Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMBUKTIAN ADANYA TUHAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Kristen

Dosen Pengajar :
Hudman Iman Sitohang,M.Miss

Disusun Oleh :
Ita Nurhidayati
NIM :22.14.2.006.1

PRODI D3 KEBIDANAN
SEMESTER 1
STIKES GANESHA HUSADA KEDIRI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“PEMBUKTIAN ADANYA TUHAN”. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak
mengalami banya kesulitan terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun berkat
bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih
banyak kekurangan.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunya makalah ini bukan hanya
atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat antuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada yang terhormat
bapak Hudman Iman Sitohang,M.Miss selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Agama Hindu yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan
menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah
ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang
lebih baik.
Dengan menyelesaikan makalah ini penulis mengharapkan banyak manfaat yang
dapat diambil dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi dan
bermanfaat bagi pembaca dan rekan mahasiswa.

Kediri,21 Septemeber 2022

penulis
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.............................................................................................................................i
Daftar
Isi.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang................................................................................................................4
2. Rumusan Maslah............................................................................................................4
3. Tujuan dan Manfaat
Penulisan........................................................................................4
4. Metode Penulisan...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN MATERI
1. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
16...................................................................6
2. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
17...................................................................7
3. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
18...................................................................7
4. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
19...................................................................8
5. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
20...................................................................8
6. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
21...................................................................9
7. Konsep Siapa Tuhan dan Pembuktian Adanya
Tuhan...................................................10
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan...................................................................................................................11
2. Kritik dan
Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembahasan mengenai agama merupakan hal yang tak pernah kering untuk
dibicarakan hingga saat ini. Masalah-masalah mengenai agama sering kali
membawa seseorang cenderung semakin menjauhi kehidupan
kebersamaan,seolah-olah agama bukan sebagai pencegah terjadinya masalah,
namun justru agama adalah sebagai akar timbulnya masalah. Betapa tidak. Dalam
perjalanan sejarah, beberapa abad setelah renaisans, revolusi sains, diikuti revolusi
industry dan revolusi informasi, pengetahuan ilmiah kita tentang diri dan alam
lingkungan berubah secara tajam, sayangnya sebagian besar orang menegasikan g
ambaran yang diberikan oleh teologi agama-agama. Sehingga terdapat dua
kebenaran,kebenaran menurut sains dan kebenaran menurut teologi agama.
Celakanya,kebanyakan orang saat ini lebih memilih kebenaran secara ilmiah
karena bisa dibuktikan dengan ukuran yang jelas.Jika kita melihat lebih jeli, hal
ini sebenarnya hanya terjadi pada tataran permukaan saja. Padahal jika kita
melihat lebih jauh, sebenarnya teologi hanyalah konstruksi intelektual manusia
yang mencoba memahami pesan-pesan religious dari para nabi terdahulu. Dengan
demikian, kita harus berani menghadap kanteologi dengan sains dan membuat
keduanya berkembang secara dialektis dan komplementer untuk memecahkan
permasalahan umat manusia yang ditimbulkan oleh penerapan sains yang semakin
maju.Pada dasarnya setiap manusia memiliki keyakinan bahwa ada suatu zat yang
maha kuasa yang disebut Tuhan. Pada mulanya Tuhan adalah satu zat yang
menciptakan segala sesuatu dan penguasa langit dan bumi. Dia tidak terwakilioleh
gambaran apapun dan tidak memiliki kuil atau pendeta yang mengabdi
kepadanya. Dia terlalu luhur untuk ibadah manusia yang tak memadai. Perlahan-
lahan dia memudar dari kesadaran umatnya. Dia telah menjadi begitu jauh
sehingga mereka memutuskan bahwa mereka tidak lagi menginginkan nya. Pada
akhirnya dia dikatakan telah menghilang. Begitulah, setidaknya, menurut satu
teori, yang dipopulerkan oleh Wilhelm Schmidt dalam The Origin of The Idea of
God, yang pertama kali terbit pada 1912.
Hanya prespektif terhadap Tuhan yang berbeda menjadikan setiap agama dan
kepercayaan memiliki gambaran Tuhan yang bermacam-macam. Dalam makalah
ini kami akan membahas bukti-bukti akan adanya Tuhan. Beberapa
teori pendekatan akan kami bahas secara ringkas dan lugas. 

2. Rumusan Maslah
Dari tugas yang telah diberikan dapat disimpulkan bahwa :
- Bagaimana pembuktian adanya tuhan menurut pandangan agama kristen
- Bagaimana argumen yang menguatkan bukti adanya tuhan
- Bagaimana tanggug jawab manusia terhadap tuhan, sesama manusia dan
diri sendiri
- Bagaimana harkat, martabat, dan tanggung jawab manusia dalam contoh
kehidupan sehari-hari

3. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pendidikan
Agama Kristen dan menjelaskan sedikit tentang Pembuktian Adanya Tuhan , dan
bagai mana tanggung jawab sebagai manusia terhadap tuhan, sesama manusia dan
diri sendiri, serta harkat, martabat, dan tanggung jawab manusia dalam contoh
kehidupan sehari-hari.

4. Metode Penulisan
Penyusun memakai metode kepustakaan dalam penulisan makalah ini.
Refrensi makalah ini bersumber dari media web, blog, dan perangkat media
masa yang diambil dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

1. Konsep Siapa Tuhan dan Pembuktian Adanya Tuhan


Konsep ketuhanan telah dikenal sejak manusia ada di dunia. Dasar dari konsep
ketuhanan ini ialah adanya sesuatu yang maha gaib. Konsep ketuhanan yang paling
awal ialah animisme dan dinamisme. Kedua konsep ini mulai ada sejak zaman
manusia purba dan sifatnya sangat sederhana. Segala sesuatu yang sifatnya gaib
dikatikan dengan keberadaan Tuhan. Kemudian, konsep ketuhanan berkembang
seiring terbentuknya struktur masyarakat pada manusia. Konsep Tuhan ikut
berkembang dengan terbentuknya hierarki ketuhanan. Pada masa ini, terbenuklah
politeisme yang meyakini bahwa Tuhan tidak tunggal. Dalam konsep ini, Tuhan
memiliki keluarga atau masyarakat seperti pada masyarakat manusia. Dari politeisme
berkembang konsep ketuhanan lain, yaitu henoteisme. Dalam henotesime, Tuhan
diyakini memiliki struktur pemerintahan dengan pemerintah tertinggi oleh Dewa.
Perkembangan selanjutnya dari henoteisme memunculkan monoteisme dengan
konsep bahwa Tuhan adalah sesuatu yang esa
Tidak ada kesepahaman mengenai konsep ketuhanan. Konsep ketuhanan
dalam agama samawi meliputi definisi monoteistis tentang Tuhan dalam agama
Yahudi, pandangan Kristen tentang Tritunggal, dan konsep Tuhan dalam Islam.
Agama-agama dharma juga memiliki pandangan berbeda-beda mengenai
Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Hindu tergantung pada wilayah, sekte, kasta,
dan beragam, mulai dari panenteistis, monoteistis, politeistis, bahkan ateistis.
Keberadaan sosok ilahi juga diakui oleh Gautama Buddha,
terutama Śakra dan Brahma.

 Teori Tentang Adanya Tuhan


Tuhan, itulah yang sering terdengar dalam persoalan filsafat maupun agama.
Tuhan adalah masalah pokok dalam setiap agama dan filsfat. Agama tanpa
kepercayaan Tuhan tidak disebut agama. Begitu juga filsafat, pembahasan dan
pengertian tentang Tuhan sudah ada sejak Yunani. Dalam filsafat pembuktian
eksistensi Tuhan telah dibicarakan antara lain: bukti ontologis, kosmologis,
teleologis maupun bukti moral. Pada abad modern pertanyaan tentang Tuhan
masih terdengar dikalangan filosof. Pertanyaan tentang Tuhan tidak datang dengan
sendirinya, melainkan manusia sudah lama menyembah Tuhan. Filsafat mencoba
untuk memikirkan “Tuhan” dari berbagai sudut baik membuktikan eksistensi
Tuhan lewat argument-argumen bukti adanya Tuhan. Pada persoalan tersebut
salah satu tokohnya pada filsafat modern adalah Immanuel Kant, ia mencoba
membahas tentang eksistensi Tuhan melalui tentang bukti moral. Menurut Kant
bukti ontologi, kosmologi, teleologi semuanya lemah tidak bisa membawa
keyakinkan terhadap Tuhan. Menurut Kant manusia mempunyai perasaan moral
yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya. Orang merasa bahwa ia
mempunyai kewajibankewajiban untuk menjahui perbuatan-perbutan yang baik.
Perintah ini bersifat absolute mutlak dan universal (categorical imperative),
perintah baik dilakukan karena perintah mengatakan demikian, perintah jahat
dijauhkan karena perintah mengatakan demikian. Perbuatan baik dilakukan dan
perintah jahat dijauhkan karena hal itu merupakan kewajiban manusia. Menurut
Kant, perbuatan baik menjadi baik tidak karena akibat-akibat baik yang timbul
dari perbuatan itu dan tidak pula agama mengajarkan itu baik. Persoalan baik dan
buruk tidak diperoleh dari pengalaman di dunia ini, tetapi dibawa dari lahir.
Mengakui dalil bagi kehidupan moral, dalil yang pertama tentang kebebasan,
yang kedua tentang imoralias jiwa, dan yang ketiga tentang eksistensi Tuhan. Kant
mengatakan bahwa kalau seseorang bertindak menurut kesusilaan, maka orang itu
bertindak bebas. Kebebasan ini bukanlah karena keyakinan, tetapi apabila
tindakan itu tidak bebas, berarti manusia mendapat pengaruh dari luar karena itu ia
tidak bertanggung jawab atas tindakannya, sehingga ia tidak mempunyai perasaan
wajib. Kebebasan berarti menentukan sediri perbuatannya dan bertindak demikian
rupa sehingga perbuatan itu dapat berlaku umum. Oleh karena itu kehendak harus
bebas tidak dapat pengaruh apapun. Jiwa harus imortal, agar jiwa mendapat
kebahagiaan yang sempurna yang merupakan kebaikan tertinggi dan ini adalah
Tuhan.
Melalui moral kita dapat mengetahui eksistensi Tuhan. Akhirnya berujung
pada kesimpulan bahwa Bukti moral ini dapat ditarik kesimpulan jika manusia
dalam dirinya ada perintah mutlak untuk mengerjakan yang baik dan menjahui
yang buruk dan kalau perintah ini diperoleh bukan dari pengalaman tetapi telah
terdapat dalam diri manusia, maka perintah tersebut berasal dari Zat yang tuhu
baik maupun buruk. Zat inilah yang disebut Tuhan.
 Argumen Yang Menguatkan Bukti Tentang Adanya Tuhan
Keberadaan Allah tidak dapat dibuktikan ada atau tidak ada. Alkitab
menyatakan bahwa kita harus menerima fakta bahwa Allah itu ada melalui iman:
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab
barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa
Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibrani
11:6). Jika Allah menghendakinya, Ia dapat muncul dan membuktikan kepada
seluruh dunia bahwa Ia benar-benar ada. Tetapi jika Ia berlaku demikian, tidak
akan ada kebutuhan beriman. "Kata Yesus kepadanya: 'Karena engkau telah
melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat,
namun percaya'" (Yohanes 20:29).
Ini tidak berarti bahwa sama sekali tidak ada bukti tentang keberadaan Allah.
Alkitab menyatakan, "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala
memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan
malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak
ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh
dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi" (Mazmur 19:1-4a). Ketika
kita melihat bintang-bintang, memperhatikan luasnya alam semesta, mengamati
keajaiban alam, melihat keindahan matahari terbenam - semuanya ini menunjuk
kepada Allah Sang Pencipta. Jika semua ini belum cukup, adapula bukti tentang
keberadaan Allah dalam hati kita. Pengkhotbah 3:11 menyatakan, "...Ia
memberikan kekekalan dalam hati mereka." Di dalam diri kita ada kesadaran
tentang sesuatu yang menanti di luar kehidupan ini dan di luar bumi ini. Kita dapat
menolak pengetahuan ini secara intelektual, tetapi kehadiran Allah di dalam dan di
sekitar diri kita terlalu jelas. Namun, Alkitab menghimbau bahwa akan ada orang
yang masih menolak keberadaan Allah: "Orang bebal berkata dalam hatinya:
'Tidak ada Allah'" (Mazmur 14:1). Karena sebagian besar manusia di sepanjang
sejarah, berbagai kebudayaan, dan di setiap belahan dunia mempercayai
keberadaan Allah, maka tentunya ada sesuatu yang menyebabkan keyakinan
tersebut.
Selain argumen alkitabiah tentang keberadaan Allah, adapun argumentasi
logika. Pertama, argumen ontologis yang menyangkut filsafat keberadaan dan
realita harus dipertimbangkan. Argumen ontologis yang paling populer
menggunakan konsep Allah untuk membuktikan keberadaan Allah. Ia dimulai
dengan definisi Allah sebagai "sosok yang terbesar yang tandingannya tidak ada."
Alur argumentasinya adalah bahwa keberadaan adalah lebih agung daripada ke-
tidakberadaan, sehingga sosok terbesar yang dapat dibayangkan harus ada. Jika
Allah tidak ada, maka Allah tidak mungkin menjadi sosok terbesar yang dapat
dibayangkan, dan itu berkontradiksi dengan definisi Allah.
Argumen kedua adalah argumen teleologis, yang mencakup pelajaran tentang
sifat segala sesuatu menurut tujuan atau perintah terhadapnya. Argumen teleologis
menyatakan bahwa alam semesta menunjukkan sebuah rancangan yang begitu luar
biasa sehingga pastilah ada seorang Perancang illahi. Sebagai contoh, jika bumi
lebih dekat atau lebih jauh jaraknya dari matahari, maka bumi tidak dapat
mendukung banyaknya kehidupan di atasnya seperti saat ini. Jika elemen dalam
atmosfir kita berbeda sedikit, maka hampir setiap makhluk hidup di bumi ini akan
mati. Kemungkinan sebuah molekul protein tunggal tercipta secara acak adalah
1:10243 (yakni angka 1 diikuti oleh 243 angka nol). Satu sel tunggal terdiri dari
jutaan molekul protein.
Argumen logika ketika bagi keberadaan Allah adalah argumen kosmologis.
Setiap akibat harus ada sebabnya. Inilah alam semesta dan semua di dalamnya
adalah akibat. Dengan demikian haruslah ada sebuah sebab yang mengkibatkan
segala sesuatu itu hadir. Dan haruslah ada pula suatu faktor yang "tanpa sebab"
yang mengakibatkan adanya segala sesuatu. Faktor "tanpa sebab" itu dikenal
sebagai Allah.
Argumen keempat dikenal sebagai argumen moralita. Setiap kebudayaan
sepanjang sejarah masing-masing mempunyai suatu bentuk hukum. Semua orang
mempunyai kesadaran akan hal yang benar dan salah. Membunuh, berdusta,
mencuri, dan tindakan asusila secara umum ditolak. Darimanakah munculnya
kesadaran benar dan salah ini jika bukan dari Allah yang kudus?
Meskipun dengan semua argumen ini, Alkitab memberitahu kita bahwa
manusia akan menolak pengetahuan tetnang Allah yang begitu jelas dan
sebaliknya mempercayai dusta. Roma 1:25 menyatakan, "Sebab mereka
menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah
makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya,
amin." Alkitab juga menyatakan bahwa manusia tidak beralasan atas
ketidakpercayaannya terhadap Allah: "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-
Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada
pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat
berdalih" (Roma 1:20).
Banyak orang yang mengklaim menolak keberadaan Allah karena "tidak
ilmiah" atau "karena tidak ada bukti." Namun kenyataannya adalah ketika mereka
mengakui adanya Allah, mereka harus menyadari bahwa mereka harus
bertanggung jawab pada-Nya dan membutuhkan pengampunan dari-Nya (Roma
3:23, 6:23). Jika Allah, maka kita harus mempertanggung-jawabkan segala
perbuatan kita pada-Nya. Jika Allah tidak ada, maka kita dapat melakukan apa
saja tanpa harus khawatir akan hukuman/penghakiman Allah. Itulah mengapa
banyak memilih untuk menolak keberadaan Allah dan memegang erat teori
evolusi naturalis - karena hal itu menjadi alternatif terhadap kepercayaan dalam
Allah Pencipta. Allah itu ada dan semua orang pada dasarnya menyadari
keberadaan-Nya. Fakta bahwa ada kaum yang begitu gencar berusaha menyangkal
keberadaan-Nya secara tidak sengaja malah membenarkan keberadaan-Nya.
Bagaimana caranya kita tahu bahwa Allah itu ada? Sebagai orang Kristen, kita
tahu bahwa Allah itu ada karena kita berbicara pada-Nya setiap hari. Kita tidak
mendengar suara dengan telinga, tetapi kita menyadari kehadiran-Nya, kita
merasakan bimbingan-Nya, kita merasakan kasih-Nya, kita rindu menerima kasih
karunia-Nya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan kita
menghapuskan segala penjelasan alternatif lain selain Allah. Begitu ajaibnya Allah
telah menyelamatkan kita dan merubah kehidupan kita sehingga kita tidak dapat
berbuat apapun selain mengakui dan memuji keberadaan-Nya. Semua argumen ini
tidak dapat meyakinkan orang yang sudah berketetapan menolak hal yang sudah
sangat jelas. Pada akhirnya, keberadaan Allah harus diterima melalui iman (Ibrani
11:6). Iman di dalam Allah bukanlah lompatan di dalam kegelapan; melainkan
pijakan ke dalam ruangan yang terang dimana sebagaian besar orang sudah hadir.

 Tanggung Jawab Manusia Terhadap Tuhan, Sesama Manusia, dan Diri


Sendiri
1. Tanggung Jawab Terhadap Tuhan
Setiap manusia mempunyai tanggung jawab kepada Allah. Tangung jawab
manusia kepada Allah adalahsebagai berikut:
a. Mempersembahkan Diri dan Milik Kita (Rom. 12:1-2)
b. Mentaati Allah
c. Mengucap Syukur ( 1 Kor. 1:14, Kol 3:15-17, 1 Tes. 5:18)
d. Penyerahan Diri Sendiri
e. Memberi Hormat
f. Menunjukkan Ketaatan
2. Tanggung Jawab Terhadap Sesama
a. Mengasihani Sesama Kita
b. Membagi Pengetahuan Saudara
c. Mmempengaruhi Masyarakat Kita
3. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
a. Pertumbuhan Rohani
b. Orang Kristen bertanggung jawab untuk membuang dosa (Titus 2:12)
c. Hidup Menurut Rencana Tuhan
d. Bekerja
e. Pikirkan ApaYang Baik
f. Mempelajari Hal-Hal Yang Berguna
g. Berkehendaklah Berakal Sehat
h. Menjauhi Setiap Jenis Kegiatan
i. Memilih Yang Benar
j. Berbuat Baik
k. Mengendalikan Tubuh
l. Memakai Tubuh Demi Kemuliaan Tuhan
m. Memelihara Kesehatan
n. Menunjukkan Penampilan Yang Baik
o. Mempergunakan Waktu Dengan Sebaik-Baiknya
p. Memanfaatkan Kemampuan-Kemampuan (Karunia Rohani)
q. Uang dan Harta Benda Kita

 Harkat, Martabat dan Tanggung Jawab Manusia Dalam Kehidupan Sehari-


hari
Kata martabat memiliki arti pangkat atau derajat yang dimiliki manusia sebagi
manusia. Dengan memiliki martabat ini maka manusia menjadi beda dengan
makhluk lain.
1. Kata martabat juga memiliki arti tingkat, derajat, pangkat, dan harga diri,
sedangkan kata manusia sendiri memiliki arti, manusia yang berakal budi.
2. Martabat manusia adalah dasar dan hak asasi yang dimiliki oleh setiap orang
yang berasal secara kodrati dari Allah. Martabat manusia tersebut tidak dapat
dirampas oleh siapapun sampai kapanpun. Martabat manusia bukan dilihat
hanya berasal dari sisi tertentu saja, melainkan pada seluruh diri manusia.
Tubuh dan jiwa manusia adalah dua hal yang membentuk pribadi manusia
yang utuh. Keberadaan manusia yang intelektual, sensitif, afektif, dan biologis
menyandang gelar “Persona” manusia adalah seorang pribadi yang utuh. Ia
adalah sebuah realitas yang personal. Persona berarti manusia adalah pribadi
yang utuh, pesona juga berarti manusia adalah seorang individu yang tidak ada
duanya. Persona juga dapat berarti “personeita” yang berarti seorang pribadi
yang mampu untuk merefleksikan dirinya sendiri. Ia mempunyai kemampuan
yang memungkinkan ia mampu melihat dirinya sendiri.
3. Dengan bahasa lain, Guardini menyebutkan manusia adalah pribadi yang utuh
dan integral, spiritual dan kreatif, selalu dan di mana saja ia berada, ia menjadi
dirinya sendiri dan tahu menempatkan dirinya. Menurut Marciano Vidal,4
4. Manusia adalah realitas yang kreatif, Ia dapat menciptakan sesuatu. Sebagai
pribadi, tidak ada seorang manusia pun yang lebih atau yang kurang dari yang
lain. Ia memberi dirinya dari kedalamannya kepada yang lain apa adanya dan
menyelami kedalaman orang lain dalam dirinya. Manusia adalah mahkluk
yang dalam dirinya mempunyai hubungan dengan orang lain. Keberadaan
manusia yang demikian ini mengantarnya menjadi pribadi yang penuh dan
utuh.
5. Oleh karena itu nilai martabat seorang manusia atau seorang pribadi dihormati
oleh hak asasi. Penghormatan atas hidup seseorang manusia yang masih dalam
kandungan juga mendapat dasar dari prinsip etika dasar, yakni prinsip
vulnerability. Prinsip ini berarti yang kuat memiliki kewajiban untuk
melindungi yang lemah. Perlindungan akan hak dan martabat ini pun sudah
dicanangkan oleh Deklarasi Hak Asasi Manusia.
A. Martabat Manusia Menurut Kitab Suci
Pandangan Kristiani mengenai manusia sangatlah solid. Ajaran Yesus
mengenai hidup manusia sangatlah kontrovesial dan revolusioner pada zamannya.
Bahkan sampai sekarang ini, tidak ada ajaran agama lain yang menghargai
martabat manusia lebih tinggi dari pada ajaran Kristus. Dalam lingkungan
Yudaisme manusia memang mempunyai tempat yang sangat istimewa dari antara
semua ciptaan. Manusia diunggulkan dari antara semua ciptaan sebab manusia
menjadi puncak Karya Penciptaan Allah yang diciptakannya pada hari yang
keenam. Amanat hakiki dari alkitab memaklumkan bahwa pribadi manusia adalah
sebuah makhluk ciptaan Allah, dan melihat di dalam dirinya, yang diciptakan
seturut gambar Allah, unsur yang menjadi ciri khasnya dan yang
membedakannya : “Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan di ciptakan-
Nya mereka. Allah menempatkan makhluk insan itu pada pusat dan puncak
tatanan Penciptaan. Manusia dibentuk dari tanah dan Allah menghembuskan ke
dalam mulutnya nafas kehidupan. Maka, karena ia diciptakan menurut gambar
Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu
melainkan seseorang. Ia mampu mengenali dirinya sendiri, menjadi tuan atas
dirinya, mengabdikan dirinya dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan
dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian
dengan Penciptaannya untuk kepada-Nya jawaban iman dan cinta kasih, sesuatu
yang tidak dapat diberikan oleh makhluk lain sebagai penggantinya.
Keserupaan dengan Allah memperlihatkan bahwa esensi dan eksistensi
manusia secara konstitutif berkaitan dengan Allah secara sangat mendasar. Inilah
relasi yang berada dalam dirinya sendiri, dan karena bukan sesuatu yang datang
sesudah dan juga tidak ditambahkan dari luar. Seluruh kehidupan manusia adalah
sebuah ikhtiar dan pencarian akan Allah. Relasi dengan Allah ini bisa saja
diabaikan atau malah dilupakan dan sirna, namun tidak pernah lenyap. Bahkan di
antara semua mahkluk ciptaan yang kelihatan di dunia ini hanya manusia sajalah
yang memiliki “kesanggupan untuk menemukan Allah”.
Manusia adalah mahkluk yang diciptakan Allah untuk menjalin relasi dengan-
Nya; manusia menemukan kehidupan dan ungkapan dirinya hanya dalam relasi,
dan secara kodrati cenderung kepada Allah. Dengan panggilan khusus seperti ini
terhadap kehidupan, manusia menemukan dirinya juga berada di hadapan
mahkluk-mahkluk ciptaan lainnya. Manusia dapat dan harus diwajibkan untuk
mendayagunakan mahkluk-mahkluk ciptaan lainnya itu demi mengabdi mereka
dan memiliki mereka, namun penguasaan manusia atas dunia menuntut
pelaksanaan tanggung jawab, itu bukan suatu kebebasan yang semena-mena dan
eksploitasi egoistik. Semua ciptaan sesungguhnya memiliki nilai dan baik di mata
Allah, yang adalah Pencipta.
Manusia mesti menemukan dan menghormati nilai tersebut. Ini merupakan
sebuah tantangan yang menakjubkan bagi akal budinya, yang semestinya
menerbangkanya bagaikan dengan sayap menuju kontemplasi kebenaran semua
mahkluk ciptaan Allah, yakni kontemplasi tentang apa yang dilihat Allah sebagai
kebaikan di dalam diri mereka. Kitab kejadian mengajarkan bahwa penguasan
manusia atas dunia tercakup dalam pemberian nama atas semua mahkluk. Dengan
memberi nama kepada semua mahkluk, manusia mesti mengakui mereka
sebagaimana adanya dan memapankan dengan masing-masingnya sebuah relasi
tanggung jawab.Manusia juga berelasi dengan dirinya sendiri dan mampu
merenungkan dirinya sendiri. Dalam kaitan ini Alkitab berbicara tentang hati
manusia. Hati merujuk pada kerohanian batiniah manusia, apa yang
membedakannya dari setiap ciptaan lainnya. Allah membuat segala sesuatu indah
pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi
manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai
akhir (Phk 3:11). Pada akhirnya hati menyiratkan berbagai kemampuan rohaniah
yang menjadi milik kepunyaan pribadi manusia itu sendiri, yang menjadi hak
prerogatifnya sejauh ia diciptakan seturut gambar Penciptannya. Akal budi,
kemampuannya untuk membedakan yang baik dan yang jahat, kehendak bebas.
Apabila ia mendengarkan hasrat hatinya yang paling dalam, maka tak seorang pun
yang tidak menjadikan kata-kata kebenaran diungkapkan Santo Agustinus sebagai
milik kepunyaan sendiri. “Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu sendiri,
ya Tuhan, dan hati tidak akan tenang sebelum ia beristirahat di dalam Engkau”.

B. Perjanjian Lama
Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama keistimewaan dan kekhususan manusia
pun tercermin.
1. Kejadian 1:26, “Berfirmanlah Allah, baiklah kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan ats seluruh bumi dan
atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Di dalam kutipan ini
terlihat jelas bahwa keputusan Allah begitu nampak menempatkan
manusia pada posisi terhormat yaitu sebagai gambar dan rupa Allah, yang
mana bertujuan agar manusia itu berkuasa atas segala sesuatu yang telah
ditetapkan Allah.
2. Kejadian 2:7, “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari
debu tanah dan menghembuskan nafas hidup kedalam
hidungnya;demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”
Tanah bagi manusia merupakan bentuk integral darimana manusia
berasal, karena dari tanah manusia akan kembali kepada tanah.
3. Ulangan 32:6, “ Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap
TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia
Bapamu yang menciptakan engkau, yang menjadikan dan menegakan
engkau? Dalam nyanyian ini sesungguhnya musa mau mengingatkan kau
Israel yang bebal dan tidak bijaksana agar bertobat berpaling kepada
Yahwe yang telah menciptakan dan menolong mereka.
4. Mazmur 8:6-7, 6: Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti
Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. 7:
engkau membuat dia berkuasan atas buatan tangan-Mu; segala-galanya
telah Kau letakan di bawah kakinya.” Di sini mau menunjukkan
pengakuan manusia dalam kaitannya dengan kehinaannya sebagai
mahkluk yang mulia, yang dimahkotai oleh kemuliaan dan hormat dari
Allah Pencipta.

C. Perjanjian Baru
Perjanjian Baru pada umumnya menerima gambaran manusia dalam
Perjanjian Lama dan lebih memperdalamnya
1. Matius 19:4, “ Jawab Yesus: tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang
menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan
perempuan? Hal ini di ungkapkan Yesus saat Orang-Orang Farisi
menanyakan kepada-Nya mengenai hal perceraian. Dari ajaran Yesus ini
terimplisit makna yang sangat mendalam mengenai martabat laki-laki dan
perempuan yang diciptakan untuk saling melengkapi, untuk hidup
bersama, dalam perkawinan.
2. Efesus 2:15, ”Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia ia telah
membatalkan hukum taurat dengan segala perintah dan segala
ketentuaanya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di
dalam diri-Nya dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.” Kematian
Kristus membawa persatuan Yahudi dan non Yahudi, dan kesatuan ini
melahirkan manusia baru yaitu manusia yang ditebus dan diberi hidup oleh
Kristus.
3. Kolose 1: 17, ”Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu
ada dalam Dia”. Paulus mengetengahkan kenyataan bahwa Kristus adalah
yang mahakuasa yang pertama dan terutama dari segala sesuatu. Karena itu
kehidupan manusia di tentukan oleh Kristus yang adalah utama dan
terdahulu.
4. Yakobus 3: 6, ” Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita, dan dengan
lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah”. Di sini
Yakobus mengakui bahwa manusia adalah ctra Allah yang di ciptakan
Allah.Dari Perjanjian Baru juga dikatakan dengan jelas bahwa Allah
adalah Sang Pencipta yang menciptakan segala sesuatu. “ Segala sesuatu
dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari
segala yang telah dijadikan.”. Oleh karena itu menjadi jelaslah bahwa
Allah sendirilah yang menciptakan manusia. Oleh karena itu mulainya
hidup manusia, disanalah bekerja Karya Penciptaan Allah.

D. Konsili Vatikan II
Dalam dokumen Konsili Vatikan II, khususnya di dalam Gaudium Et Spes
terdapat beberapa pokok yang berhubungan langsung dan dapat dijadikan inspirasi
dalam mengenal dan mengetahui martabat pribadi manusia.
Di antaranya adalah pandangan tentang manusia sebagai makhluk yang
diciptakan menurut gambar Allah, situasi keberdosaan manusia, kodrat ‘jiwa’ dan
‘badan’, martabat akal budi, kebenaran dan kebijaksanaan, martabat hati nurani
dan tentang keluhuran kebebasan manusia. Pokok tersebut sama sekali tidak
bertentangan dengan dasar-dasar imam dalam Kitab Suci. Justru semuanya lahir
dari Kitab Suci sebagai Wahyu Allah kepada manusia. Dapat dikatakan bahwa
pokok-pokok tersebut adalah hasil dari refleksi Gereja tentang martabat manusia
berdasarkan Kitab Suci.

E. Manusia Sebagai Gambar dan Citra Allah


Allah menciptakan manusia menurut gambaran-Nya agar manusia dapat
mengenal-Nya secara lebih mendalam dan berbalik untuk memuji dan
menyembah-Nya. Dalam Kitab Suci, dinyatakan bahwa manusia diciptakan oleh
Allah maka di sini Allah bertindak sebagai sumber kehidupan yang pertama dan
utama bagi manusia. Seluruh diri dan pribadi manusia adalah berasal dari Allah
dan manusia tetap berada pada eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Allah.
Sehingga tugas utama manusia dan seluruh hidupnya adalah mengembangkan diri
sebagai citra Allah.
Manusia diciptakan berbeda dengan mahkluk lain, ia memiliki keistimewaan
karena diciptakan memiliki akal budi, kehendak, suara hati dan kebebasan. Demi
kehidupan yang semakin penuh manusia secara nyata ikut berusaha bersama Allah
untuk menciptakan dan memelihara segala ciptaan Allah yang telah ada di dunia.
Pribadi manusia yang luhur merupakan penampilan diri Allah sebagai pribadi
yang mengadakan.Manusia diciptakan Allah menurut gambar dan citra-Nya. Oleh
karena itu ia mempunyai nilai dan martabat dalam dirinya sebagai pribadi yang
dicintai dan dihargai oleh Allah, terlepas dari semua kualifikasi dan keterampilan
serta pelbagai unsur lahiria yang melekat pada manusia. Manusia sebagai gambar
dan ctra Allah pada hakekatnya bersumber pada Allah, Sang Penciptanya. Karena
itu martabat manusia merupakan suatu yang kudus, suci, menghormati martabat
seseorang sebagai manusia adalah juga menghormati kedaulatan Allah yang
berdaulat. Dengan perkataan lain, tak mungkin seorang Allah yang berdaulat
kalau ia tidak menghormati martabat seorang sebagai manusia.
Manusia sebagai gambar dan citra Allah bukan dalam arti bahwa manusia
adalah foto Allah melainkan dalam arti pembagian dan pelaksanaan tugas kepada
manusia. Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar
dan rupa kita, supaya berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara,
atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi” (kej 1: 26). Di sini keinginan Allah yaitu agar manusia semakin sanggup
menjalankan tugasnya secara baik dan efisien sebagai penguasa dunia dan rekan
kerja Allah. Dengan menguasai dan mengerjakan segala sesuatu, manusia
menunjukkan hakekat diri sebagai gambar Allah, sehingga ketika manusia
menjalankan tugasnya, ia sebenarnya menjalankannya atas nama Allah. Meskipun
demikian kenyataan sering berbicara lain, bahwa manusia dalam sejarahnya tidak
mau dibawah kontrol Allah, ia lebih suka bebas menurut pikirannya,
kehendaknya, sehingga penguasa, pengatur dan pembangunan dunia dilaksanakan
menurut wewenangnya sendiri, dan akibatnya adalah bukan kebahagian tetapi
penderitaan. Dengan demikian gambar Allah dalam diri manusia dinodai oleh
dosannya. Dengan kata lain, ketika manusia menjalankan tugasnya atas namanya
sendiri ketika itulah ia menolak gambaran Allah yang ada dalam
dirinya.Pengalaman kejatuhan manusia ini ternyata tidak membuat Allah menutup
mata “ rahim-Nya” untuk memberikan rahmatnya kepada manusia. Allah selalu
mengasihi manusia dan memulihkan kembali gambaran-Nya yang ada dalam diri
manusia dengan mengutus putra-Nya sendiri Yesus Kristus. Manusia Sebagai
Patner Allah Dalam Karya Penciptaan (Co-Creator). Menurut teologi antropologi,
ada tiga aspek dasariah dalam hidup manusia yaitu manusia pembangun, pencinta
dan pendosa.14 Dalam konteks manusia pembangun kita ditemukan dalam Kitab
Suci, bahwa manusia diciptakan untuk bekerja demi membangun hidupnya,
dengan menaklukan bumi dan megolahnya dan memelihara kepada Allah. Karena
itu manusia merupakan citra Allah, maka segala perkembangan yang diusahakan
manusia, sejauh sungguh bersifat manusiawi membawa dunia lebih dekat kepada
tujuannya yaitu Allah Pencipta. Karena itu setiap tindakan kerja dan keputusan
untuk mengambil jalan hidup harus secara benar sesuai dengan kehendak Allah
yang mencipta dan mencintai.

F. Manusia Memiliki Akal Budi Dan Suara Hati


Manusia merupakan mahkluk yang berakal budi. Melalui akal budi dan suara
hati yang dimiliki manusia menjadi tanda yang menbedakan manusia dengan
mahkluk lain. Akal budi dan suara hati yang dimiliki oleh setiap manusia
membuat manusia mampu dengan sadar untuk melakukan sesuatu yang ia
kehendaki dan siap untuk dipertanggungjawabkannya. Dalam kesadarannya
sebagai manusia, ia tentu tidak bisa lari dari realitas keputusan yang telah diambil.
Hal ini berarti manusia secara sadar mempertanggungjawabkan apa yang
diperbuatnya. Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia
adalah mahkluk istimewa yang diciptakan Allah.Sebagai mahkluk ciptaan Allah
yang istimewa manusia tentu memiliki perbedaan yang paling mendasar. Dengan
demikian hal ini menjadikan kita untuk yakin dan percaya secara penuh rahmat
yang paling berharga bagi seorang manusia. Dengan akal dan budi manusia
mampu mengatasi segala keterbatasan menuju kepada suatu yang tak terbatas.
Manusia berhadapan langgsung dengan realitas alam dan sesamanya. Di sana
ia berkomunikasi dan membuka dirinya bagi objek di luar dirinya. Semua ini
terjadi dalam taraf kebebasan sebgaiMpribadi yang otonom yang memiliki akal
budi dan suara hati.
G. Manusia Memiliki Kebebasan
Manusia diciptakan Allah masing-masing dilengkapi dengan kehendak bebas
sebagai pribadi yang otonom. Pribadi yang bebas dan otonom bukan merupakan
sebuaH pemberian dari manusia lain kepada pribadi tertentu, melainkan sebagai
suatu yang berasal dari Allah dan berada secara kodrati dalam setiap manusia.
Sebagai pribadi yang bebas tentu didasarkan pada kemampuan pribadinya untuk
menentukan, memutuskan sesuatu yang ia kehendaki. Manusia memiliki
kebebasan untuk melakukan kebaikan dan mengelakkan kejahatan. Kitab Suci dan
ajaraan moral Gereja Katolik mengajarkan bahwa segala yang manusia lakukan
mempunyai konsekuensi pada hari penghakiman.
Dengan seluruh kemampuan akal dan budi yang dimiliki manusia diharapkan
agar ia senantiaa melakukan yang baik dan megelakan yang jahat demi ketaatan
kepada Allah dan demi kebaikan bagi orang lain.Manusia dalam perjalanan
hidupnya setiap hari secara langsung maupun secara tidak langsung tentu
menyadari dirinya sebagai pribadi yang bebas. Dasar dari hal tersebut karena
manusia memiliki akal budi yang dapat mengatasi seluruh ruang dan waktu secara
tak terbatas yang terbuka terhadap dunia realitas dirinya.Dalam realitas
kesadarannya tersebut manusia dimampukan untuk memiliki dan memutuskan
sesuatu secara bebas dan tidak terikat oleh realitas di luar dirinya dan di dalam
manusia ingin memperoleh kebaikan dan memenuhi keinginan pribadinya.
Dengan demikian kebebasan adalah dasar yang menghantar manusia untuk
melakukan kehendak-Nya sebagai pribadi yang bebas.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Sebagai agama terbesar di dunia yang memiliki banyak pemeluk, tentunya
agama Kristen merupakan agama yang memiliki sejarah cukup panjang. Layaknya
agama lainnya di dunia ini, agama Kristen juga menjadi agama yang telah diturunkan
selama berabad-abad dan tetap sama hingga kini.
Agama Kristen berawal dari sebuah kota kecil di Yerusalem kemudian
berkembang setelah kelahiran Yesus hingga kematiannya. Kelahiran hingga kematian
dari Yesus serta kenaikan Yesus ke surga menjadi awal mula serta intisari dari
kekristenan yang dipeluk oleh sebagian orang di dunia ini.
Setelah munculnya perjanjian baru kemudian agama Kristen mulai menyebar
ke berbagai penjuru dunia yang kebanyakan dibawa oleh para penjajah seperti bangsa
Spanyol, Portugis dan Belanda yang menjajah Negara-negara di kawasan Asia hingga
di kawasan Afrika. Penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh para pendeta di
masa itu disebut dengan glory atau memperluas penyebaran agama Kristen ke
wilayah-wilayah baru.
Dalam agama Kristen terdapat beberapa hal utama yang menjadi pilar dari
agama Kristen itu sendiri diantaranya adalah sebagai berikut :
 Yesus kristus : dalam ajaran agama Kristen, yesus kristus diyakini oleh umat
Kristen sebagai anak Allah. Ajaran, mukjizat, kelahiran, kematian, kebangkitan
dan penebusan tertulis di dalam tulisan suci yang bisa dijadikan sebagai acuan
untuk mereka yang ingin mengikuti keteladanan yesus yang sempurna. Selain itu,
menurut kepercayaan umat Kristen satu-satunya cara untuk disucikan dari dosa
adalah melalui pertobatan dalam kristus yang berharga.
 Alkitab : alkitab ini harus dibaca dan dianalisis karena di dalam alkitab terdapat
firman allah yang harus diyakini, di ilhami, dan merupakan bentuk
kesempurnaan. Akitab ini tidak ditulis dengan menggunakan kertas dan pena
melainkan dengan mengilhami 40 pria yang berbeda yang ditugaskan untuk
mengisi kata-kata tersebut dengan roh kudus.
 Baptis : baptis dilakukan dengan menggunakan air yakni dengan cara disiramkan
ke seseorang yang akan dibaptis. Baptis sendiri merupakan suatu simbol untuk
mensucikan diri dari dosa-dosa saat mereka dilahirkan, biasanya umat Kristen
melakukan pembaptisan ketika masih anak-anak.
 Tritunggal : dalam ajaran agama Kristen meyakini bahwa satu tuhan memiliki 3
kepribadian yang berbeda dan hidup berdampingan yaitu Bapa, Putra serta Roh
Kudus.
Alkitab sebagai pilar utama dari ajaran agama Kristen memiliki sejarah dan
rahasianya sendiri yang dapat kamu pelajari pada buku Mengungkap Rahasia
Alkitab Menggali Data Fakta Dan Sejarah.

2. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susnan makalah
itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca
DAFTAR PUSTAKA

https://adoc.pub/makalah-bukti-bukti-adanya-tuhan-diajukan-sebagai.html
https://www.google.com/search?
q=argumen+yang+menguatkan+pembuktian+terdapatnya+tuhan+dalam+kristen&sxsrf=ALi
CzsZxwE4FQvdX3otXqe3XqCYyF4795w
%3A1664955495532&ei=ZzQ9Y_mTIPvgseMP9cmLyAg&oq=argumen+yang+menguatkan
+pembuktian+te&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAEYAjIFCCEQoAEyBQghEKABMgUIIRCgATI
FCCEQoAEyBQghEKABMggIIRAeEBYQHToHCCMQ6gIQJzoECCMQJzoLCC4QgAQQ
sQMQgwE6CwgAEIAEELEDEIMBOggIABCABBCxAzoECAAQQzoECC4QQzoKCAAQ
sQMQgwEQQzoGCAAQChBDOgQIABADOgUIABCABDoICAAQsQMQgwE6BggAEB4
QFjoICAAQHhAWEAo6BwgAEIAEEA06BggAEB4QDToICAAQHhAIEA06BAghEBU6
CgghEB4QDxAWEB06BwghEKABEApKBAhBGABKBAhGGABQ2gdYw1ZgsWxoA3A
AeACAAcICiAHBMZIBCDUuMjQuOS4xmAEAoAEBsAEKwAEB&sclient=gws-wiz
https://www.academia.edu/9397567/Makalah_Filsafat_Agama_Bukti_Adanya_Tuhan

Anda mungkin juga menyukai