Anda di halaman 1dari 27

PERKEMBANGAN TRADISI KEILMUAN

Makalah
Disusun dan dijadikan untuk memenuhi sebagian tugas
Pada mata kuliah Islam dalam Disiplin Ilmu

Dosen Pengampu :
Isnawati Nurul Azizah M.hum

Kelompok 2 :

Okta Muji Barokah 1901055061


Muhamad Taufan Habib Almajid 1901055106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. UHAMKA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmatnya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul Perkembangan Tradisi Keilmuan ini tepat waktu.

Adapun tujuan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dosen Ibu Isnawati Nurul Azizah
M.hum. Pada mata kuliah Islam dalam Disiplin Ilmu/IDI. Selain itu, makalah ini dibuat
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang sejarah ilmu yang berkembang mulai dari
zaman dinasti Abbasiyah bagi para pembaca juga penulis. Kami mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Isnawati Nurul Azizah M.hum. Selaku dosen IDI yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sebagian
ilmunya untuk di pelajari sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terima
kasih kepada teman-teman kelompok satu yang sudah bekerja sama demi memenuhi tugas
kuliah tersebut. Kami menyadari, makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik kritik dan saran yang dapat membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 22 March 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ………………...................................................................... ii
BAB I .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan .............................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................. 3
A. Pasang Surut Perkembangan Ilmu dan Pengetahauan ............................................ 3
1. Peradaban Yunani Kuno ……………………………………………………... 4
2. Peradaban Mesir Kuno ...................................................................................... 5
3. Peradaban antara dua sungai (Mesopotamia) ................................................... 6
4. Peradaban Persia ............................................................................................. 7
5. Peradaban Phoenisia ......................................................................................... 8
6. Peradaban India ............................................................................................. 9
7. Peradaban Cina ............................................................................................. 9
8. Peradaban Greece (Yunani Kuno) .................................................................... 10
9. Peradaban Romawi ........................................................................................... 11
10. Peradaban Arab Pra Islam ................................................................................ 12
11. Peradaban Arab Islam ...................................................................................... 12
12. Peradaban Eropa Modern ................................................................................. 14
B. Tradisi Keilmuan di dunia Islam ............................................................................ 15
C. Kontribusi Dunia Islam dalam Klasifikasi Ilmu,
Kelembagaan, Ilmuan Muslim
dan Karya/Penemuan Ilmiah .................................................................................. 21
1. Kontribusi Dunia Islam Dalam Klasifikasi Ilmu .............................................. 21
2. Kontribusi Dunia Islam Dalam Kelembagaan .................................................. 22
3. Kontribusi Dunia Islam Dalam Ilmuan Muslim
Dan Karya/Penemuan Ilmiah ............................................................................ 23
BAB III .......................................................................................................... 33
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 33
B. Saran .......................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 34
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernahkah kalian berfikir apakah pada saat zaman Yunani kuno sudah bisa
memiliki angka dan huruf seperti yang kita baca juga tulis setiap harinya?
Bagaimana cara mereka berkomunikasi? Atau apa yang membuat mereka dapat
menemukan hal yang bahkan kita saja terkadang tidak memikirkan untuk mencari
tahu hal sepele yang kita lewatkan. Tentunya semua itu memilki proses juga penelitian
jika dibutuhkan. Pada dasarnya semua keseharian yang kita lakukan tak lain adalah
hasil dari pemeikiran sepele orang –orang terdahulu, mulai dari bercocok tanam,
meneliti benda atau hewan optik hingga benda luar angkasa.Namun hasil yang kita
nikmati sekarang ini sudah memlalui banyak hambatan juga perselihan diantara
mereka yang mempertahankan atau memperluas ilmu mereka. Semua informasi yang
dikumpulkan akan diwariskan turun temurun dengan alat komunikasi sesuai zamannya,
seperi menulis diatas batu, menulis di atas kulit hewan yang sudah di keringkan
sebagi pengganti kertas, berupa gambar atau bahkan mind maping. Semua haltersebut
dianggap langka dan banyak yang di jadikan prasati atau di pajang di museum
demi menjaga kelestarian dan membuktikan bahwa zaman sudah berganti juga sebagai
bahan pelajaran mengenai isinya, mengingat umur manusia yang singkat juga priode
yang selalu berovolusi pesat hal ini sangat di butuhkan bagi mereka yang haus akan
sejarah dunia.

B. Rumusan Masalah

Dengan adanya keberagaman peradaban di seluruh penjuru dunia, di


temukannya beberapa permasalahan terkait pembahasan, yaitu:

1. Apa penemuan yang ditemukan oleh para arkeolog pada zaman Mesir kuno?
2. Apakah pada era Mesir kuno sudah mengenal huruf dan angka?
3. Apa yang membuat peradaban Cina lebih maju dari pada peradaban lainnya?
4. Mengapa peradaban Eropa modern disebut juga zaman kebangkitan?
5. Adakah yang membedakan peradaban Arab Islam dengan peradaban lainnya?
C. Tujuan

Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah juga


membagi ilmu kepada pembaca juga penyusun makalah. Dengan mengenal juga
mengenang peradaban keilmuan yang sudah di lalui dari beragam evolusi peradaban
mengenalkan apa yang sudah di kontribusikan oleh beragam peradaban untuk
dunia. Mengingat setiap daerah atau negara memiliki tradisi tersendiri alangkah
baiknya kita mengenal juga mengetahui perbedaan dari setiap peradaban yang
dijabarkan. Perbedaan yang dimiliki setiap peradaban tidak berbeda jauh, semua
bermula dari ketidak tahuan yang berkembang setiap periodenya, walapun begitu
yang membuat mereka berbeda adalah kepercayaan setiap perdabaan setiap daerah
yang menghasilkan tradisi khasmasing –masing negara saat ini.Pada era modern ini
banyak teknologi yang mepermudah pekerjaan, tidak seperti zaman yang kami susun
dalam makalah semua berawal dari ketidak tahuan yang menghasilkan peradaban
cemerlang.

D. Manfaat

Setelah membaca dan juga menyusun makalah kami berharap pembaca dapat
mendapatkan sedikit informasi tambahan tentang apa yang sudah terjadi di abad yang
belum pernah sekalipun menikmati teknologi maju seperti saat ini. Dengan tersusunnya
makalah ini kami juga bisa mengenalkan beragam perdaban disetiap penjuru dunia, dan
apa saja yang sudah mereka hasilkan untuk generasi penerusnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pasang Surut Perkembangan Ilmu dan Pengetahauan

Di kalangan para ahli sejarah banyak pendapat yang beragam dalam


mendefinisikan termsejarah, namun dapat penulis simpulkan bahwa pada intinya sejarah
adalah kesinambungan atau rentetan suatu peristiwa/ kejadian antara masa lampau, masa
sekarang dan masa depan. Hal ini dapat diketahui dari segi kronologis dan geografis,
yang bisa dilihat dengan kurun waktu dimana sejarah itu terjadi. Dalam setiap periode
sejarah pekembangan ilmu pengetahuan memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu.
Tetapi dalam pembagian periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan ada perbedaan
dalam berbagai literature yang ada. Maka dari itu, untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan secara mudah, di sini telah dilakukan elaborasi dan
klasifikasi atau pembagian secara garis besar. Berikut adalah uraian singkat dari masing-
masing periode atau sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa. Kalau
pengetahuan lahir sejak manusia pertama diciptakan, maka perkembangannya sejak
jaman purba. Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi periodeisasi sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada
zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer.
Sedangkan George J. Mouly membagi perkembangan ilmu menjadi tiga (3) tahap yaitu
animisme, ilmu empiris dan ilmu teoritis. George J. Mouly dalam bukunya Jujun S
Suriasumantri, (1985:87) menjelaskan bahwa permulaan ilmu dapat ditelusuri sampai
pada permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan
beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti
keadaan dunia. Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran
sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir dimana banjir Sungai Nil terjadi tiap tahun ikut
menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri dan kegiatan survey. George J.
Mouly menjelaskan bahwa pada tahap animisme, manusia menjelaskan gejala yang
ditemuinya dalam kehidupan sebagai perbuatan dewa-dewi, hantu dan berbagai makhluk
halus.

Pada tahap inilah pola pikir mitosentris masih sangat kental mewarnai pemikiran
bangsa Yunani sebelum berubah menjadi logosentris. Sebagai contoh, gempa bumi pada
saat itu tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang
menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam
tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi
secara kualitas. Dari hal tersebut diketahui bahwa proses berpikir manusia menuntut
mereka untuk menemukan sebuah metode belajar dari pengalaman dan memunculkan
keinginan untuk menyusun sesuatu hal secara empiris, serta dapat diukur. Dalam sejarah
mencatat bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh dunia sebagai perintis terbentuknya
ilmu karena telah berhasil menyusunnya secara sistematis. Implikasi dari hal tersebut
manusia akan mencoba merumuskan semua hal termasuk asal-muasal mitos-mitos karena
mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat dijelaskan asalusulnya dan kondisi
sebenarnya. Sehingga sesuatu hal yang tidak jelas yang hanya berupa tahu atau
pengetahuan dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan pada saat
itu. Dari sinilah awal kemenangan ilmu pengetahuan atas mitos-mitos, dan kepercayaan
tradisional yang berlaku di masyarakat.

1. Periode Yunani Kuno

Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memilki peradaban.
Oleh karenanya Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan induk dari
ilmu pengetahuan. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang
jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di
tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka
ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Menurut Bertrand Russel,
diantara semua sejarah, tak ada yang begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan
selain lahirnya peradaban di Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban
yang telah ada ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu
belum utuh sampai kemudian bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya. Seiring
dengan berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan berfikir oleh bangsa
Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga berkembang pada generasi-generasi
setelahnya. Itu ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya
terasa hingga sekarang. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan
entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Zaman ini berlangsung dari
abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap an inquiring
attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima segitu saja).
Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak
kejayaannya atau zaman keemasannya.

2. Peradaban Mesir Kuno

Bangsa mesir kuno telah membangun peradaban yang paling maju di dunia
di sepanjang alur sungai Nil pada permulaan millenium kelima sebelum masehi. Hal ini
terjadi bersamaan dengan permulaan masa dinasti di tahun 3400 SM dimana Mesir
sedang berada di bawah kekuasaan Fir’aun yang mengalami masa kejayaan dengan
bukti berdirinya berbagai macam jenis bangunan piramida yang megah di Giza,
yang hingga detik ini telah masuk sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.Sejarah
mesir melewati berbagai fase yang disertai dengan berbagai masa kemunduran yang
diakibatkan oleh faktor peperangan dalam negeri dan revolusi. Pada akhir abad ke-
11 SM mulai muncul kelemahan pada peradaban mesir dikarenakan banyaknya
perang serta konflik sehingga mesir akhirnya dikuasai oleh orang-orang Hapashah
(abisiania/Ethiopia), Assuria/Assyria dan Persia. Kemudian pemerintahan Mesir
dikuasai oleh Alexander yang Agung dari Macedonia sampai datanglah pejajahan
Romawi tahun 30 pada masa kekaisaran Augustus, seorang pendiri Imperium
Romawi.Bangsa Mesir Kuno banyak menggunakan tulisan hieroglif di atas kertas-kertas
papyrus, dinding-dinding kuil dan beberapa piramida untuk membukukan ilmu
pengetahuan serta hasil-hasil dari pemikiran mereka. Berbagai studi arkeolog dan
papyrus menyatakan bahwa bangsa Mesir Kuno berhasil menggapai kemajuan
yang luar biasa dalam bidang astronomi, aritmetika, kedokteran, farmasi, geometri,
pertanian dan lainnya. Selain kemajuan-kemajuan tersebut mereka juga pandai
dalam menggambar, memahat, mendirikan bangunan dan pengawetan jenazah,
membuat perhiasan dan kerajinan kaca berwarna, mengolah tembaga dan mineral,
pertukangan, dan sebagainya.Beberapa manuskrip atau tulisan tangan yang telah
ditulis oleh orang terdahulu yang masih ada sampai saat iniyang terbuat dari kertas
papyrus yang berhasil ditemukan pada akhir abad ke 19 M dijadikan referensi
utama dalam studi dan penelitian ilmu pengetahuan di Mesir kuno diantaranya ada
Papyrus

Ebers yang terdapat di Universitas Leipzig, Papyrus Edwin Smith, Rhind,


Shistripiti, London, Berlin dan lainnya. Pembagian metode ilmiah pertama mengenai
notasi matematika mesir kuno dapat dilihat dengan jelas disaat mereka menemukan
bilangan desimal yang didasarkan pada simbol-simbol khusus bagi hitungan satuan,
puluhan, ratusan, ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, hingga sejuta. Hal ini yang
menempatkan peradaban Mesir Kuno lebih unggul serta berkualitas dibandingkan
peradaban-peradaban yang ada pada masa itu.

3. Peradaban antara dua sungai (Mesopotamia)

Mesopotamia merupakan nama kuno untuk wilayah yang saat ini dikenal sebagai
negara Irak. Dalam bahasa Yunani, Mesopotamia berasal dari kata mesos (tengah) dan
potamos (sungai) karena Mesopotamia ini sendiri merupakan daratan yang letaknya
diantara dua sungai besar yaitu sungai Eufrat dan Sungai Tigris. Letak mesopotamia
yang berada diantara dua sungai ini mempunyai berkah tersendiri bagi wilayah
mesopotamia walaupun sering dilanda banjir akibat dua sungai tersebut namun luapan
lumpur akibat banjir tersebut membuat tanah di mesopotamia menjadi subur. Hal ini
dimanfaatkan dengan baik oleh penduduk Mesopotamia untuk bercocok tanam, dimana
pada awalnya sebagian besar penduduk Mesopotamia ini hanya mengandalkan berburu
serta mengumpulkan makanan untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Oleh karena itu,
terbentuklah peradaban yang lebih tinggi yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan,
teknologi dan sosio-ekonomi masyarakat. Kesuburan serta kemakmuran itu
menyebabkan timbulnya rasa iri hati bangsa lain yang tinggal disekitar tepi-tepi lembah
sungai. Hingga datanglah serbuan-serbuan dari luar yang ingin memperebutkan air irigasi
dan tanah itu. Bangsa yang mencapai peradaban yang layak untuk pertama kalinya di
lembah sungai efrat dan tigris ini menamai dirinya bangsa Sumeria. Bangsa sumeria
diperkirakan datang dari kawasan perbukitan sebelah timur laut Mesopotamia sebelum
tahun 4000 SM dengan penduduk semit yang juga telah ditemukan disana (1 ADABIYA,
Volume 22 No. 1 Februari 2020).

Orang-orang Sumeria mulai memimpin dan membangun proyek irigasi guna


memajukan kehidupan perkampungan. Sekitar tahun 3500 SM mereka telah
menghasilkan peradaban yang maju, dengan perkembangan kota-kota, sistem organisasi
politik, etika religius dan pemerintahan negara-kota (city-state) dengan menekan pada
aspek peradaban yang baik. Pada masa ini juga penggunaan logam serta sistem penulisan
sudah digunakan. Pada abad ke-26 SM Bangsa Somit dari Akkadia menguasai
Mesopotamia selama dua abad yaitu 2500-2300 SM. Mereka menguasai kota-kota yang
dibangun oleh bangsa Sumeria, namun tidak serta merta merusak budaya yang telah ada
melainkan mereka mengadopsinya mulai dari tulisan, sistem kalender dan cara bisnis.
Tahun 2300 SM merupakan kebangkitan orang-orang Sumeria yang ditandai dengan
munculnya raja Shiraryang menamakan dirinya sebagai raja Sumeria-Akkadia, tetapi
supremasi ini hanya berlangsung sangat singkat. Akhir milenium ketiga, bangsa Sumeria-
Akkadia ditaklukkan oleh bangsa Semit lainnya yaitu Syria. Ketika dipimpin oleh raja
Hammurabi (1943-1905 SM). Mereka memperluas ekspansinya sampai ke kawasan
Assyria dengan Babylon dijadikan ibu kota kerajaan. Setelah berdirinya emperium bangsa
Semit yang kedua ini, bangsa Sumeria tidak pernah muncul lagi dalam sejarah politik,
tetapi bagaimanapun peradaban yang telah mereka bangun merupakan pondasi bagi
peradaban seluruh penakluk di lembah Tigirs-Eufrat. Setelah bangsa Babilonia
mengalami kemunduran, kemudian datanglah bangsa Assuria yang pada awal
pemerintahannya terbatas pada daerah Kurdistan dan Mosul. Ibukota mereka bernama
Assur, kemudian berpindah ke Ninovah. Pada tahun 612 SM, pemerintahan bangsa
Assyuria mengalami kejatuhan hingga peradaban di daerah Mesopotamia ini harus pindah
ke tangan bangsa Kaldania yang bermigrasi dari Amorro dan membangun pusat
komunitasnya di Babilonia dimana mereka membangun kembali zaman keemasannya.
Namun hal ini tidak bertahan lama karena dijajah oleh Koresh dari Persia pada
tahun 539 SM. Peradaban Mesopotamia menjadi hancur setelah berhasil meninggalkan
berbagai macam warisan pemikiran yang memenuhi Perpustakaan Tsaur Bin Ba’l atau
dikenal dengan Asyurbanibal oleh bangsa Eropa. Dokumen-dokumen yang menjadi
referensi utama untuk dijadikan studi penelitian tentang warisan budaya daerah
Mesopotamia berupa lempengan-lempengan batu bata yang ditulis dengan alat yang
menyerupai paku kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari atau
dibakar menggunakan bara api hingga mengeras dengan sebagian besar ditemukan oleh
Sir Henry Leopard pada tahun 1849. Lempengan-lempengan ini membuktikan
keunggulan bangsa-bangsa di daerah mesopotamia serta memperlihatkan keterampilan
mereka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu peradaban Mesir,
Summeria, Akkadia, Babilonia serta Assuriaa merupakan pondasi awal terbangunnya
ilmu pengetahuan yang menjadi titik tumpu pertumbuhan dan perkembangan pemikiran
manusia hingga semua peradaban dunia pada masa kuno dan zaman pertengahan.

4. Peradaban Persia
Negara persia saat ini dikenal dengan nama Iran yang penduduknya merupakan
keturunan bangsa Arya. Awalnya, mereka adalah suku-suku bangsa yang terpisah-pisah
dan yang terbesar adalah Akhemediyah. Pada tahun 555 SM, salah satu pemimpin suku
Akhmediyah yang bernama Koresh berhasil merebut kekuasaan dari bangsa Media dan
membentuk pemerintahan Persia yang kemudian tumbuh serta berkembang pesat
sehingga menjelma menjadi sebuah imperium, yang wilayah kekuasaannya membentang
hingga daerah Shindu di sebelah Timur, daerah di antara dua sungai dan pesisir
Phoenisia, Mesir, Asia Kecil, dan dua sisi wilayah Utara Yunani di sebelah Barat.
Peradaban Persia disebut akumulasi dari peradaban bangsa-bangsa yang ditundukannya
dengan komunitas istana yang didalamnya terdapat banyak kaum intelektual, kaum
dokter, dan astronom dari Babilonia, Mesir, India maupun Yunani. Selain itu tulisan paku
yang masih digunakan untuk pembukuan mengalami beberapa penyesuaian hingga
menjadikan bahasa Aram sebagai bahasa resmi. Pada akhir abad ke 4 SM, situasi dan
kondisi imperium Persia mulai memudar serta mengalami kemunduran dikarenakan
wilayah kekuasaanya semakin luas yang dimana menyebabkan semakin sulitnya
mengelola wilayah kekuasaan tersebut. Hingga akhirnya kekaisaran jatuh pada tahun 331
SM di tangan Alexander Agung yang kemudian membagi wilayah menjadi beberapa
wilayah kecil agar tidak memberikan ancaman terhadap negara Yunani. Pemerintahan
bangsa Greece di Persia berlangsung hingga tahun 226 M, ketika Ardasyir bin Babek
pendiri dinasti keempat penguasa Persia yang dikenal 8 dengan Kekaisaran Sasaniyah
atau Akasirah hingga berhasil mengembalikan wilayah-wilayah Arab yang berdampingan
dengannya dalam wilayah kekuasaan, yang di antaranya adalah Al-Hirah, Al-Anbar. Lalu
ia memberikan kemerdekaan agar penduduknya menjadi benteng hidup dari serangan
bangsa Arab dan memanfaatkan mereka ketika harus berperang melawan Romawi.
Bersamaan dengan berdirinya kekaisaran Sasaniyah di Persia, maka mereka menjadikan
Tisofon ftota-kota di sekitar sungai Tigris) sebagai pusat pemiagaan di wilayah Timur.
Kekuatan ekonomi dan perdagangan di Timur pun berpindah secara betahap ke tangan
penguasa Persia, yang menguasai berbagai aktifitas pemiagaan di Teluk Arab hingga
dekat masa kemunculan Islam. Akhir penguasa mereka benama Yazidgard III, yang
senantiasa melawan penaklukan Arab-Islam, akan tetapi gagal.
5. Peradaban Phoenisia

Bangsa phoenisia pada dasarnya berafiliasi dengan suku-suku bangsa Smith yang
dikenal dengan Kanan, dimana mereka bermigasi dari semenanjung Arab pada
pertengahan millenium keempat sebelum masehi dan tinggal di daerah sekitar laut
Mediterania di wilayah pesisir yang bernama Phoenix. Letak daerah phoenix sangat
strategis, digunakan sebagai satu-satunya jalur lalu lintas intenasional antar berbagai
benua. Disamping itu juga letak laut mediterania juga terasa lebih strategis dan potensial
dikemudian hari menjadi pendukung utama berdirinya peradaban phoenisia dan
memperluas wilayah kekuasaan dan pengaruhnya. Dikarenakan letakya yang strategis
menyebabkan bangsa-bangsa lain yang berada disekitarnya tertarik untuk melakukan
pemberontakan guna menguasainya sehingga secara umum sejarah phoenix merupakan
periode terputus-putus. Periode ini dipisahkan dengan masa kemerdekaan sejati, yang
dimulai sejak millenium pertama sebelum masehi akibat perseteruan dan konflik antara
suku-suku palesto yang tersebar di daerah sekitar laut mediterania timur. Mereka bahkan
berusaha meyerang bangsa Mesir namun berhasil dihadang oleh Ramses II yang berhasil
juga menguasai beberapa kota di pesisir Phoenix. Hingga akhirnya menetap di tanah
Palestina yang akhirnya tidak lagi menjadi ancaman bagi bangsa Phoenisia. Karya yang
paling terkenal pada peradaban Phoenisia pada masa kemerdekaan sejatinya adalah abjad
phoenesia yang kemudian prinsip prinsipnya diadopsi bangsa greece dan menjadi
referensi utama huruf abjad yang sekarang terkenal di dunia. Sejarah telah mencatat
tentang keunggulan bangsa Phoenisia dalam bidang astronomi, geografi, matematika,
aritmatika, dan ilmu hitung lainnya karena kejeniusan pemikiran dagang mereka yang
membentuk karakter tersebut. Kemampuan tersebut mendorong mereka untuk
mengarungi samudera dan lautan serta memanfaatkan kemampuan mereka dalam bidang
geografi serta astronomi untuk mengembangkan pelayaran dan perniagaan.

6. Peradaban India

India terletak di Asia Selatan dengan dataran-dataran rendah serta padang


rumputnya yang luas dialiri sunga-sungai besar seperti sungai Gangga, Shindu (Indhus)
dan brahma Putera. Berbagai penggalian yang dilakukan para arkeolog di sekitar lembah
Shindhu menunjukan bahwa peradaban India terjadi pada abad ke 19 dan 20 SM oleh
penduduk pribumi India atau Dravida. Kemajuan pemikiran dalam peradaban India
merupakan buah kebijakan dan dukungan raja Ashoka (273 SM-232 SM), dimana
wilayah kekuasaannya mencakup sebagian besar India dan Afghanistan. Peran yang
dimainkan peradaban India kuno dalam memperkaya pemikiran manusia tidak kalah
pentingnya dengan peran yang dimainkan peradaban-peradaban kuno lainnya di dunia.
Para ilmuwan India berhasil menorehkan berbagai prestasi gemilang dan kongkret dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti ilmu-ilmu alam dan matematika dengan
penerapannya, kedokteran dan industri. Di samping itu, mereka juga piawai dalam
membuat berbagai kerajinan seperti mewarnai, menyamak, membuat sabun, kaca, semen,
dan lainnya.

7. Peradaban Cina

Negara Cina terletak di Asia bagian Timur. Disebelah barat dan utaranya
berbatasan dengan daerah Siberia dan mongolia (gurun gobi). Negara cina merupakan
salah satu tempat yang mempunyai peningalan tertua dan tinggi tingkat peradabannya.
Sisa-sisa peninggalan tertua ditemukan di lembah sungai Yang Tze Kiang, Sungai Huang
Ho dan Sungai Hual. Ketiga sungai ini sering dilanda banjir dengan endapan lumpur
banyak namun hal ini membuat daerahnya menjadi subur. Peradaban Cina Kuno memiliki
keistimewaan karena merupakan karya orisinil mereka sendiri. Sejarah menyebutkan
bahwa mereka tidak mengadopsi kebudayaan dari bangsa lain, kecuali sedikit sehingga
dapat mempertahankan keyakinan-keyakinan dan filosofi hindu mereka sendiri. Mereka
sangat memperhatikan kehidupan dunia karena keyakinan mereka bahwa manusia
haruslah memaksimalkan perhatian dan potensinya dalam memanfaatkan pengalaman-
pengalaman kehidupan dunia. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
bangsa Cina dikenal sebagai orang yang pertama kali mempersembahkan alat cetak,
kertas, tinta, uang kertas, kompas, dan alat pencatat gempa kepada dunia. Dan juga
mereka berhasil menunjukan kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran, farmasi,
astronomi dan matematika.

8. Peradaban Greece

Yunani merupakan pusat peradaban tertua di Eropa. Tingginya tingkat peradaban


Yunani itu dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu keadaan alamnya, penduduknya dan
lain sebagainya.Daerah Yunani terletak diujung tenggara benua Eropa. Sebagian besar
kepulauan di laut Aegea dan Laut Ionia masuk wilayah Yunani. Di sebelah utara, Yunani
berbatasan dengan Albania, Yugoslavia, Bulgaria, dan Turki di daratan Eropa. Di sebelah
timur, Yunani dikelilingi oleh Laut Aegea, di sebelah selatan dengan Laut Tengah, dan di
sebelah barat dengan Laut Ionia. Hasil pemikiran dan karya-karya filsafat bangsa Yunani
telah diterjemahkan dan dipelajari hingga kini. Para Filsuf Yunani dianggap sebagai
konseptor yang meletakkan dasar-dasar alam pikiran filsafat Eropa (Dunia Barat). Filsafat
bangsa Yunani banyak diterjemahkan dan ditafsirkan oleh para filsuf Islam dan melalui
kesusastraan Islam. Inilah buah pikiran filsafat Yunani masuk ke Persia dan negeri-negeri
Asia Lainnya. Di antara nama-nama terpopuler yang memainkan peran signifikan dalam
sejarah peradaban Greece adalah Herodotus yang bergelar Bapak Sejarah, dan beberapa
filosof terkemuka Yunani seperti Socrates, Plato, Aristoteles, serta guru-guru mereka
seperti Thales, Anaximander, Anaximenes, Pythagoras, Abqirath, dan Archimedes. Pada
masa Halyinah Asy-Syarq, kota Alexandria menjadi mercusuar sastra, seni, dan ilmu
pengetahuan, hingga perpustakaannya memuat lebih dari enam ratus jilid buku. Berkat
keberadaan kertas-kertas papyrus, maka di sana terdapat jutaan orang terpelajar yang
mampu menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan dan bahkan berhasil mengorbitkan
sejumlah intelektal terkemuka seperti pakar teknik rekayasa Euclides, ahli fisika
Archimedes, pakar geografi Eratostines, dan pakar astronomi Aristorakhes. Kontribusi
peradaban Greece terhadap peradaban manusia terfokus pada kenyataan bahwa peradaban
ini mampu menjelaskan pengertian-pengertian yang mengungkapkan tentang berbagai
realita kehidupan, hakikat alam semesta, dan pengetahuan. Tidak mengherankan jika di
kemudian hari terdapat banyak istilah bangsa Greece yang digunakan para ilmuwan pada
masa sekarang ini seperti dalam filsafat, sejarah, matematika, astronomi, fisika, atom, dan
lainnya.

9. Peradaban Romawi

Wilayah negara ini mencakup Yunani Besar dan semua wilayah Italia sekarang.
Kemudian tahun 146 SM, carthaginois runtuh dan bangsa Romawi bermigrasi ke Asbania
(spanyol) dan menguasai semua kepulauan di laut Mediterania dan pesisir Baratnya.
Hingga akhirnya Roma menjadi pemenang setelah melalui perseteruan panjang tanpa ada
lawannya, dan dia lah pemimpin bangsa Barat tanpa ada yang menandinginya. Di wilayah
Timur, bangsa Romawi berhasil menundukkan pemerintahan Macedonia dan Yunani
tahun 197 SM dan bahkan mencapai sungai Eufrat. Adapun Mesir, mereka
menggabungkannya pada wilayahnya tanpa perubahan. Abad keenam Masehi, bintang
kekaisaran Romawi mulai meredup di wilayah Barat dan kota Roma jatuh dan berhasil
dikuasai Audwakar, yang berasal dari bangsa Barbar pada tahun 476M. Perhatian dan
harapan pun ditujukan kepada kekaisaran Byzantium dalam kedudukannya sebagai
perpanjangan tangan Roma dan pewaris kebesarannya. Bangsa Barat mulai tenggelam
dalam masa-masa gelap dan mengalami kemunduran secara berangsur-angsur, yang
dalam sejarah dikenal dengan zaman pertengahan. Sedangkan di wilayah Timur mendapat
dukungan takdir dengan munculnya peradaban terbesar yang pernah dikenal dunia di
sepanjang sejarahnya yang panjang, yaitu peradaban Arab-Islam, yang membuka jalan
bagi kebangkitan bangsa Eropa modern. Jika peradaban Arab-Islam itu tidak muncul,
maka tentulah pengetahuan itupun hanya terbatas pada segelintir pendeta yang berakal
pendek, yang bertugas memberikan pencerahan dan menjadi teladan mereka dalam
kehidupan.

10. Peradaban Arab Pra Islam

Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau
rumpun bangsa Kaukasoid, dalam subras Medditerranean yang anggotanya meliputi
wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia, dan Irania. Bangsa Arab
hidupnya berpindah-pindah, nomad, karena tanahnya terdiri dari gurun pasir yang kering
dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lain
mengikuti tumbuhan stepa atau padang rumput yang tumbuh secara sporadis di tanah
Arab di sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan. Bangsa Arab diketahui telah
memiliki peradaban jauh sebelum Islam muncul disana. Beberapa ahli mengungkapkan
bahwa aspek peradaban Arab meliputi agama, politik, ekonomi dan seni budaya. Bangsa
Arab juga dikenal hidup dalam kabilah-kabilah atau klan-klan. Mereka hidup
berdampingan antar kabilah dengan perjanjian damai yang disebut al Ahlaf. Kecintaan
mereka terhadap keluarga, garis keturunan (nasab) dan kabilah mengalahkan kecintaan
mereka terhadap hal lainnya. Fanatisme kabilah ini seringkali menimbulkan percekcokan
dengan kabilah lain yang berujung pada peperangan. Dalam bidang ilmu pengetahuan,
bangsa Arab telah terkenal dengan karya sastranya. Pasar-pasar tahunan seperti Ukaz,
Dzul Majaz dan Mihnah mengadakan perlombaan rutin dalam syair-syair dan puisi-puisi
Arab. Pemenang perlombaan tersebut mendapat kehormatan dengan ditulisnya sya’irnya
dengan tinta emas dan digantungkan di Ka’bah atau Mu’allaqat. Mereka juga dianugerahi
kelebihan berupa kemampuan menghafal yang sangat tinggi, khususnya hafalan terhadap
sya’ir-sya’ir dan kronologi sejarah nenek moyang mereka.

11. Peradaban Arab Islam

Islam diwahyukan oleh Allah melalui seorang hamba dan rasul-Nya yaitu
Muhammad Bin Abdillah yang lahir pada 12 R. Awwal Tahun Gajah bertepatan dengan
29 Agustus 571 M di Mekkah. Beliau berasal dari kabilah Quraisy yang merupakan
kabilah terhormat di kalangan bangsa Arab. Beliau menerima wahyu pertamanya pada
umur 40 tahun dan menjadi titik awal lahirnya ajaran agama penyempurna agama Tauhid
dari Nabi Ibrahim, yaitu Islam. Secara keseluruhan, beliau menghabiskan waktu sekitar
23 tahun untuk berdakwah menyeru kepada Islam, dengan rincian 13 tahun pertama
dilaksanakan di Mekkah dan 10 tahun selanjutnya di kota Yatsrib atau Madinah. Berbagai
dasar-dasar kemasyarakatan Islam diletakkan oleh Nabi demi membangun miniatur
negara yang sesuai dengan konsep Islam. Dasar berpolitik yang dijunjung oleh Nabi
adalah keadilan. Prinsip keadilan harus dijalankan terhadap semua penduduk tanpa
pandang bulu dan mengakui persamaan derajat seluruh manusia di hadapan Allah. Prinsip
sosial Islam (social justice) juga diperkenalkan menggantikan berbagai tradisi Jahiliyyah
yang kurang (bahkan tidak) berperikemanusiaan. Pasca wafatnya Rasulullah SAW, Arab
bersama-sama dengan Islam mencapai masa kejayaan dan masa keemasan. Masa
kejayaan tersebut berkisar sekitar tahun 750 M – 1258 M meskipun ahli lain
menyebutkan bahwa kejayaan Islam dimulai sejak wafatnya Nabi pada tahun 632 M.
Pada masa kejayaan tersebut, Islam berkembang pesat ke berbagai belahan bumi dan
menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan dunia. Kemajuan Islam pada masa itu
secara tidak langsung ikut meninggikan peradaban dan kebudayaan Arab dan Timur
Tengah, di mana Islam lahir, tumbuh dan berkembang. Pada masa khalifah Umar ibn
Khaththab, kota Madinah menjelma menjadi negara adikuasa seiring penaklukan
Semenanjung Arabia, Palestina, Syria, Irak, Persia dan Mesir. Negara Madinah menjadi
pusat pemerintahan dengan struktur kekuasan dan administrasi pemerintahan yang
bernafaskan semangat demokrasi. Masa Khulafa’ur Rasyidun ditutup dengan
pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib sebagai khalifah terakhir. Pada masa ini mulai muncul
perbedaan pandangan dan kubu-kubu dalam umat Islam seperti kelompok Mekkah yang
menolak pembai’atan Ali, kelompok Syi’ah yang mendukung Ali, kelompok Khawarij
yang menolak proses arbitrase Ali – Mu’awiyah pada Perang Siffin dan kelompok
pendukung Mu’awiyyah ibn Abi Sufyan. Selain itu, masa ini dikenal sebagai permulaan
perang saudara antara umat Islam, yaitu dalam Perang Jamal, Perang Siffin dan Perang
Nahrawan. Kedua Dinasti yang berkuasa setelahnya merupakan puncak kejayaan Islam
dan kemajuan bangsa Arab sehingga sering disebut The Golden Age of Islam atau Islam’s
Greatest Dynasty / The Golden Prime. Pada masa Dinasti Umayyah berkuasa,
perkembangan Islam ditandai dengan perluasan wilayah Islam serta berdirinya bangunan-
bangunan pusat dakwah Islam. Kemajuan lainnya tampak dalam bidang politik,
keagamaan, ekonomi, arsitektur, sosial dan bidang militer. Adapun Dinasti Abbasiyyah
lebih dominan dalam pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, politik, arsitektur dan
militer. Kota Baghdad yang didirikan oleh khalifah al-Manshur menjelma menjadi pusat
ilmu pengetahuan dan perdagangan dunia Islam. Khalifah penggantinya mendirikan
perpustakaan utama di Baghdad yang disebut “Bait al-Hikmah” ‘rumah
kebijaksanaan’yang berisi kumpulan karya ilmuwan muslim, terjemahan literatur Persia,
Yunani dan India, observatorium dan lembaga penelitian. Bentuk kemajuan lainnya
adalah munculnya Universitas Nizam al-Mulk pada 1065 M yang merupakan universitas
tertua ketiga di dunia. Tidak berhenti di Baghdad, kejayaan Islam dalam kebudayaan dan
ilmu pengetahuan juga muncul di Cordova, ibukota Andalusia dan Kairo, Mesir. Warisan
Islam di Cordova berupa Universitas Cordova, Toledo dan Sevilla, munculnya figur-figur
ilmuwan yang menghasilkan karya monumental dan menjadi rujukan hingga saat ini dan
warisan bangunan bersejarah. Adapun di Kairo, Dinasti Fathimiyyah mendirikan pusat
kebudayaan Arab dan ilmu pengetahuan yang disebut Daar al-Hikmah ‘kampung/rumah
kebijaksanaan’. Disamping itu, mereka juga merenovasi masjid al-Azhar menjadi
universitas dandiakui sebagai universitas pemberi gelar tertua kedua di dunia, seperti
dilansir kompas.com edisi 2011.

12. Peradaban Eropa Modern

Pada saat peradaban Arab-Islam mencapai puncak kejayaan dan kemajuannya,


maka masyarakat Eropa menghadapi keterbelakangan kehidupan stagnan, dan
kemerosotan di seluruh aspek kehidupan, baik sosial, budaya, ekonomi, politik, maupun
keagamaan. Periode ini lebih dikenal dengan sebutan zaman pertengahan. periode
tersebut dimulai sejak abad keempat Masehi hingga sebagian besar tanda-tandanya masih
tersisa hingga sepuluh abad kemudian, sampai muncullah situasi dan kondisi yang lain
dalam pemikiran manusia dan berupaya mengatasi berbagai permasalahan kehidupan
mereka. Eropa pun memasuki masa kebangkitan kontemporer pada abad kelima belas
setelah masa transisi yang berlangsung selama kurang lebih dua abad lamanya. Selama itu
pula, muncullah beberapa tokoh sastra, pemikiran, politik, dan keagamaan yang
mendorong dan menghapuskan kemunduran dalam kehidupan masyarakat Eropa selama
abad pertengahan. Zaman kebangkitan adalah sebutan bagi masa tumbuhnya Gerakan
menghidupkan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni klasik di Italia. Kemudian menjalar ke
negara-negara Eropa lainnya. Di tengah semangat kaum intelektual dan cendekiawan,
serta kolumnis di Italia, di kalangan mereka tersebar keyakinan yang keliru, yang intinya:
Bahwasanya peradaban sejati yang telah hilang bersamaan dengan keruntuhan kekaisaran
Romawi dapat dihidupkan kembali berkat kerja keras yang dilakukan. Karena itu mereka
menyebutnya dengan Renaissance yang berarti menghidupkan kembali. Bangsa Eropa
sangat terpengaruh oleh peradaban Arab-Islam dan berupaya mencarinya pada sumber-
sumber utamanya yang beragam. Karena itu, mereka lebih senang mempelajari
kebudayaan Islam secara langsung dan mendapatkan banyak manfaat darinya. Terutama
dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan alam. Gerakan penerjemahan dari bahasa Arab
dan bahasa-bahasa klasik ke bahasa Latin yang merupakan satu-satunya bahasa sastra,
ilmu pengetahuan, dan agama digalakkan. Studi dan riset mereka terhadap buku-buku
berbahasa Arab yang diterjemahkan dari bangsa Greece memberikan pengaruh terbesar
dalam menyadarkan mereka mengenai arti penting warisan budaya bangsa Greece dan
menjadikannya sebagai referensi utama.

B. Tradisi Keilmuan di dunia Islam

Tradisi adalah sesuatu hal yang diwarisi turun temurun dari pendahulu kita (Paul B.
Horton dan Chester L. Hunt, 1991: 211). Tradisi sifatnya selalu stagnandan kurang
berkembang, ini dikarenakan semua adalah warisan leluhur. Tradisi ini bentuknya bermacam-
macam, salah satunya adalah keilmuan, atau tradisi keilmuan. Tradisi keilmuan bisa kita
pahami sebagai pemahaman ilmu pengetahuan secara turun menurun dari para pendahulu
yang senantiasa diikuti terus menerus.

1) Ilmu yang terpuji Ilmu ada dua macam , yaitu fardlu ‘aindan fardlu kifayah(Ahmad
Satori dan Ismail, 2003: 46). Ilmu yang fardlu ‘ainadalah, mengetahui aqidah yang
benar, mengetahui apa-apa yang harus diimani, mengetahui kewajiban-kewajiban dan
ibadah yang harus dilaksanakan dan mengetahui hal-hal yang harus ditinggalkan.Ilmu
yang fardlu kifayahadalah, ilmu yang berkaitan dengan maslahat dunia, seperti ilmu
hitung, astronomi, kimia, bahasa, industri, pertanian, dan lain-lain.
2) Ilmu yang tercela. Ilmu yang tercela adalah ilmu yang membahayakan, seperti ilmu
sihir, perdukunan, meramal,bahkan Islam menganggap sebagai dosa besar yang harus
kita jauhi (Ahmad Satori dan Ismail, 2003: 46).

Dari aspek ibadah, agama Islam mengandung beban kewajiban (taklif) kepada
penganutnya untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam bentuk ibadah, baik ibadah
mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah. Bila dianalisis dari perspektif fiqh (hukum Islam),
taklif menunjukkan suatu kewajiban normatif- syar`iyyah yang dalam tataran implementasi
tidak terlepas dari pemikiran dan kultur-budaya yang dianut oleh masyarakat muslim
setempat, baik bersifat individual (fardhu `ain) ataupun kolektif (fardhu kifa`i).
Dengan kata lain, tataran nilai-nilai syar`iyah yang bersifat konseptual-absolut dalam
tataran realitas-implementatif menghasilkan suatu produk hukum yang dinamakan fiqh.
Bahkan, fiqh yang lebih diorientasikan pada tataran kultur-budaya untuk diimplementasikan
dan dianut nilai-nilianya menghasilkan suatu aturan hukum yang dinamakan dengan qanun.

Namun, Islam juga mengembangkan tradisi keilmuannya, sejak masa Rasul Muhammad
SAW. Pada masa itu, ketika Rasul menerima wahyu, lalu beliau mengajarkannya kepada para
sahabat. Bahkan budaya menulis dan menyimak juga diperkenankan pada masa Rasul hingga
masa sesudahnya.

Dalam konteks tradisi keilmuan Islam terus berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman, dan terus dikembangkan oleh masyarakat Islam sesuai dengan kondisi daerah,
wilayah, negara, dan kultur-budaya masyarakatnya yang tetntunya tidak boleh menyimpang
dari sumbernya yakni Al-Qur`an dan Hadist. tradisi keilmuan islam terus berkembang dan
mengalami kemajuan di dunia pendidikan, baik pendidikan Islam yang dikembangkan di
perguruan tinggi umum maupun di perguruan tinggi agama Islam.

Tradisi keilmuan ini terkait langsung dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sumber
utama ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan hadis. Al-Quran sebagai paradigma keilmuan
merupakan dasar dan pijakan dalam tradisi keilmuan. Oleh karena itulah, diperlukan
pemahaman terhadap al-Quran baik berupa pemahaman arti dan juga makna ataupun hikmah
yang ada di dalamnya. Untuk memahami maknanya, maka kita harus memperbaiki pola
pembelajaran al-Quran yang sekarang hanya tertuju pada tajwid dan tilawah Quran. Sehingga
dalam membaca dan mempelajari al-Quran, kita harus membaca dan mempelajari artinya
juga. Dengan membaca artinya, maka lambat laun kita akan bisa memahami maknanya. Al-
Quran mempunyai hijab, dimana hijab itu akan menjadi dinding bagi kaum kafir, namun bagi
umat Islam, hijab itu juga akan tetap ada, jika kita tidak mempelajari dan memahami arti dan
maksud dari al-Quran.

Untuk bisa menjadikan al-Qur’an sebagai paradigma keilmuan Islam, maka perlu
dilakukan hal-hal berikut :

Hal ini memberi indikasi, bahwa penggunaan aqlyang sebenarnya adalah untuk meyakini,
mengakui dan mempercayai eksistensi Allah Swt(Abdullah, 2005: 114). Tujuan pokok al-
Quran adalah membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi dalam diri manusia terkair
berbagai relasinya dengan Tuhan dan alam semesta. Menurut Abdul Halim Mahmoud yang
wajib dilakukan oleh setiap Muslim terhadap al-Quran adalah, mempelajari dan memahami
maknanya, mengambil pelajaran darinya, menjaga ketenangan dan ketentraman atasnya
(Halim, 1997: 84). Selain itu yang mampu memahami al-Quran bukanlah otak sebagai alat
berfikir, melainkan hati, sebagaimana firman Allah SWT .Karena sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada.”(QS. Al-Hajj : 46).

- Membersihkan pikiran, hati dan jiwa

Akal pikiran yang lurus adalah satu-satunya alat dalam memahami wahyu Ilahi dan alam
semesta secara berimbang. Karenanya, selama saya berada di bawah akal sehat, maka saya
akan bersandar pada agama, berpegang pada fitrah, dan jauh dari penyimpangan(Al-Ghazali,
2002: 13).Al-Qur’an al Karim dibacakan bahwa pembersihan jiwa manusia adalah tujuan dari
beragam kewajiban keagamaan, dan penyucian yang dituntut adalah pendidikan yang benar,
yaitu menyucikan unsur-unsur manusiadari kejelekan dan menjadikan instingnya di bawah
naungan akal yang beriman sehingga tidak melenceng dan tergores (Bakar, 1997: 103).

- Menyadari bahwa Al-Qur’An adalah sumber ilmu.

Al-Quran mengajak kita untuk memikirkan keajaiban penciptaan tumbuh-tumbuhan,


binatang-binatang, sistem perkembanganya dan keadaan-keadaan lingkunganya. Bahkan ia
pun mengajak untuk memikirkan jiwa dan rahasia-rahasia batinya serta hubunganya dengan
alam . Al- Qur’an juga mengajak untuk melakukan perjalanan ke seluruh pelosok dunia
sambil memikirkan peninggalan-peninggalan orang-orang dahulu kala, menyelidiki dan
meneliti keadaan bangsa-bangsa, kelompok-kelompok manusia, serta kisah-kisah, sejarah-
sejarah dan peajaran mereka (Thaba-thaba’I, 2000: 23-24). Al-Quran menyampaikan kita
untuk mempelajari ilmu-ilmu ini sebagai jalan untuk mengetahui kebenaran dan realitas, dan
cermin untuk mengetahui alam, yang di dalamnya pengetahuan tentang Allah mempunyai
kedudukan yang paling utama.

- Menggunakan metodologi Al-Qur’an sebagai sarana bepikir ilmiah.

Menuntut ilmu pengetahuan dalam Islam bertujuan untuk mencapai dua kebaikan; dunia
dan kahirat.Al-Quran memberitakan kepada kita bahwa Allah SWT menciptakan bumi ini,
semunaya untuk kepentingan kita. Sebagaimana juga al-Quran mengajak kita untuk
merenungi langit dan bumi dan apa saja yang Allah ciptakan, juga mendorong kita untuk
mengkaji kekuatan jiwa untuk mengambil manfaat dalam membersihkan jiwa dan
mendorongnya untuk berusaha keras agar terjadi hubungan yang kontinyu dengan penciptaan
bumi dan langit(Baiquni, 1995 : 278). Menurut Jalauddin, tujuan terakhir dari pendidikan
muslim terletak dalam ketundukan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi,
komunitas, maupun seluruh umat manusia(Jalaluddin, 2011: 129). Karena itulah, untuk
membentuk ketundukan ini, harus dimulai dari pencarian hakikat kebenaran itu, yaitu al-Haq,
yang Maha benar.

Ilmu yang harus dipelajari oleh umat Islam adalah segala ilmu yang bermanfaat, untuk
kemaslahatan, jadi tidak hanya ilmu akhirat saja akan tetapi ilmu dunia juga mesti dipelajari
agar seimbang, tercipta masyarakat keilmuan yang kondusif. Dengan seimbangnya ilmu
dunia dan akhirat tentunya keinginan mewujudkan masyarakat Baldatun Toyyibatun wa
Rabbun Gofur yang dicita-citakan akan dapat diraih. Oleh sebab itu, pentingnya memperbaiki
tradisi keilmuan di kalangan umat Islam agar dapat meraih kejayaan Islam kembali. Untuk
memperbaiki tradisi keilmuan maka perlu juga menghindari atau meminimalisir segala
bentuk pembahasan dan perdebatan yang tidak perlu, yang tidak berguna dalam hal studi
Islam, karena perbedaan dan segala bentuknya adalah rahmat Allah, dan semuanya
menampilkan keindahan Islam. Umat Islam sendiri perlu mengadakan perubahan sikap
mental, dengan menghapuskan dikotomi. Dengan begitu terbuka kemungkinan umat Islam
akan kembali memainkan peranan yang berarti di seluruh bidang atau cabang ilmu
pengetahuan seperti sediakala, dan kebangkitan Islam akan jadi kenyataan.

C. Kontribusi Dunia Islam dalam Klasifikasi Ilmu, Kelembagaan, dan Ilmuan Muslim dan
Karya/Penemuan Ilmiah
1. Kontribusi Dunia Islam Dalam Klasifikasi Ilmu

Pada abad pertengahan, Islam mengalami masa kejayaan. Kejayaan tersebut


salah satunya tercermin dalam pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
itu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang ada telah mendorong beberapa
ulama muslim untuk membuat struktur klasifikasi keilmuan. Klasifikasi tersebut tidak
hanya dilakukan oleh perseorangan saja, tetapi juga dilakukan secara berkelompok
seperti yang telah dilakukan oleh organisasi Ikhwan Ash Shafa. Dengan mengkaji
sejarah klasifikasi ilmu pengetahuan oleh para ulama muslim diharapkan mampu
memberikan informasi mengenai bagaimana kondisi keilmuan pada masa
tersebut.hadits tentang kewajiban menuntut ilmu dari lahir sampai akhir hayat,
perintah untuk mengajarkan ilmu meskipun hanya satu ayat, dan masih banyak hadits
lainnya yang berkaitan tentang masalah ilmu pengetahuan.

Menurut Fiqru Mafar (Fistiyanti, 2017) yang dikutip oleh Aristoteles


mengatakan bahwa telah mengklasifi kasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga
kelompok. Pertama,ilmu teoritis seperti ilmu rekayasa, falak, dan ilmu hisab. Kedua,
ilmu amaliyah seperti ilmu akhlaq, ekonomi, dan ilmu siasat. Ketiga, ilmu produksi
seperti ilmu syair, balaghah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Thomas Aquinas yang mengklasifi kasikan ilmu menjadi tiga bagian, yaitu ilmu
mantiq, ilmu teoritis, dan ilmu amaliah.

2. Kontribusi Dunia Islam Dalam Kelembagaan


Perkembangan lembaga pendidikan Islam, sebagaimana yang akan
disampaikan dalam disertasi ini dari masa ke masa mengalami kemajuan yang cukup
signifikan. Perkembangan itu ditandai dengan adaptasi dan inovasi tiada henti dari
berbagai aspek menyesuaikan diri dengan tantangan dan kebutuhan zamannya
Lembaga pendidikan Islam di Indonesia dalam mengemban misinya, khususnya
pondok pesantren terus bergulat di pentas sejarah mengaktualisasi diri dengan proses
evolusi dan inovasi, menyeimbangkan eksistensinya dengan modernitas yang terjadi
dari waktu ke waktu. Walaupun tidak dipungkiri bahwa masih ada sebagian kecil
pondok pesantren yang konsisten pada bidang garapan dakwah dan pelestarian tradisi
salaf (tradisional) dengan kajian kutub at turast (kitab kuning), fokus pada kajian
ilmuilmu agama (ke-akhiratan) seperti tasawuf, fiqih, tauhid, tajwid, al-Qur’an berikut
tafsirnya, ilmu mantiq dan lainya,serta menutup mata terhadap kemajuan dan
kompleksitas tantangan global, di mana generasi kita akan hidup di dalamnya.
3. Kontribusi Dunia Islam Dalam Ilmuan Muslim dan Karya/Penemuan Ilmiah
Menurut Fiqru Mafar (Fistiyanti, 2017) Terdapat beberapa Ilmuan Muslim
Serta Karya/Penemuan Ilmiah dalam kontribusi Dunia Islam antara Lain:
1) Jabir Ibnu Hayyan

Riwayat Hidup Jabir Ibnu Hayyan

Pemilik nama lengkap Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan ini lebih dikenal
dengan nama Geber di dunia Barat. Ia dilahirkan di Kuffah, Irak pada tahun
750 M (sampai 803 M). Jabir dikenal sebagai ahli kimia yang ia dapat setelah
berguru kepada Barmaki Vizier pada masa pemerintahan Harun ar Rasyid di
Baghdad. Pada bidang ini, dialah penemu Hukum Perbandingan Tetap. Selain
itu, dia juga berkontsribusi dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi,
kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk
melakukan proses-proses tersebut.

Karya-karya Jabir Ibnu Hayyan

I. Kitab Al-Kimya (diterjemahkan ke Inggris menjadi The Book of the


Composition of Alchemy)
II. Kitab Al Rahmah
III. Al Tajmi
IV. Al Zilaq al Sharqi 6. Book of The Kingdom
V. Book of Eastern Mercury
VI. Book of Balance (NN, 2012).

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Jabir Ibnu Hayyan

Menurutnya, klasifikasi tersebut tidak tercatat. Hal ini menyebabkan


klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Jabir tidak dapat diketahui oleh.
Generasi berikutnya. Dari hasil penelusuran penulis, diperoleh informasi
bahwa Jabir Ibnu Hayyan membagi ilmu pengetahuan menjadi dua bagian,
yaitu ilmu Agama dan ilmu Dunia.

2) Al-Kindi

Riwayat Hidup Al-Kindi

Abu Yusuf Ya’qab ibn Ishaq al-Kindi merupakan filusuf muslim yang
hidup pada 252-260 H/866-873 M. Sebagai filusuf kenamaan, dia banyak
menulis karya dalam berbagai bidang, seperti geometri, astronomi,astrologi,
aritmatika, musik (yang di bangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika,
medis, psikologi, meteorologi, dan politik. Prestasi terbesar Al-Kindi adalah
mendorong penerjemahan teks Yunani. Selain itu, dia berusaha untuk
membudidayakan filsafat agar bisa berkembang dalam masyarakat Islam
sehingga dikenal sebagai Bapak Filusuf Islam. Hal ini sebagaimana pernah ia
ungkapkan dalam karya Fi mahiya al-Naum wa al-ru’ya. Dalam karya
tersebut, dia mengungkapkan bahwa mimpi jembatan antara spiritual dan fisik
dunia.

Karya-karya Al-Kindi

I. Fi mahiya al-Naum wa al-ru’ya


II. Fi Istikhraj al-Mu’amma
III. al-Falsafah al-Ula f i m a d una ath-Thabi’iyyah wa at-Tawhid
IV. Tanjim Ikhtiya-rat al-Ayyam
V. Ilahyat-e-Aristu
VI. al-Mosiqa
VII. Mad-o-Jazr
VIII. Aduiyah Murakkaba
IX. Al-Kubra fi al-Ta’lif.

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut AlKindi

Dalam klasifi kasi ilmu pengetahuan, Al-Kindi membagi ilmu


pengetahuan ke dalam dua kelompok besar, yaitu ilmu agama dan ilmu dunia.
Selanjutnya, Al-Kindi berpendapat bahwa ilmu pengetahuan tersebut terbagi
lagi menjadi tiga golongan yaitu ilmu teori, ilmu praktis, dan ilmu produksi.
Pemikiran Al-Kindi tentang ilmu pengetahuan ini banyak dipengaruhi oleh
filsafat Yunani, Aristoteles.
3) Al-Farabi

Riwayat Hidup Al-Farabi

Sebagai seorang fi lusuf muslim, Al-Farabi dikenal sebagai penerus


teori-teori yang dikeluarkan oleh Al-Kindi. Nama lengkapnya adalah Abu
Nasr Muhammad al-Farabi. Ia dilahirkan di Wasij, suatu desa di Farab
(Transoxania) pada tahun 870 M. Ia lebih dikenal dengan sebutan Abu Nasr.
Ayahnya adalah Muhammad Auzlagh merupakan seorang panglima perang
Persia yang menetap di Damsyik.

Pendidikan dasarnya ialah keagamaan dan bahasa, ia mempelajari


fikih, hadis, dan tafsir al-Qur’an. Ia juga mempalajari bahasa Arab, Turki dan
Persia. Pada tahap selanjutnya, Al-Farabi melanjutkan pendidikannya di
Baghdad dan bertemu dengan para filusuf dan penerjemah. Dari sinilah dia
mulai tertarik pada logika dan kemudian belajar kepada Abu Bisyr Matta Ibnu
Yunus. Pada tahun-tahun berikutnya dia menjalani kehidupannya di Damaskus
sebagai Ulama Istana.

Karya-karya Al-Farabi

Al-Farabi telah banyak menulis berbagai karya tulis, terutama di


bidang logika. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain:

I. Maqalah fi Aghradhi ma Ba’da al-Thabi’ah


II. Ihsha’ al-Ulum
III. Kitab Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadhilah
IV. Kitab Tahshil al-Sa’adah
V. ‘U’yun al-Masa’il
VI. Risalah fi al-Aql
VII. Kitab al-Jami’ bain Ra’y al-Hakimain : al-Afl a-tun wa Aristhu
VIII. Risalah fi Masail Mutafariqah

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut AlFarabi

Dalam dua karyanya (Tanbih ‘ala Sa’adah dan Ihsa’ al-‘Ulum) Al-
Farabi membagi ilmu pengetahuan ke dalam lima kelompok besar. Dalam
literatur lain, disebutkan bahwa Al-Farabi telah membagi ilmu pengetahuan ke
dalam tujuh kelompok besar, yaitu logika, percakapan, matematika, fisika,
metafisika, politik, dan ilmu fiqih (hukum). Ilmu logika dibagi ke dalam
delapan bagian, diawali dengan kategori dan diakhiri dengan syair. Ilmu
percakapan dibagi lagi ke dalam tujuh bagian, seperti bahasa, gramatika,
sintaksis, syair, menulis, dan membaca.
BAB III

A. Kesimpulan

Dengan seiring berjalannya waktu banyak hal yang dapat kita ketahui dengan mudah
berkat ilmu yang sudah di temukan dan di kaji menjadi materi kompleks, sehingga kita dapat
mengerti dengan baik isi juga makna setiap pengertiannya. Kita juga dapat melihat bahwa
tidak mudah untuk melakuakan transfer ilmu di abad yang belum mengenal teknologi hingga
melewati berbagai perubahan juga evolusi yang dilewati, semua pengetahuan mengalir dari
waktu ke waktu mulai dari informasi kecil hingga yang tidak terbayangkan sebelumnya. Juga
dari perkembangan tersebut lahirlah banyak cendikiawan maupun ilmuan hebat dunia karna
keberhasilan eksperimen mereka.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

 https://123dok.com/document/yenxklry-perkembangan-tradisi-keilmuan-
makalah-disusun-diajukan-memenuhi-disiplin.html
 https://media.neliti.com/media/publications/61520-ID-sejarah-
perkembangan-ilmu-pengetahuan.pdf

Anda mungkin juga menyukai