Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH :

BUDAYA AKADEMIK, ETOS KERJA, SIKAP


TERBUKA DAN ADIL
OLEH
KELOMPOK 12

ASTUTTI H. LASUNTE
INDRIYA PUTRI HUSAIN
MUFIAJENG M. MISIJEN

KELAS : 1A
PRODI: D III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

2014/2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas terselesaikannya
makalah ini dengan judul “BUDAYA AKADEMIK, ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN
ADIL” sebagai hasil penugasan mata ajaran PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.
Dengan terselesaikannya makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Amin.

Makalah ini tidaklah luput dari kekurangan, oleh karena itu kami memohon maaf atas
segala kekurangan tersebut dan kami mengharapkan juga saran dan kritik untuk membangun
makalah ini.

Demikian sedikit dari kami, atas perhatian kritik dan saran kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Gorontalo, 6 Oktober 2014

Kelompok 12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR……………………………………………….......………….......2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...................3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………....................4
A. Latar Belakang …………………………………………………................ 4
B. Tujuan…………….. ………………………………………………………. 4
C. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN………………………..………………………………………..6     
A. Budaya Akademik…………………………………………………........................6      
a.  Pengertian Budaya Akademik...……………………………..…….......6      
b.  Pembahasan Tentang  Budaya Akademik..………………………………7     
d. Meningkatkan Budaya Akademik / SDM Mahasiswa ......................9       

    B. Etos Kerja Dalam Islam…………………………………………10    


       a. Pengertian etos kerja………………………………………………....…....10.  
         b. fungsi dan tujuan etos kerja……………….................……..........11     
   C. Keterbukaan dan keadilan……………………………………………………. 12
1. Pengertian keterbukaan dan keadilan……………………………………..12
2. Macam-macam keadilan…………………………………………………..12
D. pandangan islam terhadap budaya……………………………………………14
1.akademik……………………………………………………………………14
2.etos kerja………………………………………………………………………14
3.keterbukaan……………………………………………………………………14
4.keadilan……………………………………………………………………….14
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………15       
       A. Kesimpulan………………………………………………………....     15
B. Saran………………………………………………………………..     15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………      17
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang universal, karena itu masalah-masalah yang ada dalam masyarakat sudah
barang tentu diatur di dalam ajaran Islam. Kajian tentang Al Quran serta kandungan ajarannya tampaknya
tidak akan pernah selesai dan akan berlanjut sepanjang zaman. Keajaibannya akan senantiasa muncul
kepermukaan bagaikan mata air yang tidak pernah kering dan akan selalu menjadi inspirasi kehidupan
ummat Islam. Al Quran akan selalu hadir dalam kehidupan yang sarat dengan berbagai persoalan hidup
yang dialami oleh umat Islam. Di sinilah letak salah satu keunikan Al Quran itu dan dari sini kita dapat
memahami mengapa orang yang mempercayainya tidak akan pernah meragukan validitas ajarannya dan
menganggapnya sebagai kebenaran mutlak dan final meski dipihak lain orang yang meragukan dan tidak
mempercayainya selalu berupaya untuk meruntuhkan kebenaran Al Quran baik dengan cara halus atau
kasar, dibungkus dengan metode ilmiah yang mengandung distorsi atau bahkan hanya dengan hujatan,
tanpa mengandung ilmiah yang layak dalam kajian akademis.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sudah representatif untuk mewujudkan pendidikan
multikultural(beragam budaya). Budaya merupakan Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih jauh tentang Budaya Akademik menurut Islam,
Budaya Etos Kerja menurut Islam, Budaya Sikap Terbuka dan Adil menurut Islam.

B. Tujuan masalah
Melalui makalah ini, kami berharap dapat berbagi pengetahuan tentang Budaya Akademik menurut
Islam, Budaya Etos Kerja, sikap terbuka dan keadilan menurut sehingga makalah ini dapat dijadikan
sebagai salah satu bacaan alternatif bagi mahasiswa yang ingin menambah pengetahuan tentang
pandangan Islam terhadap beberapa budaya.

C. Rumusan masalah:
a) mahasiswa dapat memahami budaya akademik.
b) Mahasiswa dapat memahami etos kerja
c) Mahasiswa dapat memahami sikap keterbukaan
d) Mahasiswa dapat memahami sikap adil
BAB II
pembahasan
A. Budaya Akademik

1. Pengertian Budaya Akademik.


            Cara hidup masyarakat ilmiah yang majemuk, multikultural yang bernaung dalam sebuah institusi
yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan objektifitas.
            Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan
kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga
pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
            Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju bersama
dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman. Perubahan dan pembaharuan dalam
kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang ideal senantiasa menjadi harapan dan dambaan
setiap insan yang mengabdikan dan mengaktualisasikan diri melalui dunia pendidikan tinggi dan
penelitian, terutama mereka yang menggenggam idealisme dan gagasan tentang kemajuan. Perubahan
dan pembaharuan ini hanya dapat terjadi apabila digerakkan dan didukung oleh pihak-pihak yang saling
terkait, memiliki komitmen dan rasa tanggung-jawab yang tinggi terhadap perkembangan dan kemajuan
budaya akademik.
            Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang yang
melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya akademik bukan perkara yang mudah.
Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan
akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik tersebut.
            Pemilikan budaya akademik ini seharusnya menjadi idola semua insan akademisi perguruaan
tinggi, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah dicapainya
kemampuan akademik pada tingkat guru besar (profesor). Sedangkan bagi mahasiswa adalah apabila ia
mampu mencapai prestasi akademik yang setinggi-tingginya.
            Khusus bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik tersebut ialah
terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi aktual dan mutakhir, diskusi substansial
akademik, dsb. Dengan melakukan aktivitas seperti itu diharapkan dapat dikembangkan budaya mutu
(quality culture) yang secara bertahap dapat menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan
mahasiswa dalam proses pendidikan di perguruaan tinggi.
            Oleh karena itu, tanpa melakukan kegiatan-kegiatan akademik, mustahil seorang akademisi akan
memperoleh nilai-nilai normative akademik. Bisa saja ia mampu berbicara tentang norma dan nilai-nilai
akademik tersebut didepan forum namun tanpa proses belajar dan latihan, norma-norma tersebut tidak
akan pernah terwujud dalam praktik kehidupan sehari-hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-segan
melakukan pelanggaran dalam wilayah tertentu, baik disadari ataupun tidak.
            Kiranya, dengan mudah disadari bahwa perguruan tinggi berperan dalam mewujudkan upaya dan
pencapaian budaya akademik tersebut. Perguruan tinggi merupakan wadah pembinaan intelektualitas dan
moralitas yang mendasari kemampuan penguasaan IPTEK dan budaya dalam pengertian luas disamping
dirinya sendirilah yang berperan untuk perubahan tersebut.
Berarti budaya akademik :
1.  Mahasiswa yang terlibat dalam berbagai bidang studi dan keahlian
     (disiplin ilmu).
2.  Bernaung dibawah Institusi Educative (Perguruan Tinggi) yaitu:
- Akademi                                                     
- Universitas
- Sekolah Tinggi
- Institut, dll
3.  Memfokuskan diri pada kajian Ilmu, Penelitian, Penemuan dan sebagainya
     secara ilmiah.
4.  Untuk pengembangan ilmu baru dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat atau Perguruan Tinggi
yang mendorong mahasiswa melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat).

2. Pembahasan Tentang Budaya Akademik


            Dari berbagai Forum terbuka tentang pembahasan Budaya Akademik yang berkembang di
Indonesia, menegaskan tentang berbagai macam pendapat di antaranya :
1) Konsep dan Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik
            Dalam situasi yang sarat idealisme, rumusan konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik
yang disepakati oleh sebagian besar responden adalah budaya atau sikap hidup yang selalu mencari
kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan
kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran kritis-analitis, rasional dan obyektif oleh warga masyarakat
yang akademik.
            Konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung perumusan karakteristik
perkembangannya yang disebut “Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik” yang meliputi
berkembangnya :
(1) penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif
(2) pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral
(3) kebiasaan membaca
(4) penambahan ilmu dan wawasan
(5) kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat
(6) penulisan artikel, makalah, buku
(7) diskusi ilmiah
(8) proses belajar-mengajar, dan
(9) manajemen perguruan tinggi yang baik

3) Kebebasan Akademik

           
            Dalam masyarakat akademik di Indonesia, kebebasan akademik yang berkaitan dengan kebebasan
berpendapat telah mengalami penderitaan yang panjang, selama puluhan tahun diwarnai oleh pelarangan
dan pembatasan kegiatan akademik di era pemerintahan Suharto. Kini kebebasan akademik telah
berkembang seiring terjadinya pergeseran pemerintahan dari Suharto kepada Habibie, dan makin
berkembang begitu bebas pada pemerintahan Abdurrahman Wahid, bahkan hampir tak terbatas dan tak
bertanggungjawab, sampai pada pemerintahan Megawati, yang makin sulit mengendalikan
perkembangan kebebasan berpendapat.
            Selain itu, kebebasan akademik kadangkala juga berkaitan dengan sikap-sikap dalam kehidupan
beragama yang pada era dan pandangan keagamaan tertentu menimbulkan hambatan dalam
perkembangan kebebasan akademik, khususnya kebebasan berpendapat. Dapat dikatakan bahwa
kebebasan akademik suatu masyarakat-bangsa sangat tergantung dan berkaitan dengan situasi politik dan
pemerintahan yang dikembangkan oleh para penguasa. Pelarangan dan pembatasan kehidupan dan
kegiatan akademik yang menghambat perkembangan kebebasan akademik pada lazimnya meliputi
(1) penerbitan buku tertentu
(2) pengembangan studi tentang ideologi tertentu, dan
(3) pengembangan kegiatan kampus, terutama demonstrasi dan diskusi yang bertentangan dengan
ideologi dan kebijakan pemerintah atau Negara

3. Meningkatkan Budaya Akademik / SDM Mahasiswa

                  
     1. Adanya Interaksi kegiatan kurikuler yang terstruktur tepat, baik pada beban kurikulum dan jumlah serta
bobot SKS mata kuliah.
      
2. Model manajemen yang baik dan terstruktur yang mampu mensinkronisasikan antara tujuan pribadi
(mahasiswa) dengan visi, misi dan tujuan Perguruan Tinggi, pangsa pasar.
3. Tersedianya sarana, prasarana dan sumber daya (dosen, karyawan) yang
  memadai.

4. Memahami Makna Budaya Akademik Dalam Islam

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan qalam.
Dia mengajarkan manusia terhadap hal-hal yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq)

Kejelasan tentang apa yang mesti dibaca melahirkan pertanyaan selanjutnya, “bagaimana cara
membacanya?”. Tegas Allah mengatakan bahwa pembacaan terhadap hal-hal di atas harus dilakukan
dengan orientasi ketuhanan (bi ism rabbik) artinya semuanya dilakukan dalam bingkai untuk
mendekatkan diri pada Alla
B.  Etos Kerja Dalam Islam
1. Pengertian Etos Kerja
            Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter,
serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok
bahkan masyarakat .
            Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan
keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
            Secara terminologis kata etos adalah yang mengalami perubahan makna yang meluas.
Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
a)         Suatu aturan umum atau cara hidup
b)         Suatu tatanan aturan perilaku.
c)         Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .

            Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan
yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.
            Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak.
Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan
mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .
            Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter
seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan
semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.
            Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga
merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilainilai yang berdimensi transenden.
           
            Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk
menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan berusaha secara
maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan
keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.

2. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja


            Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu.
Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
a)                     Pendorang timbulnya perbuatan.
b)                     Penggairah dalam aktivitas.
c)                     Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan
            menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.

            Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta,
kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan. Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti
luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non
materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti
sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah
karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang
disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.
            Manusia berbeda-beda dalam mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta,
kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah
tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan
di dunia tapi tidak melupakan kehidupan akhirat.

            Pandangan Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap sedalam-dalamnya sabda
nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja itu tergantung pada niat-niat yang dipunyai
pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja
yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya hanya bertujuan memperoleh simpati sesama
manusia belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya.

c. Keterbukaan dan keadilan

1. Pengertian Keterbukaan dan keadilan

Keterbukaan atau transparansi berasal dari kata dasar terbuka dan transparan, yang secara harfiah berarti
jernih, tembus cahaya, nyata, jelas, mudah dipahami, tidak keliru, tidak sangsi atau tidak ada keraguan. 
Dengan demikian Keterbukaan atau transparansi adalah tindakan yang memungkinkan suatu persoalan
menjadi jelas mudah dipahami dan tidak disangsikan lagi kebenarannya.  Kaitannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan, keterbukaan atau transparansi berarti kesediaan pemerintah untuk
senantiasa memberikan informasi faktual mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan proses
penyelenggaraan pemerintahan.
Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berasal darai kata adil yang berarti kejujuran,
kelurusan dan keikhlasan dan tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak sewenang-wenang.
Menurut Ensiklopedi Indonesia kata Adil berarti :

 Tidak berat sebelah atau tidak memihak kesalah satu pihak.


 Memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak yang harus diperolehnya.
 Mengetahui hak dan kewajiban, mana yang benar dan yang salah, jujur, tepat menurut aturan
yang berlaku.
 Tidak pilih kasih dan pandang siapapun, setiap orang diperlakukan sesuai hak dan kewajibannya.

2. Macam-Macam Keadilan

1) Keradilan Komutatif (iustitia commutativa) yaitu keadilan yang memberikan kepada masing-
masing orang apa yang menjadi bagiannya berdasarkan hak seseorang (diutamakan obyek tertentu
yang merupakan hak seseorang).
Contoh:

 adalah adil kalau si A harus membayar sejumlah uang kepada si B sejumlah yang mereka
sepakati, sebab si B telah menerima barang yang ia pesan dari si A.
 Setiap orang memiliki hidup.  Hidup adalah hak milik setiap orang,maka menghilangkan hidup
orang lain adalah perbuatan melanggar hak dan tidak adil

2)  Keadilan Distributif (iustitia distributiva) yaitu keadilan yang memberikan kepada masing-masing
orang apa yang menjadi haknya berdasarkan asas proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan
kecakapan, jasa atau kebutuhan.
Contoh:

 Adalah adil kalau si A mendapatkan promosi untuk menduduki jabatan tertentu sesuai dengan
kinerjanya selama ini.
 Adalah tidak adil kalau seorang pejabat tinggi yang koruptor memperoleh penghargaan dari
presiden.

3)  Keadilan legal (iustitia Legalis), yaitu keadilan berdasarkan Undang-undang (obyeknya tata
masyarakat) yang dilindungi UU untuk kebaikan bersama (bonum Commune).
Contoh:

 Adalah adil kalau semua pengendara mentaati rambu-rambu lalulintas.


 Adalah adil bila Polisi lalu lintas menertibkan semua pengguna jalan sesuai UU yang berlaku.

4) Keadilan Vindikatif (iustitia vindicativa) adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing
orang hukuman atau denda sesuai dengan pelanggaran atau kejahatannya.
Contoh:
 Adakah adil kalau si A dihukum di Nusa Kambangan karena kejahatan korupsinya sangat besar.
 Adalah tidak adil kalau koruptor hukumannya ringan sementara pencuri sebuah semangka
dihukum berat.

5)  Keadilan kreatif (iustitia creativa) adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang
bagiannya berupa kebebasan untuk mencipta sesuai dengan kreatifitas yang dimilikinya di berbagai
bidang kehidupan.
Contoh:

 Adalah adil kalau seorang penyair diberikan kebebasan untuk menulis, bersyair sesuai denga
kreatifitasnya.
 Adalah tidak adil kalau seorang penyair ditangkap aparat  hanya karena syairnya berisi keritikan
terhadap pemerintah.

6).  Keadilan protektif (iustitia protectiva) adalah keadilan yang memberikan perlindungan kepada
pribadi-pribadi dari tindakan sewenang-wenang pihak lain.
7) Keadilan Sosial
keadilan sosial adalah keadilan yang pelaksanaannyatergantung dari struktur proses eknomi, politik,
sosial, budaya dan ideologis dalam masyarakat.  Maka struktur sosial  adalah hal pokok dalam
mewujudkan keadilan sosial.  Keadilan sosial tidak hanya menyangkut upaya penegakan keadilan-
keadilan tersebut melainkan masalah kepatutan dan pemenuhan kebutuhan  hidup yang wajar bagi
masyarakat. rinsip tersebut,

D.   Pandangan Islam terhadap Budaya :


  

1.) Budaya Akademik


Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah
memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan
kualitas ibadah kepada Allah SWT.

2.) Etos Kerja


Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang
bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam
kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam pandangan Islam, etos kerja betujuan untuk
dua hal :

3) keterbukaan

Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka dan jujur, seseorang tidak mungkin meraih
keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalu tidak memiliki sikap terbuka dan
jujur. Karenaorang yang tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri sehingga tidak dapat
bekerjasama dengan orang lain. Apalagi kalu tidak jujur maka energinya akan tersita untuk
menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-qur’an dan Hadis memberi apresiasi yang
tinggi tehadap orang yang terbuka dan jujur.

4) adil

Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil. Makna yang diperkenalkan
Al-qur’an buka hanya dalam aspek hukum melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada
siapa  sikap adil itu harus ditujukan Al-qur’an memberi petunjuk bahwa sikap adil dissamping
kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk


jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal.

1.    Pandangan Islam terhadap Budaya :


a.) Budaya Akademik
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah
memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan
kualitas ibadah kepada Allah SWT.

b.)Etos Kerja
Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang
bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam
kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam pandangan Islam, etos kerja betujuan untuk
dua hal :
c) keterbukaan
Keterbukaan atau transparansi adalah tindakan yang memungkinkan suatu persoalan menjadi
jelas mudah dipahami dan tidak disangsikan lagi kebenarannya. 
d) keadilan
keadilan untuk bisa memberikan perlindungan kepada pribadi-pribadi dari tindakan sewenang-
wenang pihak lain.

B. Saran
a.            Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, pengetahuan yang dimiliki oleh penulis maupun para
mahasiswa dapat bertambah luas tentang Pandangan Budaya Menurut Islam terutama Budaya Akademik,
Etos kerja, Sikap Terbuka dan Adil, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan untuk
mempelajari dan memahami mata kuliah ini.
b.            Sebaiknya para mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini lebih memperdalam pengetahuannya,
karena dasar yang kokoh sangat penting untuk hasil yang maksimal di mata kuliah ini kedepannya nanti.
DAFTAR PUSTAKA

http://maknaartikel.blogspot.com/2010/01/budaya-akademik/survei.html
http://blogkita.info/budaya-akademik-2/
http://pustaka.wordpress.com/2007/01/06/48/
Konsep Kerja dalam Islam, Dr. Asyraf Hj Ab Rahman
http://www.docstoc.com/docs/56994693/materi-agama-islam

Anda mungkin juga menyukai