Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANDANGAN ALIRAN PADA ABAD PERTENGAHAN


(ABAD KE-16 s/d ABAD 21)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Kristen

Dosen Pengajar :
Hudman Iman Sitohang,M.Miss

Disusun Oleh :
Ita Nurhidayati
NIM :22.14.2.006.1

PRODI D3 KEBIDANAN
SEMESTER 1
STIKES GANESHA HUSADA KEDIRI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“PANDANGAN ALIRAN PADA ABAD PERTENGAHAN (ABAD KE-16 s/d ABAD
21)”. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mengalami banya kesulitan terutama
disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangan.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunya makalah ini bukan hanya
atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat antuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada yang terhormat
bapak Hudman Iman Sitohang,M.Miss selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Agama Hindu yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan
menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah
ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang
lebih baik.

Dengan menyelesaikan makalah ini penulis mengharapkan banyak manfaat yang


dapat diambil dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi dan
bermanfaat bagi pembaca dan rekan mahasiswa.

Kediri,21 Septemeber 2022

penulis
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar.............................................................................................................................i
Daftar
Isi.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang................................................................................................................4
2. Rumusan Maslah............................................................................................................4
3. Tujuan dan Manfaat
Penulisan........................................................................................4
4. Metode Penulisan...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN MATERI
1. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
16...................................................................6
2. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
17...................................................................7
3. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
18...................................................................7
4. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
19...................................................................8
5. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
20...................................................................8
6. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad
21...................................................................9
7. Konsep Siapa Tuhan dan Pembuktian Adanya
Tuhan...................................................10
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan...................................................................................................................11
2. Kritik dan
Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat
manusia.Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu
kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.Menyadari peran agama amat
penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan
setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan
baik pendidikan di lingkungan keluarga, di lembaga pendidikan formal maupun
nonformal serta masyarakat.Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan
potensi spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan
agama.
Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan
penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.Peningkatan potensi
spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang
dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan.Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di
bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK), sangat tepat dalam rangka mewujudkan
2 model PAK yang bertujuan mencapai transformasi nilai-nilai kristiani dalam
kehidupan peserta didik pada semua jenjang pendidikan.

2. Rumusan Maslah
Dari tugas yang telah diberikan dapat disimpulkan bahwa :
- Bagaimana panangan aliran dari abad ke 16 s/d abad ke 21 dan mencari
tau tentang Konsep Siapa Tuhan dan Pembuktian Adanya Tuhan

3. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pendidikan
Agama Kristen dan menjelaskan sedikit tentang pandangan aliran pada abad ke 16
s/d abad ke 21 serta menjelaskan tentang konsep siapa Tuhan dan pembuktian
Adanya Tuhan.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penyusunan dan pembaca tentang sejarah aliran pada abad ke 16 s/d abad ke 21.

4. Metode Penulisan
Penyusun memakai metode kepustakaan dalam penulisan makalah ini.
Refrensi makalah ini bersumber dari media web, blog, dan perangkat media
masa yang diambil dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

1. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad 16


Filsafat abad pertengahan adalah filsafat pada era yang dikenal sebagai abad
pertengahan, periode sejarah yang membentang dari jatuhnya Kekaisaran Romawi
Barat pada abad ke-5 masehi hingga periode Renaissance pada abad ke-16. Filsafat
abad pertengahan, dipahami sebagai sebuah proyek penyelidikan filosofis yang
independen, yang dimulai di Baghdad, di tengah-tengah abad ke-8, dan di Prancis,
dalam masa pemerintahan Charlemagne, pada kuartal terakhir abad ke-8. Periode ini
juga didefinisikan sebagai proses menemukan kembali budaya kuno yang pernah
berkembang pada masa Yunani dan Roma pada periode klasik, dan juga kebutuhan
untuk mengatasi masalah teologis dan untuk mengintegrasikan ajaran suci dengan
pembelajaran sekuler.
Sejarah filsafat abad pertengahan lazimnya dibagi menjadi dua periode:
periode di Barat Latin mengikuti Awal Abad Pertengahan sampai abad ke-12, ketika
karya-karya dari Aristoteles dan Plato dilestarikan dan dibudidayakan, serta pada
masa keemasan di sekitar abad ke-12, ke-13 dan abad ke-14 di Barat Latin, yang
merupakan puncak dari pengembalian filsafat kuno, yang diperoleh kembali dari para
pemikir di dunia berbahasa arab, dan perkembangan yang signifikan di bidang Filsafat
agama, Logika dan Metafisika.
Era abad pertengahan umumnya dipandang remeh oleh para humanis pada
zaman Renaissance, lantaran mereka melihat filsafat pada Abad Pertengahan sebagai
periode barbar "yang menengahi" filsafat pada periode klasik dari kebudayaan Yunani
dan Romawi, dan 'kelahiran kembali' budaya pagan-klasik tersebut pada
zaman renaissance. Sejarawan Modern menganggap era abad pertengahan merupakan
periode dalam kronologi perkembangan filsafat, yang bagaimanapun sangat
dipengaruhi oleh teologi Kristianitas. Salah satu yang paling terkenal dalam periode
ini adalah Thomas Aquinas, yang tidak pernah menganggap dirinya seorang filsuf,
dan mengkritik para filsuf kerap "tidak bisa menangkap kebenaran kebijaksanaan
yang memadai sebagaimana yang dapat diungkapkan oleh kebenaran Kristianitas".
2. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad 17
Deisme (berasal dari bahasa Latin "deus" yang berarti "Tuhan") adalah
kepercayaan filosofis yang menyatakan bahwa Tuhan ada sebagai suatu Sebab
Pertama yang tidak bersebab, yang bertanggung jawab atas penciptaan alam semesta,
tetapi kemudian tidak ikut campur dengan dunia yang diciptakan-Nya. Secara
ekuivalen, deisme juga dapat didefinisikan sebagai pandangan yang menempatkan
keberadaan Tuhan sebagai penyebab segala sesuatu, dan mengakui kesempurnaannya
akan tetapi menolak wahyu ilahi atau campur tangan langsung Tuhan di alam semesta
oleh mukjizat. Pandangan ini juga menolak wahyu sebagai sumber pengetahuan
agama dan menegaskan bahwa dengan akal dan pengamatan terhadap dunia cukup
untuk menentukan adanya keberadaan seorang pencipta tunggal atau prinsip absolut
dari alam semesta.
Deist biasanya menolak kejadian gaib (kenabian, mukjizat) dan cenderung
menegaskan bahwa Tuhan (atau "Arsitek Yang Maha Esa") memiliki rencana untuk
semesta yang tidak terubahkan, baik oleh campur dalam urusan kehidupan manusia
atau menangguhkan hukum alam dari semesta. Apa yang agama terorganisir lihat
sebagai wahyu ilahi dan buku-buku suci, deists melihatnya sebagai interpretasi yang
dibuat oleh manusia lain, bukan berasal dari Tuhan.
Deisme menonjol selama abad ke-17 dan 18 pada Masa Pencerahan, terutama
di Inggris, Prancis dan Amerika.

3. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad 18


Penggunaan istilah "panteisme" pertama kali diketahui dalam bahasa Latin
("pantheismus") oleh ahli matematika Inggris Joseph Raphson dalam karyanya De
Spatio Reali seu Ente Infinito, yang diterbitkan pada tahun 1697. Raphson
membedakan antara "panhylists" ateis (dari akar Yunani pan, "semua", dan hyle,
"materi"), yang percaya bahwa segala sesuatu adalah materi, dan Spinozan "panteis"
yang percaya pada "substansi universal tertentu, materi serta kecerdasan, yang
membentuk semua hal yang ada dari esensinya sendiri." Raphson berpendapat bahwa
alam semesta tidak dapat diukur dengan kapasitas pemahaman manusia, dan dia
percaya bahwa manusia tidak akan pernah bisa memahaminya. Dalam karyanya, dia
merujuk pada panteisme orang Mesir Kuno, Persia, Suriah, Asyur, Yunani, India, dan
Kabbalis Yahudi, dan secara khusus pada panteisme Spinoza.
Pada pertengahan abad kedelapan belas, teolog Inggris Daniel Waterland
mendefinisikan panteisme sebagai berikut: "[Pandangan] ini menganggap Tuhan dan
alam, atau Tuhan dan seluruh alam semesta, menjadi satu dan substansi yang sama —
satu entitas universal; sedemikian rupa sehingga jiwa manusia hanyalah modifikasi
dari substansi ilahi." Pada awal abad kesembilan belas, teolog Jerman Julius
Wegscheider mendefinisikan panteisme sebagai keyakinan bahwa Tuhan dan dunia
yang didirikan oleh Tuhan adalah satu dan sama.

4. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad 19


Selama awal abad ke-19, panteisme adalah perspektif yang dimiliki banyak
penulis dan filsuf terkemuka, yang menarik tokoh-tokoh seperti William
Wordsworth dan Samuel Coleridge di Inggris; Johann Gottlieb Fichte, Schelling dan
Hegel di Jerman; Knut Hamsun di Norwegia; dan Walt Whitman, Ralph Waldo
Emerson dan Henry David Thoreau di Amerika Serikat.
Karena dilihat sebagai ancaman yang berkembang oleh Vatikan, pada tahun
1864, panteisme secara resmi dikutuk oleh Paus Pius IX dalam Silabus Kesalahan.
Sebuah surat yang ditulis pada tahun 1886 oleh William Herndon, seorang mitra
hukum Abraham Lincoln, dilelang dan dijual seharga US$30.000 pada tahun 2011. Di
dalam surat itu, Herndon menulis tentang pandangan agama yang dimiliki Presiden
Abraham Lincoln, termasuk panteisme."Agama Mr. Lincoln saya ketahui dengan
sangat baik, sehingga tidak ada sedikit pun keraguan tentangnya; dia adalah atau
dulunya seorang Teis dan Rasionalis, yang menyangkal semua hal yang luar biasa –
baik itu inspirasi maupun wahyu supernatural. Pada suatu waktu dalam hidupnya, dia
adalah seorang Panteis yang meragukan keabadian jiwa sebagaimana dunia Kristen
memahaminya. Dia dulu percaya bahwa jiwa kehilangan identitasnya dan jiwa adalah
abadi. Setelah itu, dia memiliki kepercayaan kepada Tuhan, dan ini adalah semua
perubahan yang pernah dia alami."

5. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad 20


Dalam sebuah surat yang ditulis kepada Eduard Büsching (25 Oktober 1929),
sebagai balasan setelah Büsching mengirim Albert Einstein salinan bukunya Es gibt
keinen Gott ("Tidak ada Tuhan"), Einstein menulis, "Kami para pengikut Spinoza
melihat Tuhan kami dalam keajaiban, keteraturan dan keabsahan semua yang ada dan
dalam jiwanya [Beseeltheit] sebagaimana ia menampakkan dirinya dalam manusia
dan hewan." Menurut Einstein, buku Büsching hanya membahas konsep Tuhan
pribadi dan bukan Tuhan dalam perspektif panteisme yang impersonal. Dalam sebuah
surat yang ditulis pada tahun 1954 kepada filsuf Eric Gutkind, Einstein menulis "kata
Tuhan bagi saya tidak lebih dari ekspresi dan produk dari kelemahan manusia."
Dalam surat lain pada tahun 1954, ia menulis "Saya tidak percaya pada Tuhan yang
personal dan saya tidak pernah menyangkal pandangan ini tetapi telah
mengungkapkannya dengan jelas." Dalam Ideas and Opinions, yang diterbitkan
setahun sebelum kematiannya, Einstein menyatakan konsepsi yang spesifik tentang
kata Tuhan: Penelitian ilmiah dapat mengurangi takhayul dengan mendorong orang
untuk berpikir dan melihat sesuatu dari segi sebab dan akibat. Yang pasti adalah
bahwa keyakinan tentang rasionalitas dan kejelasan dunia, mirip dengan perasaan
religius, terletak di balik semua karya ilmiah dari tatanan yang lebih tinggi.Keyakinan
yang teguh ini, keyakinan yang terikat dengan perasaan yang mendalam, dalam
pemikiran superior yang mengungkapkan dirinya di dunia pengalaman,
merepresentasikan konsepsi saya tentang Tuhan. Dalam bahasa umum ini dapat
dideskripsikan sebagai "panteistik" (Spinoza).
Pada akhir abad ke-20, beberapa sarjana menyatakan bahwa panteisme adalah
teologi yang mendasari Neopaganisme, dan orang-orang panteis mulai membentuk
organisasi yang dikhususkan untuk panteisme dan memperlakukannya sebagai agama
yang terpisah.

6. Pandangan Aliran Ketuhanan pada Abad 21


Dorion Sagan, putra ilmuwan dan komunikator sains Carl Sagan, menerbitkan
buku berjudul Dazzle Gradually: Reflection on the Nature of Nature, yang ditulis
bersama ibunya Lynn Margulis pada tahun 2007. Dalam bab "Truth of My Father",
Sagan menulis bahwa "ayahnya percaya kepada Tuhannya Spinoza dan Einstein,
Tuhan bukan di belakang alam, tetapi sebagai alam, yang setara dengannya."
Pada tahun 2009, panteisme disebut dalam ensiklik Paus dan dalam sebuah
pernyataan pada Hari Tahun Baru 2010, untuk mengkritik panteisme karena
menyangkal superioritas manusia atas alam dan karena melihat sumber keselamatan
manusia terdapat di alam. Dalam ulasan film Avatar tahun 2009, Ross
Douthat mendeskripsikan panteisme sebagai "agama pilihan Hollywood untuk satu
generasi sekarang".
Pada tahun 2015, The Paradise Project, sebuah organisasi "yang didedikasikan
untuk merayakan dan menyebarkan kesadaran tentang panteisme," menugaskan
seniman mural Los Angeles Levi Ponce untuk melukis mural setinggi 75 kaki
di Venesia, California dekat kantor organisasi tersebut. Lukisan dinding ini
menggambar Albert Einstein, Alan Watts, Baruch Spinoza, Terence McKenna, Carl
Jung, Carl Sagan, Emily Dickinson, Nikola Tesla, Friedrich Nietzsche, Ralph Waldo
Emerson, WEB Du Bois, Henry David Thoreau, Elizabeth Cady Stanton, Rumi, Adi
Shankara, dan Laozi.

7. Konsep Siapa Tuhan dan Pembuktian Adanya Tuhan


Konsep ketuhanan telah dikenal sejak manusia ada di dunia. Dasar dari konsep
ketuhanan ini ialah adanya sesuatu yang maha gaib. Konsep ketuhanan yang paling
awal ialah animisme dan dinamisme. Kedua konsep ini mulai ada sejak zaman
manusia purba dan sifatnya sangat sederhana. Segala sesuatu yang sifatnya gaib
dikatikan dengan keberadaan Tuhan. Kemudian, konsep ketuhanan berkembang
seiring terbentuknya struktur masyarakat pada manusia. Konsep Tuhan ikut
berkembang dengan terbentuknya hierarki ketuhanan. Pada masa ini, terbenuklah
politeisme yang meyakini bahwa Tuhan tidak tunggal. Dalam konsep ini, Tuhan
memiliki keluarga atau masyarakat seperti pada masyarakat manusia. Dari politeisme
berkembang konsep ketuhanan lain, yaitu henoteisme. Dalam henotesime, Tuhan
diyakini memiliki struktur pemerintahan dengan pemerintah tertinggi oleh Dewa.
Perkembangan selanjutnya dari henoteisme memunculkan monoteisme dengan
konsep bahwa Tuhan adalah sesuatu yang esa
Tidak ada kesepahaman mengenai konsep ketuhanan. Konsep ketuhanan
dalam agama samawi meliputi definisi monoteistis tentang Tuhan dalam agama
Yahudi, pandangan Kristen tentang Tritunggal, dan konsep Tuhan dalam Islam.
Agama-agama dharma juga memiliki pandangan berbeda-beda mengenai
Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Hindu tergantung pada wilayah, sekte, kasta,
dan beragam, mulai dari panenteistis, monoteistis, politeistis, bahkan ateistis.
Keberadaan sosok ilahi juga diakui oleh Gautama Buddha,
terutama Śakra dan Brahma.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Sebagai agama terbesar di dunia yang memiliki banyak pemeluk, tentunya
agama Kristen merupakan agama yang memiliki sejarah cukup panjang. Layaknya
agama lainnya di dunia ini, agama Kristen juga menjadi agama yang telah diturunkan
selama berabad-abad dan tetap sama hingga kini.
Agama Kristen berawal dari sebuah kota kecil di Yerusalem kemudian
berkembang setelah kelahiran Yesus hingga kematiannya. Kelahiran hingga kematian
dari Yesus serta kenaikan Yesus ke surga menjadi awal mula serta intisari dari
kekristenan yang dipeluk oleh sebagian orang di dunia ini.
Setelah munculnya perjanjian baru kemudian agama Kristen mulai menyebar
ke berbagai penjuru dunia yang kebanyakan dibawa oleh para penjajah seperti bangsa
Spanyol, Portugis dan Belanda yang menjajah Negara-negara di kawasan Asia hingga
di kawasan Afrika. Penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh para pendeta di
masa itu disebut dengan glory atau memperluas penyebaran agama Kristen ke
wilayah-wilayah baru.
Dalam agama Kristen terdapat beberapa hal utama yang menjadi pilar dari
agama Kristen itu sendiri diantaranya adalah sebagai berikut :
 Yesus kristus : dalam ajaran agama Kristen, yesus kristus diyakini oleh umat
Kristen sebagai anak Allah. Ajaran, mukjizat, kelahiran, kematian, kebangkitan
dan penebusan tertulis di dalam tulisan suci yang bisa dijadikan sebagai acuan
untuk mereka yang ingin mengikuti keteladanan yesus yang sempurna. Selain itu,
menurut kepercayaan umat Kristen satu-satunya cara untuk disucikan dari dosa
adalah melalui pertobatan dalam kristus yang berharga.
 Alkitab : alkitab ini harus dibaca dan dianalisis karena di dalam alkitab terdapat
firman allah yang harus diyakini, di ilhami, dan merupakan bentuk
kesempurnaan. Akitab ini tidak ditulis dengan menggunakan kertas dan pena
melainkan dengan mengilhami 40 pria yang berbeda yang ditugaskan untuk
mengisi kata-kata tersebut dengan roh kudus.
 Baptis : baptis dilakukan dengan menggunakan air yakni dengan cara disiramkan
ke seseorang yang akan dibaptis. Baptis sendiri merupakan suatu simbol untuk
mensucikan diri dari dosa-dosa saat mereka dilahirkan, biasanya umat Kristen
melakukan pembaptisan ketika masih anak-anak.
 Tritunggal : dalam ajaran agama Kristen meyakini bahwa satu tuhan memiliki 3
kepribadian yang berbeda dan hidup berdampingan yaitu Bapa, Putra serta Roh
Kudus.
Alkitab sebagai pilar utama dari ajaran agama Kristen memiliki sejarah dan
rahasianya sendiri yang dapat kamu pelajari pada buku Mengungkap Rahasia
Alkitab Menggali Data Fakta Dan Sejarah.

2. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susnan makalah
itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan
https://id.wikipedia.org/wiki/Panteisme#Abad_ke-21
https://www.academia.edu/11723225/
MAKALAH_Diajukan_untuk_memenuhi_salah_satu_tugas_mata_kuliah_Pendidikan_Agam
a_Islam_UNIVERSITAS_SWADAYA_GUNUNG_JATI_CIREBON
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-agama-kristen-di-indonesia/
https://www.academia.edu/39643067/Tugas_uas_makalah_agama_kristen
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_abad_pertengahan
https://id.wikipedia.org/wiki/Deisme

Anda mungkin juga menyukai