Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KASUS BERDASARKAN ASPEK PSIKOLOGI KESEHATAN

MENGGUNAKAN TEORI COMPLIANCE BY LEY, TEORI MANAJEMEN


STRES BY LAZARUS, DAN TEORI SOSIAL KOGNITIF THE
PROTECTION MOTIVATION THEORY

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kesehatan

Disusun oleh :
Kelompok 1

1. Hilmy Ishar Ikhsani (101811123011)


2. Nafiatus Sintya Deviatin (101811123057)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB I
CURRENT ISSUE
Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/03/05/14435421/gugurkan-kandungan-usia-7-
bulan-sepasang-pelajar-smk-ditangkap?page=all
BAB II
PEMBAHASAN

Sepasang pelajar (WL dan NA) kelas 3 SMK ditangkap oleh polisi atas dugaan
menggugurkan kandungan secara sengaja. NA dan WL sudah menjalin hubungan selama 2 tahun
dan keduanya melakukan hubungan badan hingga NA hamil. WL dan NA menyembunyikan
kehamilan itu dari orang sekitar, baik keluarga maupun teman sekolah. NA memakai baju ukuran
besar untuk menyembunyikan kehamilannya. Keduanya merasa terjepit keadaan, terlebih, akan
menghadapi ujian nasional pada April 2019 mendatang dan merasa belum siap berumah tangga.
Akhirnya keduanya sepakat untuk menggugurkan kandungan.

NA mengonsumsi nanas muda saat kehamilannya berusia 3 bulan, namun kandungannya


cukup kuat dan terus tumbuh. Akhirnya NA membeli dan mengonsumsi obat aborsi yang dibeli
bebas secara online sebanyak 2 kali dengan total nilai Rp 1.750.000. Bahkan NA nekat
memasukkan obat itu lewat vagina. "Mereka meminta uang dari orang tua umtuk keperluan
sekolah. Uang ini malah dibelikan obat aborsi," kata Kodrat.

Hari keempat pasca-mengonsumsi obat aborsi, NA merasakan gejala ingin melahirkan


dan memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Saat itulah orang tuanya baru tahu kondisi NA
yang sudah berbadan dua. NA melahirkan bayi yang sudah tidak bernyawa. Mereka akhirnya
menguburkan jabang bayi itu pada pukul 23.00. Sejumlah warga ikut membantu dan
menyaksikan penguburan itu. Warga melaporkan kejanggalan kematian bayi dari kedua remaja
yang belum menikah itu. Penguburannya terkesan diam-diam. Mereka melaporkan kejanggakan
itu ke polisi.
2.1 Ley’s Model of Compliance

Tahap - tahap Compliance berdasarkan Current Issue (dari sisi NA):

1. Tahap Understanding
NA tidak memahami bagaimana kesehatan seksual dan reproduksi remaja dan norma –
norma yang ada, akibat orang tuanya tidak mempunyai cukup pengetahuan tentang hal
tersebut (hanya menyampaikan sekedarnya saja)

2. Tahap Memory
NA tidak mengingat apa yang disampaikan oleh orang tuanya

3. Tahap Satisfaaction
NA tidak merasa puas terhadap apa yang disampaikan oleh orang tuanya

4. Tahap Compliance
NA tidak patuh terhadap apa yang disampaikan oleh orang tuanya, karena menganggap
yang disampaikan tidak penting.
2.2 The Role of Appraisal by Lazarus

Tahap- tahap Manajemen Stres berdasarkan Current Issue :


1. Potential Stressor

- Personal stressor
 Terjadi kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)

- Tekanan
 Terjepit oleh keadaan sehingga merasa tertekan

- Ancaman
 NA masih berstatus sebagai pelajar kelas 3 SMK dan sebentar lagi
akan mengikuti Ujian Nasional bulan April 2019, jika ia ketahuan
hamil oleh pihak sekolah risikonya dikeluarkan dari sekolah (di DO)
 NA takut kehamilannya diketahui oleh orang tuanya
 NA merasa belum siap untuk berumah tangga

2. Stress
NA merasa tertekan oleh keadaan yang dialaminya

3. Primary Appraisal (is this stressful ?)


- Harmful and a threat
 NA merasa kehamilannya tidak diinginkan (KTD)
 NA masih berstatus sebagai pelajar kelas 3 SMK dan yang sebentar
lagi akan mengikuti Ujian Nasional jika ketahuan hamil oleh pihak
sekolah, ia bisa di keluarkan dari sekolah
 NA takut ketahuan hamil oleh orang tua
 NA belum siap berumah tangga Sehingga, dia menganggap semua hal
tersebut membuatnya stress.

4. Secondary Appraisal (can I cope with this ?)


- Alarm Stage
Awalnya NA merasa tidak stress, namun usaha awal yang dilakukannya
ternyata tidak berhasil (mengonsumsi nanas muda untuk menggugurkan
kandungannya) justru kandungannya semakin lama semakin membesar
(semakin berkembang). Sedangkan ia sebentar lagi akan mengikuti Ujian
Nasional di bulan April 2019 nanti, selain itu ia juga takut kehamilannya
diketahui okeh orang disekitarnya khususnya orang tua, akhirnya ia
memutuskan untuk membeli obat aborsi via online.

- Resistance
NA meminta uang kepada orang tuanya (dengan alasan membayar kebutuhan
sekolah) namun sebenarnya untuk membeli obat abortus via online seharga Rp
1.750.000,-

- Exhaustion
Setelah 4 hari mengkonsumsi obat aborsi, NA meraskan ingin melahirkan dan
pergi ke Rumah Sakit, saat itulah kedua orang tuanya mengetahui bahwa NA
telah berbadan dua. NA melahirkan bayi yang sudah dalam kondisi tidak
bernyawa lagi. NA beserta keluarganya dibantu oleh warga sekitar untuk
menguburkan jasad bayi tersebut, namum warga merasakan kejanggalan yang
terjadi terhadap kematian bayi dari NA. Maka beberapa warga melaporkan
kejadian tersebut kepada pihak berwajib, hingga akhirnya NA di penjara
dengan ancamanukuman 10 tahun dan tidakbisa mengikuti ujian nasional.
2.3 The Protection Motivation Theory (PMT)
Tahap- tahap berdasarkan PMT

1. Behavior
NA menggugurkan kandungannya (aborsi) dengan membeli obat aborsi via online dari
internet

2. Behavioral intentions
NA berniat menggugurkan kandungan

3. A. Severity
NA merasa aborsi tidak berbahaya bagi dirinya
B. Susceptability
NA mengetahui aborsi tindakan yang aman baginya
C. Responsive Effectiveness
NA merasa aborsi adalah tindakan yang tepat
D. Self Efficacy
NA merasa bahwa aborsi adalah pilihan yang tepat
E. Fear
NA merasa ketakutan untuk melakukan aborsi lebih kecil daripada tidak bisa
mengikuti Ujian Nasional
BAB III
PERAN SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Berdasarkan current issue yang dijelaskan di atas, maka rekomendasi peran dari
Sarjana Kesehatan Masyarakat sesuai dengan Ottawa Charter adalah :

1. Health Public Policy


- Advokasi ke pihak sekolah untuk membuat kebijakan terkait pemberian sanksi bagi
siswa yang melakukan hubungan seksual pra nikah.
- (turunan dari UU yg sudah ada)

2. Supportive Environment
Bina suasana di lingkungan tempat tinggal
- Bekerja sama dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif (tidak remang- remang, dll.) sehingga
meminimalisir kemungkinan pasangan kekasih berdua- duaan di tempat yang
remang- remang.
- Membuat iklan layanan masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal tentang
dampak dan bahaya dari Pre- Marital Sex dan aborsi.

Bina suasana di lingkungan sekolah


- Membuat media komunikasi, informasi dan Edukasi terkait kesehatan seksual dan
reproduksi remaja, termasuk bahaya dan dampak dari Pre-Martial Sex berupa leaflet,
poster, maupun buku bacaan sederhana.

3. Community Action
Pemberdayaan di sekolah
- Membentuk PIK R/M (Pusat Informasi dan Konseling Remaja/ Mahasiswa) di
sekolah yang diintegrasikan dengan UKS atau Poskestren
- Pembentukan kader kesehatan reproduksi remaja dan pendampingan kesehatan
remaja di sekolah
- Penyuluhan terkait kesehatan reproduksi remaja dan bahaya sex bebas beserta PMS
- Memaksimalkan peran peer educator di sekolah, seperti memberikan informasi
kepada teman2nya terkait kesehatan seksual & reproduksi remaja serta memberikan
solusi ketika temannya mempunyai masalah.

Pemberdayaan di lingkungan tempat tinggal


- Membentuk komunitas peduli kesehatan remaja yang bekerja sama dengan karang
taruna, komunitas keagamaan, dan pemuda yang ada di lingkungan setempat
4. Personal Skill
Pemberdayaan
- Melakukan Capacity Building terhadap remaja di sekolah terkait kesehatan seksual
dan reproduksi remaja, sehingga mereka mampu untuk ; melindungi dirinya untuk
tidak melakukan Pre- Marital Sex; dan remaja mampu utuk menolak ajakan pasangan
(pacar) melakukan Pre- Marital Sex
- Remaja mampu memberikan informasi kepada teman2nya terkait kesehatan seksual
& reproduksi remaja serta memberikan solusi ketika teman2nya mempunyai masalah
(Peer Education)

5. Reorient Health Services


Melakukan peer educator kepada pihak petugas UKS/Poskestren (Pelayanan kesehatan di
sekolah) , pelayanan tingkat kesehatan disekolah, pengetahuan dan sikap petugas kesehatan di
sekolah, konseling, hingga pelatihan petugas kesehatan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai