati, dan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari hari dan menjadi pedoman kehidupan bersama di dalam
kelompok masyarakat tersebut, mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga
suku, bangsa, dan masyarakat internasional.
Pengertian nilai menurut para ahli antara lain sebagai berikut:
a) Anthony Giddens
Nilai adalah gagasan-gagasan yang dimiliki oleh seseorang atau
kelompok tentang apa yang dikehendaki, apa yang layak, dan apa yang
baik atau buruk.
b) Horton dan Hunt
Nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman tersebut berarti atau
tidak. Nilai ada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan
seseorang, akan tetapi nilai tidak menghakimi apakah sebuah perilaku
tersebut benar atau salah.
c) Koenjaraningrat
Nilai adalah terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam
fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal hal yang mereka
anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat
dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak.

2. Macam-Macam Nilai
Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b) Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c) Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian meliputi:
1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan
manusia.
3) nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak
(karsa)manusia
4) nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan
mutlak yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

3. Ciri-ciri Nilai
Ciri-ciri nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut:
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
b. Nilai memiliki sifat normatif.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung
nilai.

B. Norma
1. Pengertian Norma
Norma adalah bentuk nyata dari nilai-nilai sosial di dalam masyarakat yang
berbudaya, memiliki aturan-aturan, dan kaidahkaidah, baik yang tertulis maupun
tidak. Norma norma ini mengatur kehidupan manusia dalam bermasyarakat.
Norma sifatnya memaksa sehingga seluruh angggota kelompok harus bertindak
sesuai dengan norma-norma yang telah di bentuk sejak dahulu, dan setiap anggota
kelompok yang melanggar norma yang ada akan mendapatkan sanksi yang telah
ada dan sudah disepakati. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-
kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial.
Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani
interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa
individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang
telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia
dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.

Pengertian Norma menurut para ahli:

a. John J. Macionis
Pengertian norma menurut John J. Macionis (1997) adalah segala aturan dan
harapan masyarakat yang memandu segala perilaku angota masyarakat.
b. Broom & Selznic
Pengertian norma menurut Broom & Selznic bahwa arti norma adalah suatu
rancangan yang ideal dari perilaku manusia yang memberikan batasan bagi
suatu anggota masyarakatnya untuk mencapai tujuan hidup yang sejahtera
c. Bellebaum
Menurutnya, norma adalah sebuah alat untuk mengatur setiap individu dalam
suatu masyarakat agar bertindak dan berperilaku sesuai dengan sikap dan
keyakinan tertentu yang berlaku di mayarakat tersebut.
d. AA. Nurdiaman
Norma adalah suatu bentuk tatanan hidup yang berisikan aturanaturan dalam
bergaul di masyarakat.

Dari berbagai pengertian norma yang telah dipaparkan diatas norma


diciptakan dengan tujuan supaya hubungan didalam suatu masyarakat terlaksana
sebagaimana yang diharapkan, maka dirumuskan norma-norma masyarakat.
Awalnya norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun seiring dengan
perkembangan waktu norma tersebut dibuat secara sadar. Norma-norma yang ada
dimasyarakat, mempunyai mengiikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah,
sedang, samapai kuat daya ikatnya. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat
norma-norma tersebut, dikenal adanya empat klasifikasi yaitu:

a. Cara (usage)
Merupakan bentuk perbuatan atau perilaku yang dilakukan di dalam
masyarakat namun tidak terus menerus. Jika melanggar norma ini, hukuman
yang didapatkan hanya berupa celaan atau teguran saja.
b. Kebiasaan (folkways)
Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk
yang sama dan secara sadar, sehingga perbuatan itu dianggap baik oleh
masyarakat. Contohnya adalah pemberian angpau di saat lebaran.
c. Tata kelakuan (mores)
Merupakan kumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat hidup dari
sekelompok manusia sebagai bentuk pengawasan terhadap anggotanya.
d. Adat istiadat (custom)
Adat istiadat merupakan kumpulan tata kelakuan yang menjadi pedoman
tertinggi dalam hidup bermasyarakat karena sudah terintegrasi sangat kuat
pada masyarakat penganutnya. Bagi seseorang yang melanggarnya, akan
mendapatkan sanksi yang cukup keras. Contoh adat istiadat adalah proses
memingit bagi calon pengantin.

2. Macam-Macam Norma
a. Norma agama
Norma agama adalah peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-perintah,
larangan-larangan, dan ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan dan bersifat
mutlak. Pelaksanaan norma agama ini pun bersifat otonom, artinya bebas bagi
setiap individu sesuai kepercayaan yang diyakininya. Dimana, bagi yang
menjalankannya akan mendapatkan pahala, sebaliknya jika melanggar maka
mendapat dosa.
b. Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari suara hati nurani
manusia. Dengan menaati norma kesusilaan, seseorang terlatih untuk
membedakan hal yang baik dan buruk sehingga menghindarkan masyarakat
dari perbuatan tercela
c. Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah norma yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Peraturan sosial yang ditetapkan
mengarah pada cara seseorang bertingkah laku secara wajar dalam kehidupan
masyarakat, dimana dalam norma ini selalu mengedepankan asas kepantasan,
kepatutan, dan kebiasaan yang seharusnya berlaku dalam kehidupan
masyarakat.
d. Norma kebiasaan
Norma Kebiasaan adalah suatu bentuk perbuatan yang dilakukan secara terus
menerus dengan bentuk yang sama, seacara sadar dengan tujuan yang jelas
dan dianggap baik dan benar. Norma kebiasaan disebut juga dengan folkways
yang merupakan macam-macam norma berdasarkan tingkatan norma sosial.
Norma kebiasaan dapat juga diartian sebagai norma yang keberadaannya
dalam masyarakat dapat diterima sebagai bentuk aturan yang mengikat
walaupun tidak ditetapkan pemerintah. Umumnya kebiasaan sering disamakan
dengan adat istiadat.

3. Ciri-Ciri Norma Sosial


Norma sosial mempunyai beberapa ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
- Norma sosial pada umumnya tidak tertulis
- Hasil kesepatakan bersama
- Mengalami perubahan
- Ditaati bersama

C. Adat Kebiasaan
1. Pengertian Adat Kebiasaan
Adat dan kebiasaan merupakan hal yang hampir sama. Pengertian adat dan
kebiasaan:
a) Kebiasaan
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebiasaan adalah pola untuk
melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang
individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama.
- Menurut Soerjono Soekanto (2012), folkways atau kebiasaan adalah
perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama.
b) Adat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada memiliki beberapa arti yaitu:
- Aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak
dahulu kala.
- Cara yang sudah menjadi kebiasaan.
- Wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma,
hukum, dan aturan yang satu dengan yang lain berkaitan menjadi suatu
sistem.
c) Adat Istiadat
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat istiadat adalah tata kelakuan
yang kekal dan turun-temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai
warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat.
- Menurut Soerjono Soekanto (2012), adat istiadat atau customs adalah tata
kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku
masyarakat. Ada sanksi penderitaan bila melanggar (hukum adat).
- Menurut Soekanto (2011), adat istiadat mempunyai ikatan dan pengaruh
yang kuat dalam masyarakat, kekuatan mengikatnya tergantung pada
masyarakat atau bagian masyarakat yang mendukung adat istiadat tersebut
yang terutama berpangkal tolak pada perasaan keadilannya

2. Macam-Macam Adat Kebiasaan


Jenis-jenis kebiasaan dibagi menjadi:
a. Kebiasaan atas dasar faktor kedaerahan
Kebiasaan atas dasar faktor kedaerahan adalah kebiasaan yang timbul
akibat kepribadian yang saling berbeda antara individu-individu yang
merupakan anggota suatu masyarakat tertentu karena masing-masing
tinggal di daerah yang tidak sama dan dengan kebudayaan-kebudayaan
khusus yang tidak sama pula. Contoh dari kebiasaan karena faktor
kedaerahan adalah sdat istiadat melamar mempelai di Minangkabau
berbeda dengan adat istiadat melamar di Lampung.
b. Kebiasaan atas dasar faktor wilayah/alam
Kebiasaan atas dasar faktor wilayah atau alam adalah kebiasaan yang
terjadi karena perbedaan wilayah individu yang satu dengan individu yang
lain. Contohnya seperti orang yang tinggal di wilayah dingin akan
cenderung memakai baju hangat sedangkan orang yang tinggal di pesisir
pantai akan memakai baju yang tipis agar tidak kepanasan.
c. Kebiasaan atas dasar faktor kelas sosial
Kebiasaan atas dasar faktor kelas sosial adalah kebiasaan yang timbul
karena pengaruh seorang individu lahir dan dibesarkan di kelas sosial yang
bagaimana. Dalam masyarakat, terdapat lapisan sosial yang tinggi,
menengah, dan rendah. Contoh dari kebiasaan atas dasar faktor kelas sosial
adalah perbedaan tata kelakuan orang berdarah Kraton dengan masyarakat
biasa
d. Kebiasaan atas dasar faktor agama
Agama memiliki pengaruh besar di dalam membentuk kepribadian dan
kebiasaan seorang individu. Kebiasaan yang terpengaruh karena ajaran
agama inilah yang termasuk ke dalam kebiasaan atas dasar faktor agama.
Contoh dari kebiasaan ini adalah kebiasaan seorang Kristen untuk pergi ke
Gereja di hari Minggu.

Macam-macam adat dibagi menjadi:

a. Adat yang sebenarnya adat


Adat yang sebenarnya adalah adat yang tak lekang oleh panas, tak lapuk
oleh hujan, dipindah tidak layu, dibasuh habis air. Artinya, semua
ketetapan yang ada di alam ini memiliki sifat-sifat yang tak akan berubah,
contohnya hutan gundul menjadi penyebab banjir, kejahatan pasti akan
mendapat hukuman, kebaikan akan membuahkan kebahagiaan, dan
seterusnya.
b. Adat yang diadatkan
Adat yang diadatkan ialah semua ketentuan yang berlaku di dalam
masyarakat. Ketentuan-ketentuan ini dikodifikasikan oleh Datuk Nan Duo
berdasarkan sifat benda-benda di alam. Gunanya untuk mengatur
kehidupan bermasyarakat dalam hal ketertiban, perekonomian, dan sosial
budaya.
c. Adat yang teradat
Adat yang teradat merupakan aturan yang terbentuk berdasarkan
musyawarah. Setiap kelompok masyarakat memiliki aturan dan tata cara
yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya.
d. Adat-Istiadat
Adat istiadat merupakan kebiasaan atau kesukaan masyarakat setempat
ketika melaksanakan pesta, berkesenian, hiburan, berpakaian, olah raga,
dsb.

Adat Istiadat berdasarkan bentuk:

a. Tertulis
Adat istiadat tertulis adalah peraturan-peraturan adat yang dituliskan dalam
suatu media agar dapat dilihat kembali oleh masyarakat adat tersebut. Contoh
dari adat istiadat tertulis adalah:
- Piagam-piagam raja (surat pengeashaan raja, kepala adat)
- Peraturan persekutuan hukum adat yang tertulis seperti penataran desa,
agama desa, awig-awig (peraturan subak di Pulau Bali)
b. Tidak tertulis
Adat istiadat tidak tertulis adalah peraturan-peraturan adat yang tidak
dituangkan dalam media cetak atau media apapun. Biasanya adat istiadat tidak
tertulis ini dapat diketahui dengan komunikasi secara lisan atau dari mulut ke
mulut. Contoh dari adat tidak tertulis ini adalah:
- Berbentuk upacara-upacara adat yang lazim dilakukan setiap waktu
meskipun tidak secara resmi tertulis dalam buku atau kitab.

3. Ciri-Ciri Adat Kebiasaan


a. Sifat-sifat kebiasaan:
- Cukup mengikat tata kelakuan seorang individu.
- Jika melanggar, terdapat sanksi sosial bagi individu yang melanggarnya.
- Tidak tertulis.

b. Sifat-sifat adat istiadat:


- Bersifat lebih mengikat tata kelakuan seorang individu dibanding
kebiasaan.
- Jika melanggar, terdapat sanksi berupa hukum adat.
- Ada yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis.

4. Contoh Adat Kebiasaan


a. Contoh kebiasaan:
- Memberi hormat kepada orang yang lebih tua.
Kebiasaan ini sering diajarkan orang tua kepada anaknya sejak usia dini.
Kebiasaan ini dilakukan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang
yang lebih tua tersebut.
- Membungkuk dan bilang permisi saat lewat di depan orang lain.
Kebiasaan ini biasanya sering ditemui di masyarakat Jawa. Kebiasaan ini
dilakukan sebagai bentuk rasa hormat kepada orang yang kita lewati.
- Perempuan memakai rok dan laki-laki memakai celana
Kebiasaan berpakaian ini merupakan kebiasaan yang sering diajarkan
orang tua kepada anak-anaknya sejak usia dini. Kebiasaan ini diajarkan
agar kelak ketika sudah tumbuh dewasa, sang anak dapat hidup dan
berperilaku sesuai dengan gender mereka.
b. Contoh adat istiadat:
- Upacara Ngaben dalam kebudayaan Bali.
Upacara Ngaben adalah bagian rangkaian upacara keagamaan di Bali
dikenal dengan upacara Pitra Yadnya, yaitu sebuah upacara suci dan tulus
ikhlas dilakukan oleh manusia kepada leluhurnya atau orang yang sudah
meninggal dengan cara pembakaran mayat atau kremasi, yang juga
merupakan salah satu bentuk kewajiban suci bagi semua umat Hindu.
Selain sebagai bagian dari pelaksanaan upacara Agama juga bagian
budaya adat masyarakat Bali.
- Acara Sesajen dalam masyarakat Jawa
Sesajen (atau Sesaji) adalah bentuk rasa syukur ataupun persembahan
untuk mencari berkah yang berasal dari nenek moyang kita yang dahulu.
Sesajen ini memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat
yang masih mempercayainya, tujuan dari pemberian sesajen ini untuk
mencari berkah. Pemberian sesajen ini biasanya dilakukan ditempat-
tempat yang dianggap keramat dan mempunyai nilai magis yang tinggi.
- Upacara Selamatan dalam masyarakat Sunda
Selamatan merupakan sebuah tradisi ritual yang hingga kini tetap
dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Salah satu upacara adat
Jawa ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah dan karunia
yang diberikan Tuhan. Istilah Selamatan sendiri berasal dari bahasa arab
yakni Salamah yang memiliki arti selamat atau bahagia. Sementara itu,
jika merujuk pada pendapat Clifford Geertz, selamatan bisa berarti Ora
Ono Opo-opo (Tidak ada apa-apa).
D. Tradisi
1. Pengertian Tradisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi adalah adat kebiasaan turun-
temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Tradisi
telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang
sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan,
karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Pengertian tradisi bagi para ahli adalah sebagai berikut:
a. Imtima : 2007
Tradisi adalah rumusan, cara, atau konsep yang pertama kali lahir yang
dipergunakan oleh banyak orang pada masanya.
b. M. Abed Al Jabri : 2000
Tradisi adalah segala sesuatu yang diwarisi manusia dariorang tuanya,
baik itu yang jabatan, harta pusaka maupun keningratan.
c. WJS Poerwadaminto : 1976
Tradisi adalah suatu kegiatan yang dijalankanoleh sekelompok
masyarakat dengan secara berulang-ulang.
d. Bastomi : 1984
Tradisi adalah dari sebuah kebudayaan, dengan tradisi sistem
kebudayaan akan menjadi kokoh. Apabila tradisi dihilangkan maka
terdapat harapan suatu kebudayaan akan berakhir saat itu juga.
e. Van Reusen : 1992
Tradisi adalah suatu norma adat istiadat, kaidah-kaidah, harta-harta.
tetapi tradisi bukan suatu yang tidak dapat diganti. Tradisi justru
perpaduan dengan berbagai perbuatan manusia dan diangkat dalam
keseluruhannya.

2. Lahirnya Tradisi Dalam Masyarakat


Tradisi lahir disaat tertentu ketika orang menetapkan fragmen tertentu dari
warisan masa lalu sebagai tradisi. Tradisi berubah ketika orang memberikan
perhatian khusus pada fragmen tradisi tertentu dan mengabaikan fragmen yang
lain. Tradisi bertahan dalam jangka waktu tertentu dan mungkin lenyap bila benda
material dibuang dan gagasan ditolak atau dilupakan. Tradisi mungkin pula hidup
dan muncul kembali setelah lama terpendam. Tradisi lahir melalui 2 (dua) cara,
yaitu:
a. Muncul dari bawah melalui mekanisme kemunculan secara spontan dan tak
diharapkan serta melibatkan rakyat banyak. Karena sesuatu alasan, individu
tertentu menemukan warisan historis yang menarik perhatian, kecintaan dan
kekaguman yang kemudian disebarkan melalui berbagai cara mempengaruhi
rakyat banyak. Sikap-sikap tersebut berubah menjadi perilaku dalam bentuk
upacara, penelitian dan pemugaran peninggalan purbakala serta menafsir
ulang keyakinan lama.
b. Muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang dianggap tradisi
dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan oleh individu yang
berpengaruh atau berkuasa.

Begitu terbentuk, tradisi mengalami berbagai perubahan. Perubahan


kuantitatifnya terlihat dalam jumlah penganut atau pendukungnya. Rakyat dapat
ditarik untuk mengikuti tradisi tertentu yang kemudian mempengaruhi seluruh
rakyat dan negara atau bahkan dapat mempengaruhi skala global.

3. Tujuan Tradisi
Tradisi yang ada pada masyarakat memiliki tujuan supaya hidup manusia kaya
akan budaya dan nilai-nilai bersejarah. Tradisi juga bertujuan untuk
mengkeseimbangkan hidup masyarakat, misalnya dengan terdapatnya tradisi yang
dihadiri semua anggota masyarkat, tradisi ini menjadi momen yang mengingatkan
setiap anggota akan nilai-nilai kebersamaan. Selain itu, tradisi juga akan membuat
kehidupan menjadi harmonis. Tetapi hal ini hanya akan terwujud jika manusia
menghargai, menghormati dan menjalankan suatu tradisi dengan baik dan benar
dan juga sesuai dengan aturan.

4. Fungsi Tradisi
Fungsi tradisi ialah sebagai berikut:
a. Penyedia Fragmen Warisan Historis
Fungsi dari tradisi adalah sebagai penyedia fragmen warisan historis
yang kita pandang bermanfaat. Tradisi yang seperti suatu gagasan dan material
yang bisa dipergunakan orang dalam tindakan saat ini dan untuk membangun
masa depan dengan dasar pengalaman masa lalu. Misalnya adalah peran yang
harus diteladani seperti tradisi kepahlawanan, kepemimpinan karismatis dan
lain sebagainya.
Contohnya : Tradisi Balimau di Sumatera Barat yang merupakan
lambing pembersihan diri sebelum puasa. Yaitu tradisi yang diambil dari
kebiasaan para pemuka agama Islam jaman dahulu mensucikan diri sebelum
menyambut Bulan Ramadhan yang ditiru dan dijadikan tradisi oleh masyrakat
setempat.
b. Memberikan Legitimasi Pandangan Hidup
Fungsi tradisi adalah untuk sebagai pemberi legitimasi pada pandangan
hidup, keyakinan, pranata dan aturan yang telah ada. Semuanya ini
membutuhkan pembenaran agar bisa mengikat anggotanya. Seperti wewenang
seorang raja yang disahkan oleh tradisi deri seluruh dinasti terdahulu.
Contohnya : Tradisi Tabut di Sumatera Barat yang dilakukan oleh
masyarakat di Pantai Barat, Sumatera Barat dan menjadi simbol bentuk
ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman
terhdapat cucu Nabi Muhammad SAW.
c. Menyediakan Simbol Identitas Kolektif
Fungsi tradisi adalah menyediakan simbol identitas kolektif yang
meyakinkan, memperkuat loyalitas primodial kepada bangsa, komunitas dan
kelompok. Seperti tradisi nasional dengan lagu, bendera, emblem, mitologi
dan ritual umum.
Contohnya : Tradisi Lenong yaitu kesenian teater tradisional
atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi dan
berasal dari Jakarta, Indonesia. Tradisi ini telah menjadi identitas masyarakat
Betawi hingga saat ini.
d. Sebagai Tempat Pelarian
Fungsi tradisi adalah untuk membantu sebagai tempat pelarian dari
keluhan, ketidakpuasan dan kekecewaan kehidupan modern. Tradisi yang
mengesankan masa lalu yang lebih bahagian menyediakan sumber pengganti
kebangaan jika masyarakat berada dalam kritis.Tradisi kedaulatan dan
kemerdekaan di masa lalu bisa membantuk suatu bangsa untuk bertaan hidup
ketika berada dalam penjajahan. Tradisi kehilangan kemerdekaan, cepat atau
lambat akan merusak sistem tirani atau kediktatoran yang tidak berkurang di
masa kini.
Contohnya : Tradisi mengawetkan mayat di Toraja untuk bentuk
pelampiasan dari kekecewaan keluarga yang telah ditinggalkan. Mereka
mengawetkan mayat dari sanak saudaranya agar tetap merasa bahwa
sebenarnya mereka tidak ditinggalkan oleh orang tersebut.

5. Penyebab Perubahan Tradisi


Dalam hal ini penyebabnya adalah banyaknya tradisi dan bentrokan antara
tradisi satu dengan tradisi lainnya. Benturan tersebut bisa terjadi antara tradisi
masyarakat atau antara kultur yang berbeda atau didalam masyarakat tertentu.
Perubahan tradisi dari segi kuantitatifnya terlihat dalam jumlah penganut atau
pendukungnya. Rakyat bisa ditarik untuk mengikuti tradisi tertentu yang
selanjutnya mempengaruhi semua rakyat satu negara atau bahkan bisa mencapai
skala global.
Tradisi juga bisa hilang apabila masyarakat tidak lagi melestarikan tradisi
tersebut. Apabila rakyat telah memiliki keyakinan baru yang berlainan dengan
tradisi tersebut, maka mereka tidak lagi akan melaksanakan tradisi tersebut
sehingga menyebabkan tradisi tersebut bisa hilang suatu saat nanti.

6. Macam-Macam Tradisi Di Indonesia dan Contohnya


a. Dugderan
Tradisi ini terdapat di Semarang dan berupa seperti pasar malam. Para
pedagang menjual berbagai macam barang, mulai dari mainan anak sampai
pakaian. Selain itu ada pula bentuk hiburan seperti komedi putar.
Dugderan sendiri dipercaya adalah gabungan dari kata “Dug” (suara
bedug) dan “der” (suara meriam). Bedug dan meriam jaman dulu digunakan
untuk menandai datangnya bulan suci ramadhan. Dugderan biasanya dimulai
seminggu sebelum puasa dan berakhir tepat satu hari sebelum puasa dimulai.
b. Balimau
Pada masyarakat Sumatera Barat menyambut bulan suci ramadhan
dengan tradisi balimau. Balimau dalam bahasa Minangkabau mempunyai arti
mandi disertai keramas. Tradisi ini adalah lambang pembersihan diri sebelum
mulai berpuasa.
Balimau juga dilaksanakan dengan cara beramai-ramai. Dapat
dilakukan di sungai, danau ataupun kolam. Siapapun dapat mengikuti, dari
yang mudah sampai yang tua, laki-laki ataupun perempuan.
c. Meugang
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Aceh. Mereka menyembelih
seekor kerbau dan dagingnya dimakan menjelang masa puasa. Warga Aceh
dapat membeli kerbau ini dengan cara patungan. Di masyarakat Aceh kegiatan
Meugang ini tidak hanya diadakan sebelum hari raya Idul Fitri saja, tetapi juga
ketika hari raya Idul Adha.
d. Ma’nene
Tradisi Ma’nene merupakan cara masyarakat Toraja menghormati para
leluhur. Menurut mereka, roh mereka tidak pernah meninggalkan keluarga.
Maka dari itu, mereka punya tradisi untuk mendandani dan mengganti pakaian
untuk dibawa pulang ke rumah.
Biasanya Ma'nene dilakukan setelah panen besar pada Agustus. Meski
demikian, ada pula yang melakukannya pada September, setahun setidaknya
ada tiga kali.
e. Kebo-Keboan
Kebo-keboan digelar untuk memohon kesuburan sawah dan hasil
panen yang melimpah. Tradisi ini dijalankan masyarakat Banyuwangi,
khususnya Suku Osing. Setiap tahunnya, kamu bisa melihat Kebo-keboan di
Desa Alasmalang dan Aliyan pada 10 Muharram atau Suro.
Acara dimulai dengan mengarak orang yang kerasukan roh gaib untuk
dibawa ke Rumah Kebudayaan Kebo-keboan. Terakhir, akan ada Dewi
Kesuburan dan Dewi Sri yang menaburkan benih padi kepada para petani dan
kebo.

PERBEDAAN SUKU MUNA DAN TORAJA

I. Suku Muna
Salah satu dari adat suku istiadat suku muna ialah kariya (pingitan). Kariya adalah
upacara adat bagi masyarakat muna yang pertama diadakan pada masa pemerintahan raja la
ode husein yang begelar “omputo sangia” terhadap putrinya yang bernama wa ode Kamomo
Kamba. Harfiah dari kariya (keributan atau keramaian) benar adanya, karena pandangan mata
dan pendengaran selama proses pelaksanaan kariya 4 hari 4 malam senantiasa dirayakan
dengan acara pukul gong ( rambi) dan mangaro. Ini disimbolkan bahwa jenis rambi (pukul
gong) seperti bersifat ajakan bagi setiap orang yang mendengarnya untuk hadir ditempat
(lokasi) pelaksanaan upacara agar suasana senantiasa ramai dan semua orang ikut berkupul
yang kemudian ditetapkan secara adat untuk melakukan demonstrasi rambi ( pukul gong).

 kangkilo (sunat)
 katoba (pengislaman)
 tradisi kasambu
 Perkawinan
 wula meta’a
 katingka

II. Suku Toraja

Kata Toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti “orang yang berdiam di
negeri atas”. Sehingga pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun
1909. Dulu ada yang mengira bahwa Teluk Tonkin, terletak antara Vietnam utara dan Cina
selatan, adalah tempat asal suku Toraja. Sebetulnya, orang Toraja hanya salah satu kelompok
penutur bahasa Austronesia. Awalnya, imigran tersebut tinggal di wilayah pantai Sulawesi,
namun akhirnya pindah ke dataran tinggi.
Sebelum masuknya agama Kristen dan Islam, masyarakat Toraja menganut kepercayaan
leluhur yang dikenal sebagai Aluk Todolo (Aluk = aturan, sedangkan Todolo = leluhur) yang
berati aturan atau ajaran kepercayaan masyarakat Toraja, berisi paham – paham yang di bawa
Tamboro Langi’ (leluhur) ke bumi. Alam semesta, menurut aluk, dibagi menjadi dunia atas
(Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah. Aluk Todolo bukan hanya merupakan
sebuah sistem kepercayaan, tetapi juga merupakan gabungan dari hukum, agama, dan
kebiasaaan. Aluk Todolo mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik pertanian, dan ritual
keagamaan. Tata cara Aluk Todolo bisa berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Satu
hukum yang umum adalah peraturan bahwa ritual kematian dan kehidupan harus dipisahkan.
Suku Toraja percaya bahwa ritual kematian akan menghancurkan jenazah jika
pelaksanaannya digabung dengan ritual kehidupan.
Kedua ritual tersebut sama pentingnya. Ketika ada para misionaris dari Belanda, orang
Kristen Toraja tidak diperbolehkan menghadiri atau menjalankan ritual kehidupan, tetapi
diizinkan melakukan ritual kematian. Akibatnya, ritual kematian masih sering dilakukan
hingga saat ini, tetapi ritual kehidupan sudah mulai jarang dilaksanakan.
 Rambu Solo
adalah sebuah upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan keluarga almarhum
membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi
dan dilakukan pada tengah hari. Acara adat ini adalah satu satu yang populer di Toraja dan
biasanya banyak yang akan datang ke acara tersebut. Tujuan diadakannya upacara rambu solo
adalah untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju
alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat
peristirahatan.
 Tedong silaga/adu kerbau
Tedong silaga atau yang biasa dikenal dengan adu kerbau adalah salah satu acara adat
ragkaian dalam upacara kematian (rambu solo) yang dilakukan dengan tujuan menghibur
keluarga yang sedang berduka. Jenis kerbau yang biasa diadukan seperti kerbau salepo,
lontong boke, kerbau lumpur, kerbau pudu, dan kerbau bule. Biasanya pelaknsanaannya
dilakukan di lapangan luas, sawah, bahkan lapangan sepakbola.
 Ma nene’
Ma nene adalah suatu acara untuk mengganti dan merias jasad keluarga yang telah lama
dikuburkan. Biasanya acara ini dikakukan setiap 3 tahun sekali oleh masyarakat Desa
Baruppu Toraja Utara, setelah panen besar di bulan Agustus. Dan biasanya tidak sembarang
kalangan dapat melakukan tradisi ini, atau dalam artian lain hanya kalangan atas saja yang
bias melakukannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Norma adalah suatu pedoman bagi seseorang untuk bertingkah laku dalam
masyarakat. Ada empat pengertian norma:
1. Cara (usage) menunjuk pada suatu perbuatan.
2. Kebiasaan (folkways) adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk
yang sama.
3. Tata kelakuan (mores) merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai cara
berperilaku dan diterima norma-norma pengatur.
4. Adat istiadat (customs) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat
integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat.
Norma-norma yang ada dalam masyarakat setelah mengalami suatu proses,
pada akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses
tersebut disebut sebagai proses pelembagaan. Proses pelembagaan adalah proses yang
dilewati oleh suatu norma sampai norma tersebut dikenal, diakui, dihargai, kemudian
ditaati dalam kehidupan sehari-hari.
Suatu norma dikatakan telah melembaga dalam masyarakat apabila norma
tersebut:
1. Diketahui
2. Dipahami atau dimengerti
3. Ditaati
4. Dihargai

B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat. Mohon maaf jika dalam penulisan
makalah ini masih ditemukan kesalahan. Jika ada kritik atau saran yang ingin
disampaikan, silakan sampaikan kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca sekalian serta menambah wawasan pembaca mengenai nilai, norma, adat
kebiasaan, dan tradisi.
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nurul.“Makna tradisi sedekah bumi dan laut (studi kasus di Desa Betahwalang
Kecamatan Bonang Kabupaten Demak)”. [Online]. Tersedia:
http://eprints.walisongo.ac.id/5827/3/BAB%20II.pdf
Koentjaraningrat.2013.“Pengantar Ilmu Antropologi”.Jakarta: Rineka Cipta
Soekanto, Soerjono.2012.“Sosiologi Suatu Pengantar”.Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tommy.2020.“Pengertian Adat Istiadat dan Jenis-Jenisnya”. [Online] Tersedia:
https://kotakpintar.com/pengertian-adat-istiadat/
Traviari.2016.“Nilai dan Norma”. [Online]. Tersedia:
http://luwestraviari.blogspot.com/2016/02/nilai-dan-norma.html
Witantri, Ayuk.2017.“Nilai dan Norma Sosial”. [Online].Tersedia:
http://blog.unnes.ac.id/ayukwitantri/2016/02/29/nilai-dan-norma-sosial/
Yuliana, Tri. 2015. “Konsep Dasar, Peran Fungsi, dan Keterampilan Antropologi dalam
Mengkaji Kesamaan dan Keberagaman Budaya, Agama, Religi/Kepercayaan, Tradisi
dan Bahasa (Antropologi SMA Kelas X: BAB 1)”. [Online]. Tersedia :
http://blog.unnes.ac.id/triyuliana/2015/12/20/konsep-dasar-peran-fungsi-dan-
keterampilan-antropologi-dalam-mengkaji-kesamaan-dan-keberagaman-budaya-
agama-religikepercayaan-tradisi-dan-bahasa-antropologi-sma-kelas-x-bab-1/

Anda mungkin juga menyukai