Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

INTEGRITAS ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Dosen Pengajar :

Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya Alam ciptaan-Nya.
Sholawat serta salam kita haturkan kepada teladan kita semua Nabi Muhammad
Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah memberitahu kepada kita jalan yang benar
berupa ajaran agama yang sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Saya sangat bersyukur karena dapat merampugkan makalah yang menjadi tugas dalam
mata kuliah Kemuhammadiyahan dengan judul “Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan”.

Saya memahami apabila makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya
butuh kritik dan saran yang bertujuan untuk memperbaiki makalah saya selanjutnya di
waktu yang akan datang.

Palangka Raya, 1 September 2022

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2

B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

A. Hakikat Ayat-Ayat Allah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6

1. Pengertian ayat qauliyah dan kauniyah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7

2. Fungsi ayat qauliyah dan kauniyah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8

B. Kesatuan Antara Ayat Qauliyah dan Kauniyah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9

C. Interkoneksitas Dalam Memahami Ayat Qauliyah dan Kauniyah . . . . . .10

1. Hari sebagai pusat tubuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11

2. Sperma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

3. Bulan sebagai cahaya dan matahari sebagai pelita . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


13

4. Hukum gravitasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14

5. Perhitungan waktu akherat sehari sama dengan 1.000 tahun atau sehari sama
dengan 50.000 tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
6. Al-Qur’an menyebutkan bahwa alam semesta ini bermula dan berasal dari
asap/gas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16

7. Bentuk akam semesta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
BAB I

PENDAHULIUAN

A. Latar Belakang

Integrasi adalah konsep yang menegaskan bahwa integrasi keilmuan yang disasar
bukanlah model melting-pot integration, di mana integrasi hanya difahami hanya
dari perspektif ruang tanpa subtansi. Integrasi yang dimaksud adalah model
penyatuan yang antara satu dengan lainnya memiliki keterkaitan yang kuat
sehingga tampil dalam satu kesatuan yang utuh. Hal ini perlu karena
perkembangan ilmu pengetahuan yang dipelopori Barat sejak lima ratus tahun
terakhir, dengan semangat modernisme dan sekulerisme telah menimbulkan
pengkotak-kotakan (comparmentalization) ilmu dan mereduksi ilmu pada bagian
tertentu saja. Dampak lebih lanjut adalah terjadinya proses dehumanisasi dan
pendangkalan iman manusia. Untuk menyatukan ilmu pengetahuan, harus
berangkat dari pemahaman yang benar tentang sebab terjadinya dikotomi ilmu
dibarat dan bagaimana paradigma yang diberikan Islam tentang ilmu pengetahuan.
Pendidikan yang berlangsung dizaman modern ini lebih menekankan pada
pengembangan disiplin ilmu dengan spesialisasi secara ketat, sehingga
integrasidan interkoneksi antar disiplin keilmuan menjadi hilang dan melahirkan
dikotomi ilmu-ilmu agama di satu pihak dan kelompok ilmu-ilmu umum dipihak
lain. Dikotomi ini menyebabkan terbentuknya perbedaan sikap di kalangan
masyarakat. Dikotomi ini menyebabkan terbentuknya perbedaan sikap dikalangan
masyarakat. Ilmu agama disikapi dan diperlakukan sebagai ilmu Allah yang
bersifat sakral dan wajib untuk dipelajari namun kurang integratif dengan ilmu-
ilmu kealaman atau bisa dibilang adanya jarak pemisah antara ayat-ayat kauliyah
dan ayat-ayat kauniyah. Padahal keduanya saling berhubungan erat. Hal ini
berakibat pada pendangkalan ilmu-ilmu umum, karena ilmu umum dipelajari
secara terpisah dengan ilmu agama. Ilmu agama menjadi tidak menarik karena
terlepas dari kehidupan nyata, sementara ilmu umum berkembang tanpa sentuhan
etika dan spiritualitas agama, sehingga disamping kehilangan makna juga bersifat
detruktif.

Allah menciptakan manusi di dunia ini sebagai hamba, disamping itu, manusia
memiliki tugas pokok yaitu menyembah kepada-Nya. Selain itu manusia juga
sebagai khalifah, oleh karena itu, manusia diberi kemampuan jasmani (pisiologis)
dan ruhani (psikologis) yang dapat ditumbuh kembangkan seoptimal mungkin,
sehingga menjadi alat yang berdaya untuk melaksanakan tugas pokok dalam
kehidupannya di dunia. Untuk mengembangkan kemampuan dasar jasmaniyah
dan ruhaniyahtersebut, maka pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk
menentukansampai dimana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat
dicapai.Akan tetapi proses pengembangan kemampuan manusia melalui
pendidikan tidaklah menjamin akan terbentuknya watak dan bakat. Hidup tidak
bisa lepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan tidak hanya untuk hidup.
Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang mesti diwujudkan, dan itu
memerlukan pendidikan untuk memperolehnya. Inilah salah satu perbedaan antara
manusia dengan makhluk lain, yang membuat lebih unggul dan mulia. Pendidikan
dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan penting dalam
membentuk generasi mendatang adalah aspek pendidikan. Dengan demikian
Kuasa, sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa sarat dengan
nilainilai spiritual.

Ayat Al-Qur'an menyebutkan bahwa penciptaan manusia dan penciptaan makhluk


hidup berbeda dengan teori evolusi. teori Darwin yang dikritik oleh ilmuwan
evolusionis sendiri yaitu Pierre Paul Grasse, mengakui teori evolusi yang tidak
masuk akal. Teori evolusi seolah telah menjadi sumber keyakinan di bawah kedk
atheisme.

Konsep ini secara diam-diam tanpa disadari telah membentuk pola pikir,
paradigma bahkan keyakinan peserta didik yang menafikan adanya penciptaan.
Dengan menerapkan sistim pendidikan yang terpadu antara ilmu umum dan ilmu
agama baik dalam konsep maupun penerapannya, diharapkan terbentuk pola fikir
yang sesuai dengan ajaran Islam pada diri peserta didik. Sehingga dalam
pelaksanaannya tidak ada pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan
umum karena sumber dari segala ilmu itu adalah satu yaitu Allah SWT. Selama
ini pelajaran IPA hanya disampaikan pada materi pelajarannya saja, belum
terintegrasi pada muatan-muatan agama, sehingga materi yang disampaikan hanya
pada materi pokok saja. Kondisi seperti inilah yang menjadikan pembelajaran IPA
tidak memiliki bobot dan minim mutu yang kuat, pelajaran yang diperoleh sangat
minim dari nilai spiritual, sehingga ilmu umum tanpa disadari mempunyai
dampak destruktif jika tidak dilandasi iman oleh para pelakunya. Padahal ilmu
agama terutama nilai-nilai tauhid sangat sesuai dengan materi pelajaran selain
pelajaran agama, sebagai penanaman akidah.

B. Rumusan Masalah

1. Mengetahui mengenai hakikat ayat-ayat Allah?

2. Mengetahui kesatuan antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah?

3. Mengetahui interkoneksitas dalam memahami ayat qauliyah dan kauniyah?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, tujuan dari pembuatan makalah ini agar mahasiswa
mengetahui integrasi islam dan ilmu pengetahuan.
BAB II

PEMBAHASAN

INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGEAHUAN

A. Hakikat Ayat -Ayat Allah

Allah dalam menampakan keberadaan -Nya berbeda dengan makhluk - Nya. Allah
tidaklah menampakan wujud dzat -Nya pada kita saat di dunia ini. Namun,
meskipun wujud dzat -Nya tidak Ia tampakan, kita sebagai hamba - Nya harus
meyakini tentang kebenaran adanya, karena Allah memang benar - benar ada.
Lalu bagaimana kita dapat meyakini kebenaran ada -Nya dan tiada sekutu bagi -
Nya? Dan bagiamana cara kita mengenal -Nya?

1. Pengertian ayat qauliyah dan kauniyah

Allah telah memberikan bukti -bukti keberadaan -Nya kepada kita melalui ayat -
ayat yang Allah ciptakan. Ayat -ayat yang Allah ciptakan itu ada yang melalui
perantara malaikat jibril (ayat qauliyah) dan ada yang tanpa melalui malaikat jibril
(ayat kauniyah) . a. Ayat Qauliyah

Ayat qauliyah merupakan ayat -ayat yang Allah firmankan dalam kitab -kitab -
Nya . 1 Ayat qualiyah ini diturunkan melalui perantara malaikat jibril. Ayat -ayat
qauliyah ini mencangkup berbagi aspek termasuk cara mengenal Allah, cara
beribadah kepada -Nya, cara bersosialisi, cara bagaimana seharusnya bertindak
terhadap alam dan berbagai aspek lainnya.

b. Ayat Kauniyah

Ayat kauniyah merupakan ayat -ayat (tand a -tanda) Allah yang berupa segala
bentuk ciptaan -Nya yang ada di alam semesta dan segala isinya. Mulai dari yang
berukuran paling kecil sampai yang paling besar bahkan diri kita sendiri
merupakan ayat kauniyah. Segala peristiwa, fenoma, kejadian, dan segala yang
terjadi di alam semesta ini merupakan ayat -ayat kauniyah.

2. Fungsi Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah

Gelar jagad raya yang demikian hebat serta serba teratur ini pasti ada penciptanya,
penalaran otak yang primitif pun dengan mudah dapat membenarkannya. Tetapi
bahwa sang pencipta tersebut berwujud berhala atau dewa atau tuhan yang
direkayasa berbentuk manusia misalnya, maka persoalannya tidak lagi
sesederhana pemikiran otak primitif tadi. Sebab ada juga otak orang -orang
modern yang percaya akan tahayul tentang berhala atau dewa yang beranak pinak.
Persoalan tidak lagi sesederhana yang kita bayangkan justru karena dalam sistem
keimanan islam adanya kepercayaan berhala tersebut akan memasuki wilayah
paling berbahaya dan dosa tak terampunkan, yakni dosa musyrik
(mempersekutukan Allah).

Sebagai kitab agama yang berdimensi seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat
maka ayat -ayat Al -Qur‟an lebih mengedepankan dimensi rohani yang bermuara
kepada pengakuan kebesaran Allah. Artinya bahwa masalah -masalah keduniaan
(termasuk gelar jagad raya) tidak akan memiliki arti sama sekali apabila tidak
mampu menyentuh rasa keagamaan kita yang benar dan hakiki, dalam arti apabila
pemahaman keduniaan itu justru menjauhkan kita dari Allah dan agama islam
karena kemusyrikan, pemujaan akal dan ilmu pengetahuan/teknologi atau
kesombongan.

Sehingga seharusnya karunia akal dan kebebasaan yang hakekatnya tak terlepas
dari bimbingan dan rahmad Allah serta sangat terbatas dibandingkan dengan gelar
semesta ini tidak menyebabkan manusia lupa diri. Itulah karakteristik tampilan
ayat -ayat Al -Qur‟an, yakni bahwa penyampaian berbagai tampilan duniawi
adalah bertujuan untuk memperoleh hikmah atau rahasia -rahasia tersirat dari Al -
Qur‟an besar (ayat kauniyah) yakni alam semesta, dibalik yang tersurat dalam
ayat -ayat Al -Qur‟an kecil (ayat qauliyah) yang selama ini sudah kita kenal. Oleh
karena itu sistematika Al -Qur‟an dengan 114 surat dan 6.236 ayat yang ada di
dalamnya juga dapat bercampur dan berisi masalah kehidupan umat manusia
secara acak berdasarkan urgensi ajaran akhlak, hukum dan tauhid sehingga
penyampaian masalah -masalah dunia lebih merupakan tamsil untuk mencapai
ajaran akhlak, hukum dan pengakuan terhadap kebesaran Allah yang dimaksud.

Tetapi sebaliknya umat manusia wajib bersyukur diberi kesempatan oleh Allah
untuk mencicipi hidup di dunia. Sebab berbeda dengan kehidupan akhirat maka
dengan hidup di dunia yang dibekali pula oleh Allah dengan akal dan kebebasan
azazi maka umat manusia dapat mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupannya
di dunia. Pesan -pesan dan tamsil yang disampaikan oleh Allah dalam Al -Qur‟an
misalnya dapat diserap dan dikembangkan oleh umat manusia kedalam ilmu
pengetahuan dan teknologi di satu sisi sedangkan di sisi lain dapat pula diserap
hal -hal yang lebih filosofis bahkan lebih hakiki. Dari pesan -pesan Al -Qur‟an
dimaksud misalnya dapat ditransenderkan oleh manusia dari hal -hal yang bersifat
duniawi (syari‟ah) menjadi hal -hal yang lebih bersifat hakekat dan bahkan
makrifat dalam mencari pendekatan kepada Allah.

Tetapi apabila kita mampu menangkap secara harfiah dan ilmiah atas pesan dan
tamsil Al -Qur‟an barangkali sudah sangat memadai dalam peningkatan kualitas
hidup sekaligus lebih memantapkan pengenalan terhadap Allah.

Dalam banyak ayatnya, kitab suci Al -Qur‟an mengajak orang arif, orang yang
berfikir, dan orang yang waspada/ingat untuk merenungkan secara mendalam,
dunia ini dan keajaiban -keajaiban dan bahkan untuk merenungkan peristiwa -
peristiwa alamiah wajar dan sebab -sebabnya agar dapat mengetahui pengetahuan
Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu, Yang Maha Arif dan Pencipta Yang Maha
Pengasih. Ayat -ayat ini sebagian besar dimaksudkan untuk menyadarkan manusia
dan menarik perhatian manusia pada isu -isu yang muncul setelah eksistensi
penciptaan seperti tak bersekutu, pengetahuan dan kekuasaan tak terbatas,
kearifan ,kemurahan hati, dan sifat -sifat lain, khususnya kekuasaan untuk
membangkitkan kembali manusia dari kematiaannya, kemudian memberi manusia
kehidupan abadi dan selama kehidupan inilah manusia akan mendapat pahala atau
hukuman selaras dengan kehidupan yang dijalaninnya di bumi.
Namun, dalam semua ayat Al -Qur‟an ini, untuk dapat menyadari realitas -realitas
metafisika, manusia diminta untuk memperhatikan dengan seksama segala sesuatu
di dunia dan untuk membuat kesimpulan tentang tanda -tanda ini melalui
penerapan presepsi -presespsi batiniah intuitif dan penilaian sehingga dengan
demikian manusia memperoleh pengetahuan yang bermanfaat dan andal tentang
dunia di luar panca indra.

Jika seluruh alam semesta dan setiap bagiannya, dari atom sampai galaksi dan dari
mineral sampai manusia, merupakan tanda -tanda jelas yang menunjukkan,
kearifan, kekuasaan, berkehendak, keesaan, pengasih, dan sifat -sifat lain pencipta
alam semesta, apakah tidak berarti bahwa alam semesta ini juga merupakan suatu
bukti yang jelas dan tidak terbantahkan tentang eksistensi pencipta itu sendiri?

Jika jawaban untuk pertanyaan tersebut adalah “Ya”, harus kita simpulkan bahwa
meskipun Al -Qur‟an tidak mengemukakan argumen - argumen terus terang untuk
membuktikan eksistensi Allah karena atmosfer intelektual masyarakat pada zaman
itu, tetapi Al -Qur‟an menggunakan suatu metode yang dapat pula bermanfaat
untuk meneliti eksistensi Tuhan dan untuk mendapatkan pengetahuan yang jelas
dan pasti tentang isu fundamental eksistensi -Nya. Yang menjadi sandaran
argumen -argumen Al -Qur‟an ini adalah bahwa setiap ciptaan yang kita jumpai
di dunia ini membutuhkan, pada akhirnya , satu pencipta yang mandiri yang
memiliki kearifan dan kemampuan untuk menciptakan sedemikian banyak
makhluk yang berbeda. Kebutuhan dan kebergantungan fitri segenap makhluk ini
dengan jelas menunjukan sangat perlunya eksistensi wujud Maha Mandiri, dan
kefanaan segenap makhluk ini menunjukan sangat perlunya eksistensi suatu
realitas yang mandiri dan tidak berubah, realitas yang menjadi dasar bagi mereka,
Barangkali, ayat 15 sampai 17 surat Fathir berkaitan dengan kebutuhan kompleks
manusia akan Allah dan kesimpualan yang harus dibuat darinya:
“Hai manusia,kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah, Dia - lah yang
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki
niscahya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk
menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali -kali tidak sulit bagi Allah”.

B. Kesatuan antara Ayat Qauliyah dan Kauniyah

Antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah mempunyai kaitan yang erat sekali karena
memang satu sama lain adalah satu kesatuan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa ayat -ayat kauniyah berupa ayat -ayat dalam bentuk segala
ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada didalamnya. Secara
umum cara memahami ayat qauliyah adalah dengan cara didengar dan dibaca,
sedangkan ayat kauniyah dengan cara dilihat. Ayat kauniyah sebagai pembuktian
kebenaran dari ayat qauliyah, sedangkan ayat qauliyah merupakan isyarat bagi
manusia agar meneliti ayat kauniyah. Ayat kauniyah dan ayat qauliyah memiliki
hubungan yang sangat erat karena kedua -duanya berasal dari Allah, dijamin
kemutlakannya dan kedua -duanya tidak dap at diubah atau diganti dengan hukum
lainya. 7 Kalau kita memperhatikan ayat qauliyah yakni Al -Qur‟an, kita akan
mendapati banyak perintah dan anjuran untuk memperhatikan ayat -ayat
kauniyah. Salah satu diantara sekian banyak perintah tersebut adalah firman Allah
dalam Q.S. Adz -Dzariyat [51] ayat : 20 -21

“Dan di bumi terdapat ayat -ayat (kekuasaan Allah) bagi orang -orang yang yakin.
Dan (juga) pada dirimu sendiri, Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

Dalam ayat diatas, jelas -jelas Allah mengajukan sebuah kalimat retoris: “Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?” Kalimat yang bernada bertanya ini tidak lain
adalah perintah agar kita memperhatikan ayat -ayat -Nya yang berupa segala yang
ada di bumi dan juga yang ada pada diri kita masing - masing.
Jadi, kewajiban kita terhadap ayat kauniyah adalah tafakkur, yakni
memperhatikan, merenungi, dan mempelajarinya dengan seksama. Allah SWT.
Berfirman dalam Q.S. Al -„Alaq [30] ayat : 1 – 5

Dan mengenai kewajiban tafakkur, Allah menjadikannya sebagai salah satu sifat
orang -orang yang berakal (ulul albab yaitu orang yang menggunakan pikiran,
akal, dan nalar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menggunakan hati
untuk menggunakan dan mengarahkan ilmu pengetahuan tersebut pada tujuan
peningkatan akidah, ketekunan beribadah dan ketinggian akhlak yang mulia 8 ).
Seperti dalam Q.S. Ali „Imran [3] : 190 – 191
C. Interkoneksitas dalam Memahami Ayat Qauliyah dan Kauniyah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ayat qauliyah secara singkat
dapat diartikan sebagai ayat -ayat yang terdapat dalam Al -Qur‟an dan ayat -ayat
Kauniyah merupakan ayat -ayat (tanda -tanda) yang terdapat di alam yang dapat
menunjukkan kebenaran keberadaan -Nya. Dari pengertian tersebut dapat kita
pahami bahwa ayat qauliyah dan kauniyah tersebut memiliki suatu interkoneksitas
(keterkaitan), yaitu ayat -ayat kauniyah mampu membuktikan kebenaran dari ayat
-ayat qauliyah.

Pembuktian kebenaran ayat -ayat qauliyah oleh ayat -ayat kauniyah antara lain
dapat dapat dicontohkan sebagai berikut :
1. Hati sebagai pusat tubuh Nabi Muhammad Saw bersabda : “Ketahuilah,
sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu
baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak
pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah
hati.”(HR. Bukhari -Muslim).

Hati dalam hadis ini memiliki dua buah makna, yaitu :

a. Hati dalam pengertian sebenarnya

Hati atau jantung apabila telah terserang penyakit, maka hati atau jantung tersebut
akan rusak dan akhirnya akan merusak seluruh tubuh yang lain. Hal ini dibuktikan
dalam bidang medis oleh Ibnu An -Nafis dengan menemukan sirkulasi darah kecil
pada abad ke -7 H (abad ke -13 M). 9 Pada penemuannya, Ibnu An -Nafis
menunjukkan bahwa jantung berfungsi untuk memompa darah yang merupakan
salah satu mekanisme sirkulasi darah. Darah berfungsi untuk membawa zat -zat
makanan dan O 2 ke seluruh sel hidup di dalam tubuh. Maka jika jantung rusak
akan mengganggu kinerja dari sel tubuh yang membutuhkan zat - zat makanan
dan O 2 dari darah yang dipompa oleh jantung.

b. Hati dalam pengertian tidak sebenarnya (maknawi)

Hati secara maknawi bukanlah merupakan sebuah organ vital yang berfungsi
memompa darah ke seluruh tubuh. Akan tetapi, lebih sebagai sesuatu yang
berkaitan dengan perasaan, nalar, pemikiran, pemahaman, keyakinan, pilar -pilar
akhlak, dan rambu -rambu perilaku. 10 Apabila pusat emosi, nalar, pemikiran,
pemahaman, keyakinan, dan pilar -pilar moral serta rambu -rambu etika baik,
maka akan baik pula hakikat diri manusia sebagai makhluk yang mengetahui dan
memahami. Sebaliknya, jika ia bobrok, maka semuanya menjadi bobrok.

2. Sperma

Nabi Muhammad Saw bersabda : “(Manusia diciptakan) dari segala yang


diciptakan dari sperma laki -laki dan ovum perempuan.(HR. Imam Ahmad) Allah
SWT berfirman dalam Q.S. Al -Mu‟minun [23] : 12 -14
Sebelum adanya ilmu pengetahuan yang meneliti tentang embriologi, dari ayat di
atas sudah dijelaskan bahwa asal mula manusia berasal dari sari pati tanah, dan
sari pati tanah inilah dijadikan air mani yang merupakan awal/syarat terbentuknya
manusia.

Berdasarkan fakta ilmiah Sejarah sperma ditemukan pertama kali oleh peneliti
asal Belanda bernama Anthonie van Leeuwenhoek pada tahun 1677.11
Leeuwenhoek berhasil menggambarkan struktur sel sperma mirip aslinya.
Struktur sel sperma terdiri dari kepala, leher, dan ekor. Pada kepala, layaknya
tentara hendak berperang, sel sperma dibekali helm akrosom, lapisan pelindung
luar yang akan membantu sperma saat menembus membran sel telur. Kebutuhan
energi dipasok dari mitokondria, di bagian badan ekor yang berfungsi sebagai
depot bahan bakar selama perjalanan. Bagian penting lainnya adalah ekor, yang
memungkinkan sperma melakukan manuver saat berenang menuju sel telur. Dari
awal sperma sudah dibekali sebagai „pejuang‟ sempurna. Tidak ada akrosom,
maka mustahil sperma bisa menembus membran sel telur. Ada mitokondria tetapi
tidak ada ekor, mustahil sperma bisa sampai ke sel telur, begitu juga sebaliknya.

Dan diantara jutaan sperma yang keluar bersamaan, hanya terdapat kurang dari
500 sperma yang merupakan intisarinya, kemudian dari 500 itu hanya ada 1 yang
mampu menembus ovum lalu terjadilah pembuahan dan terbentuklah calon
manusia. Maha Suci Allah, pencipta alam beserta detilnya dengan segala
kehendak dan kuasa -Nya.

3. Bulan sebagai cahaya dan matahari sebagai pelita

Ketika orang masih menganggap masing -masing matahari dan bulan sebagai
sumber cahaya maka Al -Qur‟an telah memberikan teka -teki bahwa matahari
bersinar dan bulan bercahaya 12 , seperti yang terdapat dalam QS. Yunus [10] : 5
Secara empiris, matahari selalu tampak bundar dan kehadirannya menyebabkan
siang yang terang benderang. Berbeda dengan bulan yang tak selalu bundar, tetapi
berevolusi dari melengkung dan condong yang makin tebal, separuh lingkaran,
separuh lingkaran lebih sampai ketika bundar penuh yang dikenal sebagai „bulan
purnama‟.

Dan sekitar tahun 500 -428 SM Anaksagoras, seorang peneliti asal yunani
mengemukakan bahwa “bulan tidak bersinar karena cahayanya sendiri, melainkan
memantulkan cahaya matahari”. 14 Penelitian Anaksagoras inilah yang membuat
sebuah terobosan atau pelopor dalam bidang astronomi, yang hingga saat ini benar
-benar terbukti bahwa matahari memiliki energi dan mampu memancarkan
cahayanya sendiri sedangkan bulan tidak dapat memancarkan cahayanya sendiri
melainkan hanya memantulkan cahaya yang berasal dari matahari.

4. Hukum gravitasi

Allah berfirman dalam QS. Al -Baqarah [2] : 74

Bukankah dari ayat tersebut yang menerangkan bahwa batu yang meluncur jatuh
menyiratkan adanya gaya gravitasi?
Jauh setelah turun -nya ayat tersebut Tentang gravitasi pernah dituliskan oleh Sir
Isaac Newton dalam bukunya yang dipublikasikan pada tahun 1687, yaitu
Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica. Karya ini menjelaskan tentang
hukum gravitasi dan tiga asas (hukum) pergerakan, yang mengubah pandangan
orang terhadap hukum fisika alam selama tiga abad ke depan dan menjadi dasar
dari ilmu pengetahuan modern.

Gravitasi adalah gaya tarik -menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Gravitasi matahari mengakibatkan benda -
benda langit berada pada orbit masing -masing dalam mengitari matahari. Sebagai
contoh, bumi yang memiliki massa yang sangat besar menghasilkan gaya gravitasi
yang sangat besar untuk menarik benda -benda di sekitarnya, termasuk makhluk
hidup, dan benda -benda yang ada di bumi. Gravitasi adalah kekuatan yang
membuat suatu benda selalu bergerak jatuh ke bawah Meluncur jatuhnya batu itu
juga merupakan akibat dari gaya gravitasi.

5. Perhitungan waktu akherat sehari sama dengan 1000 tahun atau sehari sama
dengan 50.000 tahun

Allah berfirman dalam QS. Al -Ma'aarij[70] : 4

Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa waktu yang ditempuh
malaikat -malaikat untuk menghadap Allah hanya dengan jarak waktu satu hari
atau sekitar lima puluh ribu tahun waktu kita di bumi. Dari penjelasan ini tersirat
sebuah pertanyaan, seberapa cepatkah malaikat untuk menghadap kepada Allah?

Dan jauh setelah turunnya ayat tersebut, pada tahun 1905 Albert Einstein
mencetuskan tentang teori relativitas dalam tulisannya yang berjudul On The
Electrodynamics of Moving Bodies di Annalen der Physik 17 dan menunjukkan
bahwa :

a. massa itu ekivalen energi dan dapat digambarkan dengan rumus E = mc 2 ,


serta menunjukkan tentang

b. Adanya kecepatan cahaya ( c), dan kecepatan cahaya itu besarnya tetap (c =
konstan).

Dari penemuan Albert Einstein ini bukankah sudah membuktikan tentang ayat -
ayat di atas, bahwa dengan kecepatan cahaya yang perbandingan jarak waktu satu
hari sama dengan lima puluh ribu tahun waktu kita di bumilah, malaikat -malaikat
menghadap Allah SWT. Maha Besar Allah atas segala ciptaan -Nya.

6. Al -Qur‟an menyebutkan bahwa alam semesta ini bermula dan berasal dari
asap/gas (QS. Fussilat [41] : 11)
Tentu dengan peristiwa ledakan panas yang tiada tara, mengingat masa material
yang demikian besar. Bukankah hal ini merupakan cara Allah untuk
menyampaikan teori tentang Big Bang (Ledakan Besar) 16 , yang menyatakan
bahwa pada awalnya alam semesta merupakan satu titik yang mengalami
pengembangan hingga pada akhirnya titik tersebut mengalami dentuman dahsyat
sehingga terpisah dan membentuk alam semesta ini.

7. Bentuk alam semesta

Allah SWT berfirman dalam Al -Qur‟an Surat Qaaf [50] : 20

Dari semua kitab tafsir, tiupan sangkakala (terompet) pada kedua ayat di atas
selalu diartikan sebagai peristiwa di hari kiamat.17Jika kita cermati ayat Al -
Qur‟an di atas, bahwa tiupan tersebut terjadi “di dalam” terompet.Mengapa di
dalam terompet? Apakah mungkin ayat -ayat Al -Qur‟an ini mempunyai arti
bahwa bentuk alam semesta ini berbentuk sangkakala/terompet.

Bentuk terompet alam semesta ini dibuktikan secara ilmiah oleh Frank Steiner,
seorang ilmuan University of Ulm Germany. Dia mengamati pola titik -titik panas
dan dingin radiasi microwave kosmik, yang bisa menggambarkan bentuk alam
semesta 380.000 tahun setelah Big Bang. Projek Wilkinson Microwave
Anisotropy Probe dari NASA membuat peta titik -titik tadi secara mendetail pada
2003. Hasilnya ialah pola itu cenderung memudar, yakni tidak ada titik panas dan
dingin yang tampak melebihi jarak rentang 60º. Ini menyimpulkan bahwa ketika
mengembang, alam semesta terulur panjang. Sempit di awal dan kemudian
semakin lebar seperti corong. Mirip seperti bentuk terompet pada abad
pertengahan.

Interkoneksitas dalam memahami ayat -ayat ini, yaitu sebagai pembuktian bahwa
pernyataan tentang ilmu pengetahuan dalam Al -Qur‟an dan hadits sudah ada
sebelum terkuaknya ilmu pengetahuan itu sendiri oleh manusia , hal itu
menunjukan bahwa keterangan dalam Al -Qur‟an dan hadits adalah benar, dan
menunjukan pula bahwa pasti ada zat yang maha hebat yang mampu menciptakan
suatu karya yang begitu menakjubkan itu yaitu Tuhan semesta alam, Allah SWT,
karena tidak mungkin seorang manusia bahkan kumpulan manusia yang cendikia
yang sangat banyak jumlahnya sekali pun mampu menciptakannya. serta Al -
Qur‟an dan hadits itu merupakan petunjuk bagi manusia untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan karena di dalamnya telah disediakan signal -signal ilmu
pengetahuan dan di dalamnya juga terdapat perintah untuk menggali ilmu
pengetahuan dan juga pastilah Al -Qur‟an dan hadits itu adalah pedoman hidup di
dunia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Allah telah memberikan bukti -bukti keberadaan -Nya kepada kita melalui ayat -
ayat yang Allah ciptakan. Ayat -ayat yang Allah ciptakan itu ada yang melalui
perantara malaikat jibril (ayat qauliyah) dan ada yang tanpa melalui perantara
malaikat jibril (ayat kauniyah). Ayat qauliyah merupakan ayat yang terdapat pada
Al -Qur‟an dan Ayat kauniyah merupakan ayat -ayat (tanda -tanda) Allah yang
berupa segala bentuk ciptaan -Nya yang ada di alam semesta dan segala isinya.
Ayat -ayat tersebut antara lain bertujuan untuk membuktikan kebenaran
keberadaan Allah, kebesaran -Nya, tak bersekutu, serta pengetahuan dan
kekuasaan -Nya yang tak terbatas. Selain terdapat banyak ayat qauliyah yang
mengajak manusia untuk merenungkan secara mendalam tentang ayat kauniyah
untuk dapat mengetahui pengetahuan Allah., Sebenarnya ayat qauliyah dan ayat
kauniyah juga memiliki sudut interkoneksi tas lainnya yaitu ayat kauniyah mampu
membuktian secara ilmiah maupun secara nyata langsung hal -hal alamiah yang
terdapat pada ayat qauliyah, sehingga dengan pembuktian tersebut maka, akan
lebih meyakinkan kembali tentang kebenaran dan betapa menakjubkannya ayat -
ayat qauliyah dan selanjutnya akan lebih memperkokoh rasa keimanan kita
kepada Allah SWT.

B. Saran

Saya ucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang sudah berpartisipasi didalam
pembuatan makalah ini sehingga bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

Saya sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan
yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, Saya akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu,
Saya sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di
atas

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=259661331

http://digilib.uinsby.ac.id/1164/4/Bab%201.pdf

file:///C:/Users/Acer/Downloads/259661331-Integrasi-Islam-Dan-Ilmu-
Pengetahuan.pdf

Anda mungkin juga menyukai