Anda di halaman 1dari 13

PROBLEMATIKA AKHLAK DALAM KEHIDUPAN

Disusun Oleh : Lola Aulika – 202145570006


Dosen : Ismail, S.Ag., M.A.
Kelas : S6D

PROGRAM STUDI (S1) ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Problematika Akhlak dalam
Kehidupan”, yang mana makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca.
Demikian makalah ini disusun, apabila ada kata–kata yang kurang berkenan dan banyak
terdapat kekurangan, penulis penngucapkan mohon maaf yang sebesar – besarnya.

Jakarta, 01 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………................................................1
KATA PENGANTAR………………………………………………..................................................2
DAFTAR ISI………………………………………………........................................
…………….....3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………….....................................................4
A. Latar Belakang……………………………………………............................................4
B. Rumusan Masalah………………………………………...............................................4
C. Tujuan………………………………………………………..................................…...4
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA………………………………...........................................................5
A. Pengertian Akhlak dalam Islam...........………...............................................................5
B. Pengertian Ilmu dalam
Islam...........................................................................................6
BAB III
PEMBAHASAN………………………………………….....................................................7
A. Hakikat Akhlak Mencakup Dua syarat Menurut AL-
Ghazali……………………….....7
B. Ruang Lingkup Akhlak.........
………………………………..........................................7
C. Sumber – Sumber Ajaran
Akhlak ..................................................................................8
D. Kutamaan Ilmu dalam Islam……………....…………...................................................9
E. Sumber
Ilmu ...................................................................................................................9
F. Cara Mendapatkan
Ilmu ...............................................................................................10

3
G. Ilmu yang
Berguna........................................................................................................11
H. Hubungan Akhlak dan Ilmu dalam
Islam .....................................................................11
BAB IV PENUTUP………………………………………………………........................................12
A. Kesimpulan…………………………………………………….................................12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….........................................13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak adalah salah satu khasanah intelektual para muslim yang kehadirannya
sangat penting bagi kehidupan. Akhlak adalah hal yang penting dalam keberlangsungan hidup.
Dengan akhlak, manusia akan memiliki pedoman dan penerang bagi hidupnya selama di dunia.
Manusia harus senantiasa burusaha berbuat baik terhadap sesamanya dan berusaha menghindari
perbuatan yang akan berdampak buruk pada dirinya dan juga orang-orang disekitarnya agar selamat
di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW, dalam dakwahnya mengedepankan penyempurnaan akhlak
untuk disampaikam kepada para sahabat agar mereka memperbaiki setiap perbuatan yang mereka
lakukan saat itu. Dewasa ini, akhlak menjadi nilai penting yang harus dijaga karena akhlak saat ini
mengalami kemerosotan dari zaman ke zamannya. Permasalahan akhlak menjadi hal yang sangat
serius. Apabila akhlak tidak dibenahi sedari sekarang dan dibiarkan begitu saja akan
menghancurkan masa depan bangsa dan agama. Oleh karena itu, problematika akhlak dalam
kehidupan harus diatasi dengan sebaik-baiknya. Masyarakat harus tetap menjaga nilai-nilai
kebaikan dalam bertingkah laku. Peran akhlak harus mempengaruhi kehidupan non-spiritual

4
masyarakat. Dengan begitu akhlak sebagai bagian dari kehidupan spiritual dapat
menjadi penyeimbang kehidupan dunia agar tidak terlepas dari norma-norma agama.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini mengangkat masalah mengenai: “Problematika Akhlak dalam Kehidupan?”, untuk
menjawab permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya perincian dengan menggunakan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak dan problematika?
2. Bagaimana problematika akhlak dalam kehidupan saat ini?
3. Mengapa akhlak penting dalam kehidupan?
4. Bagaimana upaya untuk mengatasi problematika akhlak dalam kehidupan?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan maksud dari akhlak dan problematika
2. Mengetahui apa saja yang menjadi problematika akhlak dalam kehidupan saat ini.
3. Mengetahui seberapa penting akhlak dalam kehidupan.
4. Mengetahui berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi problematika akhlak

yang ada pada kehidupan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Akhlak dalam Islam


Menurut bahasa (Etimonologi) Akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi'at, akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun.
Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut
wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh, dalam bahasa yunani pengertian khuluq ini
disamakan dengan kata ethcicos kemudian berubah menjadi etika.

5
Pendapat lain tentang Akhlak merupakan bentuk jama’ dari kata khuluq. Kata khuluq adalah
lawan dari kata khalq, yang mana khuluq merupakan bentuk batin sedangkan khalq merupakan
bentuk lahir. Khalq dilihat dengan mata lahir (bashar) sedangkan khuluq dilihat dengan mata batin
(bashirah). Yang keduanya berasal dari katanya adalah kata khalaqa yang artinya penciptaan.
Dalam kamus al-munjadid khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat,
akhlak diartikan sebagai ilmu tata karma, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia,
kemudian memberi penilaian perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata
Susila.
Akhlak adalah suatu bentuk (karakter) yang kuat di dalam jiwa yang darinya muncul
perbuatan yang bersifat iradiyah ikhtiyariyah (kehendak pilihan) berupa, baik atau buruk, indah atau
jelek, sesuai pembawaannya, menerima pengaruh pendidikan yang baik dan buruk.

B. Pengertian Problematika
Dari segi bahasa, problematika merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris
“problematic” atau persoalan. Problematika merupakan persoalan yang dalam pemecahan
masalahnya terdapat beberapa kemungkinan, tetapi kemungkinan tersebut diterapkan tanpa adanya
evaluasi dari setiap persoalannya. Persoalan yang timbul dalam problematika adalah persoalan
yang sifatnya sukar untuk dilerai dalam prosesnya, baik itu yang berasal dari internal ataupun
eksternal. Persoalan yang datang dari dua faktor tersebut memungkinkan terjadinya suatu
kebingungan sehingga dalam penyelesaian persoalan tidak akan ditemukan evaluasi. Persoalan
tersebut akan membuat suasana yang muram, sulit, dan perlu dilakukan pemecahan tanpa dilakukan
penilaian terlebih dahulu. Tidak ada penilaian mengenai hal apa yang harus didahulukan dan hal
apa yang haris dikesampingkan terlebih dahulu.
Jadi, intinya problematika adalah sebuah persoalan yang belum dapat ditemukan pemecahan
masalahnya, sehingga untuk mencapai suatu tujuan akan terdapat hambatan dan mengakibatkan
pemecahan tersebut tidak berjalan dengan maksimal.

BAB III
PEMBAHASAN

6
A. Problematika Akhlak dalam Kehidupan
Globalisasi berpengaruh pada peradaban dunia termasuk pada kehidupan masyarakat
modern. Masyarakat modern meyakini bahwa kemajuan kehidupan dapat diselesaikan dengan
kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu
pengetahuan pada masyarakat modern sehingga membuat stigma bahwa teknologi dan ilmu
pengetahuan diatas apapun dan mengabaikan spiritual. Penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan
masih sering digunakan oleh masyarakat yang kurang bertanggung jawab sehingga teknologi dan
ilmu pengetahuan yang terus berkembang menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan.

B. Ruang Lingkup Akhak


Secara umum akhlak Islam dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Akhlak mulia (alakhlaq al-mahmudah/al-karimah)
Akhlak terpuji atau akhlakul mahmudah yaitu golongan akhlak yang seharusnya
dimiliki oleh seorang muslim. Akhlakul mahmudah meliputi sifat sabar, juju, rendah
hati, dermawan, sopan, gigih, rela berkorban, adil, bijaksa, lembut dan santun, tawakal,
dan masih banyak lagi.
Seorang muslim yang memiliki akhlakul mahmudah, dalam kehidupan sehari-hari
akan menjaga tutur kata dan perbuatannya. Sebagai seorang muslim, sudah menjadi
sebuah keharusan untuk menjaga akhlakul mahmudah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Akhlak tercela (al-akhlaq almadzmumah/al-qabihah).
Akhlak tercela atau akhlakul mazmumah yaitu golongan akhlak atau tindakan buruk
yang harus dihindari oleh setiap manusia. Akhlak mazmumah ini harus dijauhi karena
dapat mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain. Beberapa contoh
akhlakul mazmumah yaitu sifat sombong, iri, dengki, tamak, hasad, takabur, ghibah, dan
lain sebagainya. Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita menjauhi akhlakul
mazmumah. Hal ini karena akhlak ini sangat dibenci oleh Allah SWT.
Kemudian dilihat dari ruang lingkupnya, akhlak Islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Akhlak terhadap Khaliq (Allah SWT.)
2. Akhlak terhadap makhluq (ciptaan Allah).
Akhlak terhadap makhluk masih dirinci lagi menjadi beberapa macam, seperti
◆ Akhlak terhadap sesama manusia

7
◆ Akhlak terhadap makhluk hidup selain manusia (seperti tumbuhan dan binatang)
◆ Akhlak terhadap benda mati
Ruang lingkup akhlak dalam pandangan Islam sangatlah luas menurut Yatim, ruang lingkup
akhlak adalah :
1) Perasaan akhlak ialah kekuatan seseorang dapat mengetahui suatu perilaku, sesuaikah
dengan akhlak baik atau tidak.
2) Pendorong akhlak atau stimulant yaitu kekuatan yang menjadi sumber kelakuan akhlak.
3) Ukuran akhlak oleh sebagian ahli diletakkan sebagai alat penimbang perbuatan baik dan
buruk pada faktor yang ada dalam diri manusia.
4) Tujuan akhlak adalah melakukan akhlak mulia atau tidak.
5) Pokok-pokok ilmu akhlak Pokok pembahasan ilmu akhlak ialah tingkah laku manusia
untuk menetapkan nilainya, baik atau buruk.

C. Sumber-Sumber Ajaran Akhlak


Sumber ajaran akhlak ialah al-Qur’an dan hadits. Tingkah laku Nabi Muhammad SAW
merupakan teladan bagi umat manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S.
alAhzab/33: 21)12 Dalam tafsir Al-Lubab dijelaskan bahwasanya ayat tersebut menyatakan
“Sungguh telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah Muhammad SAW teladan yang baik bagi orang
yang senantiasa mengharap rahmat dan kasih sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat serta
teladan bagi mereka yang berdzikir mengingat Allah dan banyak menyebutnya”. Maksudnya sosok
Nabi Muhammad SAW dan kepribadian beliau merupakan teladan bagi umat manusia.
Ada tiga aspek besar yang dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:
1. Aspek tauhid atau akidah, yaitu berhubungan dengan upaya pembersihan diri dari bahaya
syirik dan keberhalaan, serta pendidikan jiwa terkait rukun iman.
2. Aspek akhlak, yaitu yang berhubungan dengan upaya pendidikan diriatau jiwa agar
menjadi insan mulia, dan mampu membangun hubungan baik antar sesama manusia dan
makhluk Allah lainnya
3. Aspek hukum, yaitu tataran peraturan yang ditentukan berdasarkan diktum dan pasal
tertentu dalam al-Qur’an yang mesti diikuti.

8
D. Keutamaan Ilmu dalam Islam
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap
ilmu (sains). Al-Qur’an dan Al-Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan
ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengatahuan pada derajat yang tinggi.
Di dalam Al-Qur’an kata ilmu dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat
Al-Qur’an yang diwahyukan pertama kepada Nabi Muhammad SAW, menyebutkan pentingnya
membaca bagi manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Alaq ayat 1-5 yang artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhanmu yang Menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dalam hadis-hadis Nabi juga terdapat pernyataan-pernyataan yang memuji orang yang
berilmu dan mewajibkan menuntut ilmu antara lain: Mencari ilmu wajib bagi setiap muslimin.
Carilah ilmu walaupun di negeri Cina. Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahad. Para
ulama itu adalah pewaris Nabi. Pada hari kiamat di timbanglah tinta ulama dengan darah syuhada,
maka tinta ulama di lebihkan dari darah syuhada.

E. Sumber Ilmu
Al-Qur’an menunjukkan empat sumber untuk memperoleh ilmu pengetahuan:
1. Al-Qur’an
2. As-Sunnah Alam Semesta
3. Diri manusia sendiri
4. Sejarah Umat Manusia
Adapun arah dan tujuan ilmu pengetahuan bahwa ayat Al-Qur’an begitu banyak yang
berbicara tujuan ilmu seperti untuk mengenal tanda-tanda kekuasaan-Nya, menyaksikan
kehadiranNya di berbagai fenomena yang kita amati mengagungkan Allah serta bersyukur kepada-
Nya di samping itu, Al-Qur’an menyebutkan pula tiga hal lainnya dalam mengembangkan ilmu

9
antara lain Ilmu pengetahuan harus menemukan keteraturan (sistem), hubungan sebab akibat dan
tujuan di alam semesta (QS.67:3).
Ilmu harus dikembangkan untuk mengambil manfaat dalam rangka mengabdi kepada Allah,
sebab Allah swt, telah menundukkan segala apa yang ada di langit dan di bumi untuk kepentingan
manusia. (QS.22:65).
Ilmu harus dikembangkan dengan tidak menimbulkan kerusakan di bumi. (QS.7:56)19.

F. Cara Mendapatkan Ilmu


Ada beberapa cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang diterangkan dalam al- Qur’an:
1) Lewat eksperimen dan pengamatan indrawi (QS. 29:20) 2)
2) Lewat akal yaitu dengan jalan ta’aqqul, tafaqquh dan tazakkur (merenungkan,
memikirkan, memahami dan mengambil pelajaran), (QS. 2:164).
3) Lewat wahyu atau ilham. Allah dapat memberikan kepada manusia yang dikehendaki
tanpa proses berfikir ataupun pengamatan empiris, tetapi diberikan secara langsung. (QS.
2:251)
Noeng Muhajir mengatakan bahwa secara ilmiah sedikit telah memberikan jawaban kepada
kita mengenai hal ini bahwa; ilmu adalah kekuasaan, apakah kekuasaan itu akan merupakan berkat
atau malapetaka bagi ummat manusia, semua itu terletak pada orang yang menggunakan kekuasaan
itu. Ilmu baginya adalah bersifat netral, ilmu tidak mengenal sifat baik atau buruk dari si pemilik
ilmu itulah yang harus punya sikap, jalan yang akan di tempuh dalam menggunakan ilmu itu
terletak ada sistem nilai si pemilik ilmu itu. Dengan kata lain netralitas ilmu hanya pada dasar
epistemologisnya saja, sedangkan secara ontologis dan axiologi, seorang ilmuan harus mampu
menilai antara yang baik dan yang buruk pada akhirnya mengharuskan dia untuk menentukan sikap.

G. Ilmu yang Berguna


Memperhatikan ayat Al-Qur’an mengenai perintah menuntut ilmu kita akan temukan bahwa
perintah itu bersifat umum, tidak terkecuali pada ilmu-ilmu yang disebut ilmu agama, yang
ditekankan dalam Al-Qur’an adalah apakah ilmu itu bermanfaat atau tidak.
Adapun kriteria ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang ditujukan untuk mendekatkan diri
kepada sang khalik sebagai bentuk pengabdian kepada-Nya. Dalam QS Adz.zariyat/51: 56 Allah

10
SWT “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku”. Selanjutnya juga ditegaskan dalam firman Allah swt (QS. Yasin/36:61 “Dan hendaklah kamu
menyembah-Ku.
Inilah jalan yang lurus”. Pada hakekatnya untuk menghasilkan ilmu yang tidak hanya
berkualitas dan kompeten secara professional tetapi juga seorang manusia yang dapat dipercaya
secara spiritual, intelektual dan moral serta etis dengan berdasarkan pada hubungan integral dan
hamonis dengan Penciptanya, dengan sesama manusia dengan lingkungan alam.

H. Hubungan Akhlak dan Ilmu dalam Islam


Saat ini banyak dari kita yang terlalu tergesa-gesa dalam menuntut ilmu, bahkan sampai
membuat mereka lupa akan kewajiban untuk mempelajari adab atau akhlak sebelum mereka
mencari ilmu. Islam tak hanya menekan pentingnya ilmu. Akhlak mulia juga sangat penting,
bahkan lebih penting lagi.

Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda, “Bahwa sesungguhnya aku diutus untuk


menyempurnakan akhlak mulia.” Seorang ulama berkata, “Belajar satu bab adab lebih baik
daripada engkau belajar 70 bab ilmu.” Imam Malik bin Anas adalah salah satu ulama besar. Beliau
adalah guru dari Imam Syafi`i dan sahabat berdiskusi Imam Abu Hanifa. Semua kejeniusan Imam
Malik tidak lepas dari peran ibunya.

Ibunya ingin agar Imam Malik menjadi seorang ulama, maka ia mengirimnya untuk belajar
di rumah seorang ulama besar bernama Rabi`ah bin Abdurrahman. Sebelum berangkat ibunya
berpesan, “Pelajarilah adab Syaikh Rabi`ah sebelum belajar ilmu darinya.” Sebuah pesan singkat,
namun sarat dengan makna. Adab memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam menuntut ilmu.

Terdapat sebuah kisah yang bisa kita teladani dari seorang sahabat Nabi, yakni Hadhrat
Ubay bin Ka’ab ra. Suatu hari Ubay bin Ka’ab sedang menunggu kendaraan, maka Ibnu Abbas
(saudara sepupu nabi) segera mengambil hewan kendaraannya agar Ubay bin Ka’ab menaikannya
kemudian Ibnu Abbas berjalan bersamanya. Maka berkata lah Ubay bin Ka’ab kepadanya, “Apa ini,
Wahai Ibnu Abbas?”, Ibnu Abbas menjawab, “Beginilah kami diperintahkan untuk menghormati
ulama kami.” Ubay menaiki kendaraan sedangkan Ibnu Abbas berjalan di belakang hewan
kendaraannya. Ketika turun, Ubay bin Ka’ab mencium tangan Ibnu Abbas. Lalu Ibnu Abbas

11
bertanya, “Apa ini?” Ubay bin Ka’ab menjawab, “Begitulah kami diperintahkan untuk
menghormati keluarga Nabi kami.”

Adab dan akhlak merupakan pondasi kita sebagai seorang muslim. Begitu pentingnya adab
dan akhlak yang baik dari seseorang sampai seorang Imam Malik berkata, “Pelajarilah akhlak
sebelum mempelajari suatu ilmu.” Karena tanpa adanya adab dan akhlak maka ilmu yang
dikumpulkan sebanyak apapun, hanyalah sekedar tumpukan pengetahuan, namun tidak
mencerminkan keindahan dan kelezatan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak adalah suatu bentuk (karakter) yang kuat di dalam jiwa yang darinya muncul
perbuatan yang bersifat iradiyah ikhtiyariyah (kehendak pilihan) berupa, baik atau buruk, indah atau
jelek, sesuai pembawaannya, menerima pengaruh pendidikan yang baik dan buruk.
Secara kebahasaan, ilmu berasal dari akar kata ‘ilm yang diartikan sebagai tanda, penunjuk,
atau petunjuk agar sesuatu atau seseorang dikenal. Demikian juga ma’lam, artinya tanda jalan atau
sesuatu agar seseorang membimbing dirinya atau sesuatu yang membimbing seseorang. Selain itu,
‘alam juga dapat diartikan sebagai penunjuk jalan.
Adab dan akhlak merupakan pondasi kita sebagai seorang muslim. Karena tanpa adanya
adab dan akhlak maka ilmu yang dikumpulkan sebanyak apapun, hanyalah sekedar tumpukan
pengetahuan, namun tidak mencerminkan keindahan.

DAFTAR PUSTAKA

karyatulisilmiah.com/pengertian-definisi-bangunan-tinggi/

https://islamrahmah.id/mana-yang-didahulukan-akhlak-atau-ilmu/

12
http://maphikmah.blogspot.com/2015/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Zainal Abidin, Muh (2011). KONSEP ILMU DALAM ISLAM: TINJAUAN TERHADAP MAKNA,
HAKIKAT, DAN SUMBER-SUMBER ILMU DALAM ISLAM

13

Anda mungkin juga menyukai