DISUSUN OLEH
Gita Cahyani
Hanifah Anggraeni
Kurnilam Nur Ciptaningsih
Gema Thaharah Adinda
I Wayan Adi Susanto
Khoirun Nafis
Bari Lig Romandona
Muhamad Arif
A. LATAR BELAKANG
Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis. Anak akan
mengalami dua proses, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
merupakan proses bertambahnya jumlah dan ukuran sel di seluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan
merupakan proses peningkatan kemampuan adaptasi dan kompetensi
seseorang dari yang sederhana ke yang lebih kompleks (Wong, 2008).
Seluruh tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak harus dilalui
dengan sempurna, baik selama di kandungan maupun yang telah lahir. Tidak
semua anak mampu melalui semua tahapan secara optimal. Beberapa anak
mengalami kegagalan atau gangguan tumbuh kembang. Gangguan tumbuh
kembang yang sering ditemui yaitu gangguan bicara dan bahasa, cerebral
palsy, sindrom down, perawakan pendek, autis, retardasi mental, gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif. SDIDTK adalah suatu upaya pemantauan
dan penjaringan melalui kegiatan pemeriksaan pertumbuhan, perkembangan
dan mental emosional pada anak untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan dan mencegah terjadinya gangguan yang menetap dari
pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional pada balita dan anak
prasekolah. Kegiatan ini termasuk salah satu program pokok puskesmas yang
dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi, diselenggarakan dalam bentuk
kemitraan antara keluarga (orangtua, pengasuh anak dan anggota
keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga
swadaya masyarakat) dengan tenaga profesional. Manfaat Dilaksanakannya
kegiatan SDIDTK adalah untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah sehingga
dapat dilakukan intervensi sedini mungkin untuk mengatasi penyimpangan
tumbuh kembang tersebut (Kemenkes, 2016).
Salah satu masalah yang sering dikeluhkan pada usia toddler yakni
stimulasi toilet training. Anak usia toddler harus mampu mengenali rasa
untuk mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mampu
mengkomunikasikan sensasi BAK dan BAB kepada orangtua. Pada tahap
usia toddler anak menghadapi konflik antara tuntutan orangtua dengan
keinginan dan kemampuan fisik anak. Orang tua menuntut anak untuk
mengendalikan keinginan BAK dan BAB serta melakukan buang air pada
tempatnya, sementara anak ingin mengeluarkan begitu terasa ingin BAK dan
BAB. Toilet Training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak
agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air
besar. Toilet Training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang
sudah mulai memasuki fase kemandirian pada anak (Mahmudah, Cahyati, &
Wahyuningsih, 2013).
Salah satu macam teknik toilet training adalah tehnik modeling dimana
berguna dalam melatih anak dengan cara meniru untuk buang air besar atau
memberikan contoh-contoh buang air kecil dan buang air besar atau
membiasakan buang air air kecil dan buang air besar dengan benar (Priyoto,
2015). Penelitian Kartika, dkk (2016) menyebutkan bahwa keberhasilan toilet
training teknik oral hanya sebanyak 33,33%, sedangkan Keberhasilan toilet
training teknik modelling sebanyak 80%. Ada perbedaan yang signifikan
antara teknik oral dan teknik modelling terhadap keberhasilan toilet training.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus
pada anak sehat dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak Sehat SDIDTK
(Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang) Pada An. M Usia
Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Sadananya”.
I. PENGKAJIAN
Data Demografi
1. Klien/Pasien
Tanggal pengkajian : 20 Maret 2021
a. Identitas
1) Nama : An. M
2) Tanggal lahir/umur : 25 September 2018 / 29 bulan 28 hari
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Agama : Islam
5) Suku : Sunda
2. Orang Tua/ Penanggung Jawab
Ibu
a. Nama : Ny. R
b. Umur : 26 tahun
c. Hubungan dengan klien : Ibu
d. Pendidikan : Sarjana
e. Pekerjaan : Guru
f. Suku : Sunda
g. Agama : Islam
h. Alamat : RT 06-RW 05 Desa/Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis.
Ayah
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 30 tahun
c. Hubungan dengan klien : Ayah
d. Pendidikan : Sarjana
e. Pekerjaan : Guru
a. Suku : Sunda
b. Agama : Islam
c. Alamat : RT 06-RW 05 Desa/Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis
II. Riwayat Klien
1. Riwayat Klien
a. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan, klien masih belum paham tentang pelatihan toilet.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ketika dilakukan pengkajian, ibu klien mangatakan klien sedang dalam keadaan sehat.
Untuk tumbuh kembang saat ini klien kemampuannya sama dengan anak-anak seusianya,
hanya saja ibu klien mengatakan klien bekum bisa untuk melakukan pelatihan dan klien
belum mampu untuk membedakan BAB/BAK, klien masih ketergantungan memakai
diapers. Ny. R mengatakan ingin anaknya agar mengerti tentang pelatihan toilet, dan bisa
terlepas dari pemakaian diapers. Ny. R menanyakan bagaimana cara/tehnik yang tepat
untuk melatih klien terkait toilet training, karena sebelumnya An. M belum pernah
diajarkan sehingga belum paham. Ny. R tampak bertanya-tanya tentang bagaimana cara
toilet training.
c. Penyakit klien sebelumnya :
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien pernah dirawat di rumah sakit sebanyak dua kali,
pada saat usia 5 bulan klien menderita diare. Kemudian, pada usia 11 bulan klien dirawat
akibat demam tinggi. Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat penyakit asma,
bronkhitis maupun penyakit lainnya.
2. Riwayat kehamilan (ANC, masalah kesehatan selama kehamilan, dll) :
Selama kehamilan ibu klien tidak memiliki keluhan yang berarti. Ibu melakukan pemeriksaan
ANC setiap 2 bulan. Anak M lahir setelah dikandung selama 40 minggu.
3. Riwayat persalinan (jenis persalinan, penolong persalinan, apgar skor, penyulit
persalinan,dll) :
Ny. R mengatakan klien merupakan anak pertama dan saat persalinan tidak ada penyulit atau
pun masalah lainnya, ia melahirkan dengan pervaginam/spontan di bidan setempat.
Berdasarkan catatan buku KIA afgar score An. A pada saat lahir nilainya berkisar 8-9
(Normal), berat badan lahir 3,2 kg, panjang badan 50 cm.
4. Riwayat Imunisasi
Klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan usianya.
No
Jenis Imunisasi Usia Pemberian Tempat Pemberian Keterangan
.
1. BCG 1 bulan Posyandu -
2. DPT I 2 bulan Posyandu -
3. DPT II 3 bulan Posyandu -
4. DPT III 4 bulan Posyandu -
5. HB Neo Setelah lahir Bidan -
6. HB I 2 bulan Posyandu -
7. HB II 3 bulan Posyandu -
8. HB III 4 bulan Posyandu -
9. Polio I 1 bulan Posyandu -
10. Polio II 2 bulan Posyandu -
11. Polio III 3 bulan Posyandu -
12. Campak 9 bulan Posyandu -
13. Imunisasi Lanjutan
DPT-HB-Hib Lanjutan 18 bulan Posyandu -
Campak Lanjutan 24 bulan Posyandu -
5. Riwayat Alergi
Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan maupun alergi lainnya.
6. Riwayat Pemakaian Obat-obatan
Ibu klien mengatakan klien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan atau pun memiliki
riwayat pemakaian obat-obatan khusus. Bila sakit klien langsung diperiksakan ke dokter atau
pun puskesmas setempat.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit dalam keluarga :
Ibu klien mengatakan kakek dan nenek klien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan
diabetes melitus, sedangkan asma tidak ada riwayat.
b. Genogram
HT DM
Keterangan gambar :
: laki-laki : klien
: perempuan : meninggal
: tinggal dalam satu rumah
- Ny. R tampak bertanya-tanya tentang bagaimana cara toilet training, An. M tampak masih
menggunakan diapers.
VI. Tujuan dan Rencana Intervensi Keperawatan
Tanggal/ Perencanaan
Dx. Kep Paraf
Jam Tujuan Tindakan
20/03/2021 Deficit Setelah dilakukan Edukasi Stimulasi Anak
Pukul pengetahuan tindakan keperawatan (L.12448)
08.00 WIB berhubungan selama 1 x 45 menit Observasi :
dengan kurangnya deficit 1) Identifikasi kesiapan
diharapkan
terpapar informasi. orangtua dalam
pengetahuan teratasi
(D.0111) menerima informasi
dengan kriteria hasil :
Terapeutik :
Tingkat Pengetahuan
2) Sediakan materi dan
(L.12111)
media pendidikan
a. Perilaku sesuai
Kesehatan
anjuran meningkat
3) Berikan kesempatan
b. Kemampuan
untuk bertanya
menjelaskan
Edukasi :
pengetahuan tentang
suatu topik meningkat 4) Jelaskan stimulus yang
dapat membantu
c. Kemampuan
mengoptimalkan
menggambarkan
perkembangan anak
pengalaman
sebelumnya yang 5) Ajarkan cara stimulasi
perkembangan motorik
sesuai dengan topik
kasar, motoric halus,
meningkat
dan Bahasa sesuai
tahapan usia anak.
VII. Implementasi
Hari,
Dx. Keperawatan Implementasi Respon Paraf
tanggal, jam
22/03/2021 Deficit pengetahuan 1) Mengidentifikasi DS :
Jam 09.00 berhubungan dengan kesiapan orangtua Ny. R mengatakan siap
WIB kurangnya terpapar dalam menerima untuk menerima informasi
informasi (D.0111) informasi yang diberikan.
DO :
a. Ny. R tapak siap
untuk menerima informasi
tentang toilet training
VIII. Evaluasi
Hari, tanggal,
Dx. Keperawatan Evaluasi Paraf
jam
22/03/2021 Deficit pengetahuan S :
Jam 09.45 WIB berhubungan dengan a.Ny. R mengatakan sekarang paham tentang apa
kurangnya terpapar yang disampaikan, dan mengatakan akan lebih
informasi (D.0111) sering melakukan stimulus pada anaknya sesuai
usia untuk meningkatkan kemampuan anaknya.
O:
Ny. R tampak paham akan materi yang
disampaikan.
b. Klien tampak mulai aktif bertanya yakni
cotohnya bertanya tentangseberapa besar
keberhasilan toilet training menggunakan tahnik
modeling
c. Materi Pendidikan Kesehatan yang
disampaikan tentang stimulasi toilet training,
stimulasi perkembangan anak yakni melalui
“Tehnik Modeling untuk melatih kemandirian
anak toddler dalam Toilet Training”, Media
leafleat
A : Masalah deficit pengetahuan teratasi.
P : Intervensi dihentikan
BAB 3
PEMBAHASAN
A. ANALISA KASUS
Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis. Anak akan mengalami
dua proses, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan proses
bertambahnya jumlah dan ukuran sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat
diukur. Sedangkan perkembangan merupakan proses peningkatan kemampuan adaptasi dan
kompetensi seseorang dari yang sederhana ke yang lebih kompleks (Wong, 2008). Salah
satu cara untuk mendeteksi tumbuh kembang pada anak dapat dilakukan dengan cara
melakukan skrining melalui SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang). SDIDTK adalah suatu upaya pemantauan dan penjaringan melalui kegiatan
pemeriksaan pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional pada anak untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan dan mencegah terjadinya gangguan yang
menetap dari pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional pada balita dan anak
prasekolah (Kemenkes, 2016).
Pada pengkajian yang telah dilakukan, di dapatkan An. M berusia 29 bulan yang
beralamat di Kecamatan Sadananya Kota Ciamis, kondisi saat ini klien dalam keadaan
sehat. Klien tinggal bersama dengan keluarga inti yang terdiri dari ayah, dan ibunya.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 Maret 2021. Pada pengkajian SDIDTK yang sudah
dilakukan didapatkan data bahwa An. M memiliki tumbuh kembang baik, pertumbuhan
berat badan 11,15 kg dan tinggi badan 89,5 cm, nutrisi dan gizi yang diberikan baik dan
terpenuhi. An. M berusia 29 bulan 27 hari, maka dibulatkan menjadi 30 bulan. Oleh karena
itu penentuan untuk deteksi dini penyimpangan perkembangan dan emosional maka
disesuaikan dengan umur tersebut untuk kebutuhannya.
Untuk usia 30 bulan, berdasarkan bagan SDIDTK bahwa yang dibutuhkan anak dalam
deteksi penyimpangan perkembangan adalah KPSP dan TDD, sedangkan untuk deteksi
penyimpangan Emosional menggunakan M-CHAT. Kuisioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP) berguna untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Tes Daya Dengar (TDD) dengan tujuan untuk menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan
bicara anak. Tes daya Lihat (TDL) dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan
daya dengar agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Sedangkan, Ceklist Autis anak
praseolah (Checklist for Autism in Toddler/CATT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36
bulan. Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya Autis pada anak umur 18 bulan – 36
bulan (Kemenkes RI, 2016).
Secara keseluruhan untuk hasil deteksi dini penyimpangan perkembangan maupun
emosional pada an. M yakni dalam batas normal sesuai umur, dan tidak ditemukan adanya
gangguan tumbuh kembang. Dengan rincian hasil skor KPSP yakni 10 untuk seluruh jumlah
“Ya”, yang artinya kemampuan gerak halus, bicara dan Bahasa, sosialisasi dan kemandirian,
serta gerak kasar pada an. M sesuai dengan umur. Untuk test daya dengar diperoleh hasil
yakni jumlah jawaban “Ya” 6 buah dan tidak ada jawaban “Tidak” yang artinya fungsi
pendengaran an. M baik tidak ada gangguan. Adapun tindakan yang dilakukan yaitu memuji
keberhasilan orang tua/pengasuh dan menganjurkan untuk melanjutkan stimulasi pada anak
sesuai umur serta menyarankan untuk melakukan kunjungan lagi pada usia selanjutnya ke
pusat pelayanan Kesehatan terdekat. Hasil dari pemeriksaan kuesioner MCHAT diperoleh
hasil jawaban “Ya” sebanyak 19 buah sedangkan untuk jawaban “Tidak” sebanyak 4 buah
yang artinya tidak ditemukan risiko ringgi autism. Selain itu, tidak ditemukan jawaban tidak
pada dua atau lebih critical item atau tiga pernyaan lain yang dijawab tidak sesuai.
Adapun untuk kemampuan motorik halus, kasar, bahasa dan personal social sudah
sesuai umur klien. Kemampuan motorik halus, ibu klien mengatakan klien sering mencoret-
coret dibuku maupun dibenda-benda yang ada disekitarnya, dan mampu membuat garis
lurus maupun lingkaran, memasukkan balok, ataupun menyusun puzzle sederhana. Selain
itu, klien juga sudah mampu untuk membedakan bentuk-bentuk baik itu lingkaran, persegi,
dan bentuk lainnya, serta klien mampu menyebutkan berbagai macam warna dalam krayon.
Kemampuan motoric kasar, Ibu klien mengatakan anaknya sangat aktif bergerak, anak
sudah bisa berlari, melompat lebih jauh dari jarak sebelumnya, menyeimbangkan tubuhnya,
berlarian menendang bola, menangkap, dan melempar bola. Kemampuan Bahasa, ibu klien
mengatakan bicara mulai lancar, mampu menyebutkan anggota tubuh dan menunjukkannya.
Klien sudah mampu mengikuti nyanyian yang biasa didengarnya. Kemudian untuk
kemampuan personal sosial, ibu klien mengatakan klien dapat minum dari gelas serta mulai
tertarik untuk makan sendiri sambil memegangi sendok. Selain itu, juga dapat menirukan
pekerjaan rumah. Disamping itu, klien juga sudah mampu mengikuti Gerakan menyikat gigi
sambil didampingi oleh orang tua, mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
Saat dilakukan pengkajian, Ny. R (27 tahun) ibu klien mengatakan bahwa klien belum
mampu untuk membedakan BAB/BAK, dan klien masih ketergantungan memakai diapers.
Oleh karena itu, Ny. R menginginkan anaknya agar mengerti tentang pelatihan toilet, dan bisa
terlepas dari pemakaian diapers. Selain itu, Ny. R menanyakan bagaimana cara/tehnik yang
tepat untuk melatih klien terkait toilet training, karena sebelumnya An. M belum pernah
diajarkan sehingga belum paham.
A. KESIMPULAN
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan. Dalam melakukan pengkajian SDIDTK
harus disesuaikan dengan umur klien untuk menentukan kuesioner yang pas dengan anak.
Tumbuh kembang pada masa balita merupakan periode penting yang mempengaruhi
perkembangan selanjutnya, seperti kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial dan
emosional. Berdasarkan hasil pengkajian SDIDTK bahwa an. A yang berusia 30 bulan
membutuhkan skrining KPSP, TDL, dan MCHAT. Hasil yang diperoleh sangat baik yakni
sesuai umur dan tidak ditemukan adanya penyimpangan. Salah satu yang menjadi
permasalahan yakni klien belum memahami tentang toilet training, sehingga diterapkan
modeling yang dapat berguna untuk melatih kemandirian anak toddler Ketika melakukan
toilet training.
B. SARAN
Saran yang bisa penulis berikan guna meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam
melakukan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang pada anak sehat yang
telah menjadi ruang lingkup asuhan keperawatan yaitu sebagai berikut :
1. Diharapkan dilakukan upaya pemantauan dan penjaringan melalui kegiatan
pemeriksaan pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional pada anak untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan dan mencegah terjadinya gangguan yang
menetap dari pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional pada balita dan anak
prasekolah
2. Dalam malakukan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang pada anak
sehat harus menggunakan pedoman skrining yang baku serta harus diperhatikan
perhitungan usia anak, karena akan menjadi tolak ukur kebutuhan stimulasi pada anak
tersebut.
3. Pada anak usia toddler yang memasuki tahap anal, maka diharapkan dapat mulai
menerapkan toilet training, salah satunya menggunakan tehnik modelling yang terbukti
efektif dan mudah diterapkan.
4. Guna tercapainya hasil keperawatan yang optimal sebaiknya terjalin kerjasama yang
baik antara orangtua dan petugas kesehatan saling mendukung untuk meningkatkan
stimulasi tumbuh kembang pada anak.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari
bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini, karenanya saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
A’yun, Q., & Rusady, Y. P. (2017). Gambaran Keberhasilan Metode Penerapan Toilet
Training pada Anadi Desa Teja Pamekasan Barat. Sakti Bidadari.
Kartika, U. (2016). Efektivitas Teknik Oral dan Teknik Modelling terhadap Keberhasilan
Toilet Training pada Toddler. Keperawatan Sudirman.
Kemenkes RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta
Mahmudah, U., Cahyati, W. H., & Wahyuningsih, A. S. (2013). Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2), 113–120. https://doi.org/ISSN 1858-
1196
Mugianti, S., Aslama, Z. R., & Donsu, J. D. T. (2019). Efforts of Parents in Toilet-training
18-36 Months (Toddler) Children. 2019, 240–249.
https://doi.org/10.18502/kls.v4i15.5766
Nining, Yuliastiati. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Anak. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan.
Priyoto. 2015. Teori Perubahan Perilaku Dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG.
LAMPIRAN
DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN
PEMERIKSAAN
YA TIDAK
Anak dipangku ibunya / Pengasuh ditepi meja periksa
1. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah
anak menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian Bicara dan
badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan √
Bahasa
yang lain) ?
2. Beri kubus di depannya. Dapatkah anak meletakkan 4 buah
kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan
kubus itu? Gerak halus √
Tanya Ibu
Berdirikan anak
10. Letakkan bola tenis didpn kakinya. Dapatkah anak menendang
bola kecil (sebesar bola tenis) ke depan tanpa berpegangan Gerak Kasar √
pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.
TOTAL 10
Gerak Halus 2
Bicara dan Bahasa 4
Sosialisasi dan Kemandirian 2
Gerak Kasar 2
GERAK KERAS
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Naik tangga sendiri
2. Dapat bermain dan menendang bola kecil
STIMULASI
Naik tangga sendiri
1. Dorong agar anak mau memanjat, berlari, melompat, melatih keseimbangan badan dan
bermain bola
2. Latihan menghadapi rintangan. Ajak anak bermain "ular naga", merangkak di kolong meja,
berjinjit mengelilingi kursi, melompat di atas bantal dan lain-lain
3. Usahakan agar anak melompat jauh dengan kedua kakinya bersamaan. Letakkan sebuah
handuk tua dilantai, ajari anak melompatinya. Atau buat garis di tanah dengan sebuah
tongkat atau di lantai dengan sebuah kapur tulis, sebagai batas lompatan
Dapat bermain dan menendang bola kecil
4. Melempar dan menangkap Tunjukkan kepada anak cara melempar sebuah bola besar ke
arah anda. Kemudian lemparkan kembali bola itu kepada anak sehingga ia dapat
menangkapnya.
GERAK HALUS
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Mencoret-coret pensil pada kertas
STIMULASI
Mencoret-coret pensil pada kertas
1. Dorong agar anak mau berrnain puzzle, balok-balok, memasukkan benda yang satu ke
dalam benda lainnya, dan menggambar
2. Membuat gambar tempelan. Bantu anak memotong gambar-gambar dari majalah tua
dengan gunting untuk anak. Dengan lem kertas atau karton atau membuat gambar
tempelan. Bicarakan dengan anak tentang apa yang sedang dibuatnya.
3. Memilih dan mengelompokkan benda- benda menurut jenisnya.
Berikan kepada anak bermacam-macam benda, misalnya: uang logam, berbagai jenis kancing,
benda berbagai wama, dan lain¬ lain. Minta anak memilih dan mengelompokkan benda-benda itu
menurut jenisnya. Mulai dengan 2 jenis benda yang berlainan, kemudian sedikit demi sedikit
tambahkan jenisnya.
4. Mencocokkan gambar dan benda, tunjukkan kepada anak cara mencocokkan gambar bola
dengan sebuah bola yang sesungguhnya.Bicarakan mengenai bentuknya, gunanya dan
sebagainya.
5. Konsep jumlah. Tunjukkan kepada anak cara mengelompokkan benda dalam jumlah satu-
satu, dua, tiga dan sebagainya. Katakan kepada anak anda berapa jumlah benda dalam satu
kelompok dan bantu ia menghitungnya, ini ada 3 biji kacang, mari kita hitung, satu, dua,
tiga
6. Bermain/menyusun balok-balok. Beli atau buat satu set balok mainan anak. Anak akan
main dengan balok-balok itu selama bertahuntahun. Bila anak anda bertambah besar, anda
dapat menambah jumlahnya.
BICARA BAHASA
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.
2. Dapat menunjuk 1atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
3. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih
4. Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta.
STIMULASI
1. Bicara dengan baik, gunakan ejaan bahasa yang baik dan benar dan tidak cadel,
menggunakan 2 kata
2. Bacakan buku cerita anak.Buat agar anak melihat anda membaca buku. Hal ini
mengandung pesan pentingnya manfaat membaca. buku cerita dengan tulisan dan gambar
yang besar-besar, supaya menarik minat anak. Ketika selesai membacakan, ibu dan bapak
dapat mengajukan 5 W dan 1 H; who (siapa tokohya); what (apa yang terjadi); when
(kapan terjadinya); where (di mana terjadinya); why (mengapa bisa terjadi); how
(bagaiman bisa terjadi). Tujuannya melatih anak untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis.
3. Dorong agar anak mau bercerita apa yang dilihatnya baik dari buku maupun ketika jalan-
jalan.
4. Bantu anak dalam memilih acara TV, dampingi anak ketika menonton TV. Batasi waktu
menonton maksimal 1jam sehari.
5. Acara/berita TV terkadang menakut¬kan anak. Jelaskan pada anak, apakah hal itu nyata
atau tidak.
6. Menyebut nama lengkap anak. Ajari anak menyebut namanya secara lengkap. Sebut nama
lengkap anak dengan perlahan. Minta anak mengulanginya.
7. Berceritera tentang diri anak. Anak senang mendengar cerita tentang dirinya. Ceritakan
kembali kejadian-kejadian lucu dan menarik yang dialami anak.
8. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
9. Menyebut nama berbagal Jenis pakaian.
Ketika mengenakan pakaian anak, sebut nama jenis pakaian tersebut (kemeja, celana, kaos, celana,
rok,dsb). Minta anak mengambil pakaian yang anda sebutkan sambil menyebutkan kembali
jenisnya.
10. Menyatakan keadaan suatu benda. Ketika mengajak anak bicara, gunakan ungkapan yang
menyatakan keadaan suatu benda. Misal:"Pakai kemeja yang merah", "Bolamu yang
kuning ada di bawah meja", ”Mobil-mobilan yang biru itu ada di dalam laci", dan
sebagainya.
SOSIALISASI KEMANDIRIAN
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
2. Melepas pakaiannya sendiri.
STIMULASI
1. Melatih buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi/ WC
2. Ajari anak untuk memberitahu anda bila ingin buang air kecil/buang air besar.
3. Dampingi anak saat buang air kecil/ buang air besar dan beritahu cara membersihkan diri
dan menyiram kotoran.
4. Berpakaian. Ajari anak berpakaian sendiri tanpa bantuan.Beri kesempatan anak memilih
sendiri pakaian yang akan dikenakannya.
5. Bujuk dan tenangkan ketika anak kecewa dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya
6. Sering-sering ajak anak pergi ke luar mengunjungi tempat bermain, toko, kebun binatang
dan lain-lain.
7. Ajak anak membersihkan tubuhnya ketika kotor kemudian mengelapnya dengan bantuan
anda sesedikit mungkin.Demikian juga dalam berpakaian dan melakukan pekerjaan rumah
tangga yang ringan.
8. Berdandan. Biarkan anak berdandan mengenakan pakaian dewasa yang sudah tua. Beri
anak beberapa topi anak-anak, rok, celana, kemeja, sepatu, dsb. Biarkan anak memilih
sendiri mana yang akan dipakainya.
DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PENDENGARAN
TEST DAYA DENGAR (TDD)
KETERANGAN :
Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan penting
(crirical item ) jika dijawab tidak berarti pasien mempunyai risiko ringgi
autism. Jawaban tidak pada dua atau lebih critical item atau tiga pernyaan
lain yang dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya, orang tua
menjawab tidak) maka anak tersebut mempunyai risiko autism.
Jika perilaku itu jarang dikerjakan ( misal anda melihat satu atau 2 kali) ,
mohon dijawab anak tersebut tidak melakukannya.
Misal: jawaban 1. Tidak 2. Tidak 3. Tidak 4. Tidak 5. Tidak 6. Tidak 7. No
8. No 9. No 10. No 11. Yes 12. No 13. No 14. No 15. No 16. No 17. No 18.
Yes 19. No 20. Yes 21. No 22. Yes 23. No Kita Curigai sebagai faktor
risiko autism.
HASIL PENGUKURAN LINGKAR KEPALA LAKI-LAKI
Dari NELHAUS. G. Pediat 41 . 106 . 1968 Ukur lingkar kepala dengan teratur
tiap 3 bulan
Keterangan:
Di atas zona Hijau : Macrocephal (Lingkar kepala lebih dari normal)
Zona Hijau : Normal
Di bawah zona hijau: Microcephal (lingkar kepala kurang dari normal)
79
Sumber : Kemenkes. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak Hal 67-79.
Jakarta. Kemenkes.