Anda di halaman 1dari 40

Disusun oleh

1. Dyah Ayu Pratiwi


2. Intan Septiana
3. Theresia Gladis M.D
4. Rizkya Anggie Pratiwi
5. Annisa Hartanti
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Child Abuse
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau
perbuatan orangtua atau orang yang merawat
anak yang mengakibatkan anak menjadi
terganggu mental maupun fisik,
perkembangan emosional, dan perkembangan
anak secara umum. Child abuse adalah
tindakan lisan atau perilaku yang
menimbulkan konsekuensi emosional yang
merugikan (Wong, 2013).
Sementara menurut U.S Departement of Health,
Education and Wolfare memberikan definisi
Child abuse sebagai kekerasan fisik atau
mental, kekerasan seksual dan penelantaran
terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang
dilakukan oleh orang yang seharusnya
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
anak, sehingga keselamatan dan
kesejahteraan anak terancam.
B. Tanda dan Gejala
Untuk mendapatkan data perilaku kekerasan, perawat harus
melakukan observasi terhadap tanda dan gejala perilaku klien sebagai
berikut (Yusuf, 2015):
1. Emosi yang meliputi: perasaan tidak adekuat, tidak aman, marah
(dendam) dan jengkel.
2. Intelektual antara lain mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat dan
meremehkan
3. Fisik yaitu muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat,
sakit fisik, penyalahgunaan zat dan tekanan darah meningkat.
4. Spritual yaitu meliputi: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri,
keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
5. Sosial seperti: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,
ejekan, humor.
C. Klasifikasi Child Abuse
1. Dalam keluarga
• Penganiayaan fisik, non Accidental “injury”
mulai dari ringan “bruiser laserasi” sampai
pada trauma neurologik yang berat dan
kematian.
• Penelantaran anak/kelalaian
• Penganiayaan emosional
• Penganiayaan seksual
2. Di luar rumah
• dalam institusi/lembaga
• ditempat kerja
• dijalan
• di medan perang
D. Anatomi Fisiologi
E. Patofisiologi
Child abuse adalah suatu kelainan atau perbuatan orangtua atau
orang yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi
terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan
perkembangan anak secara umum.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan child abuse yaitu
faktor anak, faktor orang tua, dan faktor lingkungan. Faktor anak
bisa dikarenakan anak tidak diinginkan, anak cacat, retardasi
mental, dan lain lain. Faktor orang tua yaitu orang tua pecandu
alkohol, narkoba, kelainan jiwa, depresi atau stress, pengalaman
penganiayaan waktu kecil. Sedangkan faktor lingkungan yaitu
keluarga kurang harmonis, orang tua tidak bekerja, kemiskinan
dan kepadatan hunian.
Child abuse dapat dilakukan oleh orang tua, anggota
keluarga dan orang lain akan menimbulkan tindakan
kekerasan yang dapat mengakibatkan luka seperti
lecet dan lebab pada bagian tubuh anak sehingga
dapat mengakibatkan nyeri akut pada daerah luka.
Selain itu tindakan child abuse juga dapat
menyebabkan masalah kesehatan mental dan
gangguan psikologis sehingga anak memiliki risiko
perilaku kekerasan terhadap diri sendiri. Akibat child
abuse, anak biasanya ditelantarkan sehingga dapat
mengakibatkan asupan diet pada anak tidak cukup
sehingga kadar glukosa darah cenderung rendah dan
memiliki resiko ketidakstabilan kadar gula darah.
F. Pathway
G. Penatalaksanaan
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan
dan kekerasan pada anak adalah melalui:
1) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai
kegiatan dan program yang ditujukan pada
individu, keluarga, dan masyarakat :
a. Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan
keluarga sejahtera.
1. Individu
• Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat
ibadah, dan masyarakat
• Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian
konflikPendidikan seksual pada remaja yang
beresiko
• Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang
merawat bayi
• Pelayanan referensi perawatan jiwa
• Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi
dini perilaku kekerasan
2. Keluarga
• Kelas persiapan menjadi orangtua di RS,
sekolah, institusi di masyarakat
• Memfasilitasi jalinan kasih sayang pada
orangtua baru
• Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas
untuk tindak lanjut (follow up)
• Pelayanan sosial untuk keluarga
3. Komunitas
• Pendidikan kesehatan tentang kekerasan
dalam keluarga
• Mengurangi media yang berisi kekerasan
• Mengembangkan pelayanan dukungan
masyarakat, seperti: pelayanan krisis, tempat
penampungan anak/keluarga/usia
lanjut/wanita yang dianiaya
• Kontrol pemegang senjata api dan tajam
b. Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan
bagi keluarga yang stress
1. Individu
• Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian
kekerasan pada keluarga pada tiap pelayanan
kesehatan
• Rencana penyelamatan diri bagi korban secara
adekuat
• Pengetahuan tentang hukuman untuk meminta
bantuan dan perlindungan
• Tempat perawatan atau “Foster home” untuk korban
2. Keluarga
• Pelayanan masyarakat untuk individu dan
keluarga
• Rujuk pada kelompok pendukung di
masyarakat (self-help-group). Misalnya:
kelompok pemerhati keluarga sejahtera
• Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat
yang memberikan pelayanan pada korban
3. Komunitas
• Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan
pada korban dengan standar prosedur dalam menolong
korban
• Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi
respon, melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan
penegak hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera.
• Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera khususnya
bayi dan anak.
• Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah
setempat
• Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi
• Kontrol pemegang senjata api dan tajam
c. Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan
rehabilitasi keluarga dengan kekerasan
1. Individu
• Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri
bagi korban
• Konseling profesional pada individu
2. Keluarga
• Reedukasi orangtua dalam pola asuh anak
• Konseling profesional bagi keluarga
• Self-help-group (kelompok peduli)
3. Komunitas
• “Foster home”, tempat perlindungan
• Peran serta pemerintah
• “follow up” pada kasus penganiayaan dan
kekerasan
• Kontrol pemegang senjata api dan tajam
2) Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam
mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi,
yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam
pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian
tersebut sifatnya sangat pribadi dan harud dijaga
agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu
meningkatkan keamanan anak di sekolah. Sikap
atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan
agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga
dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya
fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
3) Penegak Hukum dan Keamanan
Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang
kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara
konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari
semua bentuk penganiayaan dan kekerasan.
Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak
berhak atas perlindungan terhadap lingkungan
hidup yang dapat membahayakan atau
menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya secara wajar.
4) Media Massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada
anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel
pencegahan dan penanggulangannya. Dampak
pada anak baik jangka pendek maupun jangka
panjang diberitakan agar program pencegahan
lebih ditekankan.
H. Hasil Laboratorium
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang
pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,
mental, social, dan lingkungan (Efendy, 1995).
a) Demografi
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis
kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal
suku bangsa, nama penanggung jawab, dan
hubungan keluarga. Biasanya Child Abuse banyak
diderita oleh anak-anak di bawah 18 tahun.
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Biasanya ibu pasien mengeluhkan anak mengeluh
nyeri dibagian perut
2. Alasan Pasien Masuk Rumah Sakit
Pada umumnya pasien masuk rumah sakit
dengan keluhan anak mengalami luka dan
memar di bagian tangan, kaki, dan perut
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya pasien masuk rumah sakit
dengan keluhan anak mengatakan bahwa
pasien mengeluh kesakitan dan terus meringis
sakit pada bagian yang terluka.
4. Penyakit Yang Pernah Diderita
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien belum
pernah masuk rumah sakit karena keluhan
yang sama
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat
penyakit yang menular atau penyakit
keturunan. Namun, ibu pasien mengatakan
bahwa ayah pasien memiliki beban setres yang
berat akibat ekonomi keluarga yang kurang.
c) Pola Pengkajian Fungsional GORDON
1. Pola manajemen Kesehatan dan Persepsi
Kesehatan
Arti sehat menurut pasien adalah ketika pasien
merasa baik-baik saja dan arti sakit yaitu
ketika pasien merasakan sesuatu ditubuhnya
yang menjadikan tidak nyaman.
2. Pola Metabolik-Nutrisi
Pasien mengalami penurunan nafsu makan.
3. Pola Eliminasi
Pasien menjadi lebih jarang buang air kecil
berkaitan dengan intake makanan dan cairan
yang berkurang.
4. Pola Aktivitas-Latihan
Pasien mengalami gangguan aktivitas karena saat
makan, pergi ke toilet,dan berpakaian harus
dibantu orang lain
5. Pola Istirahat-Tidur
Pasien akan mengalami gangguan pola tidur
karena nyeri yang pasien rasakan.
6. Pola Persepsi-Kognitif
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya memiliki indra penciuman,
penglihatan, dan pendengaran yang normal. Namun, pasien
sering merasakan tubuhnya mudah lelah dan lemas dan ibu
pasien hanya mencoba menyarankan anaknya untuk istirahat.

7. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri


Ibu pasien mengatakan bahwa pasien memiliki hubungan yang baik
dengan anggota keluarga yang lain. Ibu pasien mengatakan sejak
sakit anaknya menjadi terlihat sulit untuk diajak berkomunikasi.
 
8. Pola Hubungan-Peran
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien kurang berinteraksi dengan
orang lain dan sulit diajak mengobrol.
9. Pola Reproduksi-Sesksualitas
Baik

10. Pola Toleransi Terhadap Stress-Koping


Pasien sangat kaku dan tertutup untuk bicara
dengan orang lain.

11. Pola Keyakinan-Nilai


Pasien rajin beribadah namum di rumah,tidak di
tempat ibadah.
d) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien Compos mentis, suhu tubuh T: 36,5˚C, Tekanan dara
(TD): 110/90 mmhg, nadi (RR): 80x/I, pernafasan (HR): 23x/i, tinggi
badan: 160cm, berat badan: 63kg.Bentuk kepala klien bulat, simetris dan
normal dengan kulit kepala kotor dan bau, wajah klien tampak merah dan
tegang, klien memiliki 2 mata dengan posisi simetris, dan tidak ada
kelainan, pandangan klien tajam ketika klien marah, hidung klien simetris
dengan dua lubang hidung dan tidak ada cuping hidung, bentuk telinga
klien simetris kiri dan kanan, tetapi klien sesekali mendengar suara-suara
yang menyuruhnya melakukan kekerasan, mulut klien kurang bersih, bibir
menghitam karena rokok, gigi merapat, gigi kuning dan kotor, klien dapat
membedakan rasa asam dan manis, rahang klien terlihat mengatup ketika
rasa marah muncul, tidak dilakukan pemeriksaan pada leher, kulit klien
warna coklat dan sedikit kotor, akral klien hangat dan turgor kembali
normal, kulit disekitar mata terdapat lingkaran hitam, klien terlihat
mengepalkan tangannya ketika rasa marah muncul, suka melempar dan
memukul, klien sering gelisah dan berjalan mondar-mandir di ruangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan
kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual dan
potensial berdasarkan pengumpulan data yang
selama pengkajian. Analisa menampilkan kelompok
data yang mengidentifikasi ada atau resiko terjadi
masalah. Saat mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, perawat menyusun strategi keperwatan
untuk mengurangi atau mencegah bahaya
berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau
gangguan mobilisasi (Potter & Perry, 2006).
C. Intervensi Keperawatan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan
mengawali
langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil diperkirakan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.
Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi
dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan
anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literature
yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi
yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan
penatalaksaan klinik (Potter & Perry, 2005).
Perencanaa Keperawatan
Dx:Gangguan rasa nyaman
NOC (Nursing Outcome Clasification):
1. Status kenyamanan lingkungan
2. Status kenyamanan fisik
3. Status kenyamanan psikospiritual
4. Status kenyamanan sosiokultural
Kriteria Hasil:
1. Tingkat agitasi
2. Tingkat kecemasan
3. Kepuasan Klien: Lingkungan Fisik
4. Tingkat Kelelahan
5. Tingkat rasa takut
6. Nyeri: Efek yang Menggsnggu
7. Tingkat Nyeri
8. Tidur
9. Tingkat Stres
10. Kontrol Gejala
11. Perfusi Jaringan
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Tanggal Masuk : 03 Agustus 2021
Tanggal Pengkajian : 06 Agustus 2021
Bangsal/ruang : Melati 1/204
No.RM : 256920
Diagnosa Medis: Child Abuse
A. Pengkajian
a. Demografi
1. Identitas Pasien
Nama : An. S
Umur : 10 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Brawijaya No.5
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Brawijaya No.5
Penghasilan : Rp.500.000,00

Anda mungkin juga menyukai