1
Esensi cinta kerap menimbulkan aneka penafsiran, problematika dan implementasi.
Hal tersebut membuktikan bahwa keanekaragaman pemahaman akan cinta memperkaya
hidup manusia. Bernard dan Yunita tengah membangun cinta, laiknya pria dan wanita
dewasa lainnya. Bernard (Katolik) dan Yunita (Islam) tidak memandang keyakinan
sebagai penghalang persekutuan dan persatuan cinta mereka. Bernadette adalah
mahasiswi jurusan kebidanan, sedangkan Bernard adalah seorang mahasiswa jurusan
ikatan keperawatan.
Kehidupan di Kediri memberikan peluang untuk menjalin hubungan lepas bebas,
layaknya suami-istri. Aktualisasi kebebasan dirasakan sebagai perwujudan jatidiri
manusia muda. Ketakutan akan penularan epidemi HIV/AIDS hanya sebuah slogan nihil
semata. Karena mereka menjalin hubungan dalam rutinitas laik suami istri, karena
dianggap sebagai tanda kesatuan ikatan cinta di antara mereka.
Alat kontrasepsi telah menjadi bagian penting dalam jalinan percintaan keduanya,
untuk menjaga kehamilan dan penularan penyakitan menular seksual. Ternyata alat
kontrasepsi sebagai sarana pengaman dan pelindung, tidak mampu membendung
kekuatan cinta mereka. Yunita mulai merasakan kehadiran ‘buah cinta’. Yunita tidak siap
menerima hasil hubungan cinta mereka.
Bernard memberikan dukungan dan berjanji untuk tetap setia sampai mati. Kehadiran
buah cinta merupakan momentum krusial bagi keluarga. Kedua belah pihak menyatakan
penolakan menerima aib yang harus ditanggung mereka. Ancaman dari pihak keluarga
datang silih berganti. Alih-alih, uang untuk perkuliahan dihentikan. Orang tua tidak mau
tahu dengan nasib dan impian mereka. Hal ini dikarenakan kehadiran sang buah cinta
tidak mendapat restu orang tua. Kendati dalam kebingungan mereka menemukan alasan
untuk mengambil tindakan pengguguran; dengan beralasan bahwa janin adalah hasil
dari perkosaan. Perkosaan menjadi alasan untuk membujuk dan memaksa keduanya
mengambil tindakan.
Ketakutan atas penolakan status anak kerap menghantui mereka. Keduanya
berhadapan dalam kebingungan, karena sang janin masih berumur 3 minggu. Daripada
terusik oleh ancaman, ekspektasi serta kehidupan masa depan, mereka mendatangi
seorang dokter memohon pertolongan agar mengabulkan niat mereka. Dalam benak
mereka beranggapan dokter dapat memberikan solusi, dengan iming-iming sejumlah
2
uang. Di samping itu mereka tidak menghendaki agar kekuatan cinta mereka harus
berakhir, kemudian memutuskan ikatan cinta di antara mereka. Pengguguran menjadi
pilihan yang bertanggungjawab.
Setelah mendengarkan suara hatinya, Bernard meyakini Yunita agar mempertahankan
janin. Bernard mulai membagi waktu kuliah dan mencari kerja, sebagai pekerja paruh
waktu di hotel Grand Surya. Penghasilnya hanya dicukupkan untuk persiapan kehadiran
buah cinta di tengah realitas krisis keuangan global. Keputusan untuk pernikahan belum
menempati agenda hubungan berbasis cinta. Kedua orang tua menolak hubungan mereka
karena berbeda Gereja.
Pertanyaan:
1. Sebagai calon tenaga medis dan pelayan masyarakat apakah yang dapat anda
lakukan, dalam menanggapi dan menganalisis kasus tersebut perihal
pemahaman moral?
2. Jelaskanlah usaha untuk mempertahankan kekuatan cinta keduanya!
3. Bagaimana memulihkan hubungan antara kedua keluarga yang berbeda Gereja
agar dapat menerima pilihan kedua anak mereka yang telah bertanggungjawab
atas kebebasan tersebut?
4. Berikanlah pemikiran dan analisis kritis, serta pemecahan masalah atas
permasalahan!
Jawab!
1. Menurut pendapat saya, melakukan aborsi itu dilarang didalam agama maupun di
negara indonesia, jika saya sebagai tenaga medis saya akan melakukan komunikasi
kepada kedua belah pihak keluarga dan pasangan muda tersebut, bagaimana
keinginan keluarga dan pasangan muda. Memberikan solusi yang terbaik dan
memberikan informai tentang aborsi, dan betapa kejamnya aborsi jika dilakukan
3
kepada janin. Namun jika keluarga tetap ingin melakukan aborsi menurut pendapat
dari saya adalah usia kehamilan kurang dari 120 hari (hukumnya haram jika usia
kandungan melebihi 120 hari). Karena jika lebih dari itu saya tidak akan melakukan
tindakan penangan aborsi walau di iming imingi uang. Dan jika pada usia muda
sudah melakukan aborsi akan mengakibatkan berbagai macam penyakit bahkan
kerusakan rahim untuk remaja perempuan tersebut.
2. Usaha yang pertama yaitu saling menguatkan dan mengayomi, mendukung satu
sama lain agar tidak menyerah dalam menyatukan keluarga mereka. Sebagai pihak
lelaki harus berpegang teguh pada prinsip dan tanggung jawab, untuk komitmen
bertanggung jawab atas kehamilan perempuan tersebut.
3. Jika saya sebagai orang tua sebaiknya tindakan pertama saya yaitu intropeksi diri,
karena kemungkinan mereka melakukan tindakan tersebut karena kurangnya kasih
sayang dari kedua orang tua, sehingga mereka merasa nyaman satu sama lain hingga
mereka melakukan tindakan tersebut. Jika kedua keluarga sudah melakukan
intropeksi diri masing-masing kedua keluarga akan melakukan pertemuan antar
keluarga laki-laki dan perempuan, untuk membicarakan bagaimana tindakan
kedepanya. Jika seumpama kedua belah pihak keluarga tetap menginginkan tindakan
aborsi sebagai pasangan muda harus berpegang teguh pada prinsip mereka bahwa
mereka tidak ingin melakukan aborsi dan meyakinkan kedua belah pihak keluarga.
4. Untuk memecahkan suatu permasalahan kita harus bisa berfikir realistis untuk
kedepenya. Untuk permasalahan yang diberikan diatas secara realistis saya akan
melakukan tindakan lanjut kejalur hukum jika pihak keluarga laki-laki tetap
menginginkan tindakan aborsi.