Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT

SDIDTK (STIMULASI DETEKSI DAN DINI TUMBUH


KEMBANG) PADA AN. M USIA TODDLER DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SADANANYA

DISUSUN OLEH
Gita Cahyani
Hanifah Anggraeni
Kurnilam Nur Ciptaningsih
Gema Thaharah Adinda
I Wayan Adi Susanto
Khoirun Nafis
Bari Lig Romandona
Muhamad Arif

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


DAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis. Anak akan
mengalami dua proses, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
merupakan proses bertambahnya jumlah dan ukuran sel di seluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan
merupakan proses peningkatan kemampuan adaptasi dan kompetensi
seseorang dari yang sederhana ke yang lebih kompleks (Wong, 2008).
Seluruh tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak harus dilalui
dengan sempurna, baik selama di kandungan maupun yang telah lahir. Tidak
semua anak mampu melalui semua tahapan secara optimal. Beberapa anak
mengalami kegagalan atau gangguan tumbuh kembang. Gangguan tumbuh
kembang yang sering ditemui yaitu gangguan bicara dan bahasa, cerebral
palsy, sindrom down, perawakan pendek, autis, retardasi mental, gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif. SDIDTK adalah suatu upaya pemantauan
dan penjaringan melalui kegiatan pemeriksaan pertumbuhan, perkembangan
dan mental emosional pada anak untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan dan mencegah terjadinya gangguan yang menetap dari
pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional pada balita dan anak
prasekolah. Kegiatan ini termasuk salah satu program pokok puskesmas yang
dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi, diselenggarakan dalam bentuk
kemitraan antara keluarga (orangtua, pengasuh anak dan anggota
keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga
swadaya masyarakat) dengan tenaga profesional. Manfaat Dilaksanakannya
kegiatan SDIDTK adalah untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah sehingga
dapat dilakukan intervensi sedini mungkin untuk mengatasi penyimpangan
tumbuh kembang tersebut (Kemenkes, 2016).
Salah satu masalah yang sering dikeluhkan pada usia toddler yakni
stimulasi toilet training. Anak usia toddler harus mampu mengenali rasa
untuk mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mampu
mengkomunikasikan sensasi BAK dan BAB kepada orangtua. Pada tahap
usia toddler anak menghadapi konflik antara tuntutan orangtua dengan
keinginan dan kemampuan fisik anak. Orang tua menuntut anak untuk
mengendalikan keinginan BAK dan BAB serta melakukan buang air pada
tempatnya, sementara anak ingin mengeluarkan begitu terasa ingin BAK dan
BAB. Toilet Training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak
agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air
besar. Toilet Training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang
sudah mulai memasuki fase kemandirian pada anak (Mahmudah, Cahyati, &
Wahyuningsih, 2013).
Salah satu macam teknik toilet training adalah tehnik modeling dimana
berguna dalam melatih anak dengan cara meniru untuk buang air besar atau
memberikan contoh-contoh buang air kecil dan buang air besar atau
membiasakan buang air air kecil dan buang air besar dengan benar (Priyoto,
2015). Penelitian Kartika, dkk (2016) menyebutkan bahwa keberhasilan toilet
training teknik oral hanya sebanyak 33,33%, sedangkan Keberhasilan toilet
training teknik modelling sebanyak 80%. Ada perbedaan yang signifikan
antara teknik oral dan teknik modelling terhadap keberhasilan toilet training.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus
pada anak sehat dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak Sehat SDIDTK
(Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang) Pada An. M Usia
Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Sadananya”.

B. WEB OF CAUTION (WOC)


BAB 2
LAPORAN KASUS KELOLAAN

I. PENGKAJIAN
Data Demografi

1. Klien/Pasien
Tanggal pengkajian : 20 Maret 2021

a. Identitas
1) Nama : An. M
2) Tanggal lahir/umur : 25 September 2018 / 29 bulan 28 hari
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Agama : Islam
5) Suku : Sunda
2. Orang Tua/ Penanggung Jawab
Ibu
a. Nama : Ny. R
b. Umur : 26 tahun
c. Hubungan dengan klien : Ibu
d. Pendidikan : Sarjana
e. Pekerjaan : Guru
f. Suku : Sunda
g. Agama : Islam
h. Alamat : RT 06-RW 05 Desa/Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis.
Ayah

a. Nama : Tn. A
b. Umur : 30 tahun
c. Hubungan dengan klien : Ayah
d. Pendidikan : Sarjana
e. Pekerjaan : Guru
a. Suku : Sunda
b. Agama : Islam
c. Alamat : RT 06-RW 05 Desa/Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis
II. Riwayat Klien
1. Riwayat Klien
a. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan, klien masih belum paham tentang pelatihan toilet.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ketika dilakukan pengkajian, ibu klien mangatakan klien sedang dalam keadaan sehat.
Untuk tumbuh kembang saat ini klien kemampuannya sama dengan anak-anak seusianya,
hanya saja ibu klien mengatakan klien bekum bisa untuk melakukan pelatihan dan klien
belum mampu untuk membedakan BAB/BAK, klien masih ketergantungan memakai
diapers. Ny. R mengatakan ingin anaknya agar mengerti tentang pelatihan toilet, dan bisa
terlepas dari pemakaian diapers. Ny. R menanyakan bagaimana cara/tehnik yang tepat
untuk melatih klien terkait toilet training, karena sebelumnya An. M belum pernah
diajarkan sehingga belum paham. Ny. R tampak bertanya-tanya tentang bagaimana cara
toilet training.
c. Penyakit klien sebelumnya :
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien pernah dirawat di rumah sakit sebanyak dua kali,
pada saat usia 5 bulan klien menderita diare. Kemudian, pada usia 11 bulan klien dirawat
akibat demam tinggi. Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat penyakit asma,
bronkhitis maupun penyakit lainnya.
2. Riwayat kehamilan (ANC, masalah kesehatan selama kehamilan, dll) :
Selama kehamilan ibu klien tidak memiliki keluhan yang berarti. Ibu melakukan pemeriksaan
ANC setiap 2 bulan. Anak M lahir setelah dikandung selama 40 minggu.
3. Riwayat persalinan (jenis persalinan, penolong persalinan, apgar skor, penyulit
persalinan,dll) :
Ny. R mengatakan klien merupakan anak pertama dan saat persalinan tidak ada penyulit atau
pun masalah lainnya, ia melahirkan dengan pervaginam/spontan di bidan setempat.
Berdasarkan catatan buku KIA afgar score An. A pada saat lahir nilainya berkisar 8-9
(Normal), berat badan lahir 3,2 kg, panjang badan 50 cm.
4. Riwayat Imunisasi
Klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan usianya.

No
Jenis Imunisasi Usia Pemberian Tempat Pemberian Keterangan
.
1. BCG 1 bulan Posyandu -
2. DPT I 2 bulan Posyandu -
3. DPT II 3 bulan Posyandu -
4. DPT III 4 bulan Posyandu -
5. HB Neo Setelah lahir Bidan -
6. HB I 2 bulan Posyandu -
7. HB II 3 bulan Posyandu -
8. HB III 4 bulan Posyandu -
9. Polio I 1 bulan Posyandu -
10. Polio II 2 bulan Posyandu -
11. Polio III 3 bulan Posyandu -
12. Campak 9 bulan Posyandu -
13. Imunisasi Lanjutan
 DPT-HB-Hib Lanjutan 18 bulan Posyandu -
 Campak Lanjutan 24 bulan Posyandu -

5. Riwayat Alergi
Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan maupun alergi lainnya.
6. Riwayat Pemakaian Obat-obatan
Ibu klien mengatakan klien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan atau pun memiliki
riwayat pemakaian obat-obatan khusus. Bila sakit klien langsung diperiksakan ke dokter atau
pun puskesmas setempat.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit dalam keluarga :
Ibu klien mengatakan kakek dan nenek klien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan
diabetes melitus, sedangkan asma tidak ada riwayat.
b. Genogram
HT DM
Keterangan gambar :
: laki-laki : klien
: perempuan : meninggal
: tinggal dalam satu rumah

8. Riwayat Tumbuh Kembang


a. Kemampuan Motorik halus, kasar, Bahasa dan personal social :
1) Motorik Halus
Ibu klien mengatakan klien sering mencoret-coret dibuku maupun dibenda-benda yang
ada disekitarnya, dan mampu membuat garis lurus maupun lingkaran, memasukkan
balok, ataupun menyusun puzzle sederhana. Selain itu, klien juga sudah mampu untuk
membedakan bentuk-bentuk baik itu lingkaran, persegi, dan bentuk lainnya, serta klien
mampu menyebutkan berbagai macam warna dalam krayon.
2) Motorik Kasar
Ibu klien mengatakan anaknya sangat aktif bergerak, anak sudah bisa berlari,
melompat lebih jauh dari jarak sebelumnya, menyeimbangkan tubuhnya, berlarian
menendang bola, menangkap, dan melempar bola. Selain itu, anaknya juga sudah
mampu untuk naik dan turun tangga, sehingga harus diawasi pergerakannya.
3) Bahasa
Ibu klien mengatakan bicara mulai lancar, mampu menyebutkan anggota tubuh dan
menunjukkannya. Klien sudah mempu mengikuti nyanyian yang biasa didengarnya.
4) Personal Sosial
Ibu klien mengatakan klien dapat minum dari gelas serta mulai tertarik untuk makan
sendiri sambil memegangi sendok. Selain itu, juga dapat menirukan pekerjaan rumah.
Disamping itu, klien juga sudah mampu mengikuti Gerakan menyikat gigi sambil
didampingi oleh orang tua, mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
b. Pengkajian Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan ( BB/TB, LK)
Penentuan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Umur
dihitung dalam bulan penuh. Jadi an. M usia 29 bulan 27 hari maka dibulatkan
menjadi 29 bulan.
a) Pemeriksaan Status Gizi Anak berdasarkan BB/U untuk anak umur 29 bulan. Hasil
pemeriksaan :
Rumus : Z Score = (Nilai Pengukuran – Nilai Median Baku Rujukan)
Nilai Simpangan Baku Rujukan
Z Score = 11,15 – 13,1 = - 1,95 = -1,39
13,1 – 11,7 1,4
Hasil perhitungan yaitu – 1,39 termasuk kedalam rentang – 2 SD sampai dengan 2
SD yang artinya Gizi Baik (BB/U)
b) Pemeriksaan Status Gizi Anak berdasarkan TB/U untuk anak umur 29 bulan.
Z score = 89,5 – 91,2 = - 1,7 = 0,5
91,2 -87,8 3,4
Hasil perhitungan yaitu 0,5 termasuk kedalam rentang – 2 SD sampai dengan 2 SD
yang artinya Normal (TB/U)
c) Pemeriksaan Status Gizi Anak berdasarkan TB/BB untuk anak umur 29 bulan.
Rumus :
Z score = 11,15 – 12,6 = - 1,45 = - 1,45
12,6 – 11,6 1
Hasil perhitungan yaitu – 1,45 termasuk kedalam rentang – 2 SD sampai dengan 2
SD yang artinya Normal (BB/TB)
d) Pemeriksaan Status Gizi Anak berdasarkan IMT untuk anak umur 29 bulan.
Rumus :
IMT = BB = 11,15 = 11,15 =14,11
(TB)2 (0,89)2 0,79
Z score 14,11 – 15,8 = - 1,69 = - 1,53
15,8 – 14,7 1,1
Hasil perhitungan yaitu – 1,53 termasuk kedalam rentang – 2 SD sampai dengan 2
SD yang artinya Normal (IMT)
2) Pemeriksaan Lingkar Kepala Untuk Anak Usia 0 - 72 Bulan.
Interpretasi :
Pada kurva pertumbuhan lingkar kepala, hasil pengukuran antara kurva + 2 dan -2
yang artinya NORMAL.
c. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan (KPSP dan TDD) dan Penyimpangan
Emosional (M-CHAT)
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Namun jika sebaliknya, maka
tidak dibulatkan.
An. M usia 29 bulan 27 hari, maka dibulatkan menjadi 30 bulan. Oleh karena itu
penentuan untuk deteksi dini penyimpangan perkembangan dan emosional maka
disesuaikan dengan umur tersebut untuk kebutuhannya.
Untuk usia 30 bulan, berdasarkan bagan SDIDTK bahwa yang dibutuhkan anak dalam
deteksi penyimpangan perkembangan adalah KPSP dan TDD, sedangkan untuk deteksi
penyimpangan Emosional menggunakan M-CHAT (Form Skrinning Terlampir).
Secara keseluruhan untuk hasil deteksi dini penyimpangan perkembangan maupun
emosional pada An. M yakni dalam batas normal sesuai umur, dan tidak ditemukan
gangguan tumbuh kembang.
9. Psikososial Anak dan Keluarga
a. Koping klien/ keluarga dalam menghadapi masalah
Apabila An.M, maka biasanya keluarga membawa langsung ke klinik dokter.
b. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
Selama klien dirumah klien didampingi oleh ayah dan ibunya, dan terkadang apabila
orangtuanya sibuk bekerja, maka biasanya akan di asuh oleh nenek/kakekknya.
c. Spiritual
Jika ada waktu senggang, Ny. R biasanya akan mengajarkan anaknya untuk belajar solat
ataupun belajar menghapal surah pendek, dan mengajaknya untuk berdoa. Klien menjalani
kepercayaannya dengan berdoa sesuai dengan agama yang dianutnya yakni islam.

III. Pola Kebutuhan Dasar


1. Nutrisi : Ibu mengatakan anaknya makan 3x sehari dan diselingi dengan makanan ringan.
Tidak ada kesulitan saat makan dan tidak ada kebiasaan khusus saat makan.
2. Eliminasi : BAB 1 x/hari, BAK ± 8 x/hari, ibu mengeluh anaknya belum paham tentang
BAK/BAB, sehingga masih menggunakan diapers baik siang maupun malam.
3. Personal hygiene : Ibu mengatakan anaknya mandi 2x/hari (pagi dan sore)
4. Istirahat : Ibu mengatakan anak tidur malam ± 9 jam/hari, tidur siang ± 2 – 3 jam perhari.
5. Aktifitas : Anak suka bermain aktif baik dirumah maupun diluar rumah dengan teman
sepermainannya.

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Kesadaran : Composmentis
2. Keadaan Umum : Baik
3. Kebersihan : Baik
4. Antropometri :
a. LILA : 14,5 cm
b. Lingkar dada : 47 cm
c. Tinggi badan : 89,5 cm
d. Berat badan : 11,15 Kg
e. Lingkar kepala : 48 cm
f. Lingkar perut : 42 cm
5. Pengkajian Fisik
a. Suhu : 36,60C.
b. Nadi : 120 x/menit
c. Pernafasan : 24 x/menit
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Inspeksi : Bentuk normal, rambut hitam, bersih
Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
2) Mata
Ispeksi : bentuk simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor dan bermiosis bila diberi rangsangan cahaya.
3) Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret, fungsi penciuman baik, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
Palpasi : Tidak ada polip, tidak ada benjolan ataupun nyeri tekan.
4) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis, gigi sudah mulai tumbuh semua,
tidak ada stomatitis.
5) Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran, hasil Test
Daya Dengar (TDL) sesuai dengan umur.
6) Leher
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, reflek menelan (+)
7) Paru
Inspeksi : dada simetris, terdapat pengembangan dada, RR = 24 x/menit, tidak ada
dipsneu, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan maupun retraksi rongga dada,
irama pernafasan regular.
Palpasi : pengembangan dada simetris, tidak terdapat benjolan.
Perkusi : suara sonor di lapang paru.
Auskultasi : suara vesikuler diseluruh lapang paru.
8) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :Tidak teraba iktus kordis, tidak ada pembesaran jantung/kardiomegali,
HR 120 x /menit.
Perkusi : Suara pekak
Auskultasi : Suara BJ 1 dan II, Lup-Dup, tidak ada bunyi sura tambahan
9) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada benjolan, tidak ada lesi (luka), perut berbentuk datar, tidak
ada asites
Auskultasi : Bising usus normal (11 kali/menit)
Palpasi : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
10) Integumen
Inspeksi : kulit lembab, bersih, sianosis (-)
Palpasi : Turgor kulit elastis dan akral teraba hangat, CRT < 2 detik, tidak ada
edema
11) Genitourinaria
Inspeksi : Klien terpasang diapers
12) Ekstremitas
Ekstremitas atas : Simetris, gerak aktif, tidak ada polidaktil dan sindaktil
Ekstremitas bawah : simetris, gerakan aktif, tidak ada polidaktil dan sindaktil.
Kekuatan otot :
5 5 Takanan Ta kiri
5 5 Ka kanan Ka kiri
V. Analisis Data
Tgl/jam Data Etiologi Problem
20/03/2021 Data subyek : Deficit Kurang
Jam 08.00 -Ibu klien mengatakan bahwa klien belum mampu Pengetahuan terpaparnya
WIB untuk membedakan BAB/BAK, dan klien masih informasi
ketergantungan memakai diapers.
-Ny. R mengatakan ingin anaknya agar mengerti
tentang pelatihan toilet, dan bisa terlepas dari
pemakaian diapers.
-Ny. R menanyakan bagaimana cara/tehnik yang
tepat untuk melatih klien terkait toilet training,
karena sebelumnya An. M belum pernah diajarkan
sehingga belum paham.
Data Objektif :
- Ny. R tampak bertanya-tanya tentang bagaimana
cara toilet training
- An. M tampak masih menggunakan diapers.

IV. Daftar Diagnosa Keperawatan


Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi ditandai dengan :
Data subyek :
- Ibu klien mengatakan bahwa klien belum mampu untuk membedakan BAB/BAK, dan klien
masih ketergantungan memakai diapers. Ny. R mengatakan ingin anaknya agar mengerti
tentang pelatihan toilet, dan bisa terlepas dari pemakaian diapers. Ny. R menanyakan
bagaimana cara/tehnik yang tepat untuk melatih klien terkait toilet training, karena
sebelumnya An. M belum pernah diajarkan sehingga belum paham.
Data Objektif :

- Ny. R tampak bertanya-tanya tentang bagaimana cara toilet training, An. M tampak masih
menggunakan diapers.
VI. Tujuan dan Rencana Intervensi Keperawatan
Tanggal/ Perencanaan
Dx. Kep Paraf
Jam Tujuan Tindakan
20/03/2021 Deficit Setelah dilakukan Edukasi Stimulasi Anak
Pukul pengetahuan tindakan keperawatan (L.12448)
08.00 WIB berhubungan selama 1 x 45 menit Observasi :
dengan kurangnya deficit 1) Identifikasi kesiapan
diharapkan
terpapar informasi. orangtua dalam
pengetahuan teratasi
(D.0111) menerima informasi
dengan kriteria hasil :
Terapeutik :
Tingkat Pengetahuan
2) Sediakan materi dan
(L.12111)
media pendidikan
a. Perilaku sesuai
Kesehatan
anjuran meningkat
3) Berikan kesempatan
b. Kemampuan
untuk bertanya
menjelaskan
Edukasi :
pengetahuan tentang
suatu topik meningkat 4) Jelaskan stimulus yang
dapat membantu
c. Kemampuan
mengoptimalkan
menggambarkan
perkembangan anak
pengalaman
sebelumnya yang 5) Ajarkan cara stimulasi
perkembangan motorik
sesuai dengan topik
kasar, motoric halus,
meningkat
dan Bahasa sesuai
tahapan usia anak.
VII. Implementasi
Hari,
Dx. Keperawatan Implementasi Respon Paraf
tanggal, jam
22/03/2021 Deficit pengetahuan 1) Mengidentifikasi DS :
Jam 09.00 berhubungan dengan kesiapan orangtua Ny. R mengatakan siap
WIB kurangnya terpapar dalam menerima untuk menerima informasi
informasi (D.0111) informasi yang diberikan.
DO :
a. Ny. R tapak siap
untuk menerima informasi
tentang toilet training

Jam 09.05 2) Menyediakan materi DS : -


WIB dan media DO :
pendidikan b. Materi Pendidikan
Kesehatan Kesehatan tentang
stimulasi toilet training
yakni melalui “Tehnik
Modeling untuk melatih
kemandirian anak
toddler dalam Toilet
Training”, Media
leafleat
Jam 09.30 3) Memberikan DS :
WIB kesempatan untuk - Ny. R bertanya “seberapa
bertanya besar keberhasilan tehnik
modeling dalam toilet
training dengan tehnik
lainnya ?”.
DO :
- Klien tampak bertanya
tentang keberhasilan toilet
training.
Jam 09.35 4) Menjelaskan stimulus DS :
WIB yang dapat membantu Ny. R mengatakan sekarang
mengoptimalkan paham tentang apa yang
perkembangan anak disampaikan, dan
mengatakan akan lebih
sering melakukan stimulus
pada anaknya sesuai usia
untuk meningkatkan
kemampuan anaknya.
DO :
Ny. R tampak paham akan
materi yang disampaikan.
Ny. R Nampak dapat
menjelaskan ulang pokok
materi yang disampaikan

VIII. Evaluasi
Hari, tanggal,
Dx. Keperawatan Evaluasi Paraf
jam
22/03/2021 Deficit pengetahuan S :
Jam 09.45 WIB berhubungan dengan a.Ny. R mengatakan sekarang paham tentang apa
kurangnya terpapar yang disampaikan, dan mengatakan akan lebih
informasi (D.0111) sering melakukan stimulus pada anaknya sesuai
usia untuk meningkatkan kemampuan anaknya.
O:
Ny. R tampak paham akan materi yang
disampaikan.
b. Klien tampak mulai aktif bertanya yakni
cotohnya bertanya tentangseberapa besar
keberhasilan toilet training menggunakan tahnik
modeling
c. Materi Pendidikan Kesehatan yang
disampaikan tentang stimulasi toilet training,
stimulasi perkembangan anak yakni melalui
“Tehnik Modeling untuk melatih kemandirian
anak toddler dalam Toilet Training”, Media
leafleat
A : Masalah deficit pengetahuan teratasi.
P : Intervensi dihentikan
BAB 3
PEMBAHASAN

A. ANALISA KASUS
Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis. Anak akan mengalami
dua proses, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan proses
bertambahnya jumlah dan ukuran sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat
diukur. Sedangkan perkembangan merupakan proses peningkatan kemampuan adaptasi dan
kompetensi seseorang dari yang sederhana ke yang lebih kompleks (Wong, 2008). Salah
satu cara untuk mendeteksi tumbuh kembang pada anak dapat dilakukan dengan cara
melakukan skrining melalui SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang). SDIDTK adalah suatu upaya pemantauan dan penjaringan melalui kegiatan
pemeriksaan pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional pada anak untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan dan mencegah terjadinya gangguan yang
menetap dari pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional pada balita dan anak
prasekolah (Kemenkes, 2016).
Pada pengkajian yang telah dilakukan, di dapatkan An. M berusia 29 bulan yang
beralamat di Kecamatan Sadananya Kota Ciamis, kondisi saat ini klien dalam keadaan
sehat. Klien tinggal bersama dengan keluarga inti yang terdiri dari ayah, dan ibunya.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 Maret 2021. Pada pengkajian SDIDTK yang sudah
dilakukan didapatkan data bahwa An. M memiliki tumbuh kembang baik, pertumbuhan
berat badan 11,15 kg dan tinggi badan 89,5 cm, nutrisi dan gizi yang diberikan baik dan
terpenuhi. An. M berusia 29 bulan 27 hari, maka dibulatkan menjadi 30 bulan. Oleh karena
itu penentuan untuk deteksi dini penyimpangan perkembangan dan emosional maka
disesuaikan dengan umur tersebut untuk kebutuhannya.
Untuk usia 30 bulan, berdasarkan bagan SDIDTK bahwa yang dibutuhkan anak dalam
deteksi penyimpangan perkembangan adalah KPSP dan TDD, sedangkan untuk deteksi
penyimpangan Emosional menggunakan M-CHAT. Kuisioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP) berguna untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Tes Daya Dengar (TDD) dengan tujuan untuk menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan
bicara anak. Tes daya Lihat (TDL) dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan
daya dengar agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Sedangkan, Ceklist Autis anak
praseolah (Checklist for Autism in Toddler/CATT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36
bulan. Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya Autis pada anak umur 18 bulan – 36
bulan (Kemenkes RI, 2016).
Secara keseluruhan untuk hasil deteksi dini penyimpangan perkembangan maupun
emosional pada an. M yakni dalam batas normal sesuai umur, dan tidak ditemukan adanya
gangguan tumbuh kembang. Dengan rincian hasil skor KPSP yakni 10 untuk seluruh jumlah
“Ya”, yang artinya kemampuan gerak halus, bicara dan Bahasa, sosialisasi dan kemandirian,
serta gerak kasar pada an. M sesuai dengan umur. Untuk test daya dengar diperoleh hasil
yakni jumlah jawaban “Ya” 6 buah dan tidak ada jawaban “Tidak” yang artinya fungsi
pendengaran an. M baik tidak ada gangguan. Adapun tindakan yang dilakukan yaitu memuji
keberhasilan orang tua/pengasuh dan menganjurkan untuk melanjutkan stimulasi pada anak
sesuai umur serta menyarankan untuk melakukan kunjungan lagi pada usia selanjutnya ke
pusat pelayanan Kesehatan terdekat. Hasil dari pemeriksaan kuesioner MCHAT diperoleh
hasil jawaban “Ya” sebanyak 19 buah sedangkan untuk jawaban “Tidak” sebanyak 4 buah
yang artinya tidak ditemukan risiko ringgi autism. Selain itu, tidak ditemukan jawaban tidak
pada dua atau lebih critical item atau tiga pernyaan lain yang dijawab tidak sesuai.
Adapun untuk kemampuan motorik halus, kasar, bahasa dan personal social sudah
sesuai umur klien. Kemampuan motorik halus, ibu klien mengatakan klien sering mencoret-
coret dibuku maupun dibenda-benda yang ada disekitarnya, dan mampu membuat garis
lurus maupun lingkaran, memasukkan balok, ataupun menyusun puzzle sederhana. Selain
itu, klien juga sudah mampu untuk membedakan bentuk-bentuk baik itu lingkaran, persegi,
dan bentuk lainnya, serta klien mampu menyebutkan berbagai macam warna dalam krayon.
Kemampuan motoric kasar, Ibu klien mengatakan anaknya sangat aktif bergerak, anak
sudah bisa berlari, melompat lebih jauh dari jarak sebelumnya, menyeimbangkan tubuhnya,
berlarian menendang bola, menangkap, dan melempar bola. Kemampuan Bahasa, ibu klien
mengatakan bicara mulai lancar, mampu menyebutkan anggota tubuh dan menunjukkannya.
Klien sudah mampu mengikuti nyanyian yang biasa didengarnya. Kemudian untuk
kemampuan personal sosial, ibu klien mengatakan klien dapat minum dari gelas serta mulai
tertarik untuk makan sendiri sambil memegangi sendok. Selain itu, juga dapat menirukan
pekerjaan rumah. Disamping itu, klien juga sudah mampu mengikuti Gerakan menyikat gigi
sambil didampingi oleh orang tua, mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.

Saat dilakukan pengkajian, Ny. R (27 tahun) ibu klien mengatakan bahwa klien belum
mampu untuk membedakan BAB/BAK, dan klien masih ketergantungan memakai diapers.
Oleh karena itu, Ny. R menginginkan anaknya agar mengerti tentang pelatihan toilet, dan bisa
terlepas dari pemakaian diapers. Selain itu, Ny. R menanyakan bagaimana cara/tehnik yang
tepat untuk melatih klien terkait toilet training, karena sebelumnya An. M belum pernah
diajarkan sehingga belum paham.

B. ANALISA DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI yang diambil yaitu deficit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi (PPNI, 2016). Tindakan yang dilakukan
yaitu mengedukasi tentang toilet training dan melakukan penerapan tehnik modelling untuk
melatih kemandirian klien dalam toilet training. Toilet training merupakan sebuah pelatihan
yang sangat dibutuhkan anak agar mampu mengontrol kemampuan untuk buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB).
Toilet training bermanfaat dalam pendidikan seks sebab saat anak melakukan kegiatan
tersebut, anak akan mempelajari anatomi serta fungsi tubuhnya sendiri. Toilet training
sebagai salah satu tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia toddler agar anak
menjadi mandiri. Anak dilatih untuk bisa membuka pakaian luar, pakaian dalam,
membersihkan diri dan menyiram bekas buang airnya. Aktivitas tersebut merupakan
keterampilan diri yang tidak terjadi secara otomatis. Kegagalan seorang anak dalam toilet
training dapat disebabkan oleh kesalahan teknik dan sikap orang tua dalam mengajarkan
toilet training. Kesabaran adalah hal yang sangat penting dalam keberhasilan toilet training.
Selain kesabaran, konsistensi dalam penggunaan metode juga dapat menentukan
keberhasilan toilet training (Kartika, 2016). Teknik yang dapat dilakukan orang tua kepada
anaknya dalam toilet training dibagi menjadi dua macam, yaitu teknik oral dan teknik
modelling. Teknik oral dilakukan dengan memberikan instruksi kepada anak sedangkan
teknik modelling dilakukan dengan meniru orang lain. Kedua teknik ini akan menentukan
keberhasilan seorang anak dalam toilet training (Priyoto, 2015).
Hasil evaluasi diperoleh setelah dilakukan tindakan penerapan toilet training selama ± 7
hari yaitu ibu klien mengatakan klien mulai diajak untuk BAB/BAK ditoilet, dan sedikit-
sedikit anak mulai mau BAK ditoilet. Hasil ini didukung oleh penelitian Kartika, dkk
(2016) menyebutkan bahwa keberhasilan toilet training teknik oral hanya sebanyak 33,33%,
sedangkan Keberhasilan toilet training teknik modelling sebanyak 80%. Ada perbedaan
yang signifikan antara teknik oral dan teknik modelling terhadap keberhasilan toilet
training. Teknik modelling lebih efektif dari pada teknik oral terhadap keberhasilan toilet
training pada anak usia toddler di Desa Pamijen Kecamatan Baturraden. Hal ini dikarenakan
keunggulan dari teknik modelling yaitu dapat dilihat dan ditiru oleh anak termasuk usia
toddler lebih senang meniru apa yang diperbuat oleh orang lain, terutama anggota
keluarganya. Anak akan lebih cepat memahami sesuatu yang baru dengan cara melihat
orang lain melakukannya.
Hasil penelitian A’yun & Rusady (2017) menunjukkan sebagian besar Ibu tidak
mengajarkan anak bagaimana melepas celana dan mendudukkan diatas toilet pada tehnik
lisan, sebagian besar Ibu tidak memberi contoh cara duduk atau jongkok dihadapan anak
sambil mengajak berbicara dan bercerita saat buang air kecil atau buang air besar pada
tehnik modelling, hampir seluruh Ibu tidak memiliki jadwal buang air besar dan buang air
kecil yang teratur untuk anak pada metode taiming dan sebagian besar Ibu tidak
memberikan pujian kepada boneka misalnya karena celana dalamnya kering dan berhasil
buang air besar dan buang air kecil) dan tidak memberikan pujian pada anak jika anak
berhasil menirukan apa yang diajarkan oleh ibu pada metode boneka.
Selain menekankan pada tehnik yang digunakan, sebelum melakukan toilet training
juga harus dilihat kesiapan anak ditinjau dari beberapa aspek disamping kesiapan dari
orangtua. Adapun kesiapan anak dalam pelatihan toileting antara lain kesiapan fisik anak
yaitu anak bisa duduk jongkok mandiri dan lepas landas serta memakai celana secara
mandiri. Kesiapan kecerdasan anak, yang dapat mengikuti petunjuk sederhana, dapat
menyiram setelah buang air kecil, dapat membedakan buang air kecil dan buang air besar,
dan sering meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Kesiapan psikososial
anak, yaitu anak dapat bersikap kooperatif dan menunjukkan kesenangan saat aktivitas
ditoilet. Hal-hal yang dilakukan oleh orang tua dalam melatih toileting pada anak adalah
memberikan penjelasan tentang buang air besar dan buang air kecil, memberikan petunjuk
sederhana jika anak ingin buang air kecil, mendampingi sampai akhir saat anak buang air
besar di toilet, menggunakan toilet training, memberi contoh cara anak membuang air toilet,
memberikan apresiasi yang positif ketika anak berhasil buang air besar di toilet dan tidak
memberikan hukuman kepada anak jika anak buang air besar tanpa ke toilet (Mugianti et
al., 2019).
Peneliti juga mewawancarai Ny. R yang mengatakan bahwa telah mengajarkan anaknya
Toilet Training dengan memberitahu Ibu jika ingin pipis, tetapi sering gagal karena anaknya
selalu memberitahu ibu setelah selesai pipis. Kegagalan dalam mengontrol proses berkemih
dapat mengakibatkan mengompol pada anak Keberhasilan toilet training pada anak-anak
tidak akan didapat secara cepat, namun secara bertahap. Sebagian besar anak terkadang
masih belum berhasil melakukan toilet training pada usia toddler yang mana masih banyak
menggunakan popok pada waktu-waktu tertentu dan tetap mengompol pada malam dan
siang hari. Oleh karena itu, diharapkan orang tua dapat meningkatkan perannya sehingga
anak lebih aktif dalam melakukan toilet training salah satunya dengan tehnik modeling yang
memudahkan anak untuk meniru perilaku orangtua sesuai yang diajarkan.
BAB 4
PENUTUP

A. KESIMPULAN
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan. Dalam melakukan pengkajian SDIDTK
harus disesuaikan dengan umur klien untuk menentukan kuesioner yang pas dengan anak.
Tumbuh kembang pada masa balita merupakan periode penting yang mempengaruhi
perkembangan selanjutnya, seperti kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial dan
emosional. Berdasarkan hasil pengkajian SDIDTK bahwa an. A yang berusia 30 bulan
membutuhkan skrining KPSP, TDL, dan MCHAT. Hasil yang diperoleh sangat baik yakni
sesuai umur dan tidak ditemukan adanya penyimpangan. Salah satu yang menjadi
permasalahan yakni klien belum memahami tentang toilet training, sehingga diterapkan
modeling yang dapat berguna untuk melatih kemandirian anak toddler Ketika melakukan
toilet training.

B. SARAN
Saran yang bisa penulis berikan guna meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam
melakukan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang pada anak sehat yang
telah menjadi ruang lingkup asuhan keperawatan yaitu sebagai berikut :
1. Diharapkan dilakukan upaya pemantauan dan penjaringan melalui kegiatan
pemeriksaan pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional pada anak untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan dan mencegah terjadinya gangguan yang
menetap dari pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional pada balita dan anak
prasekolah
2. Dalam malakukan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang pada anak
sehat harus menggunakan pedoman skrining yang baku serta harus diperhatikan
perhitungan usia anak, karena akan menjadi tolak ukur kebutuhan stimulasi pada anak
tersebut.
3. Pada anak usia toddler yang memasuki tahap anal, maka diharapkan dapat mulai
menerapkan toilet training, salah satunya menggunakan tehnik modelling yang terbukti
efektif dan mudah diterapkan.
4. Guna tercapainya hasil keperawatan yang optimal sebaiknya terjalin kerjasama yang
baik antara orangtua dan petugas kesehatan saling mendukung untuk meningkatkan
stimulasi tumbuh kembang pada anak.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari
bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini, karenanya saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

A’yun, Q., & Rusady, Y. P. (2017). Gambaran Keberhasilan Metode Penerapan Toilet
Training pada Anadi Desa Teja Pamekasan Barat. Sakti Bidadari.
Kartika, U. (2016). Efektivitas Teknik Oral dan Teknik Modelling terhadap Keberhasilan
Toilet Training pada Toddler. Keperawatan Sudirman.
Kemenkes RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta
Mahmudah, U., Cahyati, W. H., & Wahyuningsih, A. S. (2013). Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2), 113–120. https://doi.org/ISSN 1858-
1196
Mugianti, S., Aslama, Z. R., & Donsu, J. D. T. (2019). Efforts of Parents in Toilet-training
18-36 Months (Toddler) Children. 2019, 240–249.
https://doi.org/10.18502/kls.v4i15.5766
Nining, Yuliastiati. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Anak. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan.
Priyoto. 2015. Teori Perubahan Perilaku Dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG.
LAMPIRAN
 DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN

Pemeriksaan An. M yang berusia 30 bulan mencankup :


Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan ( BB/TB, LK)
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan (KPSP dan TDD)
Deteksi Dini Penyimpangan Emosional (M-CHAT)

KPSP KUESIONER PRA SKRINNING PERKEMBANGAN


PADA ANAK UMUR 30 BULAN
Alat dan bahan yang dibutuhkan :
Kubus, Kertas, Bola Tenis, Pensil, dan Form Gambar.

PEMERIKSAAN
YA TIDAK
Anak dipangku ibunya / Pengasuh ditepi meja periksa
1. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah
anak menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian Bicara dan
badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan √
Bahasa
yang lain) ?
2. Beri kubus di depannya. Dapatkah anak meletakkan 4 buah
kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan
kubus itu? Gerak halus √

3. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini


tanpa bantuan ?

Bicara dan Bahasa √

(menyebut dengan suara binatang tidak ikut dinilai)


4. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa
bantuan/petunjuk ?
Gerak halus √

Tanya Ibu

5. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, atau


celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai). Sosialisasi dan

Kemandirian

6. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA. Jika


ia naik tangga dengan posisi tegak atau berpegangan pada
dinding atau pegangan tangga Jawab TIDAK. Jika ia naik
Gerak kasar √
tangga dengan merangkak atau anda tidak membolehkan
anak naik tangga atau anak harus berpegangan pada
seseorang.
7. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah?
Sosialisasi dan

Kemandirian
8. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika diminta? Bicara dan Bahasa √

9. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara


seperti "minta minum", "mau tidur"? "Terimakasih" dan Bicara dan
"Dadag" tidak ikut dinilai. √
Bahasa

Berdirikan anak
10. Letakkan bola tenis didpn kakinya. Dapatkah anak menendang
bola kecil (sebesar bola tenis) ke depan tanpa berpegangan Gerak Kasar √
pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.

TOTAL 10

Gerak Halus 2
Bicara dan Bahasa 4
Sosialisasi dan Kemandirian 2
Gerak Kasar 2

Hasil Pemeriksaan Interpretasi Tindakan


Jawaban “Ya” 9 atau 10 Sesuai umur  Memuji keberhasilan orang
tua/pengasuh.
 Lanjutkan stimulasi sesuai umur.
 Jadwalkan kunjungan
berikutnya.
TAHAPAN PERKEMBANGAN DAN STIMULASI UMUR 24 - 36 BULAN

GERAK KERAS
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Naik tangga sendiri
2. Dapat bermain dan menendang bola kecil
STIMULASI
Naik tangga sendiri
1. Dorong agar anak mau memanjat, berlari, melompat, melatih keseimbangan badan dan
bermain bola
2. Latihan menghadapi rintangan. Ajak anak bermain "ular naga", merangkak di kolong meja,
berjinjit mengelilingi kursi, melompat di atas bantal dan lain-lain
3. Usahakan agar anak melompat jauh dengan kedua kakinya bersamaan. Letakkan sebuah
handuk tua dilantai, ajari anak melompatinya. Atau buat garis di tanah dengan sebuah
tongkat atau di lantai dengan sebuah kapur tulis, sebagai batas lompatan
Dapat bermain dan menendang bola kecil
4. Melempar dan menangkap Tunjukkan kepada anak cara melempar sebuah bola besar ke
arah anda. Kemudian lemparkan kembali bola itu kepada anak sehingga ia dapat
menangkapnya.
GERAK HALUS
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Mencoret-coret pensil pada kertas
STIMULASI
Mencoret-coret pensil pada kertas
1. Dorong agar anak mau berrnain puzzle, balok-balok, memasukkan benda yang satu ke
dalam benda lainnya, dan menggambar
2. Membuat gambar tempelan. Bantu anak memotong gambar-gambar dari majalah tua
dengan gunting untuk anak. Dengan lem kertas atau karton atau membuat gambar
tempelan. Bicarakan dengan anak tentang apa yang sedang dibuatnya.
3. Memilih dan mengelompokkan benda- benda menurut jenisnya.
Berikan kepada anak bermacam-macam benda, misalnya: uang logam, berbagai jenis kancing,
benda berbagai wama, dan lain¬ lain. Minta anak memilih dan mengelompokkan benda-benda itu
menurut jenisnya. Mulai dengan 2 jenis benda yang berlainan, kemudian sedikit demi sedikit
tambahkan jenisnya.
4. Mencocokkan gambar dan benda, tunjukkan kepada anak cara mencocokkan gambar bola
dengan sebuah bola yang sesungguhnya.Bicarakan mengenai bentuknya, gunanya dan
sebagainya.
5. Konsep jumlah. Tunjukkan kepada anak cara mengelompokkan benda dalam jumlah satu-
satu, dua, tiga dan sebagainya. Katakan kepada anak anda berapa jumlah benda dalam satu
kelompok dan bantu ia menghitungnya, ini ada 3 biji kacang, mari kita hitung, satu, dua,
tiga
6. Bermain/menyusun balok-balok. Beli atau buat satu set balok mainan anak. Anak akan
main dengan balok-balok itu selama bertahuntahun. Bila anak anda bertambah besar, anda
dapat menambah jumlahnya.

BICARA BAHASA
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.
2. Dapat menunjuk 1atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
3. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih
4. Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta.
STIMULASI
1. Bicara dengan baik, gunakan ejaan bahasa yang baik dan benar dan tidak cadel,
menggunakan 2 kata
2. Bacakan buku cerita anak.Buat agar anak melihat anda membaca buku. Hal ini
mengandung pesan pentingnya manfaat membaca. buku cerita dengan tulisan dan gambar
yang besar-besar, supaya menarik minat anak. Ketika selesai membacakan, ibu dan bapak
dapat mengajukan 5 W dan 1 H; who (siapa tokohya); what (apa yang terjadi); when
(kapan terjadinya); where (di mana terjadinya); why (mengapa bisa terjadi); how
(bagaiman bisa terjadi). Tujuannya melatih anak untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis.
3. Dorong agar anak mau bercerita apa yang dilihatnya baik dari buku maupun ketika jalan-
jalan.
4. Bantu anak dalam memilih acara TV, dampingi anak ketika menonton TV. Batasi waktu
menonton maksimal 1jam sehari.
5. Acara/berita TV terkadang menakut¬kan anak. Jelaskan pada anak, apakah hal itu nyata
atau tidak.
6. Menyebut nama lengkap anak. Ajari anak menyebut namanya secara lengkap. Sebut nama
lengkap anak dengan perlahan. Minta anak mengulanginya.
7. Berceritera tentang diri anak. Anak senang mendengar cerita tentang dirinya. Ceritakan
kembali kejadian-kejadian lucu dan menarik yang dialami anak.
8. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
9. Menyebut nama berbagal Jenis pakaian.
Ketika mengenakan pakaian anak, sebut nama jenis pakaian tersebut (kemeja, celana, kaos, celana,
rok,dsb). Minta anak mengambil pakaian yang anda sebutkan sambil menyebutkan kembali
jenisnya.
10. Menyatakan keadaan suatu benda. Ketika mengajak anak bicara, gunakan ungkapan yang
menyatakan keadaan suatu benda. Misal:"Pakai kemeja yang merah", "Bolamu yang
kuning ada di bawah meja", ”Mobil-mobilan yang biru itu ada di dalam laci", dan
sebagainya.
SOSIALISASI KEMANDIRIAN
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
2. Melepas pakaiannya sendiri.
STIMULASI
1. Melatih buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi/ WC
2. Ajari anak untuk memberitahu anda bila ingin buang air kecil/buang air besar.
3. Dampingi anak saat buang air kecil/ buang air besar dan beritahu cara membersihkan diri
dan menyiram kotoran.
4. Berpakaian. Ajari anak berpakaian sendiri tanpa bantuan.Beri kesempatan anak memilih
sendiri pakaian yang akan dikenakannya.
5. Bujuk dan tenangkan ketika anak kecewa dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya
6. Sering-sering ajak anak pergi ke luar mengunjungi tempat bermain, toko, kebun binatang
dan lain-lain.
7. Ajak anak membersihkan tubuhnya ketika kotor kemudian mengelapnya dengan bantuan
anda sesedikit mungkin.Demikian juga dalam berpakaian dan melakukan pekerjaan rumah
tangga yang ringan.
8. Berdandan. Biarkan anak berdandan mengenakan pakaian dewasa yang sudah tua. Beri
anak beberapa topi anak-anak, rok, celana, kemeja, sepatu, dsb. Biarkan anak memilih
sendiri mana yang akan dipakainya.
DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PENDENGARAN
TEST DAYA DENGAR (TDD)

Umur lebih dari 24 bulan sampai 30 bulan Ya Tidak


1. Kemampuan Ekspresif:
Apakah anak mulai menggunakan kata-kata lain, selain Ya -
kata mama, papa, anggota keluarga lain dan hewan
peliharaan? Apakah anak mulai mengungkapkan kata yang
berarti “milik” misal “susu kamu”, “bonekaku”? Ya -
2. Kemampuan Reseptif;
Apakah anak dapat mengerjakan 2 macam perintah dalam
satu kalimat, sepperti ambil sepatu dan taruh disini, tanpa Ya -
diberi contoh?
Apakah anak dpat menunjuk minimal 2 nama benda di
depannya (cangkir, bola, sendok)? Ya -
3. Kemampuan Visual;
Apakah anak secara spontan memulai permainan dengan Ya -
gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba?
Apakah anak anda menunjuk dengan jari telunjuk bila Ya -
ingin sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan semua
jari?
Total Jawaban Tidak 6 0

Hasil Pemeriksaan Interpretasi Tindakan


Jumlah Jawaban “Tidak” Sesuai umur  Memuji keberhasilan
=0 orang tua/pengasuh.
 Lanjutkan stimulasi sesuai
umur.
 Jadwalkan kunjungan
berikutnya.
DETEKSI DINI AUTIS PADA ANAK
ALGORITMA PEMERIKSAAN M-CHAT pada anak diatas 18 bulan

INSTRUMEN PEMERIKSAAN MODIFIED CHECKLIST FOR AUTISM IN


TOODLER (M-CHAT)
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anak anda senang diayun, melambung di lutut anda √
dan sebagainya ?
2. Apakah anak anda senang / tertarik dengan anak-anak lain ? √
3. Apakah anak anda senang memanjat seperti tangga ? √
4. Apakah anak anda senang bermain cilukba / petak umpet ? √
5. Apakah anak anda sering bermain pura-pura, contohnya; √
berbicara ditelepon atau bermain dengan boneka atau bermain
pura-pura yang lain ?
6. Apakah anak anda sering menunjuk dengan jarinya untuk √
bermain sesuatu ?
7. Apakah anak anda sering menunjuk dengan jarinya untuk √
mengindikasikan ia tertarik sesuatu ?
8. Dapatkah anak anda bermain pantas dengan mainan kecil √
(seperti mobil atau benda kecil) tanpa memasukkan ke dalam
mulut , menguyah atau menjatuhkannya ?
9. Apakah anak anda sering membawa benda didepan orang tua √
untuk menunjukkan kepada anda sesuatu ?
10. Apakah anak anda melihat mata anda lebih dari satu atau dua √
detik ?
11. Apakah anak anda sering terlihat sensitif yang berlebihan √
terhadap suara berisik ? (seperti menutup telinga)
12. Apakah anak anda tersenyum sebagai respon terhadap wajah √
atau senyum anda ?
13. Apakah anak anda meniru perilaku anda? (misal ketika anda √
membuat ekspresi wajah, apakah anak anda meniru anda ?
14. Apakah anda berespon ketika namanya dipanggil ? √
15. Jika anda menunjuk mainan yang ada di ruangan, apakah anak √
anda melihatnya ?
16. Apakah anak anda berjalan ? √
17. Apakah anak anda melihat benda yang anda lihat ? √
18. Apakah anak anda membuat gerakan jari yang tidak biasanya √
dekat wajahnya ?
19. Apakah anak anda berusaha menarik perhatian anda terhadap √
aktivitasnya ?
20. Apakah anda sering khawatir apabila anak anda tuli ? √
21. Apakah anak anda mengerti apa yang dikatakan orang lain ? √
22. Apakah anak anda kadang-kadang memandang untuk hal yang √
tidak jelas atau mondar mandir tanpa tujuan ?
23. Apakah anak anda melihat wajah anda untuk melihat reaksi √
anda ketik bertemu sesuatu yang tidak dikenal ?

KETERANGAN :
 Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan penting
(crirical item ) jika dijawab tidak berarti pasien mempunyai risiko ringgi
autism. Jawaban tidak pada dua atau lebih critical item atau tiga pernyaan
lain yang dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya, orang tua
menjawab tidak) maka anak tersebut mempunyai risiko autism.
 Jika perilaku itu jarang dikerjakan ( misal anda melihat satu atau 2 kali) ,
mohon dijawab anak tersebut tidak melakukannya.
Misal: jawaban 1. Tidak 2. Tidak 3. Tidak 4. Tidak 5. Tidak 6. Tidak 7. No
8. No 9. No 10. No 11. Yes 12. No 13. No 14. No 15. No 16. No 17. No 18.
Yes 19. No 20. Yes 21. No 22. Yes 23. No Kita Curigai sebagai faktor
risiko autism.
HASIL PENGUKURAN LINGKAR KEPALA LAKI-LAKI

NAMA : An. M GRA LAKI-LAKI


TGL. LAHIR : 25 September 2018

Dari NELHAUS. G. Pediat 41 . 106 . 1968 Ukur lingkar kepala dengan teratur
tiap 3 bulan

TGL Pengukuran : 20 Maret 2021


Pengukuran ke-1 Pengukuran Ke-2 Pengukuran Ke-3
48 cm

Keterangan:
Di atas zona Hijau : Macrocephal (Lingkar kepala lebih dari normal)
Zona Hijau : Normal
Di bawah zona hijau: Microcephal (lingkar kepala kurang dari normal)
79
Sumber : Kemenkes. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak Hal 67-79.
Jakarta. Kemenkes.

Anda mungkin juga menyukai