KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kepada yang pencipta bumi, langit serta
semesta ini yaitu Baginda Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisan dapat menyelesaikan buku ini. Tak lupa juga selalu mengucapkan
sholawat serta semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW, karena berkat beliau, kita mampu keluar dari kegelapan menuju jalan yang
lebih terang. Saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak
yang mendukung proses penulisan ini.
Adapun buku saya ini berjudul “FILSAFAT ILMU” yang telah selesai saya
buat secara semaksimal dan sebaik mungkin. Penulis berharap para pembaca dapat
menambah wawasan, informasi dan pengetahuan yang berhubungan tentang filsafat
ilmu.
Penulis menyadari dalam penulisan ini terdapat banyaknya kekeliruan yang
tentunya jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mohon agar pembaca dapat
memberi kritik dan juga saran terhadap karya buku ini supaya penulis dapat terus
meningkatkan kualitas buku.
Demikian buku ajar ini buat, dengan harapan para pembaca dapat memahami
informasi dan juga mendapatkan wawasan mengenai pengetahuan dan informasi
terhadap filsafat ilmu serta dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam arti luas.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................. 13
iii
E. Sumber Pengetahuan Dan Ilmu ............................................................. 57
BAB IV ................................................................................................................. 63
BAB V................................................................................................................... 74
BAB VI ................................................................................................................. 90
iv
D. Tanggung Jawab Moral Keilmuan ............................................................ 95
v
BAB I
HAKIKAT MANUSIA, AGAMA
SEBAGAI AGENSI PENGENDALI
1
A. Pengertian Hakikat Manusia, Agama Sebagai Agensi Pengendali
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah SWT yang paling
sempurna dengan dibekali akal dan pikiran serta derajat paling tinggi
dibandingkan makhluk lainnya. Selain itu, manusia merupakan makhluk sosial
yang di mana ia memerlukan sesamanya untuk saling berinteraksi dan saling
membantu. Adapun yang mengartikan manusia dengan berbagai macam
penjelasan, seperti:
2
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk
ciptaan Allah SWT yang diberikan dengan berakal budi dan mereka makhluk
yang saling membutuhkan. Manusia memiliki ciri khas yang berbeda dari
hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari
kumpulan/ persatuan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak
kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Manusia menjadi sosok
sentral di alam dunia, karena manusia mengurus dirinya sendiri dan alam.
Manusia membuat peraturan sendiri untuk mengatur dirinya sendiri, manusia
juga membuat peraturan sendiri untuk mengatur alam. Bahkan manusia pun
tunduk pada peraturan yang dibuatnya sendiri. Kerusakan dan kelestarian alam
tergantung pada manusia sebagai sosok sentralnya. Jadi, sudah sewajarnya jika
manusia harus mengenali hakikat manusia yang sebenarnya.
SOCRATER PLATO
3
1. Socrates (470-399 SM) mengungkapkan hakikat manusia ialah ingin tahu
dan untuk itu harus ada orang yang membantunya. Kewajiban setiap orang
untuk mengetahui dirinya sendiri lebih dahulu jika ingin mengetahui hal-
hal di luar dirinya.
2. Menurut Plato (meninggal tahu 347 SM) bahwa hakikat manusia terdiri
dari tiga unsur, yaitu roh, nafsu, dan rasio.
3. Ahli biologi cenderung melihat hakikat manusia secara ragawi. Aktivitas
jiwa merupakan fungsi aktivitas otak. Democritus menganggap manusia
itu adalah atom.
4. Para ahli psikologi lebih melihat hakikat manusia sebagai aktivitas rohani,
jasmani merupakan alat dari rohani.
5. Pandangan dari visi Islam sebagaimana tercermin dalam pandangan Al-
Jammaly, menyatakan bahwa manusia dan jagat pada hakikatnya
merupakan satu kesatuan. Hakikat manusia merupakan paduan yang
menyeluruh antara akal, emosi, dan perbuatan. Manusia bukan penjelmaan
Tuhan tetapi merupakan utusan Tuhan di muka bumi.
Manusia terdiri dari dua unsur yaitu pisik dan psikis. Kedua unsur tersebut
mempunyai potensi masing-masing yang saling melengkapi untuk menguatkan
hakikat manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi. Manusia disebut
juga sebagai Homo religiosus yaitu makhluk yang beragama. Manusia adalah
makhluk yang serba unik (Muthahhari dalam Jalaluddin 2011:77-78). Manusia
adalah makhluk ini, banyak predikat yang melekat padanya, banyak pandangan
dan pendapat tentangnya, antara lain makhluk sosial, makhluk ekonomis, dan
makhluk beragama. Kebutuhan rohani dapat terpenuhi dengan agama yang
dianutnya. Pemikiran filsafat pendidikan harus merujuk kembali pada hakikat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berawal dari pertanyaan yang
dikemukakan oleh Jacques Martin: ”Siapa kita, di mana kita, dan ke mana kita
akan pergi?” (Connor dalam Jalaluddin 2011:79).
4
Maka dari itu, agama bagi setiap makhluk hidup yang diciptakan-Nya
berperan sangat penting bagi kehidupan di muka bumi maupun akhirat. Kata"
agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti" tradisi" ataupun" A"
berarti tidak;" GAMA" berarti kacau. Sehingga agama berarti tidak kacau. Bisa
pula dimaksud sesuatu peraturan yang bertujuan buat menggapai kehidupan
manusia ke arah serta tujuan tertentu. Sebagian besar manusia di dunia menganut
agama alias keyakinan, walaupun terdapat pula yang tidak sangat religius.
2. Pandangan Humanistik
Orang-orang humanis menyatakan bahwa manusia mempunyai
dorongan di dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya dalam mencapai
tujuan yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat
menentukan nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia terus berubah dan
5
berkembang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan sempurna. Mereka
juga berpendapat manusia dalam hidupnya digerakkan oleh rasa tanggung
jawab sosial dan keinginan mendapatkan sesuatu. Dalam hal ini manusia
dianggap sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial.
4. Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya pandangan ini menganggap manusia sebagai makhluk
yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor
lingkungannya. Lingkungan merupakan faktor yang dominan dalam
mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum
belajar seperti adanya teori conditioning atau teori pembiasaan dan
keteladanan. Mereka meyakini bahwa baik dan buruknya sesuatu adalah
pengaruh dari lingkungan.
5. Pandangan Mekanistik
Pandangan ini semua benda yang ada di dunia termasuk makhluk
hidup dipandang sebagai mesin dan semua proses yang ada di muka bumi
termasuk proses psikologi yang di mana pada akhirnya dapat direduksi
menjadi proses fisik dan kimiawi. Lock dan Hume berasumsi dalam
memandang manusia sebagai robot pasif yang digerakkan oleh daya dari
luar dirinya.
6
6. Padangan Organismik
Pandangan ini menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan yang
lebih daripada penjumlahan dari bagian-bagian. Pandangan ini
menganggap dunia sebagai sistem yang hidup seperti halnya tumbuhan
dan binatang. Yang di mana menyatakan bahwa pada hakikatnya manusia
bersifat aktif ketuhanan yang terorganisasi dan selalu berubah. Manusia
menjadi sesuatu karena hasil dari apa yang ia lakukan dari hasil yang ia
pelajari.
7. Pandangan Konstektual
Dalam pandangan ini manusia dapat dipahami secara konteksnya.
Manusia tidak hidup secara independen melainkan mereka bagian dari
lingkungan. Untuk bisa memahami manusia maka pandangan ini
mengharuskan mengenal perkembangan manusia secara utuh seperti
memperhatikan gejala-gejala fisik, psikis dan juga lingkungannya serta
peristiwa-peristiwa budaya dan historis.
7
menyimpang meskipun kemampuan mengontrol perilaku pada tiap-tiap
individu berbeda.
8
Aspek-aspek di atas, jika dimiliki oleh setiap individu maka akan
mempunyai kemampuan untuk pengendalian diri sebaik mungkin dan akan
terhindar dari masalah yang tidak diinginkan.
2. Kemampuan Bereksistensi
Melalui kemampuan ini manusia menyadari bahwa dirinya memang
ada dan eksistensi dengan sebenarnya. Manusia memiliki kebebasan dalam
keberadaannya berbeda dengan hewan dan tumbuhan. Sementara itu
manusia mampu menjadi manajer bagi lingkungannya kemampuan ini
perlu dibina melalui pendidikan. Manusia perlu mempelajari sesuatu hal
dari pengalaman hidupnya supaya mampu mengatasi permasalahan hidup
dan siap untuk menyambut masa depannya.
9
Kata hati akan melahirkan kemampuan untuk membedakan antara
kebaikan dengan keburukan. Orang yang memiliki hati nurani yang tajam
akan mendapatkan kecerdasan akal budi sehingga mampu membuat
keputusan yang benar maupun yang salah. Hal ini sangat penting sebagai
petunjuk bagi moral dan perbuatan yang akan ia lakukan.
10
sementara kewajiban dianggap sebagai beban. Kesediaan melaksanakan
kewajiban dan menyadari hak ini harus dilalui proses pendidikan disiplin.
11
kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai
makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan
indah.
12
BAB II
HAKIKAT FILSAFAT, DIMENSI
FILSAFAT, CABANG-CABANG
ALIRAN FILSAFAT DIMENSI
FILSAFAT
13
A. Pengertian Hakikat Filsafat
Hakikat adalah berhubungan dengan makna atau arti, bukan fakta yang
terjadi. Asal usul kata hakikat adalah dari bahasa Arab “Al-Haqq” yang artinya
hak. Secara harfiah, haqiqah berarti inti sesuatu, puncak atau sumber (asal) dari
sesuatu. Di dunia sufi, hakikat merupakan aspek lain dari syariat yang bersifat
eksoterik, yaitu aspek esoterik (batiniah). Secara terminologi, hakikat dapat
diartikan sebagai rahasia yang paling dalam dari segala amal, inti dari syariat
dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi. Hakikat yang disebut
sebagai kebenaran adalah makna terdalam dari praktik dan petunjuk yang ada
pada syariat dan tarikat. Dapat disimpulkan bahwa Hakikat adalah kalimat atau
ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan makna yang sebenarnya atau
makna yang paling dasar dari sesuatu seperti benda, kondisi atau pemikiran,
Akan tetapi ada beberapa yang menjadi ungkapan yang sudah sering digunakan
dalam kondisi tertentu, sehingga menjadi semacam konvensi, hakikat seperti
disebut sebagai hakikat secara adat kebiasaan.
14
3. Menurut Immanuel Kant, filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan
tentang Tuhan alam dan segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup
masalah epistemologi (teori pengetahuan) yang menjawab persoalan apa
yang dapat diketahui.
4. Rene Descartes, menjelaskan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
B. Metode Filsafat
Metode filsafat ini bersumber dari buku pengantar filsafat ilmu. Metode
yang digunakan sebagai alat pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan
corak pandangan filsuf masing-masing titik berikut metode filsafat yang
dijelaskan dari beberapa filsuf:
15
1. Metode Kritis (Socrates dan Plato)
16
kesimpulan yang dimulai dari prinsip-prinsip umum. Kemudian di
implementasikan ke hal-hal atau prinsip-prinsip khusus.
17
Metode ini tentunya berlandaskan dinamika kesadaran diri. Metode
transendental merupakan salah satu pendekatan teologi kontekstual yang
menyatakan bahwa realitas bukan sesuatu yang "ada di luar" melainkan
hakikat sejatinya yang tidak tampak secara imanen.
18
8. Metode Dialektis (Hegel Dan Mark)
C. Ciri-ciri Filsafat
Dalam kegiatan ini terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat
pemikiran filsafat yakni sebagai berikut:
1. Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek
tertentu saja.
19
2. Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental dan essensial.
3. Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan logis
meskipun spekulatif.
4. Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu, menjelaskan
mengapa sesuatu berbuat begitu.
5. Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat), dan
tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan
yang dilakukan masyarakat.
6. Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh
sesuatu, termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita memikirkan
dunia dan kehidupan manusia.
7. Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguh-
sungguh untuk menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapi
manusia. Penilaian itu bisa bersifat pemastian kebenaran, kelayakan dan
kebaikan.
8. Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan,
penjelajahan dan pengandaian dan tidak membatasi hanya pada rekaman
indra dan pengamatan lahiriah.
9. Implikatif, pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung
implikasi (akibat logis), dan dari implikasi tersebut diharapkan mampu
melahirkan pemikiran baru, sehingga akan terjadi proses pemikiran yang
dinamis. Pola pemikiran implikatif ini justru akan dapat menyuburkan
intelektual.
D. Dimensi Filsafat
1. Dimensi Ontologi
Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan
hakikat sesuatu yang ada. Istilah ontology berasal dari bahasa Yunani,
yaitu taonto artinya ‘yang berada’ dan logos berarti ilmu pengetahuan atau
pengajaran. Dengan demikian, ontologi berarti ilmu pengetahuan atau
20
ajaran tentang yang berada. Ontologi merupakan salah satu di antara
lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula awal
pemikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan dibidang
ontologi.
Pembahasan tentang ontomologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk
menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan the fisrt philosophy
dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontology yaitu
‘on’=being dan ‘logos’=logic. Jadi ontologi adalah the theory of being qua
being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Ontologi
menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara
yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori yang logis. Hal yang
berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada
dalam kerangka tradisional ontology dianggap sebagai teori mengenai
prinsip-prinsip umum dari hal yang ada. Sedangkan, dalam hal
pemakaiannya akhir-akhir ini ontology dipandang sebagai teori mengenai
apa yang ada. Dalam pemahaman ontologi dapat ditemukan pandangan-
pandangan pokok atau aliran-aliran pemikiran antara lain:
a. Monoisme
Paham monoisme berpendapat bahwa hakikat yang asal dari
seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua.
Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal
berupa materi maupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat
masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Paham monoisme
kemudian terbagi dalam 2 aliran, yaitu:
1) Aliran Materialisme
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber
yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini
dipelopori oleh Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Dia
berpendapat bahwa sumber asal adalah air karena pentingnya
bagi kehidupan. Aliran ini sering juga disebut naturalisme.
Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-
21
satunya fakta. Yang ada hanyalah materi/alam, sedangkan jiwa
/ruh tidak berdiri sendiri. Tokoh aliran ini adalah Anaximander
(585-525 SM).
2) Aliran Idealisme
Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang
hadir dalam jiwa. Idelisme sebagai lawan materialisme,
dinamakan juga spiritualisme. Idealisme berarti serba cita,
spiritualisme berarti serba ruh. Aliran idealisme beranggapan
bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu
yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Tokoh aliran ini
di antaranya:
a) Plato (428 -348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya,
tiap-tiap yang ada dialam mesti ada idenya, yaitu konsep
universal 10 dari setiap sesuatu.
b) Aristoteles (384-322 SM), memberikan sifat kerohanian
dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide itu
sebagai sesuatu tenaga yang berada dalam benda-benda
22
itu sendiri dan menjalankan pengaruhnya dari dalam
benda itu.
c) Filsafat modern padangan ini mula-mula kelihatan pada
George Barkeley (1685-1753 M) yang menyatakan
objek-objek fisis adalah ide- ide.
d) Immanuel Kant (1724-1804 M), Fichte (1762-1814 M),
Hegel (1770- 1831 M), dan Schelling (1775-1854 M).
b. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam
hakikat sebagai asal sumbernya yaitu hakikat materi dan hakikat
rohani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Tokoh paham ini adalah
Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat
modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia
kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan). Tokoh yang lain:
1) Benedictus De spinoza (1632-1677 M)
2) Gitifried Wilhelm Von Leibniz (1646-1716 M).
c. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk
merupakan kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa
kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur. Tokoh aliran ini pada
masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles yang
menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari
4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini
adalah William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai seorang
psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of
Truth, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak,
yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas
dari akal yang mengenal. Apa yang kita anggap benar sebelumnya
dapat dikoreksi/diubah oleh pengalaman berikutnya.
23
d. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau
tidak ada. Doktrin tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman
Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias (483-360 SM) yang
memberikan 3 proposisi tentang realitas yaitu:
1) Tidak ada sesuatu yang eksis
2) Bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui
3) Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui ia tidak akan dapat kita
beritahukan kepada orang lain.
e. Agnotisisme
Aliran agnotisime menganut paham bahwa manusia tidak
mungkin mengetahui hakikat sesuatu dibalik kenyataannya.
Manusia tidak mungkin mengetahui hakikat batu, air, api, dan
sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manusia sangat
terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat sesuatu yang ada, baik
oleh indranya maupun oleh pikirannya. Paham agnotisisme
mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda, baik hakikat materi maupun rohani.
2. Dimensi Epistemologi
Epistemologi sering juga dengan teori pengetahuan (theory of
knowledge). Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata
Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu
atau teori. Jadi, epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat
yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan syahnya
24
(validitas) pengetahuan. Menurut Conny Semiawan dkk., (2005:157)
epistemologi adalah cabang filsafat yang menjelaskan tentang masalah-
masalah filosofis sekitar teori pengetahuan. Epistemologi memfokuskan
pada makna pengetahuan yang dihubungkan dengan konsep, sumber dan
kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan sebagainya.
25
Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal. Objek
material adalah sarwa-yang-ada, yang secara garis besar meliputi
hakikat Tuhan, hakikat alam dan hakikat manusia. Sedangkan objek
formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-
dalamnya, sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-
yang-ada).
c. Landasan Epistemologi
ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah
(scientific knowledge). Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain. Di
samping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa, juga bisa
disebut pengetahuan hari, atau pengalaman sehari-hari. Pada bagian
lain, ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, juga sering disebut
ilmu dan sains. Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan
istilah, sedangkan substansisnya relatif sama, kendatipun ada juga
yang menajamkan perbedaan, misalnya antar sains dengan ilmu
melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut, sumber-
sumbernya, batas-batasannya, dan sebagainya.
26
karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur
kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena pengetahuan
logis, tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu
pengetahuan termasuk wilayah filsafat. Dengan demikian metode
ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan
fakta secara integratif.
d. Hakikat Epistemologi
Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan,
membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan
sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya. Epistemologi
lebih berkaitan dengan filsafat, walaupun objeknya tidak merupakan
ilmu yang empirik, justru karena epistemologi menjadi ilmu dan
filsafat sebagai objek penyelidikannya. Di dalam epistemologi
melakukan dengan upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan
dan mengembangkan. Aktivitas – aktivitas ini ditempuh melalui
perenungan – perenungan secara filosofis dan analitis.
e. Pengaruh Epistemologi
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban
manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori
pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi
manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial.
Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan
koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu kesatuan yang
merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari
keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah
yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan
teknologi yang maju di suatu negara, karena didukung oleh
penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi.
27
Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis
dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi
sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi
sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata
teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan
epistemologi. Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk
selalu berpikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu
yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil
pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan
perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan
sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk
mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.
28
b. Metode Deduktif
Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-
data empiris diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang
runtut. Hal-hal yang haris ada alam metode deduksi ialah adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
c. Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857).
Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui yang factual,
yang positif. Ia mengesampingkan segala uraian di luar yang ada
sebagai fakta.
d. Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indra dan akal
manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang
dihasilkan pun berbeda-beda, harusnya dikembangkan satu
kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
e. Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya
jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh
Socrates. Namun Plato mengartikannya diskusi logika. Kini
dialektika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan
metode-metode penuturan, juga analisis sistematis tentang ide-ide
untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
29
a. Dasar Pembenaran
Dasar pembenaran menuntut pengaturan kerja ilmiah yang
diarahkan pada perolehan derajat kepastian sebesar mungkin.
Pernyataan harus dirasakan atas pemahaman apriori yang juga
didasarkan atas hasil kajian empiris.
b. Sistematik
Sistematik dan sistematis masing-masing menunjukkan pada
susunan pengetahuan yang didasarkan pada penyelidikan (research)
ilmiah yang keterhubungannya merupakan suatu kebulatan melalui
komparasi dan generalisasi secara teratur.
c. Inter subjektif
Sifat inter subjektif ilmu atau pengetahuan tidak dirasakan atas
intuisi dan sifat subjektif seseorang, namun harus ada kesepakatan
dan pengakuan akan kadar kebenaran dari ilmu itu di dalam setiap
bagian dan di dalam hubungan menyeluruh ilmu tersebut, sehingga
tercapai inter subjektivitas.
3. Dimensi Aksiologis
Menurut Kamus Filsafat, Aksiologi Berasal dari bahasa Yunani
Axios (layak, pantas) dan Logos (Ilmu). Jadi aksiologi merupakan cabang
filsafat yang mempelajari nilai. Jujun S. Suriasumantri mengartikan
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi berkaitan dengan kegunaan dari
suatu ilmu, hakikat ilmu sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang
didapat dan berguna untuk kita dalam menjelaskan, meramalkan dan
menganalisa gejala-gejala alam. (Cece Rakhmat, 2010)
30
pengetahuan. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan
di dalam menerapkan ilmu ke dalam praktis.
b. Estetika
Mengenai estetika, Semiawan (2005: 159) menjelaskan
sebagai: “the study of nature of beauty in the fine art”, mempelajari
tentang hakikat keindahan di dalam seni. Estetika merupakan cabang
31
filsafat yang mengkaji tentang hakikat indah dan buruk. Estetika
membantu mengarahkan dalam membentuk suatu persepsi yang baik
dari suatu pengetahuan ilmiah agar ia dapat dengan mudah dipahami
oleh khalayak luas. Estetika juga berkaitan dengan kualitas dan
pembentukan mode-mode yang estetis dari suatu pengetahuan
ilmiah itu.
32
2. Aliran Empirisme
Aliran ini lebih berfokus pada pengalaman yang dimiliki oleh
seseorang sebagai sumber dari pengetahuan. Kata empirisme berasal dari
Bahasa Yunani yang artinya pengalaman indrawi atau pengalaman
observasi melalui Panca indra. Empirisme adalah suatu aliran yang sangat
bertentangan dengan rasionalisme. Menurut para tokoh yang ada di
dalamnya, pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Sehingga Panca indra
adalah sumber utama yang paling jelas dan pasti daripada akal. Semua hal
yang diketahui oleh manusia itu tergantung pada bagaimana mereka
menggunakan Panca indranya, mulai dari mendengar, melihat, menyentuh
yang mereka miliki, dan berbicara.
3. Aliran Kritisisme
Kritisisme berasal dari kata kritika yang merupakan kata kerja dari
krinein yang artinya memeriksa dengan teliti menguji, dan membedakan.
Adapun pengertian lebih lengkap mengenai kritisisme ialah suatu
pengetahuan yang memeriksa dengan teliti, apakah suatu pengetahuan
yang di dapat sesuai dengan realita kehidupan atau tidak. Selain itu,
kritisisme juga dapat diartikan sebagai pembelajaran yang menyelidiki
batasan-batasan kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
33
Sebagai sebuah hasil pemikiran, tentunya kritisisme memiliki ciri-
ciri khusus yang membedakannya dengan hasil pemikiran yang lain di
antaranya ialah menganggap bahwa objek pengenalan berpusat pada
subjek, Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia dalam
mengetahui realita atau hakikat sesuatu karena sebenarnya rasio hanya
mampu menjangkau gejala atau fenomenanya saja, kemudian menjelaskan
bahwa pengenalan manusia atas segala sesuatu itu diperoleh atas
perpaduan antara peranan unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio
serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur apesteriori yang berasal
dari pengalaman yang berupa materi.
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru di mana
seorang yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan emperisme. Zaman baru ini disebut zaman
pencerahan (aufklarung) zaman pencerahan ini muncul di mana manusia
lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Akan
tetapi, seorang filosof Jerman Immanuel Kant (1724-1804) mengadakan
penyelidikan (kritik) terhadap pernah pengetahuan akal. Sebagai latar
belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu
pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang
menggembirakan. Disisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu
diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu
pengetahuan alam.
4. Aliran Materialisme
Aliran materialisme adalah suatu aliran filsafat yang berisikan ajaran
kebendaan di mana benda merupakan sumber segalanya. Filsafat
materialisme memandang bahwa materi lebih dulu ada sedangkan ide atau
pikiran timbul setelah melihat materi. Aliran ini memiliki 2 varian yaitu
materialisme dialektika dan materialisme metafisika. Terdapat beberapa
34
tokoh yang beraliran materialisme yaitu Demokritos, Julien De Lamettire
dan Ludwig Feuerbaeh.
5. Aliran Idealisme
Idealisme adalah aliran yang menganggap bahwa kenyataan atau
realistis tersusun dari jiwa dan juga ide. Istilah idealisme berasal dari kata
“idea” yang memiliki arti sesuatu yang hadir di dalam jiwa. Aliran tersebut
menjadi sebuah awal yang sangat penting untuk perkembangan cara
berpikir manusia. Pemikiran dasar dari aliran ini ternyata juga pernah
dijelaskan oleh Plato. Menurutnya, realitas yang paling dasar adalah
sebuah ide. Sementara realitas yang bisa dilihat oleh manusia adalah
bayangan dari ide itu sendiri.
6. Aliran Realisme
Realisme adalah aliran seni yang mengangkat peristiwa keseharian
yang dialami oleh banyak orang (masyarakat luas). Istilah realisme pada
aliran ini bukan merujuk pada tingkat kemiripan atau keakuratan gambar
lukisan dengan referensinya. Aliran yang mengusung ide tersebut
disebut Naturalisme. Tema dan wacananya yang realistik, bukan
gambarnya. Meskipun gambar yang realistis (naturalis tepatnya) sejalan
dengan ide penggambaran realistis yang ingin dicapai oleh pergerakan ini.
35
Beberapa ahli berpendapat bahwa realisme adalah gerakan seni
modern yang pertama. Karena realisme dinilai telah menolak bentuk
tradisional seni dan lembaganya yang dianggap sudah tidak relevan di era
Revolusi Industri. Realisme muncul di era distruptif, ditandai dengan
revolusi industri yang melaju pesat dan menghasilkan perubahan sosial
yang luas. Terdapat beberapa tokoh atau lukisan yang sangat penting bagi
aliran ini yaitu Gustave Courbet, Lukisan Realisme A Burial at Ornans &
Analisisnya, Jean-Francois Millet, The Potato Harvest dan Analisisnya
dan A Bar at the Folies Bergere dan Analisisnya,
7. Aliran Naturalisme
Naturalisme adalah aliran seni yang mengutamakan keakuratan dan
kemiripan objek yang dilukis agar tampak natural dan realistis seperti
referensinya yang terdapat di alam. Naturalisme adalah bentuk apresiasi
Seniman pada keindahan alam. Biasanya seniman mengangkat tema
keindahan pemandangan di sekitar, seperti yang terjadi pada
pergerakan mooi indie di Indonesia atau Hindia Belanda tepatnya pada
masa itu.
36
sudah menjadi tren dominan dalam lukisan pemandangan, sebagian besar
karena pengaruh seniman Inggris John Constable.
8. Aliran Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang lahir di Amerika pada era
1870-an, hampir satu setengah abad yang lalu. Pada awal perkembangan
aliran ini sempat juga berkembang ke Inggris, Prancis, dan Jerman.
William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan dari
aliran ini ke seluruh dunia. William James dikenal juga secara luas dalam
bidang psikologi. Filsuf awal lain yang terkemuka dari pragmatisme
adalah John Dewey. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai
kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.
37
pertama kali oleh Charles Peirce pada bulan Januari 1878 dalam artikelnya
yang berjudul How to Make Our Ideas Clear.
9. Aliran Eksistensialisme
Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata “eks” yang berarti
di luar dan “sistensi” yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara
luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya
sekaligus keluar dari dirinya.
38
berbuat dan menjadi, dan yang ke dua adalah manusia dipandang sebagai
suatu realitas yang terbuka dan belum selesai serta didasari dari
pengalaman yang konkret atau empiris yang kita kenal.
39
melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan kita dengan
realita. Karenanya, sesuatu yang terdapat dalam diri kita akan merangsang
alat indrawi yang kemudian diterima oleh akal (otak) dalam bentuk
pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.
Penalaran inilah yang dapat membuat manusia mampu berpikir secara
kritis. Pada intinya, bahwa aliran fenomenologi mempunyai pandangan
bahwa pengetahuan yang kita ketahui sekarang ini merupakan
pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya melalui hal-hal yang pernah
kita lihat, rasa, dengar oleh alat indra kita. Fenomenologi merupakan suatu
pengetahuan tentang kesadaran murni yang dialami manusia.
Tokoh yang menciptakan aliran ini yaitu Henri de Saint Simon, yang
kemudian dikembangkan oleh muridnya yang bernama August Comte.
Dasar dari pemikiran ini adalah untuk memahami sebuah pengetahuan
bahwa manusia harus menarik hubungan sebab akibat. Hingga hukum-
hukum yang membentuk pengetahuan tersebut. Dalam proses mencari ini,
manusia akan menemukan berbagai macam fakta yang nyata di dalam
pengetahuan tersebut.
40
12. Aliran Intuisionisme
Beberapa ahli bahasa mengatakan bahwa secara bahasa,
intuisionisme (berasal dari bahasa Latin, intuitio yang berarti
pemandangan. Sedangkan ahli yang lain mengatakan bahwa
intuisionisme, berasal dari perkataan Inggris yaitu intuition yang bermakna
gerak hati atau disebut hati nurani. Jujun S. Sumantri menggambarkan
intuisi pada, suatu masalah yang sedang kita pikirkan yang kemudian kita
tunda karena menemui jalan buntu, tiba-tiba muncul di benak kita yang
lengkap dengan jawabannya. Kita merasa yakin bahwa memang itulah
jawaban yang kita cari namun kita tidak bisa menjelaskan bagaimana
caranya kita sampai di sana.
41
tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan instinct, tetapi berbeda dengan
kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi)
memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah yang dapat memahami
kebenaran yang utuh, yang tetap, yang unique. Intuisi ini menangkap objek
serta langsung tanpa melalui pemikiran. Jadi, indra dan akal hanya mampu
menghasilkan pengetahuan yang tidak utuh (spatial),sedangkan intuisi
dapat menghasilkan pengetahuan yang utuh.
42
menyediakan suatu kerangka yang netral tanpa menekan sebuah agama
tertentu. Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju
pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal
seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara,
menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan
pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan
menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama
minoritas.
43
sebagai aliran yang ingin memisahkan agama dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Agama tidak boleh ikut campur dalam masalah-masalah
kenegaraan. Sebagai contoh, pemerintah tidak boleh membuat aturan yang
mengharuskan para siswi untuk memakai jilbab karena memakai jilbab
adalah besumber dari ajaran agama. Contoh yang lain adalah tidak ada
lembaga pemerintah yang mengurusi bidang keagamaan seperti
Departemen Agama (Depag) di Indonesia.
44
yang berguna bagi kehidupan manusia. Dengan mempelajari filsafat dapat
memberikan manfaat untuk kehidupan antara lain:
1. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya.
2. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia.
3. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam
kehidupan
4. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai
aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya. Menurut Agraha Suhandi (1989)
5. Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat
untuk membuat hidup menjadi lebih baik
6. Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan
berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami
dan menyadari keberadaan kita.
7. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang
dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang
yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan,
apalagi melihat pemecahannya.
8. Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat
membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat
dan mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
9. Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan
sistematis, hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada
pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar,
tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai
pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
45
10. Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri
(terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya,
seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
11. Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar
mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan
berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari
penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara
berpikir yang mistis dan dogma.
12. Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan
yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
13. Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian
disiplin ilmu yang ditekuni.
14. Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin
ilmu.
15. Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan
penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika,
rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan
kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
16. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat di
pertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan
dipergunakan secara umum.
46
BAB III
HAKIKAT PENGETAHUAN DAN
ILMU, PENGERTIAN,
PENDEKATAN DAN FUNGSI
DALAM FI
47
A. Pengertian Hakikat Pengetahuan Dan Ilmu
Arti pengetahuan secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa inggris
yaitu knowledge. Secara terminologi pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
Menurut Aristoteles pengetahuan bisa didapatkan berdasarkan dari sebuah
pengamatan dan pengalaman. Pengetahuan adalah suatu istilah yang
dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal sesuatu. Suatu hal
yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui
dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu.
Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai
kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu
yang dihadapinya sebagai hal yang diketahuinya. Jadi, dapat disimpulkan dari
penjelasan di atas pengetahuan adalah hasil pengetahuan manusia terhadap
sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang
dihadapinya atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
48
‘alama’. Arti dari kata ini adalah pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia, ilmu
sering disamakan dengan sains yang berasal dari bahasa Inggris “science”. Kata
“science” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “scio”, “scire” yang
artinya pengetahuan. Science (dari bahasa Latin “scientia”, yang berarti
“pengetahuan” adalah aktivitas yang sistematis yang membangun dan mengatur
pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan prediksi tentang alam semesta1.
Berdasarkan Oxford Dictionary, ilmu didefinisikan sebagai aktivitas intelektual
dan praktis yang meliputi studi sistematis tentang struktur dan perilaku dari
dunia fisik dan alam melalui pengamatan dan percobaan”. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan. The Liang Gie (1987)
mendefinisikan ilmu sebagai rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari
penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris
mengenai dunia ini dalam berbagai seginya dan keseluruhan pengetahuan
sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
49
B. Karakteristik Pengetahuan Dan Ilmu
Di dalam ilmu pengetahuan terdapat beberapa karakteristik terkait dengan
ilmu pengetahuan. Berikut beberapa karakteristik secara umum:
1. Ilmu bersifat rasional, artinya proses pemikiran yang berlangsung dalam
ilmu harus dan hanya tunduk pada hukum-hukum logika.
2. Ilmu itu bersifat objektif, artinya ilmu pengetahuan didukung oleh bukti-
bukti (evidences) yang dapat diverifikasi untuk menjamin keabsahannya.
3. Ilmu bersifat matematikal, yakni cara kerjanya runtut berdasarkan patokan
tertentu yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan, dan hasilnya
berupa fakta-fakta yang relevan dalam bidang yang ditelaahnya.
4. Ilmu bersifat umum (universal) dan terbuka, artinya harus dapat dipelajari
oleh tiap orang, bukan untuk sekelompok orang tertentu.
5. Ilmu bersifat akumulatif dan progresif, yakni kebenaran yang diperoleh
selalu dapat dijadikan dasar untuk memperoleh kebenaran yang baru,
sehingga ilmu pengetahuan maju dan berkembang.
6. Ilmu bersifat communicable artinya dapat dikomunikasikan atau dibahas
bersama dengan orang lain.
Sedangkan, Menurut Mondal (2018) ada sembilan ciri utama ilmu, sebagai
berikut:
1. Objektivitas Pengetahuan. ilmiah. bersifat. objektif. Objektivitas berarti
kemampuan untuk melihat dan menerima fakta apa adanya. Untuk menjadi
objektif, seseorang harus waspada terhadap bias, keyakinan, harapan, nilai,
dan preferensi sendiri. Objektivitas menuntut bahwa seseorang harus
menyisihkan segala macam pertimbangan subyektif dan prasangka.
2. Verifiability Sains bersandar pada data indra, yaitu data yang dikumpulkan
melalui indra kita, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan sentuhan.
Pengetahuan ilmiah didasarkan pada bukti yang dapat diverifikasi, melalui
pengamatan faktual konkret sehingga pengamat lain dapat mengamati,
menimbang atau mengukur fenomena yang sama dan memeriksa observasi
untuk akurasi.
50
3. Netralitas Etis Sains bersifat etis netral. Ilmu hanya mencari pengetahuan
Bagaimana pengetahuan ini akan digunakan akan ditentukan oleh nilai-
nilai kemasyarakatan. Pengetahuan dapat digunakan berbeda. Etika
netralitas. tidak berarti bahwa ilmuwan tidak memiliki nilai Di sini hanya
berarti bahwa ia tidak boleh membiarkan nilai-nilainya mengubah desain
dan perilaku penelitiannya. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah adalah
netral terhadap nilai-nilai atau bebas-nilai.
4. Eksplorasi sistematis Sebuah penelitian ilmiah mengadopsi prosedur
sekuensial tertentu, rencana yang terorganisir atau desain. penelitian untuk
mengumpulkan dan menganalisis fakta tentang masalah yang diteliti.
Umumnya, rencana ini mencakup beberapa langkah ilmiah seperti
perumusan hipotesis, pengumpulan fakta, analisis fakta, dan interpretasi
hasil.
5. Reliabilitas Pengetahuan ilmiah harus terjadi di bawah keadaan yang
ditentukan tidak sekali tetapi berulang kali dan dapat direproduksi dalam
keadaan yang dinyatakan di mana saja dan kapan saja. Kesimpulan.
berdasarkan hanya ingatan tanpa bukti ilmiah sangat tidak dapat
diandalkan.
6. Presisi Pengetahuan ilmiah harus tepat, tidak. samar-samar. seperti
beberapa tulisan sastra Presisi membutuhkan pemberian angka, data atau
ukuran yang tepat.
7. Akurasi Pengetahuan ilmiah itu akurat. Akurasi secara sederhana berarti
kebenaran atau kebenaran suatu pernyataan, menggambarkan hal-hal
dengan kata-kata yang tepat sebagaimana adanya tanpa melompat ke
kesimpulan yang tidak beralasan, harus ada data dan bukti yang jelas.
8. Abstrak Sains berlanjut pada bidang abstraksi. Prinsip ilmiah umum sangat
abstrak Tidak tertarik untuk memberikan gambaran yang realistis.
9. Prediktabilitas Para ilmuwan tidak hanya menggambarkan fenomena yang
sedang dipelajari, tetapi juga berusaha untuk menjelaskan dan
memprediksi juga.
51
Menurut The Liang Gie dalam Surajiyo, ilmu pengetahuan atau
pengetahuan ilmiah mempunyai lima ciri pokok, yaitu:
1. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan
percobaan.
2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan
dan kesukaan pribadi.
4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya
ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
52
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proporsi-
proposisi yang sejenis. Berdasarkan sejumlah proporsi yang diketahui atau
dianggap benar orang menyimpulkan sebuah produk yang sebelumnya
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran proposisi
yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan
hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan
antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
2. Logika
Logika berasal dari kata Yunani yaitu logos yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Menurut Poejawijatna logika adalah kajian filsafat yang mengkaji
manusia yang biasanya dikenal dengan filsafat budi, di mana pengertian
Budi di sini adalah akal sebagai alat penyelidik dalam mengambil suatu
tindakan atau keputusan. Berpikir menunjukkan suatu bentuk kegiatan akal
yang khas dan terarah. Suatu pemikiran dikatakan tepat apabila dilakukan
dengan penganalisaan, pembuktian dengan alasan-alasan tertentu dan
adanya kaitan antara yang salah satu dengan lainnya. Pemikiran yang
demikian disebut dengan logis.
53
umum. Logika Induktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan
dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat
umum.
3. Kriteria Kebenaran
Kebenaran tertuang dalam ungkapan-ungkapan yang dianggap benar
contohnya hukum-hukum, teori-teori maupun rumus-rumus filsafat yang di
mana kenyataan itu dikenal dan diungkapkan. Sebelum mencapai kebenaran
yang berupa pernyataan dengan pendekatan teori ilmiah sebagaimana
kerangka ilmiah akan lebih baik jika mengetahui terlebih dahulu
pengetahuan ini bersifat logis dan rasional.
2. Pengetahuan Ilmu
Pengetahuan ilmu yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Ilmu
pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian
dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode.
54
3. Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat
lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang
sesuatu, dan biasanya memberikan pengetahuan yang lebih menekankan
pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu, dan biasanya
memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis.
4. Pengetahuan Agama
Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari
Tuhan melalui para utusan-Nya, yang bersifat mutlak dan wajib diyakini
oleh para pemeluk agama. Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang
hanya diperoleh dari Tuhan melalui para utusan-Nya, yang bersifat mutlak
dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Jenis ilmu banyak dikemukakan oleh para ahli adalah pembedaan segenap
pengetahuan ilmiah dalam dua kelas yang istilahnya saling berlawanan. Hal ini
tampak sederhana sehingga mudah dipahami, tetapi pada umumnya tidak
merincikan berbagai cabang ilmu, hanya biasanya diberikan contoh ilmu apa
yang termasuk dalam masing-masing kelompok. Penggolongan ilmu
sebagaimana dikutip dari Surajiyo sebagai berikut:
1. Ilmu Formal dan Ilmu Nonformal
Suatu ilmu disebut Ilmu Formal karena ilmu ini dalam seluruh
kegiatannya tidak bermaksud menyelidiki data-data indrawi yang konkret.
Misalnya matematika dan filsafat.
55
2. Ilmu Murni dan Ilmu Terapan
Ilmu Murni adalah ilmu yang bertujuan meraih kebenaran demi
kebenaran (teoretis). Misalnya matematika dan metafisika.
56
tentang hal-hal yang umum dan abstrak, menyimpulkan tentang hal-hal
yang bersifat khusus dan individual. Misalnya matematika.
57
sistem materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa
hentinya atas dasar hukum mekanisme.
c. Otoritas (authority), adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh
seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu
sumber pengetahuan karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui
seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya.
d. Intuisi (intuition), adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang
berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus
mampu untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan. Intuisi
merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran
tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan; sebagai dasar
untuk menyusun pengetahuan secara teratur, maka intuisi tidak bisa
diandalkan.
e. Wahyu (revelation), adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada
nabi dan rasul-Nya untuk kepentingan umatnya. Kita mempunyai
pengetahuan melalui wahyu karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang
disampaikan itu. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber
pengetahuan karena kita mengenal sesuatu yang bersumber pada
kepercayaan kita.
f. Keyakinan (faith), adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia
yang diperoleh melalui kepercayaan. Keyakinan yang dimaksud adalah
kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan pematangan dari
kepercayaan. Kepercayaan bersifat dinamis; mampu menyesuaikan
dengan keadaan yang sedang terjadi, sedangkan keyakinan sangat statis;
kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan sesuai.
58
2. Fungsi prediksi. Meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan
terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu
dalam usaha menghadapinya.
3. Fungsi kontrol. Berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak
dikehendaki.
Menurut Rosyanti (dalam Darmadi, 2017, hlm. 33), fungsi dan kegunaan
ilmu pengetahuan di antaranya:
1. Memahami jati diri dan memahami berbagai kebaikan yang terkandung
dalam ajaran syariat.
2. Mengetahui rahasia alam metafisik.
3. Mengetahui rahasia alam fisika.
4. Memanfaatkan sumber daya alam dan sarana kehidupan yang lebih luas.
5. Memenuhi tuntutan hidup yang lebih baik.
6. Mengatasi berbagai masalah kehidupan.
59
2. Tujuan dari Ilmu
3. Metode Ilmu
4. Bagian-bagian dari Ilmu
5. Jangkauan Ilmu
6. Hubungan ilmu dengan masalah kehidupan atau dengan filosofi yang lain,
seperti : nilai, etika, moral, dan kesejahteraan manusia.
2. Pendekatan Induktif
Pendekatan Induktif merupakan pendekatan yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke hal umum. Hukum yang
disimpulkan pada fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis
60
yang belum diteliti. Berpikir induktif adalah bentuk dari apa yang disebut
generalisasi. Induksi (induction) adalah cara mempelajari sesuatu yang
bertolak dari hal-hal khusus untuk menentukan hukum atau hal yang
bersifat umum. Metode berpikir induktif merupakan cara berpikir yang
dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Oleh karena itu, penalaran
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang khusus dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
3. Pendekatan Rasionalisme
Rasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan rasio.
Paham ini beranggapan bahwa prinsip-prinsip dasar keilmuan bersumber
dari rasio manusia, sehingga pengalaman empiris bergantung pada prinsip-
prinsip rasio. Karena rasio itu ada pada subjek (manusia), maka asal
pengetahuan harus dicari pada subjek. Rasio itu berpikir. Berpikir inilah
yang membentuk pengetahuan. Karena hanya manusia yang berpikir,
maka hanya manusia yang mempunyai pengetahuan. Dengan pengetahuan
inilah manusia berbuat dan menentukan tindakannya. Berbeda
pengetahuan, berbeda pula laku perbuatan dan tindakannya. Rasionalisme
juga bisa diartikan sebagai doktrin filsafat yang menyatakan bahwa
kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis
yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.
4. Pendekatan Empirisme
Empirisme merupakan suatu paham yang mengutamakan
pengalaman. Secara harfiah, istilah empirisme berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu kata emperia yang berarti pengalaman. Pendekatan empiris melihat
bahwa pengalaman, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman
batiniah merupakan sumber utama pengenalan. Empirisme adalah suatu
aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal
61
dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia
telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.
Menurut Franz Magnis Suseno (1999: 21) fungsi filsafat ilmu sangat luas
dan mendalam, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk membantu mendalami pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu atau
asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya,
secara sistematis dan historis. Secara sistematis, filsafat menawarkan
metode-metode mutakhir untuk mendalami masalah-masalah ilmu,
manusia, tentang hakikat kebenaran, secara mendalam dan ilmiah. Secara
historis, di sini kita belajar untuk mendalami dan menanggapi serta belajar
dari jawaban-jawaban filsuf terkemuka.
2. Sebagai kritik ideologi, artinya kemampuan menganalisis secara terbuka
dan kritis argumentasi-argumentasi agama, ideologi dan pandangan dunia.
Atau dengan kata lain, agar mampu mendeteksi berbagai masalah
kehidupan.
3. Sebagai dasar dan metodis dan wawasan lebih mendalam dan kritis dalam
mempelajari studi-studi ilmu khusus.
4. Merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam
kehidupan intelektual pada umumnya dan khususnya di lingkungan
akademis.
5. Memberikan wawasan lebih luas dan kemampuan analitis dan kritis tajam
untuk bergulat dengan masalah-masalah intelektual, spiritual, ideologis.
62
BAB IV
KENYATAAN/FAKTA ILMU
PENGETAHUAN DAN
KEBENARAN ILMIAH
63
A. Pengertian Kenyataan/Fakta Ilmu Pengetahuan
Fakta berasal dari bahasa Latin yaitu “factus” artinya adalah segala
sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data keadaan nyata yang
terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan
sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta sering kali diyakini oleh orang
banyak sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami
kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah
melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya. Oleh karena itulah,
setiap orang akan memiliki kesamaan dalam pengamatan dan pendapat terkait
tentang fakta tersebut.
Fakta yang didefinisikan harus sudah teruji secara ketat, diukur, diamati,
dan paling utama adalah dapat dibuktikan. Hal ini dapat menjadi sebuah acuan
pada suatu pernyataan benar dan digunakan untuk kepentingan studi dan
penelitian. Fakta dapat berbentuk peristiwa informasi berdasarkan kenyataan
yang dapat diuji melalui verifiability serta didukung bukti statistik, dan
dokumentasi. Oleh karena itu, fakta bisa diverifikasi dan disepakati oleh sebuah
kumpulan orang.
64
4. Realisme-metafisik, berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada
koherensi antara empiri dengan obyektif.
5. Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Fakta ilmu pengetahuan adalah segala hal yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan yang di mana dapat ditangkap oleh Panca indra manusia berupa
data-data atas kebenaran secara nyata dan sudah terbukti kebenarannya. Salah
satu fakta ilmu pengetahuan yaitu fakta ilmiah. Fakta ilmiah merupakan refleksi
terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Dimaksud dengan refleksi
adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan
dasar bagi bangunan teoritis. Fakta ilmiah dipahami sebagai entitas yang
terdapat di dalam struktur sosial kepercayaan, institusi, akreditasi dan praktik
individual yang sangat kompleks. Dalam filsafat ilmu, sering menjadi bahan
pertanyaan (yang paling dikenal oleh Thomas Kuhn) bahwa fakta ilmiah selalu
dipengaruhi oleh teori (theory-laden). Fakta ilmiah menekankan pada suatu hasil
dari pengamatan objektif yang bisa diverifikasi oleh semua kalangan. Fakta
ilmiah merujuk pada bentuk pengetahuan paling sederhana dalam sains.
Kumpulan dari fakta-fakta dapat digunakan untuk membentuk konsep sebagai
abstraksi dari objek atau peristiwa alam yang menjadi kajian dalam sains.
Konsep dapat berbentuk sederhana seperti konsep air, api, tanah, awan, hujan,
dan lain sebagainya. Konsep-konsep ini tergolong sederhana karena langsung
merujuk langsung ke objek yang terdapat di alam.
65
5. Bersifat obyektif, yakni data yang sebenarnya, bukan dibuat-buat dan
dilengkapi dengan gambar obyek
6. Biasanya dapat menjawab rumus pertanyaan 5W + 1H
7. Menyatakan kejadian yang sedang atau telah dan pernah terjadi
8. Informasi berasal dari kejadian yang sebenarnya
66
mendapatkannya haruslah melalui tahap- tahap tata cara ilmiah. Adapun
langkah-langkah metode ilmiah yaitu dengan merumuskan duduk perkara,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, membuat
kesimpulan.
67
sendirinya, apabila apa yang dinyatakan sebagai benar memang sesuai
dengan kenyataannya. Teori korespondensi sangat ditekankan oleh aliran
empirisme yang mengutamakan pengalaman dan pengamatan indrawi
sebagai sumber utama pengetahuan manusia. Teori ini sangat menghargai
pengamatan, percobaan atau pengujian empiris untuk mengungkapkan
kenyataan yang sebenarnya. Teori ini lebih mengutamakan cara kerja dan
pengetahuan aposteriori, yaitu pengetahuan yang terungkap hanya melalui
dan setelah pengalaman dan percobaan empiris.
2. Kebenaran Koherensi
Teori kebenaran koherensi dianut oleh kaum rasionalis. Menurut
teori ini, kebenaran tidak ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi
dengan kenyataan, melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan
proposisi yang sudah ada sebelumnya dan telah diakui kebenarannya.
suatu pernyataan atau proposisi dinyatakan benar atau salah dapat dilihat
apakah proposisi itu berkaitan dan meneguhkan proposisi atau pernyataan
yang lain atau tidak. Suatu pernyataan benar kalau pernyataan itu cocok
68
dengan sistem pemikiran yang ada. Kebenaran sesungguhnya berkaitan
dan memiliki implikasi logis dengan sistem pemikiran yang ada.
3. Kebenaran Perfomartif
Teori ini dianut oleh filsuf analitika bahasa seperti John Austin.
Filsuf ini mau menentang teori klasik bahwa benar dan salah adalah
ungkapan yang hanya menyatakan sesuatu. Menurut teori klasik, proposisi
yang benar berarti proposisi itu menyatakan sesuatu yang memang
dianggap benar, demikian pula sebaliknya untuk proposisi yang salah.
Menurut Austin, selain ucapan konstatif terdapat juga jenis ucapan
performatif. Ucapan performatif tidak dapat ditentukan benar dan salah
berdasarkan pada peristiwa atau fakta yang telah lampau, melainkan suatu
ucapan yang memiliki konsekuensi perbuatan bagi penuturnya (Kaelan,
1998: 167-168). Dengan suatu ucapan performatif seseorang bukannya
69
memberitahukan suatu peristiwa atau kejadian, melainkan dengan
mengucapkan kalimat itu seseorang sungguh-sungguh berbuat sesuatu.
4. Kebenaran Pragmatik
Teori Pragmatik (The Pragmatik Theory of Truth) Teori kebenaran
Pragmatik adalah teori yang memandang bahwa arti dari ide di batasi oleh
referensi pada konsekuensi ilmiah, Personal atau sosial. Teori Pragmatik
merupakan kebenaran yang di ukur dari kegunaan (utility), dapat di
kerjakan dan pengaruhnya memuaskan. Teori ini mengacu kepada sejauh
manakah sesuatu itu berfungsi di dalam kehidupan manusia. Bagi seorang
pragmatis maka kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya
70
suatu pernyataan adalah benar. Jika pernyataan itu atau konsekuensi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
5. Kebenaran Proposisi
Menurut Aristoteles, proposisi (pernyataan) dikatakan benar apabila
sesuai dengan persyaratan secara formal suatu proposisi. Menurut
kebenaran proposisi adalah suatu pernyataan disebut benar apabila sesuai
dengan persyaratan materialnya suatu proposisi, bukan pada syarat formal
proposisi. Dalam sumber lain, ada juga yang menambahkan dengan bentuk
kebenaran lain yang disebut dengan kebenaran sintaksis. Kebenaran
sintaksis adalah kebenaran yang mengacu pada keteraturan sintaksi atau
gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang
melekatnya. Dalam paham kebenaran sintaksis ini suatu pernyataan
dianggap benar apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar
dari hal yang sudah sesuai dengan syarat, maka proposisi tersebut tidak
memiliki arti. Kebenaran ini akan sangat tergantung pada situasi dan
kondisi yang melatar belakangi pengalaman, kemampuan dan usia
mempengaruhi kepemilikan epistimo tentang kebenaran.
6. Kebenaran Paradigmatik
Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada
paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang
mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Paradigma adalah nilai-
nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku
kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya
dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman
individual dalam penerapan nilai-nilai bersama yang bisa melayani fungsi-
fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan
yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis.
71
Menurut teori ini, kebenaran struktural paradigma yaitu
perkembangan dari kebenaran korespondensi selaku balasan dari
rekonstruksi rasional menjadi sebuah paradigma yakni sebuah kebenaran
jika ada korelasi struktural antara aneka macam sesuatu secara konstan.
Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor dan analisis statistik lanjut
lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya.
Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang
dimaknai akan mampu memberikan eksplanasi atau inferensi yang lebih
menyeluruh.
2. Isi Empiris
Isi empiris merupakan kebenaran ilmiah yang perlu diuji dengan
kenyataan yang sudah ada. Bahkan sebagian besar pengetahuan dan
kebenaran ilmiah berkaitan dengan kenyataan empiris di alam ini. Hal ini
72
tidak berarti bahwa dalam kebenaran ilmiah, spekulasi tetap ada namun
sampai tingkat tertentu. Spekulasi itu bisa dibayangkan sebagai nyata atau
tidak karena sekalipun suatu pernyataan dianggap benar secara logis perlu
dicek apakah pernyataan tersebut juga benar secara empiris.
3. Sifat Pragmatis
Sifat pragmatis berusaha menggabungkan kedua sifat kebenaran
sebelumnya yaitu logis dan empiris. Dalam arti kalau sebuah pernyataan
dianggap benar secara logis dan empiris maka pernyataan tersebut juga
harus berguna dalam kehidupan manusia yaitu memecahkan masalah
hidup manusia. Berguna berarti dapat membantu manusia dalam
memecahkan berbagai macam persoalan dalam kehidupannya.
73
BAB V
SEJARAH FILSAFAT ILMU &
POLA PIKIR, KEJADIAN, TOKOH
& PENGEMBANGAN ILMU DI
INDONESIA
74
A. Sejarah Filsafat Ilmu
Jika membahas asal muasal filsafat ilmu tentu tidak akan lepas dari filsafat
Yunani kuno dan aliran-aliran yang dianutnya. Di mana perkembangan filsafat
dimulai dari Yunani dan filsafat yang tertua juga berasal dari Yunani. Kelahiran
pemikiran filsafat diawali pada abad ke-6 SM yang ditandai dengan runtuhnya
pola pikir mitologi yang selama ini menjadi pembenaran setiap gejala alam. Hal
ini disebabkan karena terjadinya perubahan pola pikir manusia dari pola pikir
mitologi ke pola pikir yang lebih rasional. Pada saat manusia menggunakan pola
pikir mitologi mereka selalu menganggap fenomena alam itu terjadi disebabkan
oleh aktivitas para dewa-dewa.
Peri itu Yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Hal ini
dikatakan demikian karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli
pikir alam yang di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang
diamati sekitarnya. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang segala
alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) Dan tidak berdasarkan mitos
belaka.
75
objek penelitian dan pengajian. Dari proses tersebut menghasilkan suatu ilmu
dan pengetahuan. Jadi perkembangan ilmu pengetahuan yang kita rasakan pada
saat ini tidaklah datang secara tiba-tiba ada. Melainkan terjadi secara bertahap
dan evolutif. Adapun secara filsafat Yunani yang terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu:
1. Zaman Pra Yunani Kuno (Sebelum 6SM)
Pada zaman ini lebih dikenal dengan zaman batu, hal ini disebabkan
karena manusia pada zaman tersebut masih menggunakan batu sebagai alat
bantu mereka. Pada zaman batu berlangsung selama 20.000 hingga 4 juta
tahun, antara abad ke-15 hingga ke-6 SM yang di mana pada abad ke-6
SM lahirnya filsafat di Yunani. Evolusi ilmu pengetahuan dapat di urut
melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani,
Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah dan Eropa. Terdapat beberapa
faktor yang melahirkan filsafat yaitu:
a. Berkembangnya mitologi secara luas di kalangan bangsa Yunani.
Hal tersebut dianggap salah satu penyebab yang melahirkan filsafat.
Karena, mitologi merupakan percobaan untuk memahami suatu
objek atau kejadian. Mitologi sudah memberi jawaban atas
pertanyaan yang hidup dalam hati manusia. Melalui mitologi ini
manusia mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan
tentang kejadian-kejadian yang sedang berlangsung. Terdapat 2
jenis mitologi yaitu :
1) Mitologi kosmogonis merupakan mitologi yang mencari
keterangan tentang asal usul alam semesta itu sendiri.
2) Mitologi kosmologis merupakan mitologi yang mencari
keterangan tentang asal-usul serta sifat dari kejadian di dalam
alam semesta.
76
sebagai buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Karya puisi Homeros
sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluar dan
serentak mempunyai nilai edukatif.
c. Pengaruh dari timur kuno seperti Mesir dan Babylonia yang di mana
mereka sudah mengenal tentang ilmu hitung dan ilmu ukur. Orang
Yunani tentu berhutang Budi kepada bangsa-bangsa tersebut dalam
menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka. Lalu orang
Yunani terus mengolah unsur-unsur tersebut dengan cara yang tidak
pernah disangka-sangka bagi bangsa Mesir dan Babylonia. Baru
pada saat itu bangsa Yunani mendapatkan ilmu pengetahuan yang
sungguh-sungguh ilmiah.
77
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja).
Melainkan mereka menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap
yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap kritis inilah
menjadikan bangsa Yunani dikenal sebagai ahli pikir sepanjang masa.
Terdapat beberapa filsuf pada masa itu antara lain:
78
mencari kebenaran dilakukan dengan cara bersama-sama dalam suatu
dialog. Pemikiran filsafat Yunani kuno mencapai puncaknya pada masa
Aristoteles. Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan adalah
mencari penyebab objek yang sedang diselidiki. Kekurangan utama pada
filsuf sebelumnya adalah mereka tidak memeriksa semua penyebab-
penyebabnya.
79
4. Zaman Ranaissance (14 M – 16 M)
Pada zaman ini terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan
manusia dalam berpikir. Manusia mulai berpikir secara baru dan
berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas peradaban abad
pertengahan. Proses lahirnya kembali terjadi pada abad ke-15 dan 16.
Renaissans dianggap sebagai masa peralihan dari abad pertengahan ke
zaman modern. Bangsawan Inggris yang meletakkan dasar filosofis untuk
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan mengarang suatu
maha karya yang bermaksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu
pengetahuan dengan suatu teori baru dalam bukunya Novum Organon.
80
untuk mengolah semua pengetahuan. Menurut Bacon, filsafat harus
dipisahkan dari theologi. Agama yang lama masih juga diterimanya. Ia
berpendapat bahwa akal dapat membuktikan adanya Allah. Akan tetapi
mengenai hal-hal yang lain didalam theology hanya dikenal melalui
wahyu. Menurut dia kemenangan iman adalah besar, jika dogma-dogma
tampak sebagai hal-hal yang tidak masuk akal sama sekali.
81
Pemahaman empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam
pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Hal ini sangat bertolak
belakang Dengan pemahaman rasionalisme. Mereka menentang para
penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian kepastian yang
bersifat apriori. Pelopor pemahaman ini yaitu Thomas Hobbes, John Locke
dan David Hume. Pada zaman modern sudah ditandai dengan berbagai
macam bidang ilmiah serta filsafat dari berbagai macam aliran yang telah
muncul. Pada masa filsafat modern ini terdapat beberapa aliran yang
berkembang pada masa itu di antaranya:
a. Idealisme
Suatu ajaran atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini
terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. Ide-ide dan pikiran atau yang
sejenis dengan itu.
b. Materialisme
Ajaran atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada
selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
c. Dualisme
Ajaran atau aliran yang memandang alam ini terdiri atas dua
macam hakikat yaitu hakikat materi dan hakikat rohani.
d. Empirisme
Suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman indra manusia.
e. Rasionalisme
Ajaran atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide
yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang
hakiki.
82
f. Fenomenalisme
Aliran atau ajaran yang menganggap bahwa fenomenalisme
(gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang
fenomenalisme suka melihat gejala.
g. Intusionalisme
Suatu aliran atau ajaran yang menganggap bahwa intuisi
(naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi
termasuk salah satu kegiatan berpikir yang tidak didasarkan pada
penalaran.
83
Pada periode ini berbagi macam kejadian dan peristiwa yang
sebelumnya mungkin dianggap suatu hal yang mustahil namun berkat
kemajuan ilmu dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan.
Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan
manusia terhadap kebesaran ilmu dan teknologi. Memang tidak bisa
dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal,
reduktif dan free of value yang telah membuktikan kehebatan dan
memperoleh kejayaannya serta memberikan kontribusi yang sangat besar
dalam membangun peradaban manusia seperti sekarang ini.
84
B. Perkembangan Ilmu Di Indonesia
Indonesia dari masa ke masa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin maju dan berkembang. Bahkan keberadaannya tidak bisa
dilepaskan dari aktivitas manusia sehari-hari dalam bertahan hidup. Ilmu
pengetahuan (IPTEK) sudah berkembang dengan pesat mengikuti alur waktu
zaman modern. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
pertama kali ada di sektor industri dirgantara yang di mana pelopornya yaitu
presiden kita yang bernama BJ Habibie.
Maka dari itu kita sebagai masyarakat Indonesia dalam menggunakan ilmu
pengetahuan harus dengan bijak dan selalu memperhatikan dampak-dampak
yang mungkin akan timbul. Untuk itu diperlukan sikap kedewasaan kita dalam
menyikapi perkembangan ilmu dan teknologi jangan sampai nilai-nilai positif
tersebut menghilang. dengan sikap yang bijak dalam menghadapi perkembangan
ilmu pengetahuan adalah dengan memanfaatkan dan menggunakan sebaik-
baiknya yang tercipta berkat kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan agar
hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
85
sebagai kajian akademis. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan pada zaman
dan sistem pendidikan kala itu. Ketika sudah memasuki masa-masa perjuangan
hingga kemerdekaan yang di mana ditandai dengan adanya kembali kedaulatan
yang berwujud kebebasan.
Maka pada saat itu pula mulailah bermunculan tokoh-tokoh pemikir yang
memusatkan perhatiannya pada pembahasan mengenai filsafat khususnya
filsafat Indonesia. Berikut tokoh-tokoh yang menjadi pelopor kajian tentang
filsafat ilmu yaitu sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Mohammad Nasroen (1907-1968 M)
86
Indonesia masih dianggap atau dikategorikan sebagai buku langka yang
hanya naskah aslinya terdapat di dalam Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.
2. Soenoto (1929-*)
87
4. Prof. Drs. Jakob Sumardjo (1939-sekarang)
88
E. Tujuan Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Ilmu Pengetahuan
Tujuan dari sejarah perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan adalah
upaya dalam menghasilkan suatu ilmu pengetahuan kepada manusia di zaman
serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk berpikir secara kritis dan
mendorong manusia untuk lebih kreatif dan inovatif. Filsafat ilmu juga
mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis dan cermat terhadap kegiatan ilmiah.
2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi
dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan
ilmuwan modern adalah menerapkan suatu metode ilmiah tanpa
memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri.
3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggung
jawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan
secara umum.
4. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa
memahami, sumber, hakikat, dan tujuan ilmu.
5. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara historis.
89
BAB VI
NILAI & ETIKA, PERMASALAHAN
FI & TANGGUNG JAWAB MORAL
KEILMUAN
90
A. Pengertian Nilai Dan Etika
Nilai atau value (bahasa Inggris) atau valere (bahasa Latin) berarti
berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal
yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, berguna, dihargai, atau dapat
menjadi objek kepentingan. Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang
melekat pada suatu objek, namun bukan objek itu sendiri. Nilai merupakan
kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, yang kemudian
nilai dijadikan landasan, alasan dan motivasi dalam bersikap dan berperilaku
baik disadari maupun tidak disadari. Nilai merupakan harga untuk manusia
sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran, kemanusiaan (Kamus Bahasa
Indonesia, 2000).
91
dari kesadaran dirinya. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar
lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian danyang salah harus mendapat
sanksi. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau
perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi.
Dengan adanya etika yang merupakan aturan atau pola tingkah laku
manusia yang dihasilkan oleh akal manusia maka ada sangkut paut dengan nilai
yang mana nilai itu sendiri memiliki pengertian dengan dijadikan sebuah acuan,
tolak ukur, ukuran, pedoman, patokan dan juga batasan dalam menyimpulkan
suatu tindakan atau perilaku yang sudah dilakukan dan juga suatu pembenaran
suatu keputusan moral ketika disebut baik ataupun tidak baik. Jadi nilai dan etika
saling berhubungan dan berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari dalam
lingkungan bermasyarakat. Dengan menjadikan etika dan norma sebagai
pedoman manusia maka kehidupan mereka akan berlangsung secara tenang dan
tentram.
92
B. Macam-macam Nilai Dan Etika
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan
kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia
disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat
hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan
pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai
makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Terdapat beberapa macam etika
dalam kehidupan manusia yaitu:
1. Etika deskriptif merupakan etika yang memberikan dasar sebagai suatu
acuan untuk keputusan tentang perilaku atau sikap yang akan diambil.
Etika ini berusaha secara kritis dan nasional.
2. Etika normatif merupakan etika yang menetapkan pola perilaku ideal yang
seharusnya sudah dimiliki oleh manusia dan memberikan nilai dalam
melakukan tindakan yang akan ia putuskan.
3. Metaetika atau meta merupakan suatu hal yang mempersoalkan tentang
bahasa normatif sehingga dapat diturunkan menjadi suatu ucapan
kenyataan.
93
4. Nilai moral adalah jenis nilai yang berkaitan dengan perbuatan baik
maupun buruk yang menjadi dasar kehidupan manusia dan
masyarakat. Nilai moral ini bersumber dari kehendak maupun
kemauan diri mereka sendiri titik Karena itulah, nilai moral ini sering
disebut dengan nilai kebaikan.
5. Nilai kebenaran adalah jenis nilai yang bersumber dari unsur akal
manusia serta bersifat mutlak dan dibawa sejak lahir. Banyak yang
menganggap bahwa nilai ini adalah pandangan kodrat dari Tuhan yang
telah memberikan nilai kebenaran melalui akal dan pikiran manusia.
6. Nilai budaya merupakan jenis nilai yang berkaitan dengan unsur-unsur
kebudayaan yakni meliputi pemikiran, kebiasaan dan hasil cipta karya
dari manusia. Hal-hal kultural yang diciptakan manusia termasuk
dalam nilai budaya.
7. Nilai ekonomi merupakan salah satu jenis nilai yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip ekonomi dengan kata lain yaitu mengeluarkan
pengeluaran sekecil-kecilnya untuk bisa mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya.
94
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian dari
moral adalah Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku
manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Nilai dan norma yang
harus berada pada etika keilmuan adalah nilai dan norma moral. Bagi seorang
ilmuan nilai dan norma moral yang dimilikinya akan menjadi penentu, apakah
ia sudah menjadi ilmuan yang baik atau belum. Ilmuan yang tidak memiliki
moral akan menyalah gunakan ilmu yang dimilikinya. Kesadaran tanggung
jawab moral keilmuan merupakan hal yang menjadi aturan bagi para ilmuan
dalam merumuskan ide-idenya agar ide dan temuan yang dikembangkan sesuai
dengan konteks zaman sehingga berguna bagi banyak orang dalam menentukan
atau menjadi fasilitas dalam menunjang kehidupan masyarakat.
95
keilmuan, dengan ini telah menjadi satu dalam kehidupan keilmuan itu sendiri
dan sulit dipisahkan. Tanggung jawab keilmuan, tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan pengetahuan maupun keilmuan dari abad ke abad.
Ada kadang kalanya tanggung jawab keilmuan tidak disebabkan oleh ilmu
itu sendiri. Tanggung jawab keilmuan juga memiliki arti yaitu mendudukkan
manusia pada kedudukan martabat dirinya sehingga di satu sisi tidak diperalat
oleh ilmu dan ilmuwan demi mencapai prestasi dan supremasi ilmu atau di sisi
lain tidak tergilas oleh kebodohan dan kemelaratan hidup yang disebabkan oleh
lingkaran setan yang atas ketidaktahuan yang melilit dirinya. Tanggung jawab
keilmuan menyangkut baik masa lalu masa kini maupun masa depan yang
memiliki alasan yaitu untuk penanganan ilmu atas realitas sehingga cenderung
berat sebelah kenyataan tersebut telah banyak mempengaruhi atas gangguan
ketidakseimbangan alam. Hal itu juga dapat menyangkut gangguan terhadap
tatanan sosial dan keseimbangan sosial. Tanggung jawab keilmuan yang
didasarkan pada kesadaran bahwa ilmu selalu memiliki sifat yang masih belum
96
rampung. Artinya upaya keilmuan tidak dapat menindakkan tanggung jawabnya
yang lama. Jadi, ilmuwan harus terbuka pada tanggung jawabnya yang baru
walaupun hal itu tidak pernah dialami oleh pendahulunya.
97
2. Tanggung jawab keteladanan
Ilmu dan ilmuwan bukan hanya mengandalkan kebenaran keilmuan
sebatas suatu atau sebuah jalan pemikiran dengan persona logika dan
ketajaman analisisnya. Namun, juga bertanggung jawab menunjukkan
atau mempraktikkan kebenaran keilmuannya di dalam kehidupan
sosialnya secara luas dan mendalam. Ilmu bukan hanya menyajikan
sebuah kebenaran informasi akan tetapi ilmu memberikan keteladanan
hidup yang ditunjukkan oleh ilmuwannya ilmuwan harus berdiri di depan
kebenaran-kebenaran keilmuannya selaku proto tipe kebenaran yang
sesungguhnya. Ilmuwan juga harus berada di belakang kebenaran
keilmuannya untuk menunjukkan tanggung jawabnya atas segala hal
akibat sosial maupun ekologis yang disebabkan dari ilmu itu sendiri.
Ilmuwan harus bisa menghadapi situasi kemasyarakatan yang di mana
cenderung memanipulasi dan menghambat kebenaran nilai sehingga
banyak mengakibatkan guncangan nilai.
98
membenahi diri dalam rangka mengatasi berbagai macam kekurangan
serta penyimpangan dalam kegiatan keilmuan.
99
berbaur dari kata sukses, penuh percaya diri, berkompeten, bekerja keras,
efisien dan produktif.
Hal ini pula menunjukkan pada sikap keilmuan yang tanpa pamrih
serta bersikap tenang ke mataku dan mantap dalam menguasai situasi serta
berkepala dingin dalam memperjuangkan dan mempertahankan kebenaran
ilmunya terhadap berbagai macam gugatan atau sanggahan dari orang-
orang ilmuwan mengsugestikan sosok yang bersifat pragmatis dan tidak
membiarkan profesinya dapat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan
yang sempit dan sesat.
100
BAB VII
HAKIKAT PENDIDIKAN SEBAGAI
AGENSI PENGENDALIAN DIRI &
ILMU
101
A. Pengertian Hakikat Pendidikan
Arti dari pendidikan secara etimologi adalah paedagogie berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari kata “Pais” dan “Again”. kata Pais artinya
anak, sedangkan kata Again artinya membimbing. Jadi, pengertian dari
paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak. Makna pendidikan
secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan
educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan
kekuatan/potensi anak. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan
berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara dan memberi
latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. terdapat
beberapa pengertian Pendidikan menurut beberapa tokoh yaitu:
1. Menurut MJ Langeveld (Ahli pendidikan bangsa Belanda)
Menurut Langeveld Pendidikan diartikan sebagai pemberian
bimbingan dan pertolongan rohani dari orang dewasa kepada mereka yang
masih memerlukan. Pendidik yang dimaksud adalah orang dewasa dengan
berusaha mempengaruhi dan memberi perlindungan serta pertolongan
yang ditujukan ke arah kedewasaan anak didiknya. Pertolongan tersebut
berupa bimbingan terhadap fungsi-fungsi rohani anak didiknya, oleh
karena itu pertolongan tersebut bersifat pertolongan rohani.
102
Maksudnya adalah supaya kita semua dapat menyiapkan kesempurnaan
hidup yaitu kehidupan kita dan anak-anak, kita harus selaras dengan
alamnya dan masyarakat.
103
3. Pendidikan adalah perkembangan individu dan masyarakat, Maksudnya
adalah kekuatan untuk perkembangan sosial, yang membawa perbaikan
dalam setiap aspek masyarakat.
4. Pendidikan adalah transformasi perilaku, Perilaku manusia akan bisa
diubah dan ditingkatkan melalui proses pendidikan.
5. Pendidikan adalah pelatihan dan pembelajaran, Indra, pikiran, perilaku,
aktivitas manusia dan keterampilan akan diasah dengan cara yang baik dan
benar sehingga bisa bermanfaat dan menjawab segala masalah yang ada di
sosial/masyarakat.
6. Pendidikan adalah arahan dan instruksi, Pendidikan yang akan
menginstruksikan dan mengarahkan manusia sehingga manusia bisa
memberdayakan dirinya semaksimal mungkin dan bisa memenuhi
kebutuhannya.
7. Pendidikan adalah hidup, Makna hidup akan berkurang dan bahkan tidak
ada artinya tanpa pendidikan. Karena setiap aspek yang ada di kehidupan
membutuhkan pendidikan untuk perkembangan yang lebih baik.
8. Pendidikan adalah rekonstruksi berkelanjutan dari pengalaman,
Berdasarkan definisi John Dewey, pendidikan adalah rekonstruksi secara
berkesinambungan untuk mengubah pengalaman menuju cara yang
diinginkan secara sosial.
9. Pendidikan adalah kekuatan dan nila dalam diri manusia, dengan begitu
manusia berhak menjadi guru tertinggi di bumi. Dengan latar belakang
tersebut, peran pendidikan sangat berarti dan tidak terhitung bagi
masyarakat (manusia). Setiap masyarakat dan bangsa perlu membawa
kebahagiaan dan kemakmuran secara menyeluruh (holistik) untuk masing-
masing individu
B. Asas-asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir baik pada tahap perencanaan maupun dalam pelaksanaan.
Dasar inilah yang akan menjadi rancangan dalam penerapan kegiatan
104
pembelajaran. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang
memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan nasional. Asas-
asas tersebut bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah
perkembangan Pendidikan di Indonesia. Berikut beberapa asas-asas pendidikan
yang berada di Indonesia:
1. Asas Tut Wuri Handayani
Tut Wuri Handayani merupakan semboyan dunia pendidikan yang
diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara. Isi dari semboyan Tut Wuri
Handayani yaitu Ing Ngarsa Sung Tulada (jika di depan, menjadi contoh),
Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah, membangkitkan
kehendak, hasrat atau motivasi), dan Tut Wuri Handayani (Jika di
belakang, mengikuti dengan awas).
105
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan
batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi
keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
106
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan
guru, dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator di samping
peran-peran lain seperti informator, organisator, dan sebagainya. Sebagai
fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber
belajar, sehingga memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan
sumber-sumber tersebut. Di sisi lain sebagai motivator, mengupayakan
timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar.
C. Jenis-jenis Pendidikan
Di Indonesia mempunyai beberapa jenis jenjang pendidikan. Berikut jenis-
jenis pendidikan yang berada di Indonesia:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang diperoleh
secara teratur, sistematis, bertingkat/berjenjang, dan dengan mengikuti
syarat-syarat yang jelas. Berikut ini adalah satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan formal :
a. Taman Kanak-kanak (TK)
b. Raudatul Athfal (RA)
c. Sekolah Dasar (SD)
d. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
e. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
f. Madrasah Tsanawiyah (MTS)
g. Sekolah Menengah Atas (SMA)
h. Madrasah Aliyah (MA)
i. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
j. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
k. Perguruan Tinggi
l. Akademi
m. Politeknik
n. Sekolah Tinggi
o. Institut
107
p. Universitas
3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah Pendidikan yang berasal dari
lingkungan dan keluarga di mana peserta didiknya dapat belajar secara
mandiri. Beberapa yang termasuk di dalam pendidikan informal adalah:
a. Memulai Pendidikan dengan Keluarga
b. Pendidikan Informal juga telah disosialisasikan untuk menggapai
tujuan pendidikan nasional dimulai dari Keluarga
c. Homeschooling: Formal tapi Informal
d. Anak harus dibesarkan sejak lahir
e. Kurikulum pendidikan usia dini
D. Unsur-unsur Pendidikan
1. Peserta didik sebagai subjek yang di bimbing.
2. Pendidik sebagai orang yang membimbing.
108
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
4. Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang
sifatnya abstrak.
5. Dampak terhadap penyuluhan (bahan ajar).
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
7. Tempat bimbingan atau lingkungan pendidikan dalam proses
pembelajaran.
E. Manfaat Pendidikan
Pada dasarnya, pendidikan sangat penting untuk dilakukan untuk
keberlangsungan hidup individu. berikut beberapa manfaat dari pendidikan
yaitu:
1. Memberikan informasi dan pemahaman
2. Menciptakan generasi penerus bangsa
3. Memperdalam suatu ilmu pengetahuan
4. Gelar pendidikan untuk karier
5. Membentuk pola pikir yang ilmiah
6. Menambah pengalaman peserta didik
7. Mencapai aktualisasi diri
8. Mencegah terjadinya tindak kejahatan
9. Mengajarkan fungsi sosial dalam masyarakat
10. Meningkatkan produktivitas
11. Mengoptimalkan talenta seseorang
12. Membuat karakter bangsa
13. Mencerdaskan anak bangsa
109
baik, individu dapat mengoptimalkan tindakan mereka dan menahan diri untuk
berbuat yang tidak seharusnya mereka perbuat. Peran pendidik dalam
membentuk karakter generasi muda sangat penting dalam hal ini. Karena
pendidik yang dapat menjadikan tujuan pendidikan tercapai. Sekolah merupakan
medan latihan bagi para generasi muda dalam pembentukan karakter dan
mengaplikasikan karakter yang telah diajarkan oleh para pendidik.
110
BAB VIII
HAKIKAT & OBJEK ILMU
PENGETAHUAN SERTA
PENDEKATAN METODE DALAM
ILMU PENGETAHUAN
111
A. Pengertian Hakikat Ilmu Pendidikan
Kalau dilihat dari sejarah, pendidikan itu jauh lebih tua dari pada ilmu
pendidikan, karena pendidikan itu sudah ada terlebih dahulu sejak awal
terciptanya manusia. Sedangkan ilmu pendidikan baru lahir belakangan kira-kira
pada abad ke 19 Masehi. Sebelum lahir ilmu pendidikan, manusia melakukan
tindakan mendidik dengan didasari atas pengalaman, intuisi, dan kebijaksanaan
(Hasbullah : 1997). Pengertian ilmu pendidikan tidak terlepas dari dua kata yang
dipadukan yaitu ilmu dan pendidikan. Pengertian ilmu adalah Pengetahuan
tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu. Sedangkan, pengertian pendidikan yaitu usaha-usaha yang
sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan
peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat
mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi.
Akan tetapi, banyak dari para ahli mempunyai pengertian tentang ilmu
pendidikan menurut pendapat masing-masing. Berikut beberapa pendapat terkait
pengertian ilmu pendidikan menurut para ahli:
1. Prof. Dr. N. Driyarkara
Menyebutkan bahwa ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah
tentang realitas yang kita sebut mendidik dan dididik. Pemikiran ilmiah ini
bersifat kritis, metodis, dan sistematis.
112
2. Sutari Imam Bernadib
Mendefinisikan ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari suasana dan proses-proses pendidikan.
3. Prof. Brodjonegoro
Ilmu pendidikan atau paedagogi adalah teori pendidikan,
perenungan tentang pendidikan. dalam arti yang luas paedagogi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik
pendidikan.
113
Ilmu pendidikan sistematis adalah ilmu yang memberikan pemikiran
secara tersusun dan lengkap tentang masalah pendidikan. Ilmu ini
membahas secara umum, abstrak dan obyektif semua masalah pokok
dalam pendidikan. Ilmu pendidikan sistematis juga disebut dengan ilmu
pendidikan teoritis. Para pendidik mengatur dan menyistemkan masalah-
masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. Di dalam ilmu
pendidikan sistematis ini praktik-praktik pendidikan disusun secara
teoritis. Jadi, ilmu pendidikan ini menyajikan rangkuman materi-materi
yang menjadi acuan dalam pendidikan.
114
5. Ilmu Pendidikan Sosial
Ilmu pendidikan sosial adalah suatu usaha membimbing individu
agar dapat hidup serasi dengan masyarakatnya dan dapat mengambil atau
melaksanakan usaha-usaha demi kemajuannya itu. Seperti diketahui,
setiap individu mempunyai dua aspek yaitu aspek individu dan aspek
sosial, maka ilmu pendidikan sosial ini yang memperhatikan aspek sosial
tersebut.
115
di tuju oleh pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang
tidak dapat di lepaskan dari sebuah tujuan yang hendak di capainya. Hal ini di
buktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia.
Tujuan pendidikan secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
1. Mencerdaskan kehidupan manusia
2. Membangun potensi dalam diri
3. Meningkatkan kualitas bangsa
4. Membangun karakter generasi baru dengan lebih baik
2. Metode Eksplanatori
Metode ini bersangkut paut dengan pertanyaan tentang kondisi dan
kekuatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.
3. Metode Teknologis
Metode ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan bagaimana
melakukannya dalam rangka menuju keberhasilan pencapaian tujuan-
tujuan yang diinginkan.
4. Metode Deskriptif-Fenomenologis
Metode ini mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan
dan kemudian mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang hakiki.
5. Metode Hermeneutis
116
Metode ini untuk memahami kenyataan pendidikan yang konkret
dan historis untuk menjelaskan makna, struktur dan kegiatan pendidikan.
2. Objek formal
Objek formal adalah bidang yang menjadi keseluruhan ruang
lingkup garapan riset pendidikan. Seperti upaya untuk mendidik,
membimbing, dan melatih siswa menuju perbaikan dan berkaitan
117
dengan persoalan pendidikan. Objek formal juga berarti sudut tinjauan
dari penelitian atau pembicaraan yang dilakukan oleh seseorang
terhadap suatu ilmu pengetahuan atau bisa dikatakan sudut pandang
dari mana objek material itu disorot. Jika sudut pandang itu logis,
konsisten dan efisien maka dihasilkanlah sistem filsafat yang lebih
kepada pembahasan secara mendalam.
118
Menurut Checkland, berdasarkan sejarah perkembangan ilmu, di
dapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan ilmiah yaitu:
a. Reductionism adalah pendekatan yang mereduksi kompleksitas
permasalahan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga
dapat dengan mudah di amati dan di teliti.
b. Repeatability adalah Suatu pengetahuan di sebut ilmu, bila
pengetahuan tersebut dapat di cek dengan mengulang eksperimen
atau penelitian yang di lakukan oleh orang lain di tempat dan waktu
yang berbeda.
c. Refutation adalah sifat ini mensyaratkan bahwa suatu ilmu harus
memuat informasi yang dapat di tolak kebenarannya oleh orang lain.
b. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan
berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung
menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika.
Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara
berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk
menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang
bersifat umum.
c. Empirik
119
Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman
sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang
ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat
sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu:
1) Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan
(ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
2) Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
3) Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada
penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
4. Replikatif
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji
kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama
bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar
bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi
langkah penting bagi seorang peneliti.
120
lain akal sehat dapat menyesatkan manusia dalam mengambil suatu
keputusan.
sss
b. Wahyu
Merupakan suatu pengetahuan yang datang secara langsung
dari tuhan, sama sekali bukan merupakan usaha aktif manusia
melalui kegiatan kenalaran.
c. Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang
cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya. Biasanya didapat
dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari.
Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal yang sistematik, dan
pendekatan ini merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu
melalui bisikan hati.
d. Coba-Coba
Serangkaian percobaan yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan menggunakan cara dan materi yang berbeda-beda,
dilaksanakan tanpa menggunakan metode yang bersifat sistematis.
121
INTISARI
122
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, Wahyu Riska Elsa. 2014. Manusia Menurut Pandangan Filsafat. https://
www.kompasiana.com/wrep/5520266981331141709de5e6/manusia-
dalam-pandangan-filsafat. Diakses pada tanggal 29 Juni 2022 pukul 23.13.
Khasinah, Siti. 2013. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat.
https://media.neliti.com/media/publications/82677-ID-hakikat-manusia-
menurut-pandangan-islam.pdf. Diakses pada tanggal 30 Juni 2022 pukul
02.10.
123
Tysara, Laudia. 2021. HAKIKAT ADALAH KENYATAAN YANG SEBENARNYA,
SIMAK CONTOH KALIMATNYA. https://hot.liputan6.com/read/4705991/
hakikat-adalah-kenyataan-yang-sebenarnya-simak-contoh-kalimatnya.
Diakses pada tanggal 01 Juni 2022 pukul 14.30.
Astuti, Novi Fuji. 2021. Hakikat adalah Inti Sari atau Dasar, Berikut
Penjelasannya Menurut. https://www.merdeka.com/jabar/hakikat-adalah-
inti-sari-atau-dasar-berikut-penjelasannya-menurut-kbbi-kln.html. Diakses
pada tanggal 02 Juli 2022 pukul 16.05.
Thabroni, Gamal. 2022. Filsafat: Pengertian, Ciri, Contoh & Fungsi Menurut Pada
Ahli. https://serupa.id/filsafat-umum/. Diakses pada tanggal 01 Juni 2022
pukul 19.13.
Nugraha, Muh. Reza dkk. 2018. Makalah Dimensi Kajian Filsafat Ilmu (Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi). http://muhrezanugraha.blogspot.com/2018/12
/makalah-dimensi-kajian-filsafat-ilmu.html. Diakses pada tanggal 01 Juni
2022 pukul 21.55.
124
Umami, Rizka Hidayatul, M. David Wardani Dan Nur Fatku Rohman. 2015.
FILSAFAT KRITISISME IMMANUEL KANT. https://www.morfobiru.com/
2015/06/makalah-kritisisme-immanuel-kant.html. Diakses pada tanggal 3
Juli 2022 pukul 23.34.
Thabroni, Gamal. 2021. Realisme – Pengertian, Ciri, Tokoh, Contoh Karya &
Analisis. https://serupa.id/realisme/. Diakses pada tanggal 4 Juli 2022 pukul
00.08.
Thabroni, Gamal. 2021. Naturalisme – Pengertian, Ciri, Tokoh, Contoh Karya &
Analisis. https://serupa.id/naturalisme/. Diakses pada tanggal 4 Juli 2022
pukul 00.20.
125
Muchith, Abdul. 2014. Aliran Eksistensialisme dalam Filsafat
https://www.kompasiana.com/abdulmuchith/54f7c4b8a33311641e8b4a99/
aliran-eksistensialisme-dalam-filsafat. Diakses pada tanggal 4 Juli 2022
pukul 00.33.
126
Septi, Malinda Wani dan Mila Mahara. 2022. Hakikat Pengetahuan. https://www.
academia.edu/34937668/Makalah_filsafat_Hakikat_pengetahuan. Diakses
pada tanggal 5 Juli 2022 pukul 02.39.
127
Zakiyah, Fadiya Marwa dkk. 2022. HAKIKAT PENGETAHUAN DAN ILMU,
PENGERTIAN DAN PENDEKATAN DALAM FI, FUNGSI DAN ARAH.
Jakarta.
Nugroho, Faozan Tri. 2020. Pengertian Fakta Dan Opini: Ciri, Perbedaan, dan
Contohnya. https://www.bola.com/ragam/read/4428974/pengertian-fakta-
dan-opini-ciri-perbedaan-dan-contohnya. Diakses pada tanggal 7 Juli 2022
pukul 04.15.
128
Supardi. 2009. Filsafat, Ilmu dan Ilmu Sosial.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304486/pendidikan/diktat+Dasar-
dasar+Ilmu+Sosial.pdf. Diakses pada tanggal 7 Juli 2022 pukul 04.15.
Arwanda, Muhammad, Nurhayati, dan Jopi. 2021. Teori Koherensi dan Pragmatik.
https://pusaranmedia.com/read/2129/teori-koherensi-dan-pragmatik.
Diakses pada tanggal 7 Juli 2022 pukul 06.43.
Hibatullah, Alif Ijlal. 2020. Kebenaran Ilmiah Dari Filsafat Pengantar Ilmu.
https://www.researchgate.net/publication/343188678_Kebenaran_Ilmiah_
dari_Filsafat_Pengantar_Ilmu. Diakses pada tanggal 7 Juli 2022 pukul
06.48.
Darus. 2020. Sejarah Singkat Perkembangan Filsafat (Dari Yunani Kuno Hingga
Modern). https://www.darus.id/2020/06/sejarah-perkembangan-filsafat-
129
dari-yunani-hingga-modern.html. Diakses pada tanggal 7 Juli 2022 pukul
10.00.
130
Ega, Galih. 2022. Modul 1 ETIKA, MORAL, NILAI DAN NORMA.
https://www.academia.edu/23212148/PENGERTIAN_ETIKA_MORAL_
NILAI_DAN_NORMA. Diakses pada tanggal 9 Juli 2022 pukul 05.15.
Pijar. 2021. Pendidikan – 3 Jalur pendidikan Formal, Non Formal dan Informal.
https://pijarsekolah.id/pendidikan-3-jalur-pendidikan-formal-non-formal-
dan-informal/. Diakses pada tanggal 12 Juli 2022 pukul 11.43.
131
Redaksi. 2022. 20 Manfaat Pendidikan bagi Masyarakat.
https://manfaat.co.id/manfaat-pendidikan. Diakses pada tanggal 12 Juli
2022 pukul 11.45.
132
Sari, Rofiana Fika. 2020. Pengertian Ilmu Pendidikan Dan Tujuannya.
https://www.idpengertian.net/pengertian-ilmu-pendidikan/. Diakses pada
tanggal 13 Juli 2022 pukul 00.21
133
!!!HELLO!!!