Anda di halaman 1dari 30

SEJARAH MUNCULNYA AGAMA

AGAMA DI DUNIA

Nama : Hiskia Ndraha


NIM : 202111013
Kelas : A
Jurusan : Biologi

Dosen Pengampu :
JONISMAN KRISTIAN LAOLI S.pd.K., M.pd.K

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM PROGRAM STUDI BIOLOGI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha esa atas berkat dan anugrahnya kepada saya
sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan semestinya. Makalah ini berjudul “Sejarah munculnya agama
agama di dunia” yang merupakan pembahasanyang akan menjadi salah satu pengetahuan yang perlu kita ketahui
dan dimengerti. Makalah ini dapat terselesaikan karna bimbingan dan arahan dari dosen pengampu yang telah
bersedia mengarahkan saya dan melengkapi kekurangan saya selama ini dan memaklumi pembuatan makalah
ini, serta saran dan masukan dari teman mahasiswa.

Pada kesempatan ini, saya menyampaikan bahwa atas semua kerja sama baik dari dosen pembimbing
kami pada mata kuliah ini, dan serta seluruh teman mahasiswa saya ucapan trimakasih banyak, dan semoga
makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua, dan jika ada kesalahan dan kekurangan dalam menyusun
makalah ini, saya harap dapat di maklumi dan juga menjadi pedoman kita kedepan untuk diperbaiki.

Demikian yang bisa saya sampaikan, dan harapan saya sempga hasil makalah ini benar benar menjadi
bermamfaat bagi kita semua. Akhir kata saya ucapkan trimakasih.

Minggu,20 september 2020

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………….. I

Daftar Isi…………................................................................................................................. II

BAB I Pendahuluan…………………….................................................................................. 1

A. Latar Belakang………………………………………………......................................... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………...... 1
C. Tujuan…………………………………………………………………………………..... 1

BAB II Pembahasan…………………………………………………………………………….. 2

A. Sejarah Agama dan Agama Tua………………………………………………………… 2


B. Pengertian Agama……………………………………………………………................. 3
C. Teori Asal Usul Agama………………………………………………………………..... 4
D. Tujuan Agama Dan Unsur Agama……………………………………………………... 9
E. Agama di dunia…………………………………………………………………………. 9

BAB III Penutup…..…………………………………………………………………………… 25

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………….. 25
B. Saran…………………………………………………………………………………….. 25

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………. 26

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, ilmu pengetahuan dan tekhnologi terus mengalami
perkembangan. Bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi tentu saja
pengetahuan manusia juga ikut meningkat. Tapi dengan meningkatnya pengetahuan manusia, hal ini
dapat menyebabkan menurunnya norma-norma kita dalam beragama. Selain itu juga hal-hal tersebut,
membawa dampak negatif yang di antaranya munculnya agama-agama baru di dunia.  Dalam
kehidupan ini ada beberapa kepercayaan diantaranya animisme, dinamisme, atehiesme, fanteisme,
humanisme dan lain-lain.

Agama yang di anut umat manusia terbagi menjadi menjadi 2,yaitu agama yang hak dan agama
yang batilAgama terdiri dari dua unsur pokok, yaitu akidah (keyakinan-keyakinan) yang merupakan
prinsip agama, dan hukum-hukum praktis yang merupakan konsekuensi logis dari prinsip agama
tersebut. Oleh karena itu, saya penyusun membuat makalah ini agar kita bisa mengerti dari mana saja
agama ini berasal.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan kita bahas adalah :

1. Apa saja agama di dunia?


2. Kepercayaan mereka?
3. Siapa agama pertama di dunia ini?
4. Siapa tokoh agama itu?
5. Asal di cetuskan agama tersebut?
6. Dan dimana perkembangannya?

C. Batasan Masalah

Batasan makalah ini hanya di fokuskan pada sejarah agama dan pengetahuan tentang agama
lain.

D. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar kita menjadi orang Kristen yang sadar dan tahu
akan arti dari agama lain dan sejarah agama lain walaupun tidak harusseluruhnya kita tahu, tapi untuk
menambah pengetahuan kita tentang agama lain di dunia ini.

1
BAB II

PEBAHASAN

A. Sejarah Agama dan agama Tua

Sebagian besar aturan dalam kehidupan manusia juga mengadopsi aturan agama masing-masing
penganutnya.Agama identik dengan kepercayaan, yakni apa yang diyakini dan dipercayai. Manusia
beribadah kepada Tuhan yang mereka yakini keberadaan dan kekuasaannya. Mereka yakin bahwa ada
kekuatan dan kekuasaan yang patut disembah yang jauh melebihi kekuatan manusia. Lalu apa arti kata
“Agama” itu? Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.Kata “Agama” berasal dari
bahasa Sanskerta, āgama yang berarti “tradisi”. Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi
yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat
kembali”.

Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Menurut filolog Max Müller,
akar kata bahasa Inggris “religion”, yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk yang
berarti hanya “takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi,
kesalehan” ( kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti ” ketekunan ). Pada prakteknya
selain memuja-muji Tuhan atau Dewa, agama juga dipergunakan sebagai kontrol tindakan manusia
dengan sesamanya. Bahwa menyakiti manusia lain adalah tindakan dosa yang tidak disukai tuhan.

Secara umum, agama muncul dari keyakinan yang sudah tertanam kepada orang-orang
terdahulu.Sebagian penganut agama menunjukkan bukti kebenaran keyakinannya dengan berbagai
dokumentasi keagamaan. Sebagian lainnya hanya meyakininya dalam hati saja. Penganut meyakini
agama adalah perintah Tuhan yang disampaikan melalui manusia pilihan (Nabi) untuk ditaati.
Terbentuknya 3 agama tua (Kristen, Yahudi, dan Islam) memiliki sejarah atau asal usul yang sama
yaitu dari asal usul Bangsa Semit. Bangsa Semit berasal dari Jazirah Arab. Kata Arab yang pertama
kali muncul pada abad ke-9 sebelum masehi. Bangsa Arab tidak semua terdiri oleh orang-orang Islam,
tapi juga ada orang Kristen dan orang Yahudi. Beberapa buktinya adalah adanya perabadan Nabath
yang didirikan oleh bangsa Arab beragama Kristen.

Kristen, Yahudi, dan Islam mempunyai latar belakang yang sama, dapat dibuktikan dari adanya Kitab
Agama Islam, Kitab Agama Kristen (Perjanjian lama), ditulis dalam suatu rumpunan yang sama yaitu
dari bahasa Semit. Salah satu isi dari perjanjian lama kata “Tuhan” yang mempunyai arti yang sama
dengan kata “Allah” yang di maksud oleh kaum Muslim (kata “Allah” berarti Tuhan). Bangsa Indo –
Eropa percaya ada banyak Dewa pada masa itu. Sementara Bangsa Semit juga menjadikan ciri khas
Bangsa Semit disatukan dengan kepercayaan satu Tuhan (Monoteisme). Agama Islam, Yahudi, dan
Kristen mempunyai gagasan dasar yang sama yaitu percaya kepada satu Tuhan (Monoteisme). Bangsa
Semit mempunyai pandangan yang Linier terhadap sejarah, seperti sebuah garis lurus dimana garis itu
merupakan lambangan terciptanya dunia adalah awal dari kehidupan dan kiamat sebagai akhir dari
kehidupan. Sekarang ini, Yerusalem adalah kota yang dianggap penting bagi ketiga agama tersebut. ini
juga merupakan suatu bukti bahwa ketiga agama tersebut berasal dari satu asal yang sama Di kota
jerusalem tersebut terdapat berbagai Sinagog (Yahudi), Greja ( Kristen), dan juga Mesjid (Islam) yang
terkemuka atau terkenal.

2
B. Pengertian Agama

Dilihat dari perspektif agama, umur agama setua dengan umur manusia. Tidak ada suatu
masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk agama. Agama ada pada dasarnya merupakan
aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan gaib dan supranatural yang biasanya disebut
sebagai Tuhan dengan segala konsekuensinya. Atau sebaliknya, agama yang ajaran-ajarannya teratur
dan tersusun rapi serta sudah baku itu merupakan usaha untuk melembagakan sistem kepercayaan,
membangun sistem nilai kepercayaan, upacara dan segala bentuk aturan atau kode etik yang berusa
mengarahkan penganutnya mendapatkan rasa aman dan tentram.

Karena inti pokok dari semua agama adalah kepercayaan tentang adanya Tuhan, sedangkan
persepsi manusia tentang Tuhan dengan segala konsekuensinya beranekaragam, maka agama-agama
yang dianut manusia di dunia ini pun bermacam-macam pula. Barangkali, karena kondisi seperti inilah
Mukti Ali mengatakan: Barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi pengertian dan definisi selain
dari kata agama. Paling sedikit ada tiga alasan untuk hal ini. Pertama, karena pengalaman agama itu
adalah soal batini dan subyektif, juga sangat individualistik…. Alasan kedua, bahwa barangkali tidak
ada orang yang berbicara begitu bersemangat dan emosional lebih daripada membicarakan agama…
maka dalam membahas tentang arti agama selalu ada emosi yang kuat sekali hingga sulit memberikan
arti kalimat agama itu….

Alasan ketiga, bahwa konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang
memberikan pengertian agama itu.2 Mengenai arti agama secara etimologi terdapat perbedaan
pendapat, di antaranya ada yang mengatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa sansekerta yang
terdiri dari dua suku kata yaitu : “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau, jadi berarti tidak kacau.3
Kata agama dalam bahasa Indonesia sama dengan “diin” (dari bahasa Arab) dalam bahasa Eropa
disebut “religi”, religion (bahasa Inggris), la religion (bahasa Perancis), the religie (bahasa Belanda),
die religion, (bahasa Jerman). Kata “diin” dalam bahasa Semit berarti undang-undang (hukum), sedang
kata diin dalam bahasa Arab berarti menguasi, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.
Meskipun terdapat perbedaan makna secara etimologi antara diin dan agama, namun umumnya kata
diin sebagai istilah teknis diterjemahkan dalam pengertian yang sama dengan “agama”.4 Kata agama
selain disebut dengan kata diin dapat juga disebut syara, syari’at/millah. Terkadang syara itu
dinamakan juga addiin/millah. Karena hukum itu wajib dipatuhi, maka disebut addin dan karena
hukum itu dicatat serta dibukukan, dinamakan millah. Kemudian karena hukum itu wajib dijalankan,
maka dinamakan syara.

Dari pengertian agama dalam berbagai bentuknya itu maka terdapat bermacam-macam definisi
agama. Harun Nasution telah mengumpulkan delapan macam definisi agama yaitu:
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia.

4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan gaib.

5. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu


kekuatan gaib.

7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut
terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

3
C. Teori Asal Usul Agama

Teori-teori terpenting tentang asal mula dan inti religi.


Masalah asal mula dan inti dari suatu unsur universal seperti religi atau agama itu, tegasnya
masalah mengapakah manusia percaya kepada suatu kekuatan yang dianggap lebih tinggi daripadanya,
dan masalah mengapakah manusia melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka warna
untuk mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi, telah menjadi obyek perhatian para ahli pikir
sejak lama. Adapun mengenai soal itu ada berbagai pendirian dan teori yang berbeda-beda. Teori-teori
yang terpenting adalah :

a. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena manusia mulai sadar
akan adanya faham jiwa.
b. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena manusia mengakui
adanya banyak gejala yang tidak dapat diterangkan dengan akalnya.
c. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi dengan maksud untuk
menghadapi krisis-krisis yang ada dalam jangka waktu hidup manusia.
d. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena kejadian-kejadian yang luar
biasa dalam hidupnya, dan dalam alam sekelilingnya.
e. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena suatu getaran atau emosi
yang ditimbulkan dalam jiwa manusia sebagai akibat dari pengaruh rasa kesatuan sebagai
warga masyarakatnya.
f. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena manusia mendapat suatu
firman dari Tuhan.

1. Teori Jiwa

“Teori Jiwa”, pada mulanya berasal dari seorang sarjana antropologi Inggris, E.B.Tylor, dan
diajukan dalam kitabnya yang terkenal berjudul Primitive Cultures (1873). Menurut Tylor, asal mula
agama adalah kesadaran manusia akan faham jiwa. Kesadaran akan faham itu disebabkan karena dua
hal, ialah :
a. Perbedaan yang tampak kepada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati.
Suatu makhluk pada suatu saat bergerak-gerak, artinya hidup; tetapi tak lama kemudian
makhluk tadi tak bergerak lagi, artinya mati. Demikian manusia lambat laun mulai sadar bahwa
gerak dalam alam itu, atau hidup itu, disebabkan oleh suatu hal yang ada di samping tubuh-
jasmani dan kekuatan itulah yang disebut jiwa.
b. eristiwa mimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya di tempat-tempat lain daripada
tempat tidurnya. Demikian manusia mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang ada di
tempat tidur, dan

suatu bagian lain dari dirinya yang pergi ke lain tempat. Bagian lain itulah yang disebut jiwa.
Sifat abstrak dari jiwa tadi menimbulkan keyakinan di antara manusia bahwa jiwa dapat hidup
langsung, lepas dari tubuh jasmani. Pada waktu hidup, jiwa masih tersangkut kepada tubuh jasmani,
dan hanya dapat meninggalkan tubuh waktu manusia tidur dan waktu manusia jatuh pingsan. Karena
pada suatu saat serupa itu kekuatan hidup pergi melayang, maka tubuh berada di dalam keadaan yang
lemah. Tetapi kata Tylor, walaupun melayang, hubungan jiwa dengan jasmani pada saat-saat seperti
tidur atau pingsan, tetap ada. Hanya pada waktu seorang makhluk manusia mati, jiwa melayang
terlepas, dan terputuslah hubungan dengan tubuh jasmani untuk selama-lamanya. Hal itu tampak
dannyata, kalau tubuh jasmani sudah hancur berubah debu di dalam tanah atau hilang berganti abu di
dalam api upacara pembakaran mayat; maka jiwa yang telah merdeka terlepas dari jasmaninya itu dapat
berbuat semau-maunya. Alam semesta penuh dengan jiwa-jiwa merdeka itu, yang oleh Tylor tidak
disebut soul atau jiwa lagi, tetapi disebut spirit atau mahluk halus. Demikian pikiran manusia telah
mentransformasikan kesadarannya akan adanya jiwa menjadi kepercayaan kepada mahluk-mahluk
halus. Pada tingkat tertua di dalam evolusi religinya manusia percaya bahwa mahluk-mahluk halus
itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia. Makhluk-makhluk halus tadi, yang
tinggal dekat sekeliling tempat tinggal manusia, yang bertubuh halus sehingga tidak

4
dapat tertangkap panca indera manusia, yang mampu berbuat hal-hal yang tak dapat diperbuat manusia,
mendapat suatu tempat yang amat penting di dalam kehidupan manusia sehingga menjadi obyek
daripada penghormatan dan penyembahannya, dengan berbagai upacara berupa doa, sajian, atau
korban. Agama serupa itulah yang disebut oleh Tylor animism.

Pada tingkat kedua di dalam evolusi agama, manusia percaya bahwa gerak alam hidup itu juga
disebabkan oleh adanya jiwa yang ada di belakang peristiwa dan gejala alam itu. Sungai-sungai yang
mengalir dan terjun dari gunung ke laut, gunung yang meletus, gempa bumi yang merusak, angin
taufan yang menderu, jalannya matahari di angkasa, tumbuhnya tumbuh-tumbuhan dan sebagainya,
semuanya disebabkan oleh jiwa alam. Kemudian jiwa alam tadi itu dipersonifikasikan, dianggap oleh
manusia seperti makhluk-makhluk dengan suatu pribadi, dengan kemauan dan pikiran. Makhluk-
makhluk halus yang ada di belakang gerak alam serupa itu disebut dewa-dewa alam. Pada tingkat
ketiga di dalam evolusi religi, bersama-sama dengan timbulnya susunan kenegaraan di dalam
masyarakat manusia, timbul pula kepercayaan bahwa alam dewa-dewa itu juga hidup di dalam suatu
susunan kenegaraan, serupa dengan di dalam dunia makhluk manusia. Demikian ada pula suatu
susunan pangkat dewa-dewa mulai dari raja dewa sebagai yang tertinggi, sampai pada dewa-dewa yang
terendah. Suatu susunan serupa itu lambat laun akan menimbulkan suatu kesadaran bahwa semua dewa
itu pada hakekatnya hanya merupakan penjelmaan saja dari satu dewa yang tertinggi itu. Akibat dari
kepercayaan itu adalah berkembangnya kepercayaan kepada satu Tuhan yang Esa, dan timbulnya
agama-agama monotheisme

2. Teori Batas Akal

Teori Batas Akal”, berasal dari sarjana besar J.G. Frazer, dan diuraikan olehnya dalam jilid I dari
bukunya yang terdiri dari 12 jilid berjudul The Golden Bough (1890). Menurut Frazer, manusia
memecahkan soal-soal hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya; tetapi akal dan sistem
pengetahuan itu ada batasnya. Makin maju kebudayaan manusia, makin luas batas akal itu; tetapi dalam
banyak kebudayaan, batas akal manusia masih amat sempit. Soal-soal hidup yang tak dapat dipecahkan
dengan akal dipecahkannya dengan magic, ialah ilmu gaib. Magic menurut Frazer adalah segala
perbuatan manusia (termasuk abstraksi-abstraksi dari perbuatan) untuk mencapai suatu maksud melalui
kekuatan-kekuatan yang ada dalam alam, serta seluruh kompleks anggapan yang ada di belakangnya.
Pada mulanya kata Frazer, manusia hanya mempergunakan ilmu gaib untuk memecahkan soal
hidupnya yang ada di luar batas kemampuan dan pengetahuan akalnya. Agama waktu itu belum ada
dalam kebudayaan manusia. Lambat laun terbukti bahwa banyak dari perbuatan magicnya itu tidak ada
hasilnya juga, maka mulailah ia percaya bahwa alam itu didiami oleh mahluk-mahluk halus yang lebih
berkuasa daripadanya, maka mulailah ia mencari hubungan dengan makhluk-makhluk halus yang
mendiami alam itu. Demikianlah timbul agama.
Menurut Frazer memang ada suatu perbedaan yang besar di antara magic dan religion. Magic
adalah segala sistem perbuatan dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai
dan mempergunakan kekuatan dan hukum-hukum gaib yang ada di dalam alam. Sebaliknya, religion
adalah segala sistem perbuatan manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri
kepada kemauan dan kekuasaan makhluk-makhluk halus seperti ruh, dewa dsb., yang menempati alam.
Kecuali menguraikan pendiriannya tentang dasar-dasar religi, Frazer juga membuat dalam karangannya
The Golden Bough tersebut, suatu klarifikasi daripada segala macam perbuatan ilmu gaib kepercayaan
dalam beberapa tipe ilmu gaib.

3. Teori Kekuatan Luar Biasa

Pendirian ini, yang untuk mudahnya akan kita sebut “Teori Kekuatan Luar Biasa”, terutama
diajukan oleh sarjana antropologi bangsa Inggris, R.R. Marett dalam bukunya The Threshold of
Religion (1909). Sarjana ini mulai menguraikan teorinya dengan suatu kecaman terhadap anggapan-
anggapan Tylor mengenai timbulnya kesadaran manusia terhadap jiwa. Menurut Marett kesadaran
tersebut adalah hal yang bersifat terlampau kompleks bagi pikiran makhluk manusia yang baru ada
pada tingkat-tingkat permulaan dari kehidupannya di muka bumi ini. Sebagai lanjutan dari kecamannya
terhadap teori animisme Tylor itu, maka Marett

5
mengajukan sebuah anggapan baru. Katanya, pangkal dari segala kelakuan keagamaan ditimbulkan
karena suatu perasaan rendah terhadap gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang dianggap sebagai
biasa di dalam kehidupan manusia. Alam tempat gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa itu berasal, dan
yang dianggap oleh manusia dahulu sebagai tempat adanya kekuatan-kekuatan yang melebihi
kekuatan-kekuatan yang telah dikenal manusia di dalam alam sekelilingnya, disebut Supernatural.
Gejala-gejala, hal-hal, dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu dianggap akibat dari suatu kekuatan
supernatural, atau kekuatan luar biasa, atau kekuatan sakti.
Adapun kepercayaan kepada suatu kekuatan sakti yang ada dalam gejala-gejala, hal-hal dan
peristiwa-peristiwa yang luar biasa tadi, dianggap oleh Marett suatu kepercayaan yang ada pada
makhluk manusia sebelum ia percaya kepada makhluk halus dan ruh; dengan kata lain, sebelum ada
kepercayaan animisme. Itulah sebabnya bentuk agama yang diuraikan Marett itu sering disebut
praeanimisme.

4. Teori Sentimen Kemasyarakatan

“Teori Sentimen Kemasyarakatan”, berasal dari seorang sarjana ilmu filsafat dan sosiologi bangsa
Perancis bernama E. Durkheim, dan diuraikan olehnya dalam bukunya Les Formes Elementaires de la
Vie Religieuse (1912). Durkheim yang juga menjadi amat terkenal dalam kalangan ilmu antropologi
budaya, pada pangkalnya mempunyai suatu
celaan terhadap Tylor, serupa dengan celaan Marett tersebut di atas. Beliau beranggapan
bahwa alam pikiran manusia pada masa permulaan perkembangan kebudayaannya itu belum
dapat menyadari suatu faham abstrak “jiwa”, sebagai suatu substansi yang berbeda dari jasmani.
Kemudian Durkheim juga berpendirian bahwa manusia pada masa itu belum dapat menyadari
faham abstrak yang lain seperti perubahan dari jiwa menjadi ruh apabila jiwa itu telah terlepas
dari jasmani yang mati. Celaan terhadap teori animisme Tylor itu termaktub dalam permulaan
buku Les Formes Elementaires de la Vie Religieuse, tempat beliau mengumumkan suatu teori
yang baru tentang dasar-dasar agama yang sama sekali berbeda dengan teori-teori yang pernah
dikembangkan oleh para sarjana sebelumnya. Teori itu berpusat kepada beberapa pengertian
dasar, ialah :
a. Makhluk manusia pada waktu ia pertama kali timbul di muka bumi, mengembangkan
aktivitas religi itu bukan karena ia mempunyai bayangan-bayangan abstrak tentang jiwa atau
roh dalam alam pikirannya, yaitu suatu kekuatan yang menyebabkan hidup dan gerak di
dalam alam, melainkan karena suatu getaran jiwa, suatu emosi keagamaan, yang timbul di
dalam alam jiwa manusia dahulu, karena pengaruh suatu rasa sentimen kemasyarakatan.
b. Sentimen kemasyarakatan itu dalam batin manusia dahulu berupa suatu kompleks perasaan
yang mengandung rasa terikat, rasa bakti, rasa cinta dan sebagainya terhadap masyarakatnya
sendiri, yang merupakan seluruh alam dunia di mana ia hidup.
c. Sentimen kemasyarakatan yang menyebabkan timbulnya emosi keagamaan, yang sebaliknya
merupakan pangkal daripada segala kelakuan keagamaan manusia itu, tentu tidak selalu
berkobar-kobar dalam alam batinnya. Apabila tidak dipelihara, maka sentimen
kemasyarakatan itu menjadi lemah dan latent, sehingga perlu dikobarkan kembali. Salah
satu cara untuk mengobarkan kembali sentimen kemasyarakatan adalah dengan mengadakan
suatu kontraksi masyarakat artinya dengan mengumpulkan seluruh masyarakat dalam
pertemuan-pertemuan raksasa.
d. Emosi keagamaan yang timbul karena rasa sentimen kemasyarakatan , membutuhkan suatu
obyek tujuan. Sifat apakah yang menyebabkan barang sesuatu hal itu menjadi obyek
daripada emosi keagamaan bukan terutama sifat luar biasanya, bukan pula sifat anehnya,
bukan sifat megahnya, bukan sifat ajaibnya, melainkan tekanan anggapan umum dalam
masyarakat. Obyek itu ada karena salah satu peristiwa kebetulan dalam sejarah kehidupan
sesuatu masyarakat di masa lampau menarik perhatian banyak orang di dalam masyarakat.
Obyek yang menjadi tujuan emosi keagamaan itu juga mempunyai obyek yang bersifat
keramat, bersifat sacre, berlawanan dengan obyek lain yang tidak mendapat nilai
keagamaan (ritual value) itu, ialah obyek yang tak-keramat, yang profane.
e. Obyek keramat sebenarnya tidak lain daripada suatu lambang masyarakat. Pada suku-suku
bangsa asli benua Australia misalnya, obyek keramat, pusat tujuan daripada sentimen-
sentimen kemasyarakatan, sering berupa sejenis binatang, tumbuh-tumbuhan, tetapi sering

6
juga obyek keramat itu berupa benda. Oleh para sarjana obyek keramat itu disebut totem.
Totem itu (jenis binatang atau obyek lain) mengonkretkan prinsip totem yang ada di
belakangnya, dan prinsip totem itu adalah suatu kelompok tertentu di dalam masyarakat,
berupa clan atau lain.

Pendirian-pendirian tersebut pertama di atas, ialah emosi keagamaan dan sentimen


kemasyarakatan, adalah menurut Durkheim, pengertian-pengertian dasar yang merupakan inti atau
essence daripada tiap religi, sedangkan ketiga pengertian lainnya ialah kontraksi masyarakat, kesadaran
akan obyek keramat berlawanan dengan obyek tak-keramat, dan totem sebagai lambang masyarakat,
bermaksud memelihara kehidupan daripada inti. Kontraksi masyarakat, obyek keramat dan totem akan
menjelmakan (a) upacara, (b) kepercayaan dan (c) mitologi. Ketiga unsur tersebut terakhir ini
menentukan bentuk lahir daripada sesuatu religi di dalam sesuatu masyarakat yang tertentu. Susunan
tiap masyarakat dari beribu-ribu suku bangsa di muka bumi yang berbeda-beda ini telah menentukan
adanya beribu-ribu bentuk religi yang perbedaan-perbedaannya tampak lahir pada upacara-upacara,
kepercayaan dan mitologinya.

5. Tepri Wahyu Tuhan

“Teori Firman Tuhan”, pada mulanya berasal dari seorang sarjana antropologi bangsa Austria
bernama W. Schmidt. Sebelum Schmidt sebenarnya ada sarjana lain yang pernah mengajukan juga
pendirian tersebut. Sarjana lain ini adalah seorang ahli kesusasteraan bangsa Inggris bernama A. Lang.
Sebagai ahli kesusasteraan, Lang telah banyak membaca tentang kesusasteraan rakyat dari banyak suku
bangsa di dunia. Di dalam dongeng-dongeng itu, Lang sering mendapatkan adanya seorang tokoh dewa
yang oleh suku-suku bangsa bersangkutan dianggap dewa tertinggi, pencipta seluruh alam semesta
serta isinya, dan penjaga ketertiban alam dan kesusilaan. Kepercayaan kepada seorang tokoh dewa
serupa itu menurut Lang terutama tampak pada suku-suku bangsa yang amat rendah tingkat
kebudayaannya, dan yang hidup dari berburu atau meramu, ialah misalnya suku-suku bangsa berburu
di daerah Gurun Kalahari di Afrika Selatan, yang biasanya disebut orang Bushman, suku-suku bangsa
penduduk asli benua Australia, suku-suku bangsa Negrito di daerah hutan rimba di Kamerun dan
Kongo, Afrika Tengah, penduduk kepulauan Andaman, penduduk pegunungan Tengah di Irian Timur,
dan juga beberapa suku bangsa penduduk asli benua Amerika Utara. Berbagai hal membuktikan
bahwa kepercayaan itu tidak timbul sebagai akibat pengaruh agama Nasrani atau Islam, maka
kepercayaan tadi malahan tampak seolah-olah terdesak ke belakang oleh kepercayaan kepada makhluk-
makhluk halus, dewa-dewa alam, ruh, hantu, dan sebagainya. A. Lang berkesimpulan bahwa
kepercayaan kepada dewa tertinggi adalah suatu kepercayaan yang sudah amat tua, dan mungkin
merupakan bentuk religi manusia yang tertua. Adapun pendiriannya itu diumumkannya dalam beberapa
karangan, antara lain dalam buku yang berjudul The Making of Religion (1898). Anggapan A. Lang
terurai di atas, tak lama kemudian diolah lebih lanjut oleh W.Schmidt. Tokoh besar dalam kalangan
ilmu antropologi ini adalah guru besar pada suatu perguruan tinggi yang pusatnya mula-mula di
Austria, kemudian di Swiss, untuk mendidik calon-calon pendeta penyiar agama Khatolik dari
organisasi Societas Verbi Divini. Di dalam suatu kedudukan serupa itu maka mudah dapat dimengerti
bagaimana anggapan akan adanya kepercayaan kepada dewa-dewa tertinggi di alam jiwa bangsa-
bangsa yang masih amat rendah tingkat kebudayaannya, adalah suatu anggapan yang amat cocok
dengan dasar-dasar cara berpikir W. Schmidt dan juga dengan filsafatnya sebagai sorang pendeta
agama Khatolik. Di dalam hubungan itu beliau percaya bahwa agama itu berasal dari titah Tuhan yang
diturunkan kepada makhluk manusia pada masa permulaan ia muncul di muka bumi ini. Karena itulah
adanya tanda-tanda daripada suatu kepercayaan kepada dewa pencipta, justru pada bangsa-bangsa yang
paling rendah tingkat kebudayaanya (artinya yang paling tua menurut Schmidt), memperkuat
anggapannya mengenai adanya titah Tuhan asli, atau Uroffenbarung itu. Demikianlah kepercayaan
yang asli dan bersih kepada Tuhan, atau kepercayaan Urmonotheismus tadi itu malahan ada pada
bangsa-bangsa yang tua yang hidup pada zaman ketika tingkat kebudayaan manusia masih rendah. Di
dalam zaman kemudian, ketika makin maju kebudayaan manusia, maka makin kaburlah kepercayaan
asli terhadap Tuhan; makin banyak kebutuhan manusia, makin terdesaklah kepercayaan asli itu oleh
pemujaan kepada makhluk-mahluk halus, ruh, dewa, dan sebagainya.

7
Anggapan Schmidt sebagaimana diuraikan di atas dianut oleh beberapa orang sarjana yang untuk
sebagian besar bekerja sebagai penyiar agama Nasrani dari organisasi Societas Verbi Divini. Di
samping menjalankan tugas sebagai penyiar agama Nasrani di dalam berbagai daerah di muka bumi,
mereka melakukan penelitian-penelitian antropologi budaya berdasarkan atas anggapan-anggapan
pokok daripada guru mereka. Demikian antara lain, sarjana-sarjana itu mencari di dalam kebudayaan-
kebudayaan di daerah mereka masing-masing akan adanya tanda-tanda suatu kepercayaan kepada dewa
tertinggi.

6. Cara Manusia Beragama

Beberapa manusia dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya memberikan penekan-
penekanan khusus pada aspek-aspek tertentu dari agamnya itu. Sebagian ada yang menekankan pada
penghayatan mistik, ada yang menekankan pada penalaran logika, penekanan pada aspek pengamalan
ritual, dan ada juga yang menekankan pada aspek pelayanan (amal shalih). Untuk lebih jelasnya akan
diuraikan sebagaimana berikut ini:
1. Cara mistik. Dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, sebagian manusia
cenderung lebih menekankan pada pendekatan mistikal daripada pendekatan yang lain. Cara
mistik seeprti ini dilakukan oleh para sufi (pengikut tarekat) dan pengikut kebatinan (kejawen).
Yang dimaksud dengan cara mistik itu sendiri adalah suatu cara beragama pengikut agama
tertentu yang lebih menekankan pada aspek pengamalan batiniah (esoterisme) dari ajaran
agama, dan mengabaikan aspek pengamalan formal, struktural dan lahiriyah (eksoterisme).
Pada setiap pengikut agama apapun agamanya baik agama besar maupun agama lokal, selalu
memiliki kelompok pengikut yang memberi perhatian besar pada cara beragama mistik ini. Di
kalangan pengikut agama Islam dikenal dengan sufisme, dikalangan umat Katholik dikenal
dengan hidup kebiaraan, begitu pula dikalangan Hindu maupun Budhisme. Beragama dengan
cara mistik sangat digemari oleh masyarakat berkebudayaan tertentu, yang secara kultur
dominan, mereka menekankan pada hal-hal mistiktikal tersebut, seperti sebagian masyarakat
yang berkebudayaan jawa. Kebudayaan jawa adalah tipe kebudayaan yang menekankan pada
hidup kerohanian bersifat esoteris dan menjunjung tinggi harmonitas hidup sehingga kadangkala
menyebabkan terjadinya sindritisme
2. Cara penalaran, di samping penghayatan dan pengamalan agama cara mistik, ada pula cara
penalaran, yaitu cara beragama dengan menekankan pada aspek rasionalitas dari ajaran agama. Bagi
penganut aliran ini, bagaimana agama itu harus dapat menjawab masalah yang dihadapi
penganutnya dengan jawaban yang masuk akal. Beragama tidak selamanya harus menerima begitu
saja apa yang didoktrinkan oleh pimpinan agama, mereka menyenangi interpretasi yang bebas
dalam menafsirkan teks dari kitab suci atau buku-buku agama lainnya. Dari tradisi Islam
umpamanya, ada kelompok yang disebut mutakalimin atau para ahli ilmu kalam, yang banyak
membicarakan teologi Islam dengan mamakai dalil tekstual (naqli) dan dalil rasional (aqli).
3. Cara amal shalih. Cara beragama yang ketiga ini lebih menekankan pengahayatan dan pengamalan
agama pada aspek peribadatan, baik ritual formal maupun aspek pelayanan sosial keagamaan.
Menurut kelompok ini, yang terpenting dalam beragama adalah melaksanakan amal shalih, karena
indikator seseorang beragama atau tidak ialah dalam pelaksanaan segala amalan lahir dari agama itu
sendiri. Tuhan memasukkan seorang manusia ke dalam surga adalah karena amal shalih orang
tersebut yang dilakukan ketika ia masih hidup. Tidak ada artinya pengakuan dan iman dalam hati
kalau tidak dinyatakan dalam amal perbuatan fisik dan perwujudan materi. Dalam agama Islam,
kelompok ini lebih banyak mengikuti ajaran fiqih dan hukum-hukum agama mengenai tata cara
amal shalih daripada amal yang lainnya.
4. Cara sinkretisme. Secara etimologis, sinkretisme berasal dari perkataan syin dan kretiozein atau
kerannynai, yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan. Adapun
pengertiannya adalah suatu gerakan di bidang filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap
kompromi pada hal-hal yang agak berbeda dan bertentangan. Tercatat pada abad ke-2 dan ke-4
aliran Neo Platonisme berusaha menyatukan agama-agama penyembah berhala. Selanjutnya pada
masa renaisan muncul usaha untuk menyatukan antara gereja Katholik Timur dan Katholik Barat.
Pernah juga muncul gerakan untuk mengawinkan antara aliran lutherian dengan aliran-aliran lain
dalam Protestan. Sementara itu, dalam bidang filsafat pernah muncul usaha untuk
mengharmoniskan pertentangan antara pemikiran Plato dan Aritoteles.Cara sinkretisme adalah cara-
cara seseorang dalam menghayati dan mengamalkan agama dengan memilih-milih ajaran tertentu

8
dari berbagai agama untuk dipraktekkan dalam kehidupan keagamaan diri sendiri atau untuk
diajarkan kepada orang lain. Dalam prakteknya cara beragama sinkretisme ini dapat terjadi pada
bidang kepercayaan, namun Tuhan umpamanya dikombinasikan “Gustiallah” atau “Allah Sang
Hyang widi”, dapat juga dalam pelaksanaan ritual, dalam berdoa, dalam peralatan yang dipakai
pada upacara keagamaan dan sebagainya.

D. Tujuan Agama dan Unsur Agama

Suatu agama tercipta karena manusia ingin mencapai tujuan tertentu di dalam hidupnya, dan agama
dianggap dapat membantu mencapai tujuan tersebut. Adapun beberapa tujuan agama adalah sebagai
berikut:
Untuk membimbing manusia dalam menjalani kehidupannya dengan cara lebih baik melalui
pengajaran dan aturan, dimana ajaran dan aturan tersebut dipercaya berasal dari Tuhan. Untuk
menyampaikan firman Tuhan kepada umat beragama, berupa ajaran-ajaran kebaikan dan aturan
berperilaku bagi manusia. Untuk membimbing manusia menjadi individu yang berakal baik dan dapat
menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat.Untuk membuka jalan bagi manusia yang ingin bertemu
dengan penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, ketika mati kelak.
Untuk memudahkan kita memahami arti agama, maka kita perlu mengetahui unsur-unsur pokok yang
terkandung dalam agama itu sendiri. Berikut ini adalah tiga unsur pokok agama:

1. Manusia
Manusia merupakan mahluk yang memiliki akal budi, dapat berpikir dan berusaha dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini, manusia adalah umat atau penganut suatu agama yang
berpikir dan percaya bahwa ada sesuatu di luar dirinya yang memiliki kuasa dan kekuatan yang tidak
bisa dijelaskan dengan hukum alam.

2. Penghambaan
Dalam konteks agama, penghambaan bukan berarti perbudakan. Tapi lebih kepada adanya
kebutuhan manusia akan kedudukannya dihadapan sang penciptanya. Dalam hal ini, penghambaan
manusia kepada Tuhan akan melibatkan banyak hal, seperti; simbol-simbol agama, praktik agama,
serta pengalaman keagamaan manusia itu sendiri.

3. Tuhan
Pada dasarnya tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada
banyak konsep ketuhanan, seperti teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Namun, secara umum
Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Dalam ajaran teisme, Tuhan
adalah pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta.

E. Agama di Dunia

Selain 3 agama tua di dunia yakni Islam, Kristen dan Yahudi, ada ribuan agama lain yang dianut
seluruh manusia di dunia. Jika di Indonesia hanya ada 6 agama yanh diakui, maka di dunia ada ribuan,
bahkan banyak agama yang masih belum terdenisi. Namun inti dari semua agama itu adalah
menyembah Tuhan. Saat ini ada beberapa agama besar di dunia yang dianut pengikutnya. Berdasarkan
data di 2018, agama Kristen adalah yang terbanyak pengikutnya yakni 2 miliar lebih. Berikut uraian
mengenai agama di dunia dan perkiraan jumlah pengikutnya.

1. Kristen

Agama Kristen didasarkan dari ajaran Yesus Kristus. Merupakan agama terbesar di dunia dengan
lebih dari 2 miliar penganut atau 33 persen dari populasi penduduk dunia. Sejarah Kekristenan tidak
bisa dipisahkan dari Sejarah gereja Kristen yang membawa ajaran agama Kristen, mengayomi
penganutnya dan menjadi saksi perkembangan pekerjaan yang telah dijalankan sepanjang dua ribu
tahun, sejak abad pertama Masehi, mulai dari tanah Israel hingga ke Eropa, Amerika, dan seluruh

9
dunia, termasuk Indonesia. Sejarah gereja sangat menarik untuk dicermati, dipengaruhi oleh tokoh-
tokoh gereja yang tidak terhitung banyaknya, dan juga menimbulkan kejadian-kejadian yang mengubah

alur sejarah dunia. Tanggal-tanggal terpenting dalam sejarah gereja dan kekristenan dapat dilihat pada
sub bagian artikel ini. Kekristenan muncul dari wilayah Levant (sekarang Palestina dan Israel) mulai
pertengahan abad pertama Masehi. Asalnya Kekristenan dimulai di kota Yerusalem dan mulai
menyebar ke wilayah Timur Dekat, termasuk ke Siria, Asyur, Mesopotamia, Fenisia, Asia Minor,
Yordania dan Mesir. Sekitar 15 tahun setelahnya Kekristenan mulai memasuki Eropa Selatan dan
berkembang di sana. Sementara itu juga terjadi penyebaran di Afrika Utara serta Asia Selatan dan
Eropa Timur. Pada abad ke-4 Kekristenan telah dijadikan agama negara oleh Dinasti Arsakid di
Armenia pada tahun 301, "Caucasian Iberia" (atau Republik Georgia) pada tahun 319, Kekaisaran
Aksum di Etiopia pada tahun 325. dan Kekaisaran Romawi pada tahun 380 M. Kekristenan menjadi
umum bagi seluruh Eropa pada Abad Pertengahan dan mengembang ke seluruh dunia selama Masa
Eksplorasi negara-negara Eropa dari zaman Renaissance sampai menjadi agama terbesar di
dunia.Sekarang terdapat lebih dari 2,5 miliar orang Kristen, yaitu sepertiga jumlah manusia di
dunia.Kekristenan terbagi menjadi Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur pada Skisma
Timur-Barat atau Skisma Besar pada tahun 1054. Reformasi Protestan memecah Gereja Katolik Roma
menjadi berbagai denominasi Kristen. Periode ini dimulai sejak kelahiran Yesus hingga kematian dan
kebangkitan Yesus, kurang lebih dari 4 SM hingga 33 M.

Yesus Kristus dilahirkan sekitar tahun 4 SM di Betlehem, Yudea, dan bertumbuh dewasa di kota
Nazaret, Galilea. Setelah Ia berumur sekitar tiga puluh tahun, dimulailah pelayanan Yesus selama lebih
dari tiga tahun termasuk merekrut keduabelas rasul, melakukan mujizat, mengusir setan,
menyembuhkan orang sakit, dan membangkitkan orang mati. Yesus mati dihukum dengan cara disalib
oleh karena hasutan pemimpin-pemimpin agama Yahudi yang tidak suka dengan ajaran Yesus yang
dianggap bertentangan dengan ajaran mereka. Ia disalibkan di Bukit Golgota, Yerusalem di antara
tahun 29-33 M atas perintah Gubernur Provinsi Yudea Romawi, Pontius Pilatus.Setelah mati
disalibkan, Yesus dikuburkan di dalam gua batu. Umat Kristiani percaya bahwa Yesus bangkit dari
mati pada hari ketiga setelah kematian-Nya dan menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saksi
mata. Empat puluh hari kemudian Ia naik ke surga dengan disaksikan banyak orang. Umat Kristiani
juga percaya bahwa para imam Yahudi yang ketakutan menyogok para penjaga kubur untuk
menyebarkan kabar bohong bahwa Yesus tidak bangkit melainkan mayatnya dicuri oleh para muridnya
Kelima hal dalam kehidupan Yesus Kristus ini (kelahiran, pelayanan, kematian, kebangkitan, kenaikan
ke surga) adalah intisari Kekristenan. Informasi utama tentang kehidupan Yesus berasal dari keempat
Injil dan tulisan-tulisan Paulus serta murid-murid Yesus yang lain yang secara kolektif disebut buku
Perjanjian Baru. Periode gereja mula-mula dimulai sejak kurang lebih tahun 33 dengan pelayanan rasul
Petrus, Paulus dan lain-lainnya dalam memberitakan kisah Yesus hingga bertobatnya Kaisar
Konstantinus I pada tahun 325. Pada periode ini gereja dan orang-orang Kristen mengalami
penganiayaan, terutama penganiayaan fisik, tetapi para Bapa gereja mulai menulis tulisan-tulisan
Kristen yang pertama dan ajaran-ajaran yang menyeleweng yang bermunculan diatasi.

Tidak lama setelah Pentakosta, pintu gereja terbuka kepada orang-orang bukan Yahudi. Penginjil
Filipus berkhotbah kepada orang-orang Samaria, dan banyak dari mereka yang percaya kepada Kristus.
Rasul Petrus berkhotbah kepada rumah tangga Kornelius yang bukanlah orang Yahudi dan mereka
juga menerima Roh Kudus. Rasul Paulus (mantan penganiaya gereja) memberitakan Injil di seluruh
dunia Greko-Romawi, sampai ke Roma sendiri dan bahkan mungkin sampai ke Spanyol. Pada tahun
70, tahun di mana Yerusalem dihancurkan, kitab-kitab Perjanjian Baru telah lengkap dan beredar di
antara gereja-gereja. Untuk 240 tahun berikutnya, orang-orang Kristen dianiaya oleh Roma, kadang
secara acak, kadang atas perintah pemerintah.

10
Pada abad kedua dan ketiga, kepemimpinan gereja mejadi makin hierakis seiring dengan peningkatan
jumlah. Beberapa ajaran sesat diungkapkan dan ditolak pada zaman ini, dan kanon Perjanjian Baru
disepakati. Penganiayaan terus meningkat.

Tahun Tokoh Tempat Deskripsi singkat

35 Stefanus Yerusalem StStephen GiacomoCavedone.jpgStefanus mati syahid dan menjadi


martir Kristen pertama. Paulus bertobat.

46 Paulus dari Tarsus Asia Minor File"-Saint Paul Writing His Epistles" by Valentin de
Boulogne.jpgPaulus memulai perjalanan misinya dan menulis surat-suratnya.

64 Kaisar Nero Roma 402576 Kebakaran hebat terjadi di Roma. Kaisar Nero
menyalahkan orang Kristen dan menimbulkan penganiayaan

Setelah kematian dan kebangkitan Yesus, para Rasul diberi tugas untuk memberitakan Injil dan
menceritakan tentang kabar keselamatan kepada semua orang "sampai ke ujung bumi". Kekaisaran
Romawi pada waktu itu membenci dan takut dengan ajaran Kristen yang menyerukan kepada semua
orang supaya jangan takut kepada pemerintah duniawi yang sementara, melainkan takut kepada
pemerintahan surgawi yang akan datang kelak. Kaisar Nero bersama-sama dengan kaisar-kaisar
pendahulunya maupun sesudahnya melakukan penganiayaan, membunuh, memenjarakan, menyiksa,
menjadikan orang Kristen umpan singa di collosseum; namun hal-hal tersebut tidak menyurutkan niat
gereja mula-mula untuk berkembang dan semakin bertambah jumlah orang yang percaya kepada
Yesus. Pada akhirnya, Nero membakar kota Roma dan menyalahkan hal tersebut kepada orang-orang
Kristen yang disebutnya radikal sehingga membuat penduduk Romawi semakin marah terhadap orang
Kristen.

Hingga membuat periode baru Periode ini diwarnai oleh tokoh-tokoh yang membawa pembaruan
dalam gereja Katolik Roma, kira-kira tahun 1517 hingga 1600. Tokoh-tokoh Reformasi seperti Martin
Luther, Yohanes Calvin, John Knox, pada akhirnya mengakhiri dominasi para uskup dan biarawan
dalam mempelajari Alkitab. Reformasi Protestan menyebabkan Kontra-Reformasi dan reformasi
lainnya di Eropa Barat, sementara penemuan benua Amerika menyebabkan kaum Protestan yang
dianiaya di Eropa, terutama Inggris, melarikan diri ke Amerika dan memulai negara baru yang
berlandaskan kekristenan. Dalam waktu seratus tahun, terjadi lebih banyak peristiwa-peristiwa penting
dari abad-abad sebelumnya, dan seluruh Eropa Barat terancam perang saudara. Di Inggris, Prancis,
Spanyol, Swiss, Skotlandia, pertentangan antara bangsawan dan penguasa Kristen dan Katolik
menyebabkan pertumpahan darah. Sejarah gereja atau sejarah gerejawi sebagai disiplin akademik
mengkaji sejarah Kekristenan dan cara Gereja Kristen berkembang sejak pembentukannya. Henry
Melvill Gwatkin mendefinisikan sejarah gereja sebagai "sisi spiritual dari sejarah masyarakat
berperadaban bahkan sejak kedatangan Allah kita.

2. Islam

Agama dengan pengikut terbanyak kedua adalah Islam. Islam mengimani satu Tuhan, yaitu
Allah. Islam punya arti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Islam meyakini bahwa Allah
menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul-Nya. Meyakini dengan sangat
bahwa Muhammad adalah nabi yang diutus ke dunia oleh Allah. Dalam tauhid rububiyah, Allah diakui
sebagai satu-satunya Rabb (Yang Menguasai), sehingga semua selain Allah adalah ‘abd
(hamba/budak/yang dikuasai). Allah adalah Rabb Yang Berkuasa dalam penciptaan, pengurusan, dan
kerajaan alam semesta Allah sebagai satu-satunya Pencipta adalah juga Yang Memberi rezeki, Yang
Menghidupkan, Yang Mematikan, serta Yang Memberi kebaikan dan keburukan. Allah yang mengurus
segala sesuatu; semua urusan yang Dia tangani adalah kebaikan; dan Allah Mahakuasa

11
terhadap apa yang Dia kehendaki. Dalilnya adalah ayat dalam Alquran, “Segala penciptaan dan
urusan menjadi hak-Nya.”[Al-A'raf:54 Allah juga diakui memiliki kesempurnaan nama dan sifat (sifat
perangai dan sifat perbuatan) selain mencipta, mengurus, dan merajai alam semesta; hal ini dibahas
dalam tauhid asma wa sifat (keesaan nama dan sifat). Nama dan sifat Allah diketahui dan ditetapkan
dengan Alquran dan Sunnah secara literal, tidak bisa ditetapkan oleh akal semata.Namun, nama dan
sifat Allah tidak terbatas; selain dari yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah dirahasiakan dalam
ilmu gaib-Nya Dalam tauhid uluhiyah, Allah diakui sebagai Tuhan Yang Maha Esa dalam segala
bentuk peribadahan dari seluruh makhluk-Nya. Pengakuan Allah sebagai satu-satunya Rabb
berkonsekuensi penyembahan makhluk kepada Rabbnya semata Ibadah atau penghambaan diri kepada
Allah merupakan perbuatan makhluk untuk merendahkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya seumur hidup. Ibadah tidak boleh
ditujukan sedikit pun kepada selain Allah. Beribadah kepada selain Allah, meskipun juga menyembah
Allah, adalah dosa yang paling besar dalam Islam yang disebut dengan syirik (mempersekutukan
Allah), sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada
anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman
yang besar.” ِ ‫ك لَظُ ْل ٌم ع‬
‫َظي ٌم‬ ِّ ‫ي اَل تُ ْش` ِر ْك بِاهَّلل ِ ۖ ِإ َّن‬
َ ْ‫الش`ر‬ َ `َ‫وَِإ ْذ ق‬Ajaran pokok dalam
َّ َ‫`ال لُ ْق َم`انُ اِل ْبنِ` ِه َوهُ` َو يَ ِعظُ`هُ يَ``ا بُن‬
Islam adalah hal-hal yang menyangkut kepercayaan atau keyakinan hati. Muslim juga mempercayai
Rukun Iman yang terdiri atas 6 perkara, yaitu:

iman kepada Allah,

iman kepada malaikat Allah,

iman kepada kitab Allah (Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur dan suhuf),

iman kepada nabi dan rasul Allah,

iman kepada hari kiamat, serta

iman kepada qada dan qadar.

Sejarah dan keyakinan muslim menggambarkan Muhammad sebagai seorang manusia dan nabi yang
memiliki jasa yang besar. Biografi mengenai kehidupan awalnya tidak banyak diketahui, lebih banyak
catatan riwayat tentang kehidupannya setelah menjadi nabi dan rasul pada usia empat puluh tahun pada
tahun 610. Alquran menjadi sumber informasi utama mengenai kehidupan Nabi Muhammad. Di
samping itu, hadis dan sirah nabawi (sejarah kehidupan kenabian) lebih jauh menggambarkan
kedudukan dan perannya pada masa awal Islam. Muhammad berperan sebagai penerima wahyu dari
Allah dan sekaligus sebagai panutan agar semua muslim berusaha menirunya. Muhammad bin
Abdullah (putra Abdullah) lahir pada tahun 570 M di Mekkah (sekarang masuk Arab Saudi).[43][c]
Ayahnya yang merupakan seorang pedagang meninggal sebelum kelahirannya. Ibunya, Aminah,
meninggal saat Muhammad masih berusia enam tahun.Di permulaan masa mudanya, Muhammad tidak
memiliki pekerjaan tetap di Mekkah yang merupakan kota perdagangan yang sedang berkembang;
banyak yang menyebutkannya bekerja sebagai penggembala kambing. Pada usia 25 tahun Muhammad
dipekerjakan oleh seorang janda kaya, Khadijah binti Khuwailid, untuk mengawasi angkutan
dagangnya ke wilayah Syam (sekarang mencakup Yordania, Lebanon, Suriah, dan
Palestina).Muhammad membuat Khadijah terkesan atas hasil pekerjaannya yang mendatangkan
keuntungan yang belum pernah ia dapatkan sebanyak itu–selain juga keterangan pembantu Khadijah
yang menyertai perjalanan dagang itu tentang perilaku Muhammad–sampai Khadijah menawarkan diri
kepada Muhammad untuk menikah. Saat menikah, Khadijah disebutkan telah berusia empat puluh
tahun, tetapi pernikahan itu membuahkan dua anak laki-laki (Al-Qasim dan Abdullah, meninggal saat

12
kanak-kanak) dan empat anak perempuan (Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah).Fatimah,
putri bungsu Muhammad, adalah yang paling dikenal, yang menikahi sepupu Muhammad, Ali bin Abi
Thalib, khalifah (“penerus”; penerus Nabi Muhammad sebagai pemimpin) keempat menurut Islam
sunni dan imam sah pertama menurut Islam Syiah. Mekkah merupakan pusat kemakmuran
perdagangan. Namun, masyarakatnya merupakan masyarakat kesukuan yang mudah bertikai. Beberapa
peristiwa yang menunjukkan hal tersebut, yang juga melibatkan Muhammad, adalah Pertempuran
Fujjar, Hilful Fudul, serta renovasi Ka'bah dan pemindahan Hajar Aswad Peristiwa-peristiwa tersebut
dan kondisi sosiologis lainnya ikut mempengaruhi Muhammad, yang menjadi seorang pribadi yang
sukses di tengah masyarakat Mekkah.Dia dihormati atas sifatnya yang bisa dipercaya dan keputusan-
keputusannya terhadap persengketaan; dia dikenal dengan gelarnya al-Amīn, “yang dapat dipercaya”.
Kejujuran itu lengkap dengan kesukaannya merenung yang akhirnya membuat dia terbiasa menyendiri
Gua Hira'–yang berjarak hampir dua mil di utara Mekkah–saat usianya mendekati empat puluh tahun.

3. Sekuler, Atheis, Tidak Beragama, Agnostik 1,1 Miliar

Banyak manusia beragama, banyak pula orang di dunia yang tidak percaya tuhan, agama dan
semua yang berkaitan dengan kepercayaan. Jumlahnya bahkan mencapai lebih dari 1,1 miliar.
Penganut kepercayaan ini disebut Non-Adherent (Tanpa-Pemeluk). Ini adalah sebutan bagi manusia
yang berpaham sama dengan paham atheis. Tidak mempercayai adanya tuhan. Kelompok ini banyak
berpusat di negara-negara maju berpaham sekuler seperti Amerika Serikat dan Inggris. Dalam istilah
politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini
dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara, menggantikan
hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar
agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama
minoritas. Sekularisme, sering kali dikaitkan dengan Era Pencerahan di Eropa, dan memainkan peranan
utama dalam peradaban Barat. Prinsip utama Pemisahan gereja dan negara di Amerika Serikat, dan
Laisisme di Prancis, didasarkan dari sekularisme. Kebanyakan agama menerima hukum-hukum utama
dari masyarakat yang demokratis namun mungkin masih akan mencoba untuk memengaruhi keputusan
politik, meraih sebuah keistimewaan khusus atau. Aliran agama yang lebih fundamentalis menentang
sekularisme. Penentangan yang paling kentara muncul dari Kristen Fundamentalis dan juga Islam
Fundamentalis. Pada saat yang sama dukungan akan sekularisme datang dari minoritas keagamaan
yang memandang sekularisme politik dalam pemerintahan sebagai hal yang penting untuk menjaga
persamaan hak. Negara-negara yang umumnya dikenal sebagai sekuler di antaranya adalah Kanada,
India, Prancis, Turki, dan Korea Selatan, walaupun tidak ada dari negara ini yang bentuk
pemerintahannya sama satu dengan yang lainnya. Pendukung sekularisme menyatakan bahwa
meningkatnya pengaruh sekularisme dan menurunnya pengaruh agama di dalam negara tersekularisasi
adalah hasil yang tak terelakkan dari Pencerahan yang karenanya orang-orang mulai beralih kepada
ilmu pengetahuan dan rasionalisme dan menjauhi takhayul. Namun hal tersebut juga menjaga
persamaan hak-hak sipil dalam kebebasan memeluk suatu kepercayaan dan berkeyakinan baik individu
ataupun kelompok, dengan kata lain sekularisme justru menjadi ideologi yang mendukung kebebasan
beragama tanpa ada agama superior yang dapat memvonis kepercayaan lain adalah salah dan sesat dan
mendapat konsekuensi hukum. Penentang sekularisme melihat pandangan di atas sebagai arogan,
mereka membantah bahwa pemerintahan sekuler menciptakan lebih banyak masalah daripada
menyelesaikannya, dan bahwa pemerintahan dengan etos keagamaan adalah lebih baik. Penentang dari
golongan Kristiani juga menunjukkan bahwa negara Kristen dapat memberi lebih banyak kebebasan
beragama daripada yang sekuler. Seperti contohnya, mereka menukil Norwegia, Islandia, Finlandia,
dan Denmark, yang kesemuanya mempunyai hubungan konstitusional antara gereja dengan negara
namun mereka juga dikenal lebih progresif dan liberal dibandingkan negara tanpa hubungan seperti itu.
Seperti contohnya, Islandia adalah termasuk dari negara-negara pertama yang melegalkan aborsi, dan
pemerintahan Finlandia menyediakan dana untuk pembangunan masjid.

13
Namun pendukung dari sekularisme juga menunjukkan bahwa negara-negara Skandinavia di atas
terlepas dari hubungan pemerintahannya dengan agama, secara sosial adalah termasuk negara yang
paling sekuler di dunia, ditunjukkan dengan rendahnya persentase mereka yang menjunjung
kepercayaan beragama.Komentator modern mengkritik sekularisme dengan mengacaukannya sebagai
sebuah ideologi anti agama, ateis, atau bahkan satanis. Kata Sekularisme itu sendiri biasanya
dimengerti secara peyoratif oleh kalangan konservatif. Walaupun tujuan utama dari negara sekuler
adalah untuk mencapai kenetralan di dalam agama. Beberapa filsafat politik seperti Marxisme,
biasanya mendukung bahwasanya pengaruh agama di dalam negara dan masyarakat adalah hal yang
negatif. Di dalam negara yang mempunyai kepercayaan seperti itu (seperti negara Blok Komunis),
institusi keagamaan menjadi subjek di bawah negara sekuler. Kebebasan untuk beribadah dihalang-
halangi dan dibatasi, dan ajaran gereja juga diawasi agar selalu sejalan dengan hukum sekuler atau
bahkan filsafat umum yang resmi. Dalam demokrasi barat, diakui bahwa kebijakan seperti ini
melanggar kebebasan beragama.

3. Hindu

Agama Hindu adalah agama dominan di Asia Selatan. Utamanya di India dan Nepal. Agama ini
terdiri dari berbagai aliran, seperti Saiwa, Waisnawa, dan Sakta. Agama Hindu adalah agama tertua
dunia yang masih bertahan hingga kini. Dalam ajarannya, Hindu mewajibkan seluruh umatnya untuk
hidup tanpa memandang strata, kasta, juga sekte. Mengajarkan kejujuran, pengendalian diri, apalagi
kesucian. Agama Hindu diklaim sebagian orang sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan
hingga kini,[a] dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-dharma (Dewanagari:
सनातन धर्म),[b] artinya "darma abadi" atau "jalan abadi" yang melampaui asal mula manusia.Agama ini
menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh umatnya—tanpa memandang strata, kasta,
atau sekte—seperti kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri. Para ahli dari Barat memandang
Hinduisme sebagai peleburan atau sintesis dari berbagai tradisi dan kebudayaan di India, dengan
pangkal yang beragam dan tanpa tokoh pendiri. Pangkal-pangkalnya meliputi Brahmanisme (agama
Weda Kuno), agama-agama masa peradaban lembah Sungai Indus, dan tradisi lokal yang populer.
Sintesis tersebut muncul sekitar 500–200 SM, dan tumbuh berdampingan dengan agama Buddha
hingga abad ke-8. Dari India Utara, "sintesis Hindu" tersebar ke selatan, hingga sebagian Asia
Tenggara. Hal itu didukung oleh Sanskritisasi. Sejak abad ke-19, di bawah dominansi kolonialisme
Barat serta Indologi (saat istilah "Hinduisme" mulai dipakai secara luas agama Hindu ditegaskan
kembali sebagai tempat berhimpunnya aneka tradisi yang koheren dan independen. Pemahaman
populer tentang agama Hindu digiatkan oleh gerakan "modernisme Hindu", yang menekankan
mistisisme dan persatuan tradisi Hindu. Ideologi Hindutva dan politik Hindu muncul pada abad ke-20
sebagai kekuatan politis dan jati diri bangsa India.

Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari (contohnya puja [sembahyang] dan
pembacaan doa), perayaan suci pada hari-hari tertentu, dan penziarahan. Kaum petapa yang disebut
sadu (orang suci) memilih untuk melakukan tindakan yang lebih ekstrem daripada umat Hindu pada
umumnya, yaitu melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan melaksanakan tapa brata selama sisa
hidupnya demi mencapai moksa. Susastra Hindu diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: Sruti (apa
yang "terdengar") dan Smerti (apa yang "diingat"). Susastra tersebut memuat teologi, filsafat, mitologi,
yadnya (kurban), prosesi ritual, dan bahkan kaidah arsitektur Hindu. Kitab-kitab utama di antaranya
adalah Weda, Upanishad (keduanya tergolong Sruti), Mahabharata, Ramayana, Bhagawadgita, Purana,
Manusmerti, dan Agama (semuanya tergolong Smerti). Dengan penganut sekitar 1 miliar jiwa,agama
Hindu merupakan agama terbesar ketiga di dunia, setelah Kristen dan Islam. Kata Hindu (melalui
bahasa Persia) berasal dari kata Sindhu dalam bahasa Sanskerta, yaitu nama sebuah sungai di sebelah
barat daya Subbenua India—sebagian besar alirannya terletak di wilayah negara Pakistan yang dalam
bahasa Inggris disebut Indus. Menurut Gavin Flood, pada mulanya istilah 'hindu' muncul sebagai istilah
geografis bangsa Persia untuk menyebut suku bangsa yang tinggal di seberang sungai Sindhu.

14
sejarawan pun menyebut peradaban suku tersebut sebagai Peradaban Lembah Indus. Maka dari itu,
awalnya istilah 'Hindu' merupakan istilah geografis dan tidak mengacu pada suatu agama. Kata Hindu
diserap oleh bahasa-bahasa Europa dari istilah Arab al-Hind, dan mengacu kepada negeri bagi bangsa
yang mendiami daerah sekitar sungai Sindhu. Istilah Arab tersebut berasal istilah Persia Hindū, yang
mengacu kepada seluruh suku di India. Pada abad ke-13, Hindustan muncul sebagai nama alternatif
India yang acap disebutkan, yang memiliki arti "Negeri para Hindu". Istilah agama Hindu kemudian
sering digunakan dalam beberapa teks berbahasa Sanskerta seperti Rajatarangini dari Kashmir
(Hinduka, kr. 1450) dan beberapa teks mazhab Gaudiya Waisnawa dari abad ke-16 hingga ke-18 yang
berbahasa Bengali, seperti Caitanyacaritamerta dan Caitanyabhagawata. Istilah itu digunakan untuk
membedakan Hindu dengan Yawana atau Mleccha. Sejak abad ke-18 dan seterusnya, istilah Hindu
digunakan oleh para kolonis dan pedagang dari Eropa untuk menyebut para penganut agama tradisional
India secara umum. Istilah Hinduism diserap ke dalam bahasa Inggris pada abad ke-19 untuk menyebut
tradisi keagamaan, filasat, dan kebudayaan asli India. Empat aliran utama yang sering didapati adalah
Waisnawa, Saiwa, Sakta, dan Smarta. Dalam masing-masing aliran, ada beberapa perguruan atau aliran
lain yang menempuh caranya sendiri.

 Waisnawa: aliran dalam tubuh Hinduisme yang memuja Wisnu—dewa pemelihara menurut
konsep Trimurti (Tritunggal)—beserta sepuluh perwujudannya (awatara). Aliran ini
menekankan pada kebaktian, dan para pengikutnya turut memuja berbagai dewa, termasuk
Rama dan Kresna yang diyakini sebagai perwujudan Wisnu. Pengikut aliran ini biasanya non-
asketis, monastis (mengikuti cara hidup biarawan), dan menekuni praktik meditasi serta
melantunkan lagu-lagu pemujaan. Biasanya umat Waisnawa bersifat dualisme. Aliran ini
memiliki banyak tokoh suci, kuil, dan kitab suci.Aliran ini terbagi dalam beberapa golongan,
yaitu: Sri Sampradaya (Waisnawa yang memuja Laksmi sebagai pasangan Wisnu), Brahma
Sampradaya (Waisnawa yang memuja Wisnu secara eksklusif), Rudra Sampradaya (Waisnawa
yang memuja Wisnu atau para awatara, seperti Kresna, Rama, Balarama, dan lain-lain), Kumara
Sampradaya (Waisnawa yang memuja Caturkumara).
 Saiwa: aliran dalam tubuh Hinduisme yang memuja Siwa. Kadang kala Siwa digambarkan
sebagai Bhairawa yang menyeramkan. Umat Saiwa lebih tertarik pada tapa brata daripada umat
Hindu aliran lainnya, dan biasa ditemui berkeliaran di India dengan wajah yang dilumuri abu
dan melakukan ritual penyucian diri. Mereka bersembahyang di kuil dan melakukan yoga,
berjuang untuk dapat menyatukan diri dengan Siwa. Aliran ini terbagi dalam beberapa
golongan, yaitu: Pasupata (Saiwa yang menekankan tapa brata, terutama tersebar di Gujarat,
Kashmir, dan Nepal), Saiwa Siddhanta (Saiwa yang mendapat pengaruh Tantra), Kashmira
Saiwadarshana (Saiwa yang monistis dan idealistis), Natha Siddha Siddhanta (Saiwa yang
monistis), Linggayata (Saiwa yang monoteistis), Saiwa Adwaita (Saiwa yang monistis dan
teistis). Sakta: aliran Hinduisme yang memuja Sakti atau Dewi. Pengikut Saktisme meyakini
Sakti sebagai kekuatan yang mendasari prinsip-prinsip maskulinitas, yang dipersonifikasikan
sebagai pasangan dewa. Sakti diyakini memiliki berbagai wujud. Beberapa di antaranya tampak
ramah, seperti Parwati (pasangan Siwa) atau Laksmi (pasangan Wisnu). Yang lainnya tampak
menakutkan, seperti Kali atau Durga. Sakta memiliki kaitan dekat dengan Hinduisme Tantra,
yang mengajarkan ritual dan praktik untuk penyucian pikiran dan tubuh Umat Sakta
menggunakan mantra-mantra, sihir, gambar sakral, yoga, dan upacara untuk memanggil
kekuatan kosmis.Aliran ini mengandung dua golongan utama, yaitu: Srikula (pemujaan kepada
dewi-dewi yang bergelar Sri) dan Kalikula (pemujaan kepada dewi-dewi perwujudan Kali).
 Smarta: aliran Hindu-monistis yang memuja lebih dari satu dewa—meliputi Siwa, Wisnu, Sakti,
Ganesa, dan Surya di antara dewa dan dewi lainnya—tetapi menganggap bahwa dewa-dewi
tersebut merupakan manifestasi dari zat yang Maha Esa. Dibandingkan tiga aliran Hinduisme
yang disebutkan di atas, Smarta berusia relatif muda. Berbeda dengan Waisnawa atau Saiwa,
aliran ini tidak bersifat sektarian secara gamblang, dan berdasarkan pada iman bahwa Brahman

15
adalah asas tertinggi di alam semesta dan meresap ke dalam segala sesuatu yang ada. Pada
umumnya, umat Smarta memuja Yang Mahakuasa dalam enam personifikasi: Ganesa, Siwa,
Sakti, Wisnu, Surya, dan Skanda. Karena umat Smarta menerima keberadaan dewa-dewi Hindu
yang utama, mereka dikenal sebagai umat liberal atau non-sektarian. Mereka mengikuti praktik-
praktik filosofis dan meditasi, serta menekankan persatuan antara individu dengan Tuhan melalui
kesadaran.

5. Budha

Agama Budha adalah sebuah agama nonteistik. Disebut merupakan filsafat yang berasal dari
anak benua India. Sebagian besar tradisi, kepercayaan, dan praktik spiritual didasarkan pada ajaran
Siddhartha Gautama. Dikenal secara umum sebagai Sang Budha. Keyakinan diartikan sebagai
kepercayaan kokoh bahwa melalui praktik ajaran Buddha maka akan membuahkan hasil. Keyakinan
adalah rasa percaya dan berserah diri kepada tokoh-tokoh yang tercerahkan atau mereka yang sudah
maju dalam spiritual, seperti para Buddha atau bodhisatwa, atau bahkan biksu atau Lama tertentu yang
sangat dihormati. Umat Buddha biasanya mengakui berbagai objek keyakinan, tetapi beberapa
penganut secara khusus menghormati satu objek keyakinan tertentu, seperti seorang Buddha
tertentu.Namun, agama Buddha tak pernah melekat pada satu otoritas sentral, baik sebagai orang
maupun kitab suci. Kitab suci biasanya dijadikan sebagai panduan, dan konsensus yang berkenaan
dengan praktik biasanya melalui perdebatan dan diskusi. Beberapa istilah dipakai dalam agama Buddha
untuk keyakinan, yang memiliki aspek kognitif dan afektif:

 Śraddhā (Sanskerta; bahasa Pali: saddhā; Tionghoa klasik: wen-hsin) yang berarti komitmen
kepada atau percayaan kepada orang lain, atau bentuk pengikatan atau komitmen untuk
berpraktik Contoh-contoh tradisional dari hal ini adalah biksu Ānanda, asisten Buddha
Gautama, kemudian murid lainnya bernama Vakkali. Śraddhā sering kali dipandang sebagai
agen kontra dari kehendak buruk dalam pikiran Lawan kata śraddhā adalah āśraddhya, yang
merujuk kepada kurangnya kapasitas untuk mengembangkan kepercayaan kepada guru dan
ajaran-ajarannya, sehingga tak dapat mengembangkan energi pada perjalanan spiritual. Kata
śraddhā berasal dari kata śrat, "memiliki keyakinan", dan dhā, "mempertahankan",dengan
demikian, menurut Sung-bae Park, cendekiawan kajian agama, menyimpulkan bahwa
"mempertahankan kelangsungan kepercayaan, tetap bertekad kuat, atau mendukung
kepercayaan, dalam konteks asas kepatuhan".
 Prasāda (Sanskerta; bahasa Pali: pasāda; Tionghoa klasik: ching-hsin) yang lebih afektif
ketimbang śraddhā. Istilah ini digunakan dalam konteks yang berkenaan dengan ritual dan
seremoni, istilah tersebut merujuk kepada penerimaan diri secara khusyuk atas berkah dan
keagungan objek devosi. Kata prasāda berasal dari awalan pra dan sād, yang artinya
"tenggelam, duduk", dan diartikan oleh Park sebagai "duduk dalam kejernihan dan
kesejukan".Dengan demikian, prasāda merujuk kepada fokus pikiran sang penganut,
komitmennya dan kualitas yang telah mengalami peningkatan.

Istilah tersebut dideskripsikan dalam nuansa lebih spontan ketimbang śraddhā. Keyakinan
biasanya dikaitkan dengan Tiga Mestika, yang meliputi Buddha, Dharma (ajarannya) dan Saṅgha
(komunitasnya). Sehingga keyakinan sering kali adalah individual tertentu sebagai objeknya, tetapi
berbeda dengan devosi dalam agama-agama India lainnya (bhakti), ini berhubungan dengan objek-
objek impersonal seperti kerja karma dan efikasi dari pelimpahan jasa. Keyakinan tampaknya berfokus
pada atau bermuara pada pandangan benar atau pemahaman atas aspek-aspek utama ajaran Buddha,
seperti bagaimana sistem kerja hukum karma, kebajikan dan kelahiran kembali.Terkait dengan Tiga

16
Mestika, keyakinan berfokus pada dan bersukacita atas karakteristik Buddha, Dharma dan Saṅgha.
Berkaitan dengan hukum karma, keyakinan merujuk kepada anggapan bahwa perbuatan memiliki
dampak, perbuatan baik menghasilkan dampak baik, dan perbuatan buruk menghasilkan dampak buruk.
Dengan demikian, keyakinan memberikan panduan dalam menuju kehidupan kedermawanan, moralitas
dan kualitas religius.Keyakinan juga meliputi gagasan seperti alam eksistensi, ketidakkekalan dan
hakikat pengkondisian, dan pada akhirnya, pencerahan sempurna Buddha atau Nirwana dan metode
praktik menuju Nirwana. Keyakinan mencakup kepercayaan bahwa sudah ada orang yang telah
mencapai Nirwana dan dapat mengajarkannya. Hajime Nakamura membedakan dua arus dalam agama
Buddha, yang ia sebut sebagai pendekatan devosional dan pendekatan "pengetahuan internal"
Antropolog Melford Spiro memaparkan bahwa bhakti (devosi) di satu sisi dan magga (cara
penyampaian) di sisi lainnya. Dalam agama Buddha, perihal perkembangan pemahaman keyakinan,
ada dua lapisan sejarah: agama Buddha awal dan Buddha aliran Mahāyāna yang berkembang pada
periode berikutnya. Beberapa cendekiawan awal abad ke-20, seperti Louis de La Vallée-Poussin,
Arthur Berriedale Keith dan Caroline Rhys Davids, dikritik oleh para cendekiawan dari Sri Lanka
karena tak membedakan dengan jelas dua hal tersebut.

6. Agama Tradisional Tionghoa

Agama tradisional Tionghoa dianut 400 Sampai 500 juta penduduk di dunia. Kebanyakan
penduduk Tionghoa dari suku Han memeluk kepercayaan tradisional. Kepercayaan ini merupakan
sinkretisme beberapa kepercayaan atau filsafat di antaranya Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme.
Menariknya kepercayaan ini tidak memiliki kitab suci resmi.

7. Pemeluk Sikhisme

Agama selanjutnya adalah Sikhisme. Agama ini dianut sekitar 23 juta orang di duniam Sikhisme
merupakan salah satu agama besar di dunia. Pada abad ke-16 dan 17 agama ini berkembang terutama di
India. Sikhisme asalnya dari kata Sikh. Artinya murid atau pelajar. Agama ini percaya satu Tuhan yang
pantheistik. Agama ini dibangun dari tradisi-tradisi sosial dan struktur dari agama Hindu serta Islam. Di
Amerika Serikat hidup sekitar 500.000 umat Sikh. Sejak akhir abad 19, mereka mencari standar
kehidupan lebih baik di AS. Pada awalnya mereka bekerja di bidang pertanian. Kini mereka
terpandang, kaya dan juga menjadi pegawai negeri. Karena itu, dalam pernyataan duka citanya presiden
AS Barack Obama menegaskan: "Di hari kita berbicara tentang kehilangan tragis yang terjadi di rumah
Tuhan, kita harus mengingat bahwa umat Sikh adalah bagian dari keluarga besar Amerika." Umat Sikh
juga banyak ditemukan di Kanada dan Inggris. Di Jerman ada sekitar 5000 hingga 15.000 Sikh.
Sementara di Indonesia diperkirakan mencapai 80.000.

Ringkasnya, kepercayaan Sikh adalah gabungan antara Hindu dan Islam. Sikhisme adalah agama
yang percaya akan satu Tuhan yang pantheistik. Pendirinya adalah Guru Nanak (1469-1539). Ia
dilahirkan sebagai Nanak Dev di Nankana Sahib, sekitar 40 kilometer dari Lahore. Menurut legenda,
Guru Nanak yang dilahirkan di keluarga Hindu, mendapat wahyu setelah mandi pagi di tahun 1499.
Pria yang saat itu berusia 30 tahun, lalu menyerahkan semua harta yang dimilikinya. Kemudian ia
melakukan perjalanan keliling negeri sebagai pengkhotbah Sikhisme, untuk menyebarkan
kepercayaaannya akan satu Tuhan. Guru Nanak tidak mengakui perbedaan kasta dan dengan demikian
menjadinya agamanya menarik bagi anggota kasta rendah.

17
9. Yahudi

Yahudi adalah kepercayaan yang meyakini wujud Tuhan yang Maha Esa, pencipta dunia. Tuhan
yang dipercayai menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir. Tuhan yang memilih mereka
sebagai bangsa terpilih dan cahaya bagi manusia sedunia.

Meski berasal dari daerah yang sama, Yahudi berbeda dari Kristen dan Islam. Yahudi tidak mengakui
konsep kehidupan setelah kematian. Ibadah mereka cukup saat manusia hidup di dunia. Saat ini
penganut Yahudi mencapai 14 juta orang di dunia. Agama Yahudi atau Yudaisme (dari kata Ibrani ,
Yehudah adalah agama asli bangsa Yahudi, yang merangkum seluruh tradisi dan peradaban religi,
budaya, maupun hukum bangsa Yahudi. Bagi umat Yahudi yang taat, agama Yahudi adalah ungkapan
nyata dari perjanjian antara Tuhan dan Bani Israel. Agama ini menyimpan khazanah susastra, amalan,
wawasan teologi, dan tatanan organisasi yang kaya. Kitab Taurat adalah bagian dari khazanah susastra
yang terdiri atas kumpulan Tanak atau Alkitab Ibrani, dan kumpulan tradisi tutur yang baru dibukukan
kemudian hari, semisal Midras dan Talmud. Dengan jumlah pemeluk sekitar 14,5 sampai 17,4 juta
jiwa, Agama Yahudi menempati peringkat ke-10 dalam daftar agama besar dunia.

Ada bermacam-macam mazhab dalam agama Yahudi, kebanyakan berpangkal dari mazhab
Yahudi Rabani, yang yakin bahwa Tuhan mewahyukan syariat dan titah-titah-Nya kepada Musa di Tur
Sina dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dari masa ke masa, ada saja golongan yang menyanggah
seluruh atau sebagian dari keyakinan semacam ini, misalnya kaum Saduki dan kaum Yahudi Yunani
pada zaman Haikal ke-2, kaum Yahudi Karayi dan kaum Yahudi Sabatayi pada awal dan akhir Abad
Pertengahan, serta mazhab-mazhab Yahudi non-Ortodoks pada Zaman Modern. Ada pula mazhab-
mazhab modern, semisal mazhab Yahudi Humanis, yang tidak mementingkan keimanan kepada Tuhan.
Mazhab-mazhab terbesar saat ini adalah Yahudi Ortodoks (Yahudi Haredi dan Yahudi Ortodoks
Modern), Yahudi Konservatif, dan Yahudi Pembaharuan. Satu mazhab berbeda dengan mazhab lain
dalam pendekatan terhadap syariat Yahudi, tradisi Rabani, dan arti penting negara Israel. Mazhab
Yahudi Ortodoks berkeyakinan bahwa Taurat maupun syariat Yahudi berasal dari Tuhan, bersifat kekal
dan ajek, serta wajib dipatuhi. Mazhab Yahudi Konservatif dan Yahudi Pembaharuan berpandangan
lebih liberal. Dibanding mazhab Yahudi Pembaharuan, mazhab Yahudi Konservatif pada umumnya
mengusung tafsir yang lebih tradisional atas syariat Yahudi. Mazhab Yahudi Pembaharuan lazimnya
berpendirian bahwa syariat Yahudi harus dipandang sebagai seperangkat pedoman umum alih-alih
sebagai seperangkat larangan dan perintah yang wajib dipatuhi segenap umat Yahudi.Di masa lampau
ada mahkamah khusus bagi penegakan syariat Yahudi. Sekarang ini pun masih ada mahkamah-
mahkamah syariat Yahudi, tetapi pengamalan syariat Yahudi kini lebih banyak bergantung pada
kerelaan umat. Wibawa keilmuan di bidang teologi dan syariat tidak ditumpukan pada seorang tokoh
atau suatu lembaga tertentu, melainkan pada Kitab Suci dan para mufasir Kitab Suci, yakni para rabi
dan alim-ulama. Agama Yahudi terlembagakan di Timur Tengah pada Zaman Perunggu.[ Agama ini
adalah pengembangan dari kepercayaan Bani Israel sekitar tahun 500 SM, dan dipandang sebagai salah
satu kepercayaan paling tua kepada Tuhan Yang Maha Esa.Sebutan "orang Ibrani" maupun "Bani
Israel" sudah tergantikan dengan istilah "orang Yahudi" dalam kitab-kitab Tanak terkemudian,
misalnya Kitab Ester. Di dalam kitab ini, istilah "orang Yahudi" digunakan sebagai ganti istilah "Bani
Israel". Susastra, tradisi, dan nilai-nilai agama Yahudi berpengaruh besar terhadap agama-agama
Abrahamik terkemudian, yakni agama Kristen, agama Islam, dan agama Baha'i.Ada banyak unsur
agama Yahudi yang turut mempengaruhi etika dan hukum sipil di luar ranah agama di Dunia Barat,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana Yunanisme, Ibranisme juga merupakan
salah satu faktor penting pembentuk peradaban Barat pada Abad Kuno, dan sebagai lingkungan yang
melatarbelakangi kemunculan agama Kristen, agama Yahudi cukup banyak berjasa membentuk cita-
cita luhur dan etika Dunia Barat sedari zaman Gereja Perdana. Sepanjang sejarah, alim-ulama Yahudi
sudah menghasilkan berbagai rumusan pokok-pokok keimanan Yahudi, tak satu pun rumusan yang
lolos dari kritik.[40] Rumusan terpopuler adalah 13 rukun iman yang disusun Rabi Musa bin Maimun

18
(bahasa Ibrani: ‫רבי משה בן מימון‬, Rabi Mosye ben Maimon) pada abad ke-12. Menurut Rabi Musa bin
Maimun, orang Yahudi yang mengingkari salah satu dari rukun-rukun iman ini dapat dianggap sudah
murtad dan menyimpang dari iman yang lurus. Alim-ulama Yahudi menganut pandangan-pandangan
lain yang sedikit banyak menyimpang dari rukun-rukun iman Rabi Musa bin Maimun. Saat Rabi Musa
bin Maimun masih hidup pun daftar rukun iman yang disusunnya sudah mendapat kecaman dari Rabi
Hasdai Kreskes dan Rabi Yosef Albo. Menurut Rabi Yosef Albo dan Rabi Abraham bin Daud, rukun-
rukun iman yang disusun Rabi Musa bin Maimun mengandung terlalu banyak unsur yang tidak bersifat
asasi dalam agama Yahudi, kendati benar.

Sejalan dengan pendapat ini, sejarawan Yahudi pada Abad Kuno, Flavius Yosefus, juga lebih
mementingkan pengamalan serta kepatuhan pada syariat daripada keimanan. Ia memaknai murtad
sebagai kegagalan mematuhi syariat, dan menegaskan bahwa syarat-syarat masuk agama Yahudi harus
mencakup khitan dan ketaatan pada adat-istiadat Yahudi. Rukun-rukun iman yang disusun Rabi Musa
bin Maimun lebih sering diabaikan selama beberapa abad. Kemudian hari, dua saduran puitis dari
rukun-rukun iman ini (Ani Ma'amin dan Yigdal) dimasukkan ke dalam tata ibadat Yahudi,sehingga
akhirnya diterima oleh hampir semua umat Yahudi sedunia. Pada Zaman Modern, agama Yahudi tidak
memiliki lembaga keulamaan terpusat yang berwenang mengeluarkan fatwa mengenai rukun
iman,sehingga muncul beragam variasi rumusan rukun iman Yahudi.Sekalipun demikian, semua
mazhab agama Yahudi sedikit banyak didasarkan atas asas-asas keimanan yang termaktub dalam
Alkitab Ibrani dan kitab-kitab ulasannya, semisal Talmud dan Midras. Semua mazhab agama Yahudi
juga mengakui wujudnya perjanjian antara Tuhan dan Abraham Sang Pitarah, sebagaimana yang
diriwayatkan dalam Kitab Suci, serta aspek-aspek dari perjanjian tersebut yang diwariskan turun-
temurun, sebagaimana yang diwahyukan kepada Musa, nabi terbesar dalam agama Yahudi. Di dalam
Misnah, salah satu pustaka utama Yahudi Rabani, pengakuan bahwa perjanjian ini bersumber dari
Tuhan dianggap sebagai aspek hakiki agama Yahudi, dan orang-orang yang mengingkari perjanjian ini
dianggap telah menyia-nyiakan peluang mereka untuk selamat di akhirat.

Menetapkan rukun-rukun iman Yahudi pada Zaman Modern justru lebih sulit lagi, mengingat
sudah sedemikian banyak dan beragamnya mazhab agama Yahudi sekarang ini. Sekalipun ruang
lingkupnya dibatasi pada kecenderungan-kecenderungan intelektual yang paling berpengaruh pada
abad ke-19 dan ke-20, urusan ini tetap saja ruwet. Sebagai gambaran, tanggapan Rabi Joseph
Soloveitchik (dianggap sebagai tokoh mazhab Yahudi Ortodoks Modern) terhadap modernitas
didasarkan atas pengidentikan agama Yahudi dengan pelaksanaan syariat, yang tujuan akhirnya adalah
menghadirkan kekudusan ke dalam dunia. Rabi Mordecai Kaplan, pendiri mazhab Yahudi
Rekonstruksionistis, meninggalkan gagasan agama Yahudi sebagai suatu kepercayaan kepada Tuhan
demi mengidentikkannya dengan peradaban, dan melalui pandangan bahwa agama Yahudi adalah suatu
peradaban serta melalui penerjemahan gagasan-gagasan pokok agama Yahudi menjadi gagasan-
gagasan yang tidak berkaitan dengan agama, ia berusaha merangkul sebanyak mungkin mazhab agama
Yahudi. Sebaliknya, mazhab Yahudi Konservatif Rabi Solomon Schechter identik dengan tradisi yang
dipahami sebagai tafsir atas Taurat, yang pada hakikatnya merupakan sejarah pemutakhiran dan
penyesuaian secara terus-menerus atas hukum Musa melalui tafsir kreatif. Yang terakhir, Rabi David
Philipson menetapkan garis-garis besar mazhab Yahudi Pembaharuan dengan mempertentangkan
mazhab ini dengan pendekatan mazhab Yahudi Rabani yang tradisional dan ketat, sehingga sampai
pada kesimpulan-kesimpulan yang serupa dengan kesimpulan-kesimpulan mazhab Yahudi Konservatif.
Umat Yahudi adalah kelompok etnoreligius yang beranggotakan orang-orang Yahudi sejak lahir
maupun orang-orang yang baru memeluk agama Yahudi. Pada tahun 2015, jumlah umat Yahudi
sedunia diperkirakan mencapai 14,3 juta jiwa, atau kurang lebih 0,2% dari populasi dunia.Dari jumlah
keseluruhan ini, kira-kira 43% menetap di Israel, 43% lagi menetap di Amerika Serikat dan Kanada,
sebagian besar dari sisanya menetap di Eropa, sementara selebihnya terserak di Amerika Latin, Asia,
Afrika, dan Australia.

19
9. Jainisme

Agama Jainisme dianut sekitar 8 sampai 12 juta orang di dunia. Jainisme adalah agama dharma.
Maknanya penaklukan berbagai kodrat syahwati dalam hidup manusia. Agama Jaina didirikan
Nataputta Vardhamana. Ia hidup sekitar tahun 559-527 SM. Ia juga disebut Mahavira artinya pahlawan
besar. Jainisme (bahasa Sanskerta: जै नधर्म - Jainadharma, bahasa Tamil: சமணம் - Samaṇam) adalah
sebuah agama dharma. Jaina bermakna penaklukan. Agama Jaina bermakna agama penaklukan.
Dimaksudkan penaklukan kodrat-kodrat syahwati di dalam tata hidup manusiawi. Agama Jaina itu
dibuat oleh Nataputta Vardhamana, hidup pada 559-527 sM yang beroleh panggilan Mahawira yang
berarti pahlawan besar. Agama Jaina lahir lebih dahulu daripada agama Buddha. Agama Buddha punya
pengikut lebih luas di luar India, tetapi agama Jaina terbatas hanya di India saja. Kedua agama tersebut
merupakan reaksi terhadap perikeadaan di dalam agama Hindu mengenai perkembangan ajarannya
pada masa lampau. Dewasa ini ada lebih dari 8 juta pengikut agama ini. Mereka terutama ditemukan di
India. Secara sosial, biasanya para penganut Jainisme termasuk golongan menengah ke atas. Agama
Jaina itu mewariskan bangunan-bangunan kuil yang amat terkenal keindahan arsitekturnya di India dan
senantiasa dikunjungi wisatawan. Kitab suci di dalam agama Jaina adalah Siddhanta. Kitab ini terdiri
atas beberapa himpunan. Himpunan pertama terdiri atas dua belas buah Angas atau bab, tetapi Angas
keduabelas telah lenyap, tidak dijumpai sampai sekarang.

10. Bahai

Bahai merupakan agama monoteistik. Bahai menekankan kesatuan spiritual bagi seluruh umat
manusia. Baha’i lahir di Persia atau sekarang Iran pada abad 19. Pendirinya adalah Bahá’u’lláh. Jumlah
penganut Bahá’í, pada awal abad kedua puluh satu, diperkirakan mencapai enam juta orang di lebih
dari dua ratus negara. Bahai memiliki.penganut 7,6 – 7,9 juta umat. Bahá'í (bahasa Arab: ‫; ﺑﻬﺎﺋﻴﺔ‬
Baha'iyyah) adalah agama monoteistik yang menekankan pada kesatuan spiritual bagi seluruh umat
manusia. Agama Bahá'í lahir di Persia (sekarang Iran) pada tahun 1863. Pendirinya bernama Mírzá
Ḥusayn-`Alí Núrí yang bergelar Bahá'u'lláh (kemuliaan Tuhan, kemuliaan Alláh). Bahá'í awalnya
berkembang secara terbatas di Persia dan beberapa daerah lain di Timur Tengah yang pada saat itu
merupakan wilayah kekuasaan Turki Usmani. Sejak awal kemunculannya, komunitas Bahá'í Timur
Tengah khususnya di Persia menghadapi persekusi dan diskriminasi yang berkelanjutan. Pada awal
abad kedua puluh satu, penganutnya mencapai lima hingga delapan juta jiwa yang berdiam di lebih dari
dua ratus negara dan teritori di seluruh dunia. Dalam ajaran Bahá'í, sejarah keagamaan dipandang
sebagai suatu proses pendidikan bagi umat manusia melalui para utusan Tuhan yang disebut para
"Perwujudan Tuhan". Bahá'u'lláh dianggap sebagai Perwujudan Tuhan yang terbaru. Dia mengaku
sebagai pendidik Ilahi yang telah dijanjikan bagi semua umat dan yang dinubuatkan dalam agama
Kristen, Islam, Buddha, dan agama-agama lainnya. Dia menyatakan bahwa misinya adalah untuk
meletakkan fondasi bagi persatuan seluruh dunia, serta memulai suatu zaman perdamaian dan keadilan,
yang dipercayai umat Bahá'í pasti akan datang. Yang menjadi dasar ajaran Bahá'í adalah asas-asas
keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan umat manusia. Pengaruh dari asas-asas hakiki ini dapat
dilihat pada semua ajaran kerohanian dan sosial lainnya dalam agama Bahá'í. Misalnya, orang-orang
Bahá'í tidak menganggap "persatuan" sebagai suatu tujuan akhir yang hanya akan dicapai setelah
banyak masalah lainnya diselesaikan lebih dahulu, tetapi sebaliknya mereka memandang persatuan
sebagai langkah pertama untuk memecahkan masalah-masalah itu. Hal ini tampak dalam ajaran sosial
Bahá'í yang menganjurkan agar semua masalah masyarakat diselesaikan melalui proses musyawarah.
Sebagaimana dinyatakan Bahá'u'lláh: "Begitu kuatnya cahaya persatuan, sehingga dapat menerangi
seluruh bumi." Iman Baha'i adalah agama Abrahamik. Para penganut agama Bahá'í beriman kepada
Tuhan Yang Esa. Bahá'u'lláh menegaskan bahwa semua percobaan untuk memahami atau
mengisyaratkan Realitas Ilahi dalam pernyataan mana pun, tidak lain hanyalah penipuan diri: "Bagi
mereka yang berilmu dan hatinya diterangi, telah terbukti bahwa Tuhan, Hakikat yang tak dapat

20
diketahui, Keberadaan Suci, sangatlah dimuliakan melebihi segala sifat manusia, seperti
keberadaan jasmani, naik dan turun, maju dan mundur. Jauhlah dari kemuliaan-Nya bahwa lidah
manusia dapat mengatakan pujian yang cukup bagi-Nya, atau hati manusia memahami rahasia-Nya
yang tak terkira." Menurut ajaran Bahá'í, alat yang dipakai oleh Pencipta segala makhluk untuk
berinteraksi dengan ciptaan-Nya yang terus berevolusi adalah munculnya Sosok-sosok kerasulan yang
mewujudkan sifat-sifat dari Ketuhanan Yang tak dapat dijangkau itu: "Oleh karena pintu pengetahuan
Sang Purba ditutup sedemikian rupa di depan wajah semua makhluk, maka Sumber kemuliaan yang tak
terhingga … telah menyebabkan para Permata Kesucian muncul dari alam rohani, dalam bentuk mulia
badan manusia dan dijelmakan kepada seluruh umat manusia, agar mereka membagikan rahasia Tuhan
… kepada dunia, dan mengabarkan tentang kehalusan Hakikat-Nya yang kekal." Menurut Bahá'u'lláh,
apa yang dimaksud dengan "mengenal Tuhan", adalah mengenal para Perwujudan yang menyatakan
kehendak-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan justru di sinilah jiwa menjadi akrab dengan Pencipta Yang
melebihi bahasa maupun pemahaman. Agama Bahá'í menganggap para "Perwujudan Tuhan" itu, yang
telah menjadi pendiri agama-agama besar di dunia, sebagai wakil Tuhan di bumi dan pembimbing
utama umat manusia. Menurut ajaran Bahá'u'lláh, semua perbedaan dan pembatasan yang berkaitan
dengan wahyu mereka masing-masing telah ditentukan oleh Tuhan sesuai dengan kebutuhan misinya.
Oleh karena itu, orang-orang Bahá'í tidak meninggikan salah satu Perwujudan di atas yang lainnya,
tetapi menganggap, dalam kata-kata Bahá'u'lláh, bahwa mereka semua "berdiam dalam kemah yang
sama, membubung di langit yang sama, duduk di atas takhta yang sama, mengucapkan sabda yang
sama, serta mengumumkan Agama yang sama".

11. Shinto

Agama Shinto biasanya dianut di Jepang dan sebagian Korea. Penganut agama Shinto sekitar 27
sampai 65 juta. Shinto adalah agama resmi Jepang sejak masa Restorasi Meiji sampai akhir Perang
Dunia II. Shinto adalah agama asli Jepang. Agama ini memiliki sifat unik. Berbagai bentuk upacara
agamanya dan ajarannya memperlihatkan banyak istilah yang sukar tepat dibahasakan ke dalam bahasa
lain. Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah “roh” dan “To”
adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti harfiah “jalannya roh”, baik roh-roh orang yang telah
meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao” dalam taoisme
yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik
dengan kata “Yin” dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ; lawan dari kata
“Yang”. Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme
dipengaruhi paham keagamaan dari Tiongkok. Sedangkan Shintoisme adalah paham yang berbau
keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat
religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang dijadikan
pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran Shintoisme melainkan juga
pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini. Shintoisme (agama
Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara paham serba jiwa (animisme) dengan
pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama
tradisional warisan nenek moyang yang telah berabad-abad hidup di Jepang, bahkan paham ini timbul
daripada mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang. Latar belakang historis
timbulnya Shintoisme adalah sama-sama dengan latar belakang historis tentang asal usul timbulnya
negara dan bangsa Jepang. Karena yang menyebabkan timbulnya paham ini adalah budidaya manusia
dalam bentuk cerita-cerita pahlawan (mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme, maka paham ini
dapat digolongkan dalam klasifikasi agama alamiah. Nama Shinto muncul setelah masuknya agama
Buddha ke Jepang pada abad keenam masehi yang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli
bangsa Jepang. Selama berabad-abad antara agama Shinto dan agama Buddha telah terjadi
percampuran yang sedemikian rupa (bahkan boleh dikatakan agama Shinto berada di bawah pengaruh
kekuasaan agama Buddha) sehingga agama Shinto senantiasa disibukkan oleh usaha-usaha untuk

21
mempertahankan kelangsungan “hidupnya” sendiri. Pada perkembangan selanjutnya, dihadapkan
pertemuan antara agama Budha dengan kepercayaan asli bangsa Jepang (Shinto) yang akhirnya
mengakibatkan munculnya persaingan yang cukup hebat antara pendeta bangsa Jepang (Shinto) dengan
para pendeta agama Buddha, maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto para
pendetanya menerima dan memasukkan unsur-unsur Buddha ke dalam sistem keagamaan mereka.
Akibatnya agama Shinto justru hampir kehilangan sebagian besar sifat aslinya. Misalnya, aneka ragam
upacara agama bahkan bentuk-bentuk bangunan tempat suci agama Shinto banyak dipengaruhi oleh
agama Buddha. Patung-patang dewa yang semula tidak dikenal dalam agama Shinto mulai diadakan
dan ciri kesederhanaan tempat-tempat suci agama Shinto lambat laun menjadi lenyap digantikan
dengan gaya yang penuh hiasan warna-warni yang mencolok.Tentang pengaruh agama Buddha yang
lain tampak pada hal-hal seperti anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara Buddha
(penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa), Dainichi Nyorai (cahaya besar) merupakan figur yang
disamakan dengan Waicana (salah satu dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal
ini berlangsung sampai abad ketujuh belas masehi. Setelah abad ketujuh belas timbul lagi gerakan
untuk menghidupkan kembali ajaran Shinto murni di bawah pelopor Kamamobuchi, Motoori, Hirata,
Narinaga dan lain-lain dengan tujuan bangsa Jepang ingin membedakan “Badsudo” (jalannya Buddha)
dengan “Kami” (roh-roh yang dianggap dewa oleh bangsa Jepang) untuk mempertahankan
kelangsungan kepercayaannya. Pada abad kesembilan belas tepatnya tahun 1868 agama Shinto
diproklamirkan menjadi agama negara yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10 sekte dan 21
juta pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham Shintoisme merupakan ajaran yang
mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada
kaisar dan berarti pula berbakti kepada negara dan politik negara. Dalam agama Shinto yang
merupakan perpaduan antara paham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala
alam mempercayai bahwasanya semua benda baik yang hidup maupun yang mati dianggap memiliki
ruh atau spirit, bahkan kadang-kadang dianggap pula berkemampuan untuk bicara, semua ruh atau
spirit itu dianggap memiliki daya kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka (penganut
Shinto), daya-daya kekuasaan tersebut mereka puja dan disebut dengan “Kami”. Istilah “Kami” dalam
agama Shinto dapat diartikan dengan “di atas” atau “unggul”, sehingga apabila dimaksudkan untuk
menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata “Kami” dapat dialih bahasakan (diartikan) dengan
“Dewa” (Tuhan, God dan sebagainya). Jadi bagi bangsa Jepang kata “Kami” tersebut berarti suatu
objek pemujaan yang berbeda pengertiannya dengan pengertian objek-objek pemujaan yang ada dalam
agama lain.

Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya tidak terbatas, bahkan senantiasa bertambah, hal ini
diungkapkan dalam istilah “Yao-Yarozuno Kami” yang berarti “delapan miliun dewa”. Menurut agama
Shinto kepercayaan terhadap berbilangnya tersebut justru dianggap mempunyai pengertian yang
positif. Sebuah angka yang besar berarti menunjukkan bahwa para dewa itu memiliki sifat yang agung,
maha sempurna, maha suci dan maha murah. Oleh sebab itu angka-angka seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10,
50, 100, 500 dan seterusnya dianggap sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa jumlah
para dewa itu tidak terbatas jumlahnya. Dan seperti halnya jumlah angka dengan bilangannya yang
besar maka bilangan itu juga menunjukkan sifat kebesaran dan keagungan “Kami”. Pengikut-pengikut
agama Shinto mempunyai semboyan yang berbunyi “Kami negara – no – mishi” yang artinya: tetap
mencari jalan dewa. Kepercayaan kepada “Kami” daripada benda-benda dan seseorang, keluarga, suku,
raja-raja sampai kepada “Kami” alam raya menimbulkan kepercayaan kepada dewa-dewa. Orang
Jepang (Shinto) mengakui adanya dewa bumi dan dewa langit (dewa surgawi) dan dewa yang tertinggi
adalah Dewi Matahari (Amaterasu Omikami) yang dikaitkan dengan pemberi kamakmuran dan
kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian.Disamping mempercayai adanya dewa-dewa
yang memberi kesejahteraan hidup, mereka juga mempercayai adanya kekuatan gaib yang
mencelakakan, yakni hantu roh-roh jahat yang disebut dengan Aragami yang berarti roh yang ganas
dan jahat. Jadi dalam Shintoisme ada pengertian kekuatan gaib yang dualistis yang satu sama lain

22
saling berlawanan yakni “Kami” versus Aragami (Dewi melawan roh jahat) sebagaimana kepercayaan
dualisme dalam agama Zarathustra. Dari kutipan di atas dapat dilihat adanya tiga hal yang terdapat
dalam konsepsi kedewaan agama Shinto, yaitu: Dewa-dewa yang pada umumnya merupakan
personifikasi dari gejala-gejala alam itu dianggap dapat mendengar, melihat dan sebagainya sehingga
harus dipuja secara langsung. Dewa-dewa tersebut dapat terjadi (penjelmaan) dari roh manusia yang
sudah meninggal. Dewa-dewa tersebut dianggap mempunyai spirit (mitama) yang beremanasi dan
berdiam di tempat-tempat suci di bumi dan mempengaruhi kehidupan manusia.

12. Spiritisme

Spiritisme adalah usaha mendatangkan serta berkomunikasi dengan roh. Dalam bahasa Latin
disebut spiritus. Para arwah orang mati, kemudian mengadakan pertemuan yang dikata seance. Dalam
ritualnya, agama ini seringkali menggunakan seorang medium perantara sebagai media berkomunikasi
dengan roh jumlah penganut spiritisme 2,5 juta orang. Spiritualisme di dalam agama adalah
kepercayaan, atau praktik-praktik yang berdasarkan kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang terangkat (saat
meninggal) tetap bisa mengadakan hubungan dengan jasad. Hubungan ini umumnya dilaksanakan
melalui seorang medium yang masih hidup. Ada keterlibatan emosional yang kuat, baik pada
penolakan maupun penerimaan terhadap spiritualisme ini yang membuat sulitnya suatu uraian
imparsial dipakai untuk membuktikannya. Berbeda dengan spiritualisme, spiritisme merupakan
keturunan langsung atau pengembangan dari animisme “yang percaya bahwa semua benda dan
kejadian alam berjiwa”, dan dinamisme “yang percaya bahwa ada manifestasi-menifestasi dari
kekuatan tertentu dibalik semua dinamika semesta dan fenomena-fenomena alam”. Pengaruh dari
kedua cikal-bakal spiritisme ini terasa sangat kuat di kalangan masyarakat primitif. Sebuah keyakinan
dalam roh komunikasi. Sebuah keyakinan bahwa jiwa tetap ada setelah kematian tubuh fisik,Tanggung
jawab pribadi untuk keadaan hidup. Bahkan setelah kematian adalah mungkin bagi jiwa untuk belajar
dan meningkatkan. Sebuah keyakinan dalam Tuhan, sering disebut sebagai "Kecerdasan Tak Terbatas".
Alam dianggap sebagai ungkapan dari apa yang disebut intelijen.

13. Rastafari

Gerakan Rastafari adalah gerakan kepercayaan agama baru. Ia mengakui Haile Selassie I, bekas
kaisar Ethiopia, sebagai raja. Nama Rastafari asalnya dari Ras Tafari. Merupakan nama Haile Selassie I
sebelum dinobatkan kaisar. Gerakan ini muncul dari Jamaika di antara orang kulit hitam. Teruma di
kalangan kelas pekerja dan petani pada tahun 1930-an. Salahsatu ibadah mereka adalah meditasi dan
menghisap ganja. Agama ini dianut 700 ribu orang. Rasta, atau Gerakan Rastafari, adalah sebuah
gerakan agama baru yang mengakui Haile Selassie I, bekas kaisar Ethiopia, sebagai Raja diraja, Tuan
dari segala Tuan dan Singa Yehuda sebagai Yah (nama Rastafari untuk Allah, yang merupakan bentuk
singkat dari Yehovah yang ditemukan dalam Mazmur 68:4 dalam Alkitab versi Raja James), dan
bagian dari Tritunggal Kudus. Nama Rastafari berasal dari Ras Täfäri, nama Haile Selassie I sebelum
ia dinobatkan menjadi kaisar. Gerakan ini muncul di Jamaika di antara kaum kulit hitam kelas pekerja
dan petani pada awal tahun 1930-an, yang berasal dari suatu penafsiran terhadap nubuat Alkitab,
aspirasi sosial dan politik kulit hitam, dan ajaran nabi mereka, seorang penerbit dan organisator
Jamaika kulit hitam, Marcus Garvey, yang visi politik dan budayanya ikut menolong menciptakan
suatu pandangan dunia yang baru. Gerakan ini kadang-kadang disebut "Rastafarianisme"; namun hal
ini dianggap tidak pantas dan menyinggung perasaan banyak kaum Rasta. Gerakan Rastafari telah
menyebar di berbagai tempat di dunia, terutama melalui imigrasi dan minatnya dilahirkan oleh musik
Nyahbinghi dan reggae —khususnya musik Bob Marley, yang dibaptiskan dengan nama Berhane
Selassie (Cahaya Tritunggal) oleh Gereja Ortodoks Ethiopia sebelum ia meninggal, sebuah langkah
yang juga diambil belakangan oleh jandanya, Rita. Pada tahun 2000, ada lebih dari satu juta Rastafari
di seluruh dunia. Sekitar 5-10% dari penduduk Jamaika mengidentifikasikan dirinya sebagai Rastafari.

23
Kebanyakan kaum Rastafari vegetarian atau hanya memakan jenis-jenis daging tertentu. Di AS
ada banyak sekali restoran vegetarian Hindia Barat, yang menyediakan makanan Jamaika. Sebuah
kepercayaan yang mempersatukan banyak pemeluk Rastafari adalah bahwa Ras, sebuah gelar
kebangsawanan Amharik, sepadan dengan Duke; juga berarti "Kepala") Tafari Makonnen, yang
dinobatkan sebagai Haile Selassie I, Kaisar Ethiopia pada 2 November 1930, adalah Allah yang hidup
dan menjelma manusia, yang disebut Yah, yaitu Mesias kulit hitam yang akan memimpin bangsa-
bangsa yang berasal dari Afrika di seluruh dunia untuk masuk ke tanah perjanjian yang penuh dengan
emansipasi dan keadilan ilahi, meskipun sebagian mansions tidak menerjemahkannya secara harafiah.
Ini sebagian disebabkan oleh gelarnya Raja di atas segala raja, Tuhan dari segala tuhan dan Singa
Penakluk dari Suku Yehuda. Gelar-gelar ini sesuai dengan Mesias yang disebutkan dalam Kitab
Wahyu. Namun, menurut tradisi Ethiopia, gelar-gelar ini diberikan kepada semua kaisar dari garis
keturunan Salomo sejak tahun 980 SM — jauh sebelum Kitab Wahyu ditulis pada sekitar 97 M.
Menurut beberapa tradisi, Haile Selassie adalah raja Ethiopia ke-225 dalam sebuah garis keturunan
yang tidak pernah terputus sejak Raja Salomo pada masa Alkitab dan Ratu Syeba. Mazmur 87:4-6 juga
dipahami meramalkan penobatan Haile Selassie I. Pada abad ke-10 SM, Dinasti Salomo di Ethiopia
didirikan oleh Menelik I, anak Salomo dan Ratu Syeba, yang pernah mengunjungi Salomo di Israel. 1
Raja-raja 10:13 mengklaim "Raja Salomo memberikan kepada ratu negeri Syeba segala yang
dikehendakinya dan yang dimintanya, selain apa yang telah diberikannya kepadanya sebagaimana
layak bagi raja Salomo. Lalu ratu itu berangkat pulang ke negerinya bersama-sama dengan pegawai-
pegawainya." Berdasarkan Kebra Negast, kaum Rasta menafsirkan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa
Ratu Syeba hamil dengan anak Salom, dan dari sini mereka menyimpulkan bahwa orang-orang kulit
hitam adalah keturunan sejati Israel, atau orang Yahudi. Orang-orang Yahudi hitam Beta Israel telah
hidup di Ethiopia selama berabad-abad, terputus dari sisa Yudaisme. Keberadaan mereka membuat
orang yakin dan mendorong para Rastafari perdana, dan mengesahkan keyakinan mereka bahwa
Ethiopia adalah Sion. Sebagian kaum Rasta yang ortodoks mengecam reggae sebagai suatu bentuk
musik komersial dan "penjualan diri kepada Babel". Bagi yang lainnya, ini adalah "Musik Takhta
YAH".

Paham Tak Mengakui Agama

Salahsatu paham yang terkenal tidak mengakui agama adalalah Marxisme. Pencetus dan pemikir
utama Marxisme, Karl Marx, memiliki sikap yang ambivalen terhadap agama. Menurut dia, agama
sebagai “candu” yang dimanfaatkan oleh kelas penguasa untuk memberikan harapan palsu bagi kelas
buruh, tetapi di lain pihak, ia juga memandangnya sebagai bentuk protes kelas buruh terhadap keadaan
ekonomi mereka yang buruk. Ujung-ujungnya, Marx menolak keberadaan agama. Dalam interpretasi
teori Marxis oleh kaum Marxis-Leninis yang utamanya dikembangkan oleh Vladimir Lenin, agama
dianggap berdampak negatif bagi perkembangan manusia sehingga negara-negara sosialis yang
menerapkan Marxisme-Leninisme bersikap ateistik dan antiagama. Itulah alasan mengapa beberapa
pemerintahan berhaluan Marxisme-Leninisme pada abad ke-20 seperti Uni Soviet dan Republik Rakyat
Tiongkok membuat peraturan untuk memperkenalkan konsep ateisme negara. Akan tetapi, bukan
berarti tidak ada kelompok komunisme agamis, bahkan komunisme Kristiani memegang peranan
penting dalam perkembangan awal komunisme. Lenin meminta agar agama dipahami sebagai sebuah
persoalan pribadi dan tidak menjadi perhatian negara. Menurut Lenin, setiap orang sudah seharusnya
bebas mutlak menentukan agama apa yang dianutnya, atau bahkan tanpa agama sekalipun, yaitu,
menjadi seorang atheis. Dalam tulisannya ini pula Lenin menginginkan agar penyebutan agama
seseorang di dalam dokumen dibatasi.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tidak diragukan bahwa banyaknya agama yang berbeda dalam dunia menyulitkan untuk
mengetahui mana yang benar. Pertama-tama, mari kita memikirkan beberapa pemikiran mengenai
topik ini secara umum dan kemudian melihat bagaimana seseorang dapat mendekati topik itu dengan
cara yang benar-benar dapat mencapai kesimpulan yang benar mengenai Allah. Tantangan jawaban
yang berbeda terhadap isu tertentu tidak terbatas hanya pada topik agama. Namun, kita sebagai umat
kristen tentunya kita percaya akan apa yang sudah Tuhan katakan pada kita, apapun jenis kepercayaan
itu adalah buatan manusia, untuk itu kita sebagai umat manusia yang percaya pada Tuhan tentunya kita
bisa mengambil hikmahnya dari pada semua ini.
B. Saran
Apabila banyak kesalahan pada pembuatan makalah ini maka saya sebagai penulis agar diberikan saran
yang membangunbagi saya, dan dapat memotivasi saya dalam pembuatan pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga dengan pembuatan makalah ini saya bisa membuat makalah yang lebih baik
kedepannya dan menjadikan saya lebih mahir kedepannya dan dapat dipergunakan dalam bidang
tertentu.

25
DAFTAR PUSTAKA

 Http//:www.wikidia.com
 Primitive cultures(1873) penerbit E.B.Tylor
 The golden bough(1890) penerbit Frazer
 Lesformes elementaires de la vie relegieuse(1912) penerbit E. Durkheim
 Grabar,andre(1968) Christian iconography is study of its origins
 Banerji.S.C(1992).tantra in bengal
 Basham, Arthur liewelly (1999). A culturall history of india
 Beverslus, joel(2000), sourcebook of the world religions

26

Anda mungkin juga menyukai