Anda di halaman 1dari 54

MAKNA FRASE DOSAMU TELAH DIAMPUNI BERDASARKAN INJIL

LUKAS 7:48 DAN PENERAPANNYA BAGI ORANG PERCAYA MASA

KINI

PROPOSAL

OLEH:

HOWANTO

NIM : 2019.1.312

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BERITA HIDUP

KARANGANYAR

BULAN 2022
MAKNA FRASE DOSAMU TELAH DIAMPUNI BERDASARKAN INJIL

LUKAS 7:48 DAN PENERAPAN BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI

PROPOSAL

Diserahkan kepada

Senat Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Untuk

Memenuhi Persyaratan Penerimaan

Gelar Sarjana Teologia

Program Studi

Teologi/Kependetaan

OLEH:

HOWANTO

2019.1.312

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BERITA HIDUP

KARANGANYAR

BULAN 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING DAN PENGUJI ................. iii

HALAMAN PENGESAHAN LEMBAGA PENDIDIKAN ...................................... iv

PERNYATAAN ........................................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

ABSTRACT ................................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 7

C. Batasan Masalah ..................................................................................... 8

D. Rumusan Masalah ................................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 10


1. Manfaat Teoritis……………………………………………………3

2. Manfaat Praktis…………………………………………………….3

G. Metodologi Penelitian……………………………………………………..3

x
xi
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 12

A. Latar Belakang Injil Lukas…………………………………..

1. Penulisan Injil Lukas………………………………………...

2. Penerima Injil Lukas………………………………...............

3. Tujuan Injil Lukas…………………………………………...

4. Tahun dan Tempat Penulisan Injil Lukas…………………..

5. Latar Belakang Penulisan…………………………………...

6. Ciri Khas Injil Lukas……………………………………….

7. Tema dan Garis Besar Injil Lukas………………………….

B. Prinsip-prinsif Penafsiran……………………………………….................

1. Interpretasi Literal…………………………………………..

2. Interpretasi Gramatikal……………………….......................

3. Interpretasi Kontekstual…………………………..................

4. Interpretasi Historikal…………………………….…………

5. Interpretasi Teologikal………………………………………

C. Makna frase Dosamu Telah diampuni Injil Lukas 7:48…………………..

1. Menurut Pandangan Perjanjian Lama……………………...

2. Menurut Pandangan Perjanjian Lama……………………..

BAB III ORANG PERCAYA .................................................................................... 29

A. Pengertian Orang Percaya…………………………………………..

B. Orang Percaya Masa Kini…………………………………………..

C. Karakteristik Orang Percaya Masa Kini……………………………

1. Lahir Baru…………………………………………………..
xii
2. Menanggalkan Kedagingan………………………………...

3. Melaksanakan Firman Tuhan……………………………….

4. Taat Berdoa ..……………………………………………….

5. Taat Beribadah………………………………………………

C. Tanggung Jawab Orang Percaya

BAB IV PENERAPAN MAKNA FRASE DOSAMU TELAH DIAMPUNI

A. Orang Percaya Harus Mengampuni Seperti Yesus Juga Telah

Mengampuni…………………………………………………………………………...

B. Orang Percaya Harus Lahir Baru…………………………………………...

C. Orang Percaya Harus Mengakui Dosanya …………………………………

D. Orang Percaya Harus Hidup Taat Kepada Allah…………………………...

E. Orang Percaya Harus meninggalkan Kebiasaan Buruk yang Pernah

dilakukan………………………………………………………………………………

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 48

A. Kesimpulan ........................................................................................... 48

B. Saran ..................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 49


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adapun latar belakang penulisan dalam karya ilmiah/skripsi mengenai

Makna Frasa “Dosamu Telah Diampuni” Berdasarkan Injil Lukas 7:48 dan

Penerapannya Bagi Orang Percaya Masa Kini.

Orang percaya masa kini diperhadapkan dengan pilihan: menuruti hawa

nafsu, memuaskan diri sendiri, atau mengasihi, yaitu mengabdi diri kepada Tuhan

dan melayani orang lain.1 (Roma 6:23) Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia

Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Roma 3:23) Karena

semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemulian Allah. Dosa meliputi

semua manusia,tidak seorang pun yang luput dari dosa apa yang berlaku untuk satu

orang berlaku untuk semuanya. Yesus menilai bahwa manusia itu sangat berharga

dalam pandangan Allah dan Dia juga menerima kenyataan bahwa semua orang telah

gagal dalam mencapai rencana Allah bagi kehidupan mereka karena dosa.2

Dosa sudah menjadi hal yang melekat didalam diri manusia, hampir setiap

hari orang melakukan dosa, tidak terlepas orang-orang kristen yang sudah percaya

Tuhan Yesus pun mereka masih saja melakukan dosa. Sekali ketika ada orang yang

1
Joyce Huggett, Bebas Dari Ikatan Dosa, (Lembaga Literatur Baptis dan Yayasan ANDI). Hlm 174
2
Donald Guthrie,Teologi Perjanjian Baru 1:Allah, manusia, Kristus. (PT BPK Gunung Mulia). Hlm
206
1
2
sedang melakukan kesalah terhadap dirinya orang tersebut cenderung membalas dia

tidak mau mengampuni kesalahan yang dilakukan orang tersebut.

Dosa sudah menjadi momok dalam perbinjangan setiap agama yang ada

dimuka bumi ini. Tidak terlepas agama Kristen pun sering kali menyinggungkan

tentang dosa setiap kali para Pendeta menyampaikan khotbahnya kepada umatnya.

Dosa merupakan perbuatan yang dilakukan manusia selama manusia itu

masih hidup. Dosa juga menjadi penghabat untuk kita masuk ke tahta kerajaan surga

yang telah Allah sedia bagi kita orang percaya. Sementara orang percaya berusaha

untuk melakukan kehendak Allah, Sementara itu tubuh insani masih ada dalam

kodrat dosa.3

Dosa adalah hal melawan Allah, suatu penolakan terhadap segala sesuatu

yang terbaik bagi manusia. Dosa membuat manusia terpisah dari Allah dari

hubungan yang baik menjadi rusak. Padahal Allah tidak merancang hal yang buruk

bagi manusia pada masa penciptaanya.

Pada mula penciptaan Allah menciptakan langit dan bumi. Selanjutnya Allah

menciptakan segala sesuatunya sampai pada akhirnya Allah menciptakan manusia

pertama yaitu Adam dan Hawa namun, Adam yang terlebih dahulu Allah ciptakan

dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. Setelah itu

Allah memberi penolong untuk Adam yaitu Hawa yang diambil dari tulang

rusuknya. Pada awalnya Allah menciptakan dunia ini sebagai kesatuan yang

sempurna. Dia menciptakan dunia ini penuh keindahan dan keharmonisan. Dalam

dunia sempurna itu Allah menempatkan seorang manusia yang sempurna. Adam

adalah manusia sempurna, sebab tidak sesuatupun yang dijadikan Allah yang tidak

sempurna.

3
Dr. Erastus Sabdono, Kodrat Yang Diubahkan (Rehobot Literatur) Hlm 73.
3
Allah memberi manusia kebebasan untuk memilih. Adam mempunyai

kebebasan penuh kebebasan untuk memilih atau menolak, kebebasan untuk

mematuhi perintah-perintah Allah atau melawannya, kebebasan untuk membuat

dirinya bahagia atau celaka. Kejatuhan manusia kedalam dosa karena ketidak taatan

yang dilakukan Adam dan Hawa. Menurut Alkitab dosa bermula dari Hawa

memutuskan untuk memakan buah terlarang yang ada ditengah taman Eden.

1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang

dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah

Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya,

bukan?"2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam

taman ini boleh kami makan, 3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah

taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu

mati." 4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan

mati, 5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan

terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang

jahat." 6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan

sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu

ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya

yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. 7 Maka terbukalah

mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka

menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. 8 Ketika mereka mendengar bunyi

langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk,

bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-

pohonan dalam taman. 9 Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan

berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" 10 Ia menjawab: "Ketika aku


4
mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku

telanjang; sebab itu aku bersembunyi." 11 Firman-Nya: "Siapakah yang

memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari

buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" 12 Manusia itu menjawab:

"Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu

kepadaku, maka kumakan." 13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada

perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu

yang memperdayakan aku, maka kumakan." 14 Lalu berfirmanlah TUHAN Allah

kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara

segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan

menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. 15 Aku akan

mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan

keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan

meremukkan tumitnya." 16 Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu

waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan

melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan

berkuasa atasmu." 17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau

mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah

Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah

karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah

seumur hidupmu: 18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu,

dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; 19 dengan berpeluh

engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah,

karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali

menjadi debu." 20 Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah
5
yang menjadi ibu semua yang hidup. 21 Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari

kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada

mereka. 22 Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi

seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang

jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon

kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya." 23 Lalu

TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari

mana ia diambil. 24 Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden

ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan

menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.4

Kejatuhan manusia kedalam dosa bukanlah rencana Allah, tetapi rencana

Iblis yang disetujui oleh manusia. Manusia membrontak pada Allah, dengan memilih

jalan nya sendiri dengan mengikuti tawaran Si Iblis untuk melanggar perintah yang

telah dimandatkan Allah.

Tidak hanya kebebasan yang membuat Adam dan Hawa puas dalam hidup,

tapi apa yang mereka pilih yang menentukan apakah mereka akan mendapat damai

dengan diri sendiri dan dengan Allah atau tidak. Tetapi Adam dan Hawa ingat betul

bahwa mereka juga berhak untuk memakai kebebasan kehendaknya untuk memilih

jalan yang benar atau jalan yang salah. Mereka sudah memilih untuk mengikuti

hendak mereka sendiri dengan melangar apa yang telah ditetapkan Allah kepada

mereka. Adam dan Hawa menjadi menderita akibat dari pilihan yang mereka pilih.

Mau tidak mau semuanya akan menentukan pola yang akan diikuti oleh seluruh

manusia. (Roma 5:18) “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang

beroleh penghukuman,demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang

4
Alkitab Terjemahan Baru (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,2015) Kejadian 3:1-24.
6
5
beroleh pembenaran untuk hidup.” Dosa menyebabkan hukuman dijatuhkan, dan

tidak ada seorangpun yang sanggup menyelamatkan dirinya dari hukuman karena

dosa itu ataupun membersihkan hatinya dari kesalahan yang diperbuat. Hanya ada

satu pribadi yang bisa menyelesaikan dosa kita yaitu Yesus. Ia adalah Anak Allah,

Raja Damai, Utusan yang ditunjukan dari surga sendiri kepada dunia yang penuh

dosa ini. Melalui penyaliban Yesus membuka gerbang-gerbang bagi manusia supaya

bebas dari belengu dosa. Karena kematian Domba Allah pada kayu salib, dosa itu

sendiri sudah tersalib bagi orang-orang yang percaya pada Yesus. Kematian-Nya

adalah dasar pengharapan kita, janji kemenangan Yesus menanggung dengan tubuh-

Nya sendiri pada kayu salib dosa yang membelenggu kita. 6Penebusan yang

dilakukan Yesus dan dengan kehadiranNya, Ia mengembalikan hubungan manusia

dan Allah yang telah terputus akibat dosa. Oleh sebab itu melalui pengorbanan Yesus

kita memperoleh pengampunan dan hidup yang kekal.

Dengan dimikian apa yang perlu kita lakukan untuk Tuhan ini menjadi

sebuah pertanyaan bagi orang percaya. Banyak orang percaya pada masa sekarang

belum mengerti tentang mengampuni.

Banyak orang percaya pada masa sekarang meskipun rajin beribadah,berdoa,

dan membaca alkitab tetapi dalam praktek hidupnya ketika mengalami masalah

dengan orang lain sikapnya tidak mau mengampuni. Padahal dalam Alkitab kita juga

diajar untuk mengampuni kesalahan orang. Jika kita mau sungguh-sungguh

mengampuni kesalahan orang lain kepada kita, maka keputusan tersebut harus

diperbaharui sampai hati kita dipulihkan.7“Sabarlah seorang terhadap yang lain, dan

ampunilah seorang akan yang lain apabila yang menaruh dendam terhadap yang lain,

5
Alkitab Terjemahan Baru (Jakarta: Lembaga Alkita Indonesia,2015) Roma 5:18
6
Blly Graham. Damai Dengan Allah (Yayasan Komunikasi Bina Kasih/Omf), hlm 47-65
7
Thomas J. Sappington, Th.D, Hancurkan Kuasa Iblis Dalam Diri Anda (Yayasan ANDI anggota
IKAPI) Hlm 163
7
sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”

(Kolose 3:13). Secara ideal kita yang sudah mengikut Yesus akan langsung

mengampuni kesalahan seorang pada saat orang tersebut bersalah kepada kita, atau

paling sedikit “sebelum matahari terbenam” (Efesus 4:26). Dengan demikian hal

seperti ini seharusnya kita pupuk agar kita tidak membuka ruang kepada kepada iblis.

Oleh karena dosa kita telah diampuni maka kita sebagai orang percaya

mestinya dilahirkan kembali percaya kepada Allah dengan sungguh-sungguh tidak

lagi hidup dalam kedagingan.

B. Identifikasi Masalah

Dengan latar belakang ini peneliti tertarik membahas makna frase

dosamu telah diampuni. Adapun identifikasi masalahnya yaitu:

1. Masih banyak orang percaya yang belum mengerti tentang dosa.

2. Dosa menjadi perbijangan dikalangan agama.

3. Masih banyak orang percaya pada masa kini yang belum menyadari

dosanya.

4. Dosa tindakan membrontak kepada Allah.

5. Masih banyak orang percaya tidak bisa mengampuni orang lain

ketika orang tersebut melakukan kesalahan.

6. Kejatuhan manusia dalam dosa karena Adam dan Hawa.


8
7. Masih banyak orang percaya hidup dalam dosa dan hidup dalam

kedagingan.

8. Masih banyak orang percaya yang belum mengerti tentang makna

frase Dosamu Telah Diampuni berdasarkan Injil Lukas 7:48.

C. Batasan Masalah

Tidak hanya dibuat identifikasi masalah, dalam bagian ini peneliti perlu

membuat batasan masalah antara lain sebagai berikut:

1. Di identifikasikan ada orang percaya yang belum paham mengenai

Dosamu Telah Diampuni

2. Di identifikasikan ada orang Kristen yang kurang mengerti dengan

maksud orang percaya.

3. Di identifikasikan ada orang Kristen kurang paham tentang makna

pengampunan dari Tuhan secara benar.

D. Rumusan Masalah

Dengan adanya rumusan masalah ini, akan mempermudah peneliti dalam

membuat karya ilmiah dengan baik dan tidak menyimpang dari pokok-pokok

bahasan yang akan diuraikan oleh peneliti.


9
Menurut Sumanto dalam bukunya yang berjudul Pembahasan Terpadu Statistik

Metodologi Research yang mengatakan bahwa “rumusan masalah berfungsi untuk

memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang terkandung didalamnya

sekaligus memberikan petunjuk mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab

pertanyaan dalam rumusan masalah tersebut.

1. Apa makna frasa dosamu telah diampuni menurut Injil Lukas 7:48?

2. Apakah yang dimaksud dengan orang percaya?

3. Bagaimana penerapan dosamu telah diampuni menurut Injil Lukas

7:48 bagi orang percaya masa kini?

E. Tujuan Penelitian

Berdasakan rumusan masalah di atas, maka penulis menetapkan tujuan

penulisan sebagai berikut:

Pertama, menjelaskan makna Frase “Dosamu Telah Diampuni” berdasarkan

Injil Lukas 7:48?

Kedua, menjelaskan apa yang dimaksud Orang Percaya masa kini?

Ketiga,menjelaskan makna frasa “Dosamu Telah Diampuni” berdasarkan

Injil Lukas 7:48 dan penerapannya bagi orang percaya masa kini?
10
F. Manfaat Penelitian

Dari berbagai sumber dan penggalian kata, penulisan skripsi ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi dan motifasi yang bermanfaat dalam berbagai pihak

dengan tujuan supaya orang-orang memiliki pemahaman yang benar tentang Makna

Frasa “Dosamu Telah Diampuni” Berdasarkan Injil Lukas 7:48 dan penerapannya

bagi orang percaya masa kini. Penulis mengharapkan agar setelah skripsi ini

diselesaikan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan ilmu teologi khususnya dalam hal

Dosamu Telah Diampuni yang terdapat dalam Injil Lukas 7:48 dan menambahkan

ilmu pengetahuan dan pemahaman yang Alkitabiah mengenai Dosamu Telah

Diampuni bagi orang percaya masa kini

2. Manfaat Praktis

1. Orang percaya itu sendiri, pendeta, jemaat dalam hidup bergereja.

2. Bagi STT Berita Hidup sendiri untuk terus memberikan pengajaran yang

benar berdasarkan Alkitab.

3. Bagi peneliti, dalam penelitian ini peneliti mengharapkan bisa menerapkan

dalam kehidupan.

G. Metodologi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini Peneliti mengunakan metode-metode penafsiran

Alkitab. Metodenya melalui pendekatan literal, gramatikal, kontekstual, historical

dan teologikal.
11
BAB II

LANDASAN TEORI

Berbicara mengenai dosa dan mengampuni tidak terlepas dari konsekunsi

yang didapat dari apa yang diperbuat.

A. Latar Belakang Injil Lukas

Lukas adalah seorang yang berasal dari Antiokhia, Siria. Ia juga seorang

sejarawan dengan pengetahuan yang luas. Lukas dididik dengan baik dalam

lingkungan budaya Yunani, ia sekolah di Yunani,dia seorang yang sangat cerdas dan

dapat berpikir secara logis dan komprehensif. Lukas adalah seorang non-Yahudi.

Jadi, ia mampu menyingkap sejarah Kristen mula-mula (dimana Yahudi telah

memainkan peran utama) dari sudut pandang non-Yahudi dan ia mampu

mengajarkannya, dengan baik kepada orang Kristen non-Yahudi maupun Kristen

Yahudi.

Lukas bergabung dengan Paulus pada tahun 50 M, ketika Paulus melakukan

perjalanan misi kedua. Dalam perjalanan melintasi Misia, mereka tiba di Troas.
8
Paulus nenegaskan bahwa Lukas adalah seorang dokter bahkan dikatakan juga

seorang penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul menunjukan ciri-ciri dari

pengetahuan khusus tentang kedoterannya.9 Lukas tidak hanya seorang pendengar

atau melihat kebenaran Firman saja, tetapi Dia juga adalah seorang pengkhotbah. Ia

8
Thomas Hwang, Empat Injil Dan Amanat Agung.(AMI Publication) hlm. 66 dan 72.
9
Drane, Jhon, Memahami Perjanjian Baru ( Jakarta Gunung Mulia,1996), hlm. 212.
12
13
juga merupakan seorang penulis tentang sejarah Gereja, bahkan Lukas juga adalah

sastrawan yang berpihak kepada agama Kristen yang pertama.10

Dari semua Injil Sinoptik, Lukaslah yang memberitahu tentang asal-usulnya,

sang penulis yang tidak memberitahukan namanya menyatakan suatu bab pembukaan

yang menyatakan tujuan dalam penulisan Injil ini, dengan rekan-rekan sesamanya

yang sudah mencoba melakukan hal yang sama. Kata pembuka ini (Lukas 1:1-4)

adalah kunci bagi kitab ini dan juga bagi Kitab Para Rasul, bahwa Injil Lukas dan

kitab Kisah Para Rasul merupakan suatu kesatuan.11 Keistimewahan Injil Lukas

memperhatikan orang yang menderita, miskin bahkan orang yang berdosa.12

Injil Lukas sering disebut dalam Perjanjian Baru. Dalam Kolose 4:14, ia

disebut “tabib yang kekasih” dan didalam Filemon 24, ia disebut “teman sekerja

Paulus”. 13

No Kehidupan Tentang Lukas Penjelasan

1 Tempat Asal Antiokhia Siria

2 Pekerjaan Dokter

3 Tingkat Pendidikan Menerima tingkat tertinggi di pendidikan

Yunani

4 Karakter Logis, Pemikir sejarah, objektif, tidak berat

10
Tenney, C. Merrill, Survei Perjanjian Baru (Malang:Gandum Mas, 1953), hlm. 219-220.
11
Ibid, Hlm.213
12
Willi, Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru ( Jakarta Gunung Mulia, 1996), hlm. 186.
13
Walter M. Dunnett, Ph.D, Pengantar Perjanjian Baru (Gandum Mas, 1980), hlm. 20.
14
sebelah

5 Waktu terima Yesus Kurang lebih 50 M

6 Diubah oleh Rasul Paulus

7 Hubungan dengan Paulus Mengikut dalam pelayanan (Flm. 1:24), tinggal

bersama Paulus sampai Paulus mati

martir/syaid (2 Tim. 4:11)

8 Kitab yang ditulis Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul

9 Ladang misi Roma

10 Martir/syahid Tahun 91 M, di kota Roma, meninggal dengan

digantung

1. Penulisan Injil Lukas

Willi Marxen bahwa Paulus tidak bisa menjadi tolak ukur untuk menjamin

bagi karya Lukas, yang berarti meragukan bahwa Lukas adalah penulis Injil Lukas.

Willi Marxen memprotes dengan pendapat Irenaeus yang berpendapat bahwa Lukas

adalah pendapingnya Paulus. Pendapat ini memiliki alasan karena ia mengatakan

bahwa Irenaeus tidak hidup sezaman dengan murid-murid Yesus.14

Tradisi yang mengaitkan Injil Lukas berasal dari abad ke-2 M. Kanon

Muratoria dan Prakata anti-Marcion pada Injil Lukas, serta Ireneus, Clemens dari

Aleksandria, Origenes dan Tertullianus, mereka menyebut Lukas lah sebagai

Penulisnya.15 Ada pandangan menurut tradisi, penulis Injil Lukas adalah Lukas

sendiri yang merupakan rekan sekerja Rasul Paulus. Ini dapat dibuktikan dengan

14
Qadri Hamid, Awan Gelap Dalam Keimanan Kristen
15
Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), hlm. 211
15
adanya pernyataan dapat kita temukan dari Kisah Para Rasul 16:10, ketika Paulus

berangkat dari Troas dalam perjalannya yang kedua. Lukas menemani Paulus dari

Troas ke Filipi, dimana menggunakan kata ganti orang pertama jamak berhenti pada

waktu Paulus dipenjarakan (Kis. 16:17,19-34). Bagian “kami” ini muncul lagi waktu

Paulus kembali ke Makedonia seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 20:6.

Dari sini bagian “kami’’terus berlanjutsampai selesai, meskipun rupanya penulis

tidak turut dipenjarakan bersama Paulus di Kaisarea. Namun Ia menyertai Paulus

dalam pelayanannya ke Roma, dan terus tinggal bersamanya sampai akhir cerita.16

Kelahiran dan masa kecil dari penulis Injil Lukas ini dijelaskan oleh Irving

L. Jensen dalam bukunya yang berjudul “Lukas”, bahwa:

Lukas adalah seorang Yunani, dan dia adalah satu-satunya penulis

Perjanjian Baru yang bukan Yahudi. Ia dilahirkan pada waktu yang kira-kira

bersamaan dengan waktu Tuhan Yesus dan Rasul Paulus dilahirkan. Dua tempat

yang diperkirakan sebagai kota kelahirannya ialah Antiokhia di Pisida dan Filipi di

Makedonia. Orang tuanya menamakannya Lukas, singkatan dari suatu nama

Romawi, Lukanus. Pendidikan lanjutannya mungkin diperolehnya di Atena atau di

Tarsus, dimana ia belajar ilmu kedokteran. Dari isi dan gaya bahasanya dapat kita

perkirakan bahwa sejarah dan kesusasteraan merupaka dua pokok yang paling

digemarinya.17

Dan juga Lukas bukanlah salah seorang murid Yesus, ketika Yesus

melayani di bumi ini. Lukas bertobat karena Paulus yang melayani, ketika Paulus

tinggal di Antiokhia, hal ini disebutkan didalam Kisah Para Rasul 11:25-26. Lukas

juga memiliki keahlian dan panggilan, Ia merupakan seorang dokter, Kol.4:14

disebut “Tabib Lukas yang kekasih”, dan dari ke-enam mujizat Yesus Yang ditulis

16
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1997), hlm.217
17
Irving L. Jensen, Lukas (Bandung Kalam Hidup, 1970), hlm. 10
16
Lukas, dan yang tidak terdapat dalam Injil lainnya, lima diantaranya adalah mujizat

penyembuhan. Lukas adalah benar-benar seorang saleh yang menyamakan dirinya

dengan orang-orang yang hina, dan dengan demikian tepat sekali kalau ia dipilih

Allah sebagai penulis Injil tentang “Anak Manusia di antara sesama Manusia”.

Kematian Lukas, ada tradisi yang menyebutkan bahwa Lukas mati sahid di Yunani.

2. Penerima Injil Lukas

Setelah kita mengetahui bahwa Lukas adalah orang yang berasal dari

Yunani, maka kita akan melihat kepada siapakah tulisannya ini tunjukan. Lukas

menulis Injil ini kepada orang-orang yang bukan Yahudi guna menyediakan suatu

catatan yang lengkap dan cermat “tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan

diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat” (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis

ilham Roh Kudus, mengharapkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta

orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran dengan pasti yang tepat yang

telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Lukas 1:3-4).

Fakta bahwa tulisan Lukas ini ditunjukan kepada orang-orang yang bukan

Yahudi tampak dengan jelas diseluruh Injil ini; misalnya, ia merunut silsilahYesus

sebagai manusia sampai kepada Adam (Luk 3:23-38) dan tidak hanya sampai

Abraham seperti yang dilakuak oleh Injil Matius (band. Mat 1:1-17). Dalam kitab

Injil Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang

menjadi jawaban Allah bagisegenap keturunan Adan dan keselamatan.

3. Tujuan Injil Lukas

Lukas pertamakali menunjukan Injilnya kepada pembaca-pembaca Yunani

(atau orang bukan Yahudi) dan menampilkan Yesus sebagai Anak Manusia, manusia
17
yang ideal. Tujuan Lukas menulis Injil ini bisa kita lihat dengan pernyataannya

dalam Lukas 1:1-4 maksudnya untuk membukukan supaya teratur mengenai

pekerjaan Tuhan Yesus. Lukas menceritakan kehidupan Yesus dari sudut pandang

yang lain untuk para pembaca yang berbeda, jika keempat Injil itu dibandingkan

maka akan terlihat sangat berbeda sekali. Injil Matius memberi gelar pada Yesus

yaitu, Yesus sebagai Raja, pembacanya adalah orang Yahudi, idenya adalah Taurat.

Injil Markus memberi gelar Yesus sebagai Hamba, pembacanya orang Romawi, ide

yang ditampakkan adalah tentang Kuasa. Injil Lukas memberi gelar pada Yesus

adalah Yesus sebagai Anak Manusia, pembacanya adalah orang Yunani, idenya

Anugerah. Injil Yohanes memberi gelar Yesus sebagai Anak Allah pembabacanya

orang-orang dunia, dan idenya menonjolkan Kemuliaan.

B.J Boland dalam tafsiran Injil Lukas mengetahui bahwa pokok yang

menguasai “berkembangnya kabar keselamatan itu dari kalangan Yahudi kepada

dunia bangsa-bangsa”18. Pada umumnya orang-orang Yahudi berbahasa Yunani,

memiliki berbagai versi kisahnya, dan Lukas telah menulis secara seksama dari data

dan fakta (Lukas 1:1-4). Lukas menulis Injil untuk orang Kristen non Yahudi, yang

secara khusus diwakilkan Injilnya dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai Ia

terangkat ke surga ( Kis 1:1-2) dengan sumber dan proses penulisan yang baik.

Tujuan Lukas akan kehidupan dan pelayanan Yesus selama didunia ini membuktikan

bahwa Yesus adalah Anak Manusia yang tidak sama dengan manusia-manusia

lainnya, karena Ia hidup dengan sempurna dan hidup penuh Roh Kudus. Bahkan

Lukas menyampaikan secara rinci bagaimana Yesus memberikan perhatian dan

harapan kepada semua orang secara khusus ditunjukan kepada orang-orang yang

terbuang. Orang-orang terbuang yang dimaksud disini adalah digambarkan Lukas

18
B.J. Boland dan P.S. Naipospos, Tafsiran Alkitab Injil Lukas (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),
hlm. 12
18
sebagai orang berdosa, orang yang diasingkan oleh kelompok ataupun keluarganya.

Karena dosa, penyakit hal ini yang menjadi perhatian utama bagi Lukas agar mereka

juga dapat diselamatkan. Lukas meyakini bahwa keselamatan dan penyempurnaan

dosa dari Yesus adalah untuk semua orang baik, orang Yahudi maupun orang

Yunani.

4. Tahun dan Tempat Penulisan Injil Lukas

Sangat penting untuk mengetahui kebenaran yang ditulis dalam setiap kitab

dalam Alkitab, yaitu dengan bermacam-macam mengetahui tahun dan tempat

penulisannya. Berikut penulis akan menjelaskan tahun dan tempat penuliasan dari

Injil Lukas. Samuel Benyamin menuliskan dalam bukunya yang berjudul “Perjanjian

Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya”.bahwa tempat Injil ini

ditulis tidak diketahui secara pasti. Kaisarea, Akhaya dan Roma adalah beberapa

nama kota yang diduga menjadi tempat Injil ini dituliskan. Ada yang menganggap

tulisan pada pasal 21 ayat 24 mengindikasikan bahwa Lukas mengingat kembali pada

peristiwa hancurnya kota Yerusalem, sehingga muncul anggapan Lukas menulis

dengan memakai sudut pandang sebagai orang Kristen generasi ke-3 dan dengan

demikian penulisan Injil Lukas dilakukan sekitar tahun 80/85M. Namun, peristiwa

terakhir yang dicatan di Kisah Para Rasul adalah masa penjara rasul Paulus yang

pertama, dan sama sekali tidak menyebutkan mengenai matinya Paulus (64-67 M)

maupun kejatuhan Yerusalem (70 M), sehingga kitab ini lebih tepatnya diperkirakan

ditulis paling lambat tahun 62 M.19

19
Samuel Benyamin Hakh. Perjanjian Baru: Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya
(Bandung:Bina Media Informasi, 2010, hlm.268
19
5. Latar Belakang Penulisan

Bambang Subandrijo menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Menyikap

Pesan-pesan Perjanjian Baru 1”, bahwa berdasarkan kalimat pembukaan, penulisan

Injil Lukas dimaksudkan untuk memberitahukan Teofilus tentang kebenaran dari

segala sesuatu yang telah diajarkan kepadanya. Penulis Injil Lukas juga hendak

menuliskan sebuah sejarah untuk menyakinkan orang-orang, terutama para penguasa

bahwa kekristenan merupakan agama yang sah tidak perlu diragukan lagi. Melalui

tulisannya, penulis injil Lukas ingin menolong para pembacanya untuk memahami

iman Kristen lebih baik lagi dengan cara mengabarkan tentang kehidupan pelayan

Yesus. Maka itu dia memberi perhatian secara khusus terhadap fakta-fakta historis

tentang Yesus dengan mempelajari dan menggunakan data-data dari laporan-laporan

yang di dibuat orang lain.20

6. Ciri-ciri Khas Injil Lukas

Setiab tentunya memiliki ciri-ciri khas yang berbeda-beda, oleh karena

pembawaan dari sang penulisnya. Sebagai seorang yang berpendidikan tinggi,

pastinya tulisan Injil Lukas ini memiliki ciri khas yang berbeda dari kitab-kitab

lainnya. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, menuliskan delapan penekanan

yang utama menandai Injil Lukas ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Injil Lukas ini merupakan yang terlengkap tulisannya mengenai

peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran

sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.

20
Bambang Subandrijo, Menyikap Pesan-pesan Perjanjian Baru I (Bandung: Bina Media Informasi,
2010), Hlm. 103
20
b) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil,

menunjukan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya

dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.

c) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil- bahwa Yesus

datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang

Yahudi maupun orang bukan Yahudi.

d) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan,

termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang

dianggap sampah masyarakat.

e) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya

mengenai doa.

f) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah “Anak

Manusia”.

g) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan

berita-Nya.

h) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus

dan umat-Nya (misal. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18;

Luk 10:21; Luk12:12; Luk 24:49).

7. Tema dan Garis Besar Injil Lukas

Renan, menganalisa Injil Lukas dan membagikannya menjadi empat bagian

yaitu: Pertama, kisah kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus (1:5-4:13). Kedua,

perjalanan keliling Yesus menelusuri daerah Galelia (4:14-9:50). Ketiga, perjalanan

ke Yerusalem tempat dimana Ia menggenapi semua maksud visi dan misi-Nya (9:51-

19:44), dan Keempat adalah peristiwa penyaliban dan penampakkan-Nya kepada


21
21
murid-murid-Nya (19:45-24:53). Selanjutnya tema yang diangkat adalah pokok

tentang “Berita yang membawa kesukaan besar, lahirnya Juruselamat”. Sentral tema

teologinya adalah pembuktian bahwasanya Yesus adalah manusia sejati Allah yang

terbungkus dalam darah dan daging, sama seperti kita , hanya saja Yesus tidak

berdosa, yang terbagi dalam tujuh argumen yakni:

1. Kelahiran dan pemberitahuan dari Yohanes Pembaptis dan Yesus

(1:5;2:52).

a. Pemberitahuan Kelahiran Yohanes (1:5-56)

b. Pemberitahuan Kelahiran Yesus (1:57;2:52)

2. Persiapan pelayanan Yesus (3:1;4-13)

a. Pelayanan Yohanes (3:1-20)

b. Pembaptisan Yesus (3:21-22)

c. Sisilah Yesus (3:23-38)

d. Pencobaan Yesus (4:1-13)

3. Pelayanan Yesus di Galelia (4:14;9:50)

a. Inisiasi pelayanan Yesus (4:14-30)

b. Otoritas Pelayanan Yesus (4:31;6:16)

c. Seremonisasi Pelayanan Yesus (6:17;8:1)

d. Pemuridan Yesus Terhadap Murid-Nya ( 9:1-50)

4. Perjalanan Yesus Ke Yerusalem (9:51;19:27)

a. Penolakan Terhadap Yesus (9:51;11:54)

b. Pengajaran Yesus di Tengah-tengah Penolakan (12:1;19:27)

5. Pelayanan Yesus di Yerusalem (19:28;21:38)

a. Yesus diproklamasikan sebagai Mesias (19:28-44)

21
Renan, Sebagaimana dikutip oleh J. Sidlow Baxter dalam, Mengali isi Alkitab 4 (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2002), hlm. 182
22
b. Yesus di Bait Allah (19:45;21:38)

6. Penyaliban, Kematian, Kebangkitan dan penampakan Yesus (

22:1;24:53)

a. Penyaliban dan Kematian Yesus (pasal 22-23)

b. Kebangkitan dan penampakan Yesus (pasal 24)

B. Prinsi-prinsi penafsiran

1. Interpretasi Literal

Yang dimaksud dengan literal adalah kata dalam teks. Dalam buku Hermeneutik

karya Pdt. Hasan Susanto, M. Th, kata adalah “unit yang paling kecil dalam suatu

kalimat. Tanpa menguasai arti suatu kata, sudah tentu penafsiran tidak mungkin

mengerti maksud dari suatu kalimat, apa lagi menafsirnya.” 22

22
Pdt. Hasan Susanto, Hermeneutik (Malang: Depertemen Literatur SAAT, 2002), hlm.
23
2. Interpretasi Gramatikal

Pendekatan ini sama pentingnya dengan pendekatan penafsiran yang lain.

Dalam diktat ‘Hermeneutik’, Federans Randa II menmjelaskan:

Kata gramatikal dalam bahasa Inggris yaitu gramatikal yang dapat diartikanm

sebagai sesuatu yang dipandang dari sudut tata bahasa atau yang berhubungan

dengan tata bahasa. Tata bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya

kumpulan kaidah (aturan yang pasti) tentang struktur gramatikal23

Jadi secara umum kata gramatikal artinya sesuatu kata yang dipandang dari

sudut struktur atau susunan bahasanya. Hal ini sangat penting untuk mengetahui

makna yang tepat dalam suatu kalimat yang dimaksud. Pendapat ini didukung

oleh Pdt. Hasan Susanto, M. Th, demikian

Analisa ini sangat penting dalam penafsiran, karena suatu kalimat, biasanya

ditulis menurut hukum tata bahasa dan struktur tertentu. jadi tanpa memperhatikan

kedua aspek ini seorang pembaca tidak dapat mengerti dengan tepat maksud suatu

kalimat.24

Untuk itu disini penulis akan menyelidiki kata dalam teks supaya jelas

maksud dan tujuan dari kata tersebut

23
Federans Randa II, Diktat Hermeneutik ( Surakarta: STT Berita Hidup, t. th), hlm. 54.
24
Hasan Susanto, Op. Cit. hlm. 229.
24

3. Interpretasi Kontekstual

Setiap nats Alkitab yang dipelajari haruslah sesuai dengan ajaran Alkitab

secara menyeluruh, karena “ Alkitab tidak membantah dirinya sendiri.”25 Oleh sebab

itu bila sebuah penafsiran terhadap suatu nas bertentangan dengan ajaran dalam nas

lain, maka penafsiran itu sangat diragukan. Penafsiran setiap nas sesuai dengan

ajaran Alkitab secara menyeluruh disebut dengan nama penafsiran

teologis.Interperestasi “ suatu upaya mencoba mengupas arti yang dimaksudkan oleh

pengarang melalui kalimat yang ditulis.” Sedang konteks adalah bagian-bagian

sebelum dan sesudah nas yang dipelajari.” Jadi interprestasi kontekstual adalah

interprestasi yang dimaksud berdasarkan konteks.

Konteks dapat dibagi dalam dua bagian yaitu konteks dekat dan konteks

jauh. Konteks dekat adalah isi yang terdapat dalam 2 atau 3 paragraf sebelum dan

sesudah nas atau teks yang dipelajari. Sedangkan konteks jauh isi yang terdapat

dalam pasal sebelum dan sesudah teks.

25
Bilung. Op. Cit. hlm.” 51
25
4. Interpretasi Historis

Interpretasi historis adalah“ suatu peristiwa-peristiwa yang tertulis dalam

Alkitab, yang terjadi pada masa lampau yang dalam sejarah dan tertulis untuk

orang-orang pada masa yang tertentu.”26 Interprestasi Historikal artinya makna

sejarah. Kata historis dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh

Federans randa II mengatakan: “ Bentuk peristiwa yang berkenaan dengan sejarah,

atau bertalian dan hubunganya dengan masa lampau. Jadi historikal adalah makna

yang dipahami dari bentuk sejarah di masa lampau.”27

Jadi dalam bagian ini penulis ingin memberikan penafsiran yang

berdasarkan apa yang terjadi pada masa lampau. Kata kunci untuk memahami dan

mengerti mengenai penulisan Alkitab adalah harus menyelami konteks pada waktu

Alkitab itu ditulis. Penulis Alkitab adalah anak pada zamamnya. Hal ini sangatlah

penting supaya penafsir,khusus pada zaman moderen ini dapat memahami akan arti

yang sesungguhnya.

26
Op. Cit. Bilung, Diktat Kuliah: Hermeneutika, hlm.70.
27
Ibid, hlm.56
26
Rahabiayam Bilung mengatakan: “ Latar belakang sejarah sangat menolong

dalam memahami maksud kebenaran firman Tuhan yang hendak disampaikan

penulis kepada pembacanya secara khusus Injil Lukas, karena peristiwa-

peristiwa yang tertulis untuk orang-orang pada masa yang tertentu.” 28Dimana

keadaannya sangat jauh berbeda dengan keadaan sekarang. Tanpa adanya

kedekatan historis dalam menafsir Alkitab sangat mungkin terjadi salah

pengertian dengan maksud penulis yang sesungguhnya yang berarti dapat

menghilangkan arti yang sesungguhnya dari firman Tuhan. Itulah sebabnya

sangat diperlukan pendekatan teks berdasarkan pandangan-pandangan pembaca

aslinya, berdasarkan latar belakang historisnya.

Begitu pula Hasan susanto menjelaskan dalam bukunya yang berjudul

Hermeneutik, bahwa:

Sebab dengan mengetahui sejarah dan latar belakang zaman itu, diharapkan

bahwa penafsir moderen dapat mengerti maksud sesungguhnya dari penulis-

penulis abad pertama ini. ini pun dapat mencegah supaya jangan sampai penafsir

moderen membawa masuk maksud ke dalam Alkitab. Sebab sering terjadi suatu

kebiasaan yang sama, membaca makna yang berbeda bagi mereka yang hidup

pada zaman yang berbeda atau tempat yang berbeda atau di tempat yang

berbeda. Di lain pihak setiap kitab pada hakekatnya adalah suatu tulisan yang

unik, walapun terdapat beberapa kitab ditulis oleh penulis yang berdekatan,

tetapi harus dipandang sebagai suatu karya yang memiliki ciri-ciri khas yang

tersendiri.29

Dari kutipan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa interpretasi historis

adalah suatu tindakan usaha yang dilakukan oleh para penafsir-penafsir Alkitab

28
Rehabiyan Bilung, Diktat Kuliah: Hermenitika 1, Teori dan Praktek Menafsir Seri (Surakarta: STT
Berita Hidup, 2001), hlm.70
29
Hasan Susanto, Op. Cit. hlm.186.
27
masa kini untuk mengetahuitentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat

penulis mulai menulis Alkitab, baik itu penulis, penerima, da nisi surat yang

akan menjadi tujuan penulisan tersebut.

5. Interpretasi Teologikal

Setiap nats Alkitab yang akan digali dan ditelaah disesuaikan dengan ajaran

Alkitab secara menyeluruh. Pada hakikatnya nats yang satu tidak akan

bertentangan dengan nats yang lainnya “Alkitab tidak membanntah dirinya

sendiri,”30 sehingga apabila sebuah penafsiran terhadap suatu nats bertentangan

dengan ajaran dalam nats ini, maka penafsiran itu sangat diragukan. Penafsiran

ini disebut dengan penasiran teologis. Ketika mempelajari Firman Allah, maka

seharusnya semua penafsir belajar untuk selalu menafsirkan sesuai dengan apa

yang Allah kehendak. Para penafsir tidak boleh memakai tafsiran yang

menyimpang dari arti dan makna Alkitab yang sesungguhnya. Penafsiran yang

keliru akan menimbulkan persoalan yang berdampak buruk bagi orang lain yaitu

bisa disalah mengerti dan dan berdampak pada perilaku kehidupan sehari-hari.

Karena itu dalam melakukan penafsiran teologis, diharapkan dapat melakukan

suatu penafsiran yang sesuai dengan apa yang tertulis dalam Alkitab dengan

bertujuan untuk menjaga penafsiran-penafsiran yang memyimpang dari Alkitab

itu sendiri.

30
Rehabiyan Bilung, Diktat Kuliah: Hermenetika1, Teori dan Praktek Menafsir Seri (Surakarta:STT
Berita Hidup, 2001), hlm. 68
28
C. Makna Frase Dosamu Telah Diampuni Injil Lukas 7:48

Dosa ada karena kejatuhan manusia yang tidak taat pada perintah Allah.

Dosa membuat hubungan manusia dengan Allah terpisah sehingga manusia perlu

orang bisa memulihkan hubungan itu.

1. Menurut Pandangan Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama dosa karena kejatuhan manusia pertama Adam dan

Hawa

2. Menurut Pandangan Perjanjian Baru


BAB III

ORANG PERCAYA

Dalam pembahasan bab tiga ini, penulis akan memaparkan tentang orang

percaya (orang Kristen), yang menjadi bagian dari judul skripsi yang penulis angkat

sebagai karya ilmiah.

Jika kita katakan orang percaya saja, bisa jadi semua orang adalah orang

percaya tergantung pada apa dan siapa yang dipercayai, karena setiap orang berbeda

dalam pandangan maupun yang dipercaya sebagai penolong yang mampu

menyelesaikan atau memberikan jalan keluar sesuai yang kita harapkan. Manusia

percaya karena mendengar, melihat, maupun merasakan sesuatu yang terjadi di

dalam kehidupan, yang berbuah menjadi lebih baik.

Berikut merupakan pembahasan tentang orang percaya, secara khusus orang

Kristen

A. Pengertian Orang Percaya

Siapa itu orang percaya atau yang dikatakan orang Kristen itu? Melalui

pembahasan ini kita akan menemukan berbagai pengertian atau definisi orang

Kristen sebagai orang percaya sebagai berikut, diantaranya adalah Kamus Webster

menjelaskan bahwa orang Kristen adalah “Orang yang mengaku percaya kepada

Yesus sebagai juruselamatnya atau percaya kepada agama yang mengajarkan

berdasarkan pengajaran Yesus Kristus.”31

31
httPS: //www.gotquestion. org/Indonesia//Apa-itu-orang-Kristen. Htlm. Kamis 07-04-2022 Jam
.23:07
29
30
Meskipun penjelasan ini menolong untuk memahami siapa itu orang Kristen,

namun definisi ini belum menjelaskan secara spesifik tentang siapa itu orang-orang

Kristen menurut Alkitab. Kata “Kristen” digunakan tiga kali dalam kitab Perjanjian

Baru (Kis. 11:26;26:28; 1 Ptr 4:16).

Dalam Kisah Para Rasul 11:26 pertama kali para pengikut Yesus Kristus

digelari “ Kristen” di Antiokhia karena perbuatan kata-kata dan tindakan sehari-hari

mereka mengikut Yesus Kristus. Pada awalnya kata atau istilah ini dipakai oleh

orang-orang Antiokhia yang tidak percaya sebagai ejekan terhadap orang-orang

Kristen. Ssecara harafiah istilah tersebut mempunyai arti “ menjadi bagian dari

kelompok Kristus” atau “ pengikut Kristus” yang sama dengan definisi dalam kamus

Webster.

Dalam kekristenan, orang percaya disebut sebagai orang yang beriman.

Kata iman dalam Bahasa ibrani adalah “ aman”. Dalam Bahasa Yunani kata iman

terjemahan dari “Pistis” yang artinya kepercayaan atau penyerahan diri kepada

seseorang. Kata kerja dari Pistis adalah Pisteuo, yang memiliki pengertian “ Percaya

kepada, mempercayakan diri, atau menyerahkan diri kepada suatu objek” dalam hal

ini tentu kepada Tuhan.

Apakah standar yang Alkitabiah bagi orang percaya atau orang Kristen?

Yang jelas bukanlah kesempurnaan tanpa dosa atau antinimianisme, melainkan hidup

di dalam terang (1 Yohanes 1:7), Allah itu terang atau kudus.

Standar absolut ini selalu ada di hadapan orang percaya. Namun tidak ada

orang percaya yang hidup tanpa dosa, seperti Allah, dalam kehidupan ini. Setiap

orang percaya dapat memenuhi persyaratan untuk hidup didalam terang. Banyaknya

terang yang memiliki setiap orang itu berbeda-beda, namun respon yang harus

diberikan oleh semua orang-orang percaya terhadap hal itu sama. Sementara kita
31
bertumbuh, dilingkungan terang itu akan bertumbuh luas. Semakin orang percaya

memberikan respon terhadap terang itu, semakin kita menerima terang yang lebih

besar terang, dan begitu seterusnya. Tetapi untuk setiap tingkat pertumbuhan

tuntutanya adalah sama, yaitu hidup di dalam terang. Ringkasnya, kehidupan Kristen

adalah kesucian dan kekudusan Allah. Tuntutan yang harus orang percaya penuhi

adalah hidup didalam terang.32

Kata-kata ini sering kali digunakan untuk menyatakan rasa percaya kita

kepada Allah Bapa Anak dan Roh Kudus serta percaya Firman-Nya yang adalah

terang. Artinya adalah Roh Kudus yang telah hadir di dalam hidup kita akan

menuntun hati, pikiran dan tubuh kita untuk dibawa ke arah dan tindakan yang benar

sesuai dengan Firman Tuhan dan juga kehendak-Nya. Hidup kita sebagai orang

percaya harus berubah secara komperhensif ketika kita percaya Tuhan, tidak lagi

mengandalkan diri berdasarkan pikiran dan logika yang logis. Orang percaya harus

meninggalkan pandangan hidup yang belum dibaharui. Ketika sudah percaya Tuhan

agar kehidupan kita menjadi hidup yang baru, kita akan melihat bahwa hidup kita

yang lama adalah suatu kebodohan dan dosa yang kita lakukan sangat menjijikan,

dan itu semua tidak ada faedahnya. Kesadaran ini ada ketika kita menjadi orang

percaya yang sungguh kepada Tuhan Yesus dan Roh Kudus yang mengerjakannya

didalam diri kita.

W. Stanley Heath mengatakan bahwa:

Dengan percaya kepada Yesus kristus kita mengakui bahwa diri kita berdosa

dan sia-sia. Dengan demikian kita telah mengakui bahwa hidup di luar Yesus itu

tidak ada artinya, kosong tanpa tujuan yang jelas. Bodohlah seseorang sudah

32
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar (Yogyakarta, 1991), hlm. 312.
32
mempunyai harga diri yang tinggi didalam Yesus kemudian berbalik lagi dalam

hidup seperti orang yang sia-sia.33

Dari kalimat diatas jelas sekali perubahan pikiran yang dialami oleh orang

yang percaya kepada Kristus. Karena banyak orang sudah menganggap diri benar

dan baik disbanding dengan orang lain. Orang lain menjadi standar atau patokan di

dalam hidupnya untuk menilai baik benar seseorang. Dapat dikatakan pula bahwa

orang seperti ini akan menganggap diri benar meskipun salah, telah berbuat dosa.

Dia berkata bahwa dirinya lebih baik dari orang lain karena orang lain melakukan

dosa yang besar sedangkan dia hanya melakukan dosa yang kecil saja. Benar dan

baik perbuatan kita bukanlah atas penilaian orang lain, tetapi Alkitablah yang

menilai. Alkitablah yang menjadi cermin hidup orang percaya.

Karena dosa seharusnyalah kita hukuman. Dan sudah selayaknya demikian.

Maukah kita kembali melakukan hidup yang sia-sia, yang menyebabkan kematian

itu? Karena tidak ada seorangpun yang mau mencelakakan dirinya sendiri. Maka

hidup yang sia-sia harus kita tinggalkan.

Nugroho Hananiel mengatakan bahwa:

Orang percaya harus memutuskan hubungan sama sekali dengan setiap

bentuk kompromi yang tidak saleh dan secara terus menerus menolak

keinginan tubuh untuk berbuat dosa. Kita harus mematikan perbuatan kita

yang berdosa, makin membenciny dan menjauhkan diri daripadanya. 34

Menjadi seperti Yesus adalah tujuan hidup kita. Namun hal itu tidaklah

mungkin. Namun untuk menjadi seperti Yesus mungkin bisa tercapai dengan

melakukan hidup saleh dan membenci dosa. Kata yang menarik disini adalah kata

33
W. Stanley Heath, Tak Mengambang Tak Meleset (Yogyakkarta : Yayasan ANDI, 1998), hlm. 93.
34
Nugroho Hananiel, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 1998), hlm.
215.
33
benci. Hal ini seperti seorang yang membenci orang lain. Ketika membenci orang

lain, jangankan untuk hidup bersama, bertemu, menyapa dan mendengar namanya

saja tidak ingin. Oleh sebab itu sikap membenci dosa harus pula kita miliki dalam

diri kita. Agar sebagai orang percaya hidup kita akan menjadi garam dan terang bagi

orang-orang di sekitar kita. Untuk menjadi garam dan terang harus diwujudkan di

dalam kehidupan orang percaya secara praktis. Menolong orang yang sedang

mengalami kesusahan, memberi bantuan, memberi makan itu adalah contoh praktis

yang dapat kita lakukan. Dengan catatan bahwa kasih itu tulus, kebaikan yang

kitalakukan bukanlah karena supaya dipuji atau menuntut balik. Tetapi kasih kita

berikan itu didasarkan pada kasih Yesus yang telah dinyatakan-Nya dalam kehidupan

orang percaya. Untuk itu kitapun harus mengasihi orang lain disekitar dimanapun

kita berada, terlebih yang seiman dengan kita sebagai rasa syukur kita.

Akan tetapi perbuatan baik kita tidak akan menjamin bahwa kita akan

mendapatkan hal sebaliknya( menuai kebaikan dari apa yang kita perbuat). Terlebih

lagi kita sebagai orang-orang percaya kepada Yesus Kristus seringkali karena

sentiment agama, anak-anak Tuhan yang baik dan benar apa lagi yang tidak benar

mengalami penderitaan karena nama Yesus Kristus.

Dengan demikian kita sebagai orang percaya harus tampil beda dengan

orang dunia karena orang percaya harus mengikuti teladan Kristus. Sebagaimana

Yesus telah menderita didalam ketaatan-Nya, kepada Bapa, maka kita sebagai orang

percaya pun harus menderita seperti Yesus.


34
Jhon Borton mengatakan bahwa:

Penderitaan tidak dipandang sebagai sesuatu yang menghebohkan, justru

sebaliknya sebagai sesuatu yang tepat dan Allah telah menetapkan didalam ciptaan-

Nya: entah untuk menghukum orang berdosa atau mendisiplin dan menyempurnakan

yang benar, agar mereka dapat menjadi utusan Allah didunia.

Jadi didalam pencobaan dan penderitaan yang dialami orang percaya, Tuhan

mempunyai suatu rencana yang indah. Mungkin itu tidak masuk akal,mungkin itu

mustahil atau mengecewakan, tapi Tuhan Allah kita yang Heran dan Ajaib. Dan bagi

orang yang telah ditentukan oleh Allah untuk menderita, maka penderitaan adalah

sebagai suatu tanda bahwa Allah mengasihi.

Jhon Borton menambahkan lagi demikian: “Penderitaan merupakan tanda

dari kesayangan Allah, penderita adalah orang yang dipilih untuk menderita sebagai

korban yang rela, sehingga ia menjalani penderitaan sebagai tugas yang penuh suka

cita.” Untuk itu sebagai orang percaya janganlah berkecil hati apabila didalam

kehidupan, mengalami kesusahan dan penderitaan. Justru penderitaan merupakan

kesayangan Allah bagi umat-Nya. Dan Allah tidak akan memberikan pencobaan

yang melebihi kekuatan kita. Dan walaupun kita menderita, Tuhan akan menopang

kita sehingga tidak sampai jatuh, kalah dalam pencobaan itu. “Penderitaan kita ialah

suatu cara luar biasa yang dengan unik mempersatukan kita dengan Tuhan kita

Yesus” untuk menyatakan maksud Allah, ternyata cara yang Tuhan lakukan di luar

dugaan kita.

B. Karakteristik Orang Percaya

Bagaimana menjadi orang percaya? Menjadi orang percaya, dalam

kekristenan bukanlah sesuatu hal yang mudah. Banyak hal yang perlu diubah dalam

kehidupan manusia ketika ketika ingin menjadi seorang yang percaya. Menjadi
35
percaya berarti siap mengikuti setiap aturan-aturan yang diwajibkan dalam Alkitab

yang adalah pengilhaman dari Allah. Sudah pasti percaya dalam kekristenan berarti

melakukan kebenaran Firman Allah dan segala yang telah dilakukan Allah dalam

karya-Nya dibumi, baik dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Secara khusus

percaya bahwa kejadian pada dua ribu tahun yang lalu adalah fakta sejarah yang

benar-benar terjadi, yaitu kelahiran Yesus Kristus sampai pada kebangkitan dan

kenaikan-Nya ke sorga.

Untuk menjadi percaya orang percaya dalam kekristenan ada beberapa

syarat atau hal yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Lahir Baru

Berbicara tentang lahir baru atau kelahiran kembali, sudah pasti berbicara

tentang orang yang sudah mengalami pertobatan yang telah lahir baru. Dan adanya

pembenaran dari Allah sendiri.

Lahir baru merupakan satu perintah dari Tuhan sendiri, dapat dilihat dari

percakapan Yesus dengan Nikodemus (Yoh. 3), secara khusus Yesus berkata

didalam, Yoh. 3:3,7 untuk dilahirkan kembali.35

Namun dengan demikian soal “kelahiran kembali” merupakan soal percaya,

sebab tanda-tanda sebagai lahir baru tidak dapat membuktikan bahwa sudah menjadi

anak-anak Allah! Kelahiran kembali itu bukanlah suatu proses yang berangsur-

angsur seolah-olah semakin lama makin bertambah baru. Kelahiran baru juga

terwujud karena adanya karya Allah yang luar biasa kepada manusia dalam

mengorbankan anak-Nya sebagai penebus setiap dosa manusia, sehingga ketika

seseorang percaya Yesus yang adalah Anak Allah itu telah mati dan bangkit memberi

kebebasan bagi hidupnya, maka ia terbebas dan mengalami kelahiran baru melalui

35
G. C. Van Niftrik B.J. Boland. Dogmatika Masa Kini (BPK Gunung Mulia, 1984), hlm
36
karya Roh Kudus yang semakin hari semankin berubah menjadi pribadi yang setia

kepada Tuhan.36

Arti dari kata lahir baru sendiri adalah, suatu kejadian atau peristiwa rohani

saat Allah memberikan kehidupan yang baru kepada manusia atau seseorang yang

mau berkomitmen untuk percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat secara

pribadi, yang menjadikan seseorang tersebut memiliki kesatuan dengan Allah.

Lahir baru juga merupakan suatu syarat yang mutlak dan tidak dapat ditawar

yang menjadikan orang yang tidak lahir baruLahir baru juga merupakan suatu syarat

yang mutlak dan tidak dapat ditawar yang menjadikan orang yang tidak lahir baru

tidak dapat masuk kedalam kerajan Allah. Lahir baru tidak dapat dilakukan oleh

manusia bahkan siapapun itu, lahir baru hanya bisa dilakukan oleh Allah, melalui

perantara Roh Kudus bagi setiap orang yang mau kepada setiap kebenaran Firman

Tuhan.37

Jadi Lahir Baru melibatkan pengertian: ciptaan baru, hidup lagi, berpindah

dari maut, pembaharuaan, pemberian kodrat Allah dan tujuan hidup baru. Proses

lahir baru dapat diringkas sebagai berikut: Firman Allah yang membuahkan

pertobatan yang dilakukan dengan air yang membersihkan (Yoh. 3:5), pekerjaan Roh

Kudus (Yoh. 3:5, 6-12), dan iman kepada Yesus Kristus (Yoh. 3:14,16. Ini bukanlah

sekedar emosi, walaupun emosi itu merupakan akibat pengelaman lahir baru.38

b. Menangalkan kedagingan

Alkitab menjelaskan kata “daging” bukan hanya mengenai tubuh manusia

saja, melainkan seluruh tubuh manusia. Daging yang dimaksud adalah manusia yang

utuh sebagaimana diciptakan Allah. Namun kedagingan di sini lebih cenderung

36
Dr. Neil T. Anderson, Siapa Anda Sesungguhnya (Yayasan Baptis Indonesia, 2004), hlm.
37
91htt//www. Researchgate. Net/ publication/342041072 _kelahiran_ baru_di_dalam_Kristus (Kamis
07. 04. 2022)
38
Chris Marantika, Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani (Yogyakarta, 2007), hlm.
37
kepada hal-hal yang berhubungan dengan dosa. Seperti yang dikatakan oleh Rasul

Paulus di dalam Roma. 7:14; aku ini bersifat daging, yang berarti takluk kepada

dosa.39

Kedagingan merupakan prinsip dosa yang ada didalam setiap manusia.

Beberapa orang menyamakannya dengan tabiat dosa. Kedagingan menghasilkan

perbuatan (Galatia. 5:19), yang diwanai oleh hawa nafsu dan keinginan (Galatia.

5:24; 1 Yoh. 2:16) dan hal itu dapat memperhamba orang percaya (Roma. 7:26).

Tidak ada yang baik di dalamnya (ayat 18), tetapi kehadiran hidup baru di dalam

Kristus menjadikan segala hal yang berhubungan dengan kedagingan using dan tidak

berguna. Hal tersebut maupun hal-hal yang amoral, dan kadang-kadang merupakan

pekara-pekara yang tampaknya baik namun tidak menyenangkan Tuhan, karena

semuanya itu merupakan perbuatan daging.

Kedagingan hanya dapat dikendalikan dengan cara memandang diri kita

telah tersalib dengan Kristus. Cara menjadi orang percaya harus menyalibkan segala

sifat kedagingan, yaitu dipisahkan dari kuasanya dengan terhisapnya kita ke dalam

kematian Kristus bagi dosa-dosa (Galatia 5:24). Sebagai penanggalan kedagingan

untuk menjadi orang percaya yang sebenarnya maka dapat mengalami hidup

berkemenangan hanya dengan cara hidup dalam ketergantungan kepada Roh Kudus

yang memberi kuasa (ayat 16) bukan dengan cara membasmi kedagingan.40

c. Taat Melakukan Kebenaran Firman Allah

berbicara mengenai ketaatan memang terkesan menuju kepada hal yang sulit

untuk dilakukan bagi sebagian orang. Sebagian orang percaya berkomitmen untuk

taat hanya pada peraturan-peraturan tertentu yang sepertinya tidak sulit, tapi

39
G. C. Van Niftrikl B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini (BPK Gunung Mulia, 1984), hlm.
40
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar (Yogyakarta, 1991), hlm.313.
38
seandainya mendapat perintah untuk mengasihi musuh sepertinya sulit untuk

dilakukan.

Henry C. Thiessen mengatakan bahwa:

Berlandaskan apa yang telah dilakukan orang percaya ketika bertobat ia

anjurkan untuk melakukannya terus dalam pengelaman hidupnya setelah itu.

Karena ia telah menanggalkan dan mengenakan kini ia harus menanggalkan

dan mengenakan lagi.

Apabila orang percaya telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah

maka pengampunan sudah pasti. Roh Kudus akan mematikan perbuatan

daging, untuk mengerjakan didalam diri orang-orang percaya tersebut kepada

ketaatan akan Firman Allah.41

Dari pernyataan diatas memberikan pemahaman kepada kita bahwa taat

kepada Firman Allah itu tidak lah mudah. Sebagai orang percaya harus terus

meminta pertolongan dari Roh Kudus untuk selalu menegur dan mengingatkan

dengan kebenaran Firman Allah.42

Ketaatan adalah suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap

orang percaya, untuk dapat menjadi teladan bagi banyak orang. Banyak pakar teologi

berpendapat bahwa hidup itu adalah pilihan. Tetapi ketika orang percaya berdoa atau

bersekutu, itu bukanlah pilihan, melainkan tanggung jawab orang percaya kepada

Allah dan tanggung jawab itu adalah wujud ketaatan orang percaya kepada Allah.

Ketaatan orang percaya kepada Allah dan juga mengindikasikan kasih orang percaya

tersebut kepada Allah. Ketika dirinya mengatakan bahwa dirinya mengasihi Allah itu

berarti kasihnya bukanlah kasih yang sesungguhnya kepada Allah.

41
Hendry C. Theissen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas,1997), hlm.446.
42
Merrill C, Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 1997), hlm. 428.
39
Oleh karena itu sebagai orang percaya ataupun untuk menjadi orang percaya,

kebenaran Firman Tuhan merupakan hal terpenting untuk harus dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari. Menjadi orang percaya bukanlah hal yang mudah, seperti

melakukan kegiatan layaknya seperti orang Kristen pada umumnya, yaitu berdoa,

beribadah, melakukan kegiatan didalam gereja atau suatu jemaat saja, tetapi

bagaimana menjadikan Firman Tuhan itu sebagai suatu pedoman dalam kehidupan

yang sedang dijalani.

Artinya setiap Firman Allah yang didengar, bukan hanya dipelajari tetapi

harus dilakukan dalam setiap aspek kehidupan orang percaya. Menjadi mudah bagi

seorang hamba Tuhan ketika menyampaikan Firman Tuhan kepada jemaat tetapi

ketika harus melakukannya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dengan

melakukan Firman Allah, seseorang juga dapat dikatakan menjadi orang dewasa

didalam kerohaniannya karena Firman Allah suatu perintah yang baik dan suatu

pedoman dalam kehidupan orang percaya.

Anak-anak sekolah minggu biasanya diajarkan untuk menghafal setiap ayat-ayat

penting dan khususnya yang ada didalam Alkitab. Tetapi suatu kesulitan bagi para

pemuda dan terkhusus bagi para jemaat yang sudah mulai tua dikarenakan sudah

memiliki banyak alasan untuk tidak menghafal ayat-ayat dari dalam Alkitab. Ada

banyak pertimbangan yang diberikan selain faktor umur, ada yang mengatakan untuk

lebih cenderung memikirkan hal yang lain yang lebih penting dari pada menghafal

ayat Alkitab. Prinsip seperti ini adalah hal yang kurang benar. Mempelajari,

menghafal ayat-ayat itu merupakan suatu hal yang penting untuk terus dilakukan

supaya firman Tuhan ada di dalam hati orang percaya.

Apa bila kita telah menghafal bagian-bagian dalam Alkitab, Roh Allah akan

mengingatkan kita kepada firman itu, ketika timbul kebutuhan. Di dalam cara
40
demikian, maka firman itu menjadi pedang untuk diri kita. Oleh karena itu janganlah

meremehkan menghafal ayat-ayat Alkitab.s43

Berdasarakan kutipan diatas maka dapat diambil makna bahwa firman Tuhan

itu begitu penting dalam hidup orang percaya. Demikian juga dengan menghafal

ayat-ayat, karena ada banyak orang percaya yang telah meremehkan hal ini. Padahal

ketika seseorang semakin banyak menghafal ayat-ayat Alkitab, maka dengan

sendirinya firman Tuhan itu akan mengingatkan orang percaya akan setiap perintah

dan pedoman yang Allah sampaikan. Seperti yang telah pemazmur katakana bahwa

dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu (Firman-Mu) supaya aku jangan berdosa

terhadap engkau”.44

Artinya menjadikan Yesus sebagai yang utama, memperaktek gaya hidup

sebagaimana Yesus telah menunjukan melalui pengajaran-Nya di dalam Firman-Nya.

Sebagai pengajaran utama di dalam Alkitab bagi setiap orang percaya yaitu,

memberitakan kepada semua orang bahwa Ia adalah Tuhan dan Juruselamat yang

telah bangkit dan memberikan janji yang pasti, yaitu menyediakan tempat bagi setiap

orang yang percaya kepada-Nya dan mau melakukan segenap printah-Nya, dalam hal

ini perintah-Nya ialah Amanat Agung.

d. Tidak Menuruti Hawa Nafsu

Bagi kebanyakan orang, hawa nafsu diidentik dengan perzinahan, tetapi

haawa nafsu tidak hanya berkisar pada hal itu saja. Contoh, makan adalah suatu

kebutuhan bagi manusia yang mutlak dan harus dipenuhi tetapi seandainya makan

dilihat bukan dengan alasan memenuhi kebutuhan tetapi alasan karena terlalu nafsu

untuk makan (rakus), itu juga dosa. Demikian juga halnya dengan seks, bagi orang

yang sudah menikah seks merupakan suatu kebutuhan tetapi seandainya itu

43
Teodore H. Epp. Bagaimana Caranya Melawan Setan (Jakarta: Mimery Press,t. Th),
44
Alkitab Terjemahan Baru (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2015), Mazmur 119:11. Hlm.638
41
dilakukan buka atas latar belakang atas kebutuhan kepada pasangan, itu juga dosa.

Tidak menurut hawa nafsu ini mungkin tidak terlalu sulit bagi para pasangan yang

sudah menikah, tetapi bagi yang belum menikah, mengendalikan hawa nafsu

merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Tetapi ketika seorang yang

hidupnya diserahkan dan tunduk pada pemimpin Roh Kudus maka orang itu dapat

mengendalikan hawa nafsunya.

Dan Firman Allah mengatakan walaupun mungkin kita tidak melakukannya,

tetapi kita berpikir saja itu sudah dikatakan berdosa. Apa lagi seorang yang ingin

hidupnya menjadi berbeda dengan yang lain. Sebab orang yang hidup kudus harus

benar-benar dapat mengendalikan nafsunya maka ia akan sama seperti orang lain

yang tidak mengkhususkan dirinya.

John F. mengatakan bahwa:

Persiapkan dirimu untuk bertindak, menguasai diri, serta harapan-harapanmu. Jangan

mengikuti hawa nafsu, keinginan yang buruk, jadilah kudus. Sebenarnya didalam

bahasa Yunani yang pertama, kedua, ketiga, dan keempat adalah kata kerja yang

mana ada dua anak kalimat perintah “letakanlah pengharapanmu dan menjadi

kudus.45

Dari pernyataan diatas mengandung arti dikatakan bahwa mengendalikan hawa nafsu

menjadi salah satu hal yang penting yang harus dapat dilakukan oleh orang yang

telah mengkhususkan dirinya. Rupanya mengendalikan hawa nafsu ini juga sama

sekali harus memiliki pikiran atau keinginan yang benar. Seperti yang telah

dikatakan dimuka berpikir saja itupun sudah dosa. Setiap manusia yang hidup

didalam daging dan masuh wajar apabila melakukan kesalahan tetapi untuk

45
John F, The Knowledge Comentary (England: Viktory Book, 1993), hlm. 843.
42
mengendalikan hawa nafsu ini merupakan suatu yang harus dilakukan oleh orang

kudus atau orang yang telah percaya.

e. Tidak Bernoda dan Bercela

Menjadi seseorang yang berbeda tentunya menjadi sorotan bagi banyak

orang. Setiap perilaku yang baik akan menjadi sorotan terlebih juga untuk setiap

perilaku yang tidak baik pasti akan menjadi sorotan dan pembicaraan banyak orang.

Adapun yang menjadi tugas dan tanggung jawab seseorang didunia ini pasti memiliki

suatu resiko dan resiko dalam setiap profesi seseorang pasti berbeda.

Orang percaya yang hidup kudus harus juga tidak bernoda dan tidak bercela,

dalam arti tidak melakukan kesalahan. Hal ini memang terkesan adalah suatu hal

yang mustahil karena manusia masih hidup dalam daging jadi masih bisa melakukan

kesalahan tetapi paling tidak seseorang tersebut dapat menjaga setiap perilakunya

untuk menjalani hidupnya dengan baik. “Para pemimpin rohani hendaknya hidup tak

bercacat cela.”46 Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa tidak bercela dan tidak

bernoda juga menjadi karateristik orang percaya di dalam Tuhan.

Tak bernoda dan tak bercela ibarat sebuah kertas yang putih bersih tetapi hal ini

susah untuk dilakukan ketika seseorang itu tidak mau menundukan diri pada

pimpinan Roh Kudus. Semua orang di dunia ini pasti pernah melakukan kesalahan.

Tetapi yang unik bahwa apakah orang tersebut bersedia untuk mengakui

kesalahannya dan memohon pengampunan dari Allah. Karena hidup tidak bernoda

dan tidak bercela adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Jadi solusi

ketika seseorang melakukan kesalahan harus dengan segera memohon pengampunan

dari Tuhan.

46
David Hocking. Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin. (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1999),
hlm. 23.
43
Orang percaya yang telah mengkhususkan dirinya rupanya memiliki suatu cara yang

memang tidak mudah untuk dilakukantetapi semuanya itu merupakan wujud nyata

bagaimana seseorang dapat dikatakan masuk dalam koridor orang percaya atau

bukan.

C. Tanggung Jawab Orang Percaya

Dalam kehidupan manusia ini, sudah tentu semua orang tahu tentang apa itu

tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan suatu hal yang tidak terlepas dari

kehdiupan manusia. Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah

laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Atau sikap

menerima tugas dengan segala konsekuensinya, kemudian, kemudian melakukannya

dengan setia. Berbicara tentang tanggung jawab, disana juga ada ketetapan-

ketetapan Allah atas hubungan-Nya dengan manusia, secara khusus dengan orang

percaya. sebagai orang percaya yang sudah dibebaskan atau dimerdekakan, orang

percaya harus menyadari ketetapan-ketetapan Allah barulah ia dapat menyadari akan

tanggung jawab yang harus dilakukannya bagi Allah.

Tanpa pertobatan manusia tidak dapat dikatakan sebagai orang percaya, dan tidak

tahu tentang tanggung jawabnya. Namun dibagian ini yang dimaksud dengan

tanggung jawab orang percaya adalah tanggung jawab yang berhubungan dengan

kerohanian, yang semuanya diperuntukan kepada Allah. Dengan mengambil bagian

yang menjadi perintah di dalam Alkitab, untuk dipertanggungjawabkan kepada

Allah, diri sendiri, tubuh Kristus, dan kepada dunia.

Berikut ini ada beberapa tanggung jawab yang harus dilakukan oleh orang percaya.

1. Kepada Tuhan
44
Tanggung jawab kepada Tuhan dapat dilihat dalam Roma 12:1-2, yaitu

mempersembahkan, memberikan sesuatu yang dimiliki secara pribadi kepada Tuhan

dan itu berarti harus sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan dalam hidup setiap

orang percaya. memberikan kepada Tuhan apa yang seharusnya diberikan pada-

Nya.47

Ketaatan kepada juga menunjukan rasa tanggung jawab sebagai orang percaya. Taat

kepada Tuhan adalah salah satu hal yang penting, yaitu memberikan kehendak penuh

kepada-Nya untuk bertindak sesuai dengan yang Ia inginkan dalam kehidupan dan

bukan kehendak kita (Lukas 22:42) selain itu tanggung jawab kepada Tuhan juga

dalam bentuk penyerahan diri. Membiarkan Tuhan membentuk sesuai apa yang Ia

mau. Itu adalah suatu penghormatan kepada Tuhan. Sebagai orang percaya mestinya

mengerti tentang apa yang menjadi bagian untuk menyenangkan hati Tuhan. Maka

dengan demikian tanggung jawab orang percaya kepada Tuhan haruslah yang terbaik

dari yang dimiliki manusia kepada Tuhan.

2. Terhadap Diri Sendiri

Sebagai orang percaya atau lebih khusus disebut dengan orang Kristen, sudah

menjadi kewajiban untuk setiap orang memiliki tanggung jawab secara pribadi.

Mengapa demikian? Karena sebagai orang percaya untuk mendapat keselamatan itu

pastilah ada tanggung jawab yang harus dilakukan, terutama kepada Allah.

Dalam karya Allah yang luar biasa untuk membuat manusia atau setiap orang

percaya menjadi merdeka melalui pengorbanan anak-Nya, yaitu Yesus Kristus dalam

penebusan-Nya yang ajaib dan kebangkitan-Nya yang memberikan harapan bahwa

orang percaya yang tidak hanya percaya saja, malainkan ada tindakan yang harus

47
101Htt://supriadisiburian. Blogspot. Com/tanggung-jawab-orang-percaya-kristen. Htlm?=1. Di
uplod 2016/04. Diakses 08/04/2022
45
dilakukan berdasarkan perintah-perintah Allah di dalam Alkitab sebagai pedoman

setiap orang Kristen48

(1 Korintus 6:19-20) atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait

Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari

Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli

dan harganya telah lunas dibayar: karena itu muliakanlah Allah dengan

dengan tubuhmu.49

Dengan demikian maka tanggung jawab orang percaya berdasarkan 1 Korintus. 6:19-

20 menyatakan bahwa setiap orang percaya harus menyadari bahwa sebagai

tanggung jawab pada diri sendiri, tubuh yang dimiliki bukanlah untuk melakukan

kehendak sendiri, melaikan apa yang dikehendaki Allah, yaitu memuliakan Allah

dengan tubuh pada dasarnya Allah menghendaki setiap manusia yang diciptakan

untuk memuliakan-Nya, tetapi oleh karena manusia yang sudah merasa bahwa

memiiki kehendak bebas yang membuat manusia tertipu oleh sih jahat (iblis)

sehingga manusia jauh dari pada Allah, terutama melupakan apa yang menjadi

tanggung jawab bagi diri sendiri

Oleh sebab itu ketika manusia telah ditebus dan berbalik menjadi orang yang percaya

kepada Allah, maka harus dipahami dengan baik. Yaitu bagaimana menjadi pribadi

yang bertanggung jawab atas diri sendiri yaitu menjaga kekudusan hidup sebagaiman

telah dikatakan Alkitab bahwa tubuh adalah tempat berdiamnya Roh Kudus ( 1

Korintus. 6:19).

Maka sebagai orang percaya harus menggunakan tubuh untuk memuliakan Allah.

Memuliakan Allah dengan tubuh, bukan sekedar pilihan bukan sekedar pilihan

malainkan perintah, sehingga suatu keharusan50 Menjaga tubuhnya

48
Khotbah Jangkep, Hidup Bersama Sebagai Anggota-anggota Keluarga Allah (Sinode GKJ 2018),
HLM. 37.
49
Alkitab Terjemahan Baru. (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 20014), 1 Korintus 6:19-20
46

50
Pdt. Natan Sunarno, M. Th, Pedoman Bagi Pembinaan Warga Gereja (STT Berita Hdup, 2018),
hlm. 26.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teks.

47
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Teks.

A. Kesimpulan

Teks.

B. Saran

Teks.

48
DAFTAR PUSTAKA

49

Anda mungkin juga menyukai