PEGERTIAN
Diabetes melitus (penyakit gula) atau kencing manis adalah suatu gangguan
kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa –darah meningkat) dan khususnya
menyangkut metabolisme hidraarang (glukosa) dalam tubuh.
Ada 2 jenis tipe utama dalam penyakit diabetes yaitu :
a. Penyakit Diabetes ipe 1
Suatu keadaan dimana tubuh sudah sama sekali tidak dapat memproduksi
hormon insulin. Sehingga penderita penyakit diabetes harus menggunakan
suntikan insulin dalam mengatur gula darahnya. Sebagian besar penderita
penyakit diabetes ini adalah anak-anak & remaja.
Perawatan Penyakit Diabetes Tipe 1
Karena pankreas kesulitan menghasilkan insulin, maka insulin harus
ditambahkan setiap hari. Umumnya dengan cara suntikan insulin. Apakah bisa
dengan perawatan secara oral? Tidak bisa, karena insulin dapat hancur dalam
lambung bila dimasukkan lewat mulut.
Cara lain adalah dengan memperbaiki fungsi kerja pankreas. Jika pankreas
bisa kembali berfungsi dengan normal, maka pankreas bisa memenuhi kebutuhan
insulin yang dibutuhkan tubuh.
b. Penyakit Diabetes tipe 2
Penyakit diabetes ini terjadi karena tubuh tidak memproduksi hormon insulin
yang mencukupi atau karena insulin tidak dapat digunakan dengan baik
(resistensi insulin). Tipe penyakit diabetes ini merupakan yang terbanyak
diderita saat ini (90% lebih), sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40
tahun, gemuk dan mempunyai riwayat penyakit diabetes dalam keluarga.
Perawatan Penyakit Diabetes Tipe 2
Perawatan penyakit diabetes tipe 2 adalah dengan memaksa fungsi kerja
pankreas sehingga dapat menghasilkan insulin lebih banyak. Jika pankreas bisa
menghasilkan insulin yang dibutuhkan tubuh, maka kadar gula dalam darah akan
menurun karena dapat diubah menjadi energi. Dalam banyak kasus, dapat diobati
dengan minum pil, paling tidak pada awalnya, untuk merangsang pankreas agar
menghasilkan lebih banyak insulin. Pil itu sendiri bukan insulin.
Namun pankreas bisa lelah menghasilkan insulin jika terus menerus dipaksa.
Cara terbaik untuk mengatasi penyakit diabetes tipe 2 adalah dengan diet yang
baik untuk mengurangi berat badan dan kadar gula, disertai dengan gerak badan
yang sesuai.
2. Faktor yang menyebabkan penyakit diabetes.
a) Faktor keterunan
b) Kegemukan / obesitas
c) Tekanan darah tinggi
d) Level kolesterol yang tinggi
e) Gaya hidup modern yang cenderung mengkonsumsi makanan instan
f) Merokok dan stres
g) Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat
h) Kerusakan pada sel pankreas.
3. Ciri-ciri kencing manis dan Gejala
Gangguan metabolisme karbohidrat menyebabkan tubuh kekurangan energi, itu
sebabnya penderita diabetes melitus, umumnya terlihat lemah, lemas dan tidak bugar.
Gejalah umum yang dirasakan oleh penderita diabetes adalah :
a) Banyak kencing terutama pada malam hari (poliuri)
b) Gampang haus dan banyak minum (polidipsia)
c) Muda lapar dan banyak makan (polyphagia)
d) Mudah lelah dan sering mengantuk
e) Penglihatan kabur
f) Sering pusing dan mual
g) Berat badan trus menurun
h) Sering kesemutan dan gatal-gatal pada bgian kaki da tangan.
Semua gejalah ini merupakan efek dari kadar gula darah yang tinggi akan
mempengaruhi ginjal da menghasilkan air kemih dalam jumlah banyak dan
mengencerkan glukosa sehingga penderita sering buang air kecil dalam jumlah
banyak (poliuri) dan akibat poliuri ini maka penderita merasakan haus yang berlbihan
sehingga banyak minum (polidipsi) . sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih,penderita mengalami penurunan berat badan.
4. Tanda pada seorang penderita Diabetes
Kadar gula dalam darah tinggi
Rusaknya pankreas
Urine dikerubuti semut
dll
5. Obat-obat anti diabetes
golongan nama generik nama dagang dosis
250-500
sulfonylurea chlorpropamide diabenese
mg
2,5-15
glibenclamide daonil,euglucon
mg
30-120
gliquidone glurenorm
mg
20-320
gliclazide diamicron
mg
2,5-20
glipizide minidiab,glicotrol
mg
glipmepride amaryl 1-8 mg
biguanides metformin glucophage,diabex 0,5-3 mg
alpha glucosidase 50-600
acarbose glucobay
inhibitor mg
180-540
meglitinides nateglinides starlix
mg
0,5-16
repaglinides novonorm
mg
15-30
tiazolidinediones pioglitazone actos
mg
rosiglitazone avandia 4-8 mg
Contoh obat :
• Diabenese (klorpropamid) 250mg.
Indikasi : diabetes melitus tanpa komplikasi tipe nonketotik ringan, sedang atau parah.
• KI: diabetes melitus tipe remaja dan pertumbuhan, diabetes parah atau tidak
stabil, diabetes terkomplikasi dengan ketosis dan asidosis, koma diabetik.
• ES: erupsi kulit, eritema
• Daonil (glibenklamid) 5mg
• Indkasi : diabetes melitus pada orang dewasa.
• KI: diabetes melitus Tipe I, diabetes penguraian metabolik, koma diabetik,
gangguan ginjal parah, kehamilan dan menyusui.
• Dosis : awal, sehari 2,5mg, dinaikan 2,5mg dengan interval 3-5 hari sampai
metabolik tercapai.
• Glucobay (akarbose) 50mg, 100mg
• Indikasi : terapi penambah untuk diet, penderita diabetes melitus
• KI: hipersensitif, gangguan intenstinal kronis berkaitan dengan absorbsi dan
pencernaan, gangguan ginjal berat dan kehamilan.
• ES: gangguan pencernaan seperti kembung, diare, nyeri saluran cerna.
• Dosis : awali dengan 50mg, kemudian ditingkatkan hingga 100-200mg 3X
sehari. Dosis dapat ditingkatkan setelah 4-8 minggu.
• Clamega (glibenklamid) 5mg
• I : diabetes melitus ringan atau sedang.
• KI: diabetes militus dengan komplikasi dan ginjal parah.
• ES : reaksi hipoglikemia, reaksi alergi kulit
• DS : ½ tablet perhari bersama makan pagi, dosis dapat di tingkatkan hingga 1
tablet, maksimum 3 tablet per hari
D. Mekanisme Kerja Obat Anti Diabet
1. SULFONYLUREA
Obat Golongan ini digunakan Untuk menurunkan glukosa darah, obat ini merangsang
sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Jadi syarat pemakaian obat
ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk insulin, sehingga obat ini hanya
bisa dipakai pada diabetes tipe 2.
Efek Samping : Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama bila dipakai dalam 3
– 4 bulan pertama pengobatan akibat perubahan diet dan pasien mulai sadar berolahraga serta
minum obat. Apabila ada gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis perlu diperhatikan karena
lebih mudah timbul hipoglikemia. Namun secara umum obat ini baik untuk menurunkan
glukosa darah.
2. BIGUANIDES
Obat biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara mengurangi
resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi
normal. Biguanides menghambat proses ini, sehingga kebutuhan insulin untuk mengangkut
glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan glukosa darah menjadi turun.
Efek Samping
Metformin biasanya jarang memberikan efek samping. Tetapi pada beberapa orang bisa
timbul keluhan terutama pada saluran cerna, misalnya :
* Gangguan pengecapan
* Nafsu makan menurun
* Mual, muntah
3. ALPHA-GLUCOSIDASE INHIBITORS
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga
pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus menjadi
berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan glukosa ke darah menjadi
lambat, dan glukosa darah sesudah makan tidak cepat naik.
Efek Samping
Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang kadang
mengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak kentut, bahkan diare. Keluhan
ini biasanya timbul pada awal pemakaian obat, yang kemudian berangsur bisa berkurang
4. MEGLITINIDES
Golongan Obat ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas secara cepat dan
dalam waktu singka.Termasuk golongan obat ini adalah Repaglinide (Novonorm) dan
Nateglinide (Starlix). Efek Samping Meskipun sama seperti sulfonylurea, efek samping
hipoglikemia boleh dikatakan jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh efek rangsangan
pelepasan insulin hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi.
5. THIAZOLIDINEDIONES
Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin, karena bekerja
dengan merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin, sehingga insulin
bisa bekerja dengan lebih baik, glukosa darahpun akan lebih banyak diangkut masuk ke
dalam sel, dan kadar glukosa darah akan turun. Selain itu, obat thiazolidinediones juga
menjaga hati agar tidak banyak memproduksi glukosa. Efek menguntungkan lainnya adalah
obat ini biasa menurunkan trigliserida darah.
Efek Samping
Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak, berat badan naik,
dan rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati.
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui penggolongan, indikasi, kontra indikasi, farmakokinetik, farmakodinamik, efek
samping, cara pemberian dan hal-hal yang berhubungan dengan proses asuhan kebidanan dari
obat-obat antihipertensi.
B. CARA KERJA
Mahasiswa bekerja secara kelompok. Tiap kelompok bekerja dengan obat tertentu secara
bergantian. Amati tiap sediaan obat, mencatat :
a. nama obat (merek dagang) dan zat berkhasiat
b. indikasi, kontra indikasi,
c. farmakokinetik, farmakodinamik
d. efek samping
e. cara pemberian
f. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses asuhan kebidanan
D. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Diabetes adalah suatu kondisi yang ditandai meningkatnya kadar gula dalam darah
(hyperglycemia) sehingga menimbulkan risiko kerusakan microvascular (retinopathy,
nephropathy dan sakit saraf). Dan macrovascular (stroke, tekanan darah tinggi dan kelainan
jantung)
Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM(mg/dl[2]
Kadar gula darah acak
Plasma vena Bukan DM Belum pasti DM DM
<110 110 - 199 >200
Darah kapiler <90 90 - 199 >200
Kadar gula darah puasa
Plasma vena
2. Penyebab
Penyebab diabetes yang utama adalah karena kurangnya produksi insulin (diabetes mellitus
tipe 1, yang pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin
(diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih umum). Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus
yang juga disebabkan oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1
membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan pengobatan oral dan
hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif. Diabetes mellitus pada kehamilan
umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.
Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 — dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM,
"diabetes yang tidak bergantung pada insulin") — terjadi karena kombinasi dari "kecacatan
dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap insulin" atau "berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin"(adanya defek respon jaringan terhadap insulin)yang melibatkan reseptor
insulin di membran sel.
Tipe 3
Diabetes Gestasional, ini terjadi pada ibu hamil.
Polydipsia
Akibat banyak kencing sehingga penderita mengalami haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi)
Polyphagia
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat
badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar
biasa sehingga banyak makan (polifagi)
Terapi diabetes mellitus hendaklah bertujuan untuk mencegah akibat-akibat defisiensi insulin
yang akan segera timbul, yang meliputi hiperglikemia simptomatik (yaitu : polyuria,
polydipsia dan penurunan berat badan), ketoasidosis diabetika (KAD) dan sindroma
hyperosmolar non-ketotic (SHNK) dan mencegahkan atau meminimalkan komplikasi-
komplikasi penyakit yang berlangsung lama yang timbul akibat diabetes mellitus.
Strategi terapi :
Strategi terapi (penatalaksanaan terapi) untuk penderita diabetes mellitus secara non
farmakologi dan farmakologi.
A. Non Farmakologi
1. Pendidikan pada Pasien
Agar pengobatan diabetes mellitus dapat optimum pasien perlu diberikan pengetahuan
tentang segala hal yang berkaitan dengan diabetes mellitus. Tetapi tidak hanya untuk pasien
juga untuk keluarganya harus mendapat pengetahuan yang cukup mendalam mengenai
peyebab dan strategi terapi diabetes mellitus. Pengobatan akan diperudah bia pasien mampu
membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam perawatan penyakitnya sehari-hari.
Pemberian pengetahuan secara dini hendaklah menekankan pentingnya segi-segi praktis
pengobatan penyakit, yang meliputi perencanaan diet dan tekhnik pemantauan glukosa dan
keton-keton. Perlu disampaikan kepada pasien kaitan-kaitan yang ada antara diet, aktivitas
fisik dan obat-obatan yang digunakan.dukungan dari dokter (pemberi diagnosis/sebagai
pemberi instruksi), apoteker (pemberi obat dan informasi), dan ahli gizi serta perawat (untuk
membantu perawatan) merupakan hal penting dalam mencapai sasaran pemberian
pengetahuan. Pemberian pengetahuan dan pengobatan akan paling efektif bila semua unsur
profesional tersebut saling berkomunikasi mengenai pasiennya secara perorangan.
2. Diet
Diet merupakan hal penting pada semua jenis diabetes mellitus dan juga bermanfaat bagi
pasien yang menderita gangguan toleransi glukosa. Tujuan terapi diet hendaknya
diberitahukan kepada pasien dan ahli gizi yang merawat dan sasaran pemberian diet supaya
ditelaah ulang secara teratur. Rencana makanan harus dibuat dengan mempertimbangkan
kesukaan, penghasilan dan kebutuhan masing-masing pasien
3. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa darah tetap normal.
Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat tetapi olah raga ringan asal dilakukan secara teratur
akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olah raga yang disarankan adalah yang
bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat
mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur). Disesuaikan
dengan kemampuan dan kondisi penderita. Ctoh olah raga yang disarankan seperti jalan atau
lari pagi, bersepeda, berenang dll.
B. Farmakologi
Terapi obat dengan obat antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan
pasien diabetes mellitus tipe II. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antidiabetik oral
terbagi menjadi 5 golongan. Salah satu terapi obat antidiabetik oral adalah golongan
sulfonilurea.
1. Terapi Insulin
a. Memulai terapi insulin
Untuk penderita DMT1 insulin segera diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Sementara
untuk DMT2, terapi insulin dapat dimulai antara lain untuk pasien dengan kegagalan terapi
oral, kendali kadar glukosa darah yang buruk (A1c>7,5 % atau kadar glukosa darah puasa
>250 mg/ dL), riwayat pankreatektomi, atau disfungsi pankreas, riwayat fluktuasi kadar
glukosa darah yang lebar, riwayat ketoasidosis, riwayat penggunaan insulin lebih dari 5
tahun, dan penyandang DM lebih dari 10 tahun.
Menurut Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien DM yang disusun oleh Perhimpunan
Endokrinologi Indonesia (Perkeni) 2007, pada pasien DMT1, pemberian insulin yang
dianjurkan adalah injeksi harian multipel dengan tujuan mencapai kendali kadar glukosa
darah yang baik. (Selain itu, pemberian dapat juga dilakukan dengan menggunakan pompa
insulin (continous subcutaneous insulin infusion [CSII]).
Sedangkan untuk DMT2, ada beberapa cara untuk memulai dan penyesuaian dosis insulin.
Tapi sebagai pegangan, jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A1C > 6.5%)
dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka sudah ada indikasi untuk memulai
terapi kombinasi obat antidiabetik oral dan insulin.Pada keadaan tertentu, di mana kendali
glikemik amat buruk dan disertai kondisi katabolisme, seperti kadar glukosa darah puasa
>250 mg/dL, kadar glukosa darah acak menetap >300 mg/dL, A1C >10%, atau ditemukan
ketonuria, maka terapi insulin dapat mulai diberikan bersamaan dengan intervensi pola hidup.
Selain itu, terapi insulin juga dapat langsung diberikan pada pasien DM yang memiliki gejala
nyata (poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan). Kondisi-kondisi tersebut
sering ditemukan pada pasien DMT1 atau DMT2 dengan defisiensi insulin yang berat.
Apabila gejala hilang, obat antidiabetik oral dapat ditambahkan dan penggunaan insulin dapat
dihentikan.
Untuk mencapai sasaran pengobatan yang baik, maka diperlukan insulin dengan karakteristik
menyerupai orang sehat, yeitu kadar insulin yang sesuai dengan kebutuhan basal dan
prandial. Pemberian insulin basal, selain insulin prandial, merupakan salah satu strategi
pengobatan untuk memperbaiki kadar glukosa darah puasa atau sebelum makan. Oleh karena
glukosa darah setelah makan merupakan keadaan yang dipengaruhi oleh kadar glukosa darah
puasa, maka diharapkan dengan menurunkan kadar glukosa darah basal, kadar glukosa darah
setelah makan juga ikut turun.
Cara pemberian insulin basal dapat dilakukan dengan pemberian insulin kerja cepat drip
intravena (hanya dilakukan pada pasien rawat inap), atau dengan pemberian insulin kerja
panjang secara subkutan. Jenis insulin kerja panjang yang tersedia di Indonesia saat ini adalah
insulin NPH, insulin detemir dan insulin glargine.
Idealnya, sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk
kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial untok kebutuhan setelah makan.
Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan
penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
ntuk penderita DMT1 tidak dianjurkan memberikan terapi insulin dengan dua kali suntikan
karena sangat sulit mencapai kendali glukosa darah yang baik. Pada penderita DMT2 rejimen
seperti pada penderita DMT1 juga dapat digunakan, namun karena pada penderita DMT2
tidak ditemukan kekurangan insulin yang mutlak dan untuk meningkatkan kenyamanan
penderita, pemberian insulin dapat dimodifikasi. Misalnya untuk penderita DMT2 masih bisa
menggunakan rejimen dua kali suntikan sehari dengan insulin campuran/kombinasi yang
diberikan sebelum makan pagi dan sebelum makan malam. Atau hanya diberikan satu kali
sehari dengan insulin basal yang diberikan pada malam hari dengan kombinasi obat oral.
Misalnya, metformin yang diberikan sebagai tambahan terapi insulin dapat memperbaiki
glukosa darah dan lipid serum lebih baik dibandingkan hanya meningkatkan dosis insulin.
Demikian juga efek sampingnya seperti hipoglikemia dan penambahan berat badan menjadi
berkurang.
E. HASIL PRAKTIKUM
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis DM ada 3
macam. Tipe I, II, dan III. Antidiabetika yang aman untuk ibu hamil antara lain Glucobay,
Actrapid HM, Actrapid Novolet, Insulatard HM, dan Mixtard HM.
1. Macam-macam Obat Anti Anemia
Seperti halnya penyakit lain, pengobatan anemia juga harus ditujukan pada
penyebab terjadinya anemia. Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan pada
usus maka perdarahan itu harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya anemia.
kekurangan zat besi. Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi
anemia pernisiosa. Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia yang disebabkan
a. TABLET BESI ( fe )
yang lebih kecil dengan kandungan hb yang rendah dan menimbulkan anemia
hipokronik mikrositik.
1) Cara kerja
dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Kira-kira 70% dari fe yang
Absorpsi
ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel
mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang sudah di absorpsi
akan di ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan
feritin dan di simpan dalam sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan
dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak
maka fe yang baru di serap akan segera di angkut dari sel mukosa ke sum-
Distribusi
Metabolisme
sel mukosa usus halus dan dalam sel-sel retikuloendotelial ( di hati, limpa
dan sumsum tulang ). Cadangan ini tersedia untuk di gunakan oleh sumsum
pool yang cepat dapat dikerahkan untuk prose ini, sedangkan sisanya baru
di gunakan bila labile pool telah kosong. Besi yang terdapat dalam
setelah pemberian per oral terutama akan di simpan di limpa dan sumsum
tulang. Fe yang berasal dari pemecahan eritrosit akan masuk ke dalam hati
Eksresi
0,5-1 mg sehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan
saluran cerna yang terkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses,
serta kuku dan rambut yang di potong. Pada proteinuria jumlah yang di
mengelupas. Pada wanita usia subur dengan siklus haid 26 hari. Jumlah fe
mg sehari.
3) Indikasi
dapat pula terjadi misalnya pada wanita hamil ( terutama multipara ) dan
dalam hal ini ialah, bahwa pada anemia defisiensi fe dapat terlihat granula
4) Efek samping
sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah fe yang dapat larut dan
yang diabsorpsi pada tiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual
mengurangi dosis atau dengan cara ini diabsorpsi dapat berkurang. Perlu
pasien.
suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan,
lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibanding IV , selain itu dapat pula
terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus. Reaksi yang dapt terjadi
dalam 10 menit setelah suntikan adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi,
hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi, sedangkan reaksi yang lebih sering
menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, rasa sakit pada seluruh badan dan
ensefalopatia. Reaksi sistemik ini lebih sering terjadi pada pemberian IV,
Sediaan oral besi dalam bentuk fero paling mudah diabsorpsi maka
preparat besi untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagi garam
fero seperti fero sulfat, fero glikonat, dan fero fumarat. Ketiga preparat ini
umumnya efektif dan tidak mahal. Tidak ada perbedaan absorpsi di antar
Hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat
1) Indikasi
2) Farmakokinetik
Absorpsi
absorpsi per oral berlangsung lambat di ileum; kadar puncak di capai 8-12
Distribusi
darah terikat oleh protein . seperti halnya koenzim B12, ikatan dengan
dalam hati ke dua kobalamin tersebut akan di ubah menjadi koenzim B12.
perantaraan FIC. Ekskresi bersama urin hanya terjadi pada bentuk yang
tidak terikat pritein.80-90% vitamin B12 akan diretensi dalam tubuh bila di
berikan dalam dosis sampai 50mg; dengan dosis yang lebih bersar, jumlah
yang diekskresi akan lebih banyak . jadi bila kapasitas ikatan protein dari
hati, jaringan dan darah lebih jenuh,vitamin B12 bebas akan di keluarkan
bersama urin sehingga tidak ada gunanya memberikan vitamin B12 dalam
Vitamin B12 dapat menembus sawar uri dan masuk kedalam sirkulasi
pengobatan. Secara garis besar cara penggunaannya dibagi atas terapi awal
3) Dosis
Per oral: untuk defisiensi B12 karena faktor asupan makanan: dewasa
Injeksi intramuskular: dosis awal 1mg, diulang 10x dengan interval 2-3
3.ASAM FOLAT
Asam folat ( asam pteroilmonoglutamat, pmGA ) terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam
Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan
daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan ( pemasakan ) makanan.
a.Farmakokinetik
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian proksimal usus halus.
Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi, sedangkan pada kadar tinggi
absorpsi dapat berlangsung secar difusi. Walaupun terdapat gangguan pada usus halus,
b.Indikasi
Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobtan defisiensi folat harus
di ingat bahwa penggunaan secara membabibuta pada pasien anemia pemisiosa dapat
merugikan pasien, sebab folat dapat memperbaiki kelainan darah pada anemia pemisiosa
tanpa memperbaiki kelainan neurologi sehingga dapat berakibat pasien cacat seumur hidup
Kebutuhan asam folat meningkat pada wanta hamil, dan dapat menyebabkan defisiensi asam
folat bila tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari makananya. Beberapa
penelitian mendapat adanya hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan
insisens defek neural tube, seperti sapina bifida dan anensefalus, pada bayi yang dilahirkan.
Wanita hamil membutuhkan sekurang-kurangnya 500 mg asam folat per hari suplementasi
asam folat di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, untuk mengurangi insidens
Efek toksik pada penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang belum pernah dilaporkan
terjadi. Sedangkan pada tikus, dosis tinggi dapat menyebabkan pengendapan kristal asam
folat dalam tubuli ginjal. Dosis 15 mg pada manusia masih belum menimbulkan efek toksik.
c.Dosis
Yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yang ada. Umumnya folat
diberikan per oral, tetapi bila keadaan tidak memungkinkan, folat diberikan secar IM atau
SK.
Untuk tujuan diagnostik digunakan dosis 0,1 mg per oral selam 10 hari yang hanya
menimbulkan respons hematologik pada pasien defisiensi folat. Hal ini membedakannya
dengan defisiensi vitamin B12 yang baru memberikan respons hematologik dengan dosis 0,2
Eritropoietin, suatu gliko protein dengan berat molekul 34-39 DA, merupakan factor
pertumbuhan sel darah merah yang diproduksi terutama oleh ginjal dalam sel peritubuler dan
yang disebut epoetin alfa. secara medis, obat antianemia yang mengandung EPO dapat
Farmakodinamik
Eritroproetin,berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel induk sel darah
pelepasan retikulosis dari sumsum tulang. Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai
respon terhadap hipoksia jaringan. Bila terjadi Anemia maka eritropoietin diproduksi lebih
banyak olh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel
darah.
Farmakokinetik
Setelah pemberian intravena masa paru eritropoietin pada pasien gagal ginjal kronik sekirar
4-13 jam. Eritropoietin yang dikeluarkan melalui dialisis. Darbopoietin alfa merupakan
Indikasi
Eritropoietin terutama di indikasikan untuk anemia pada pasien gagal ginjal kronik. Pada
retikulosit umumnya terlihat dalam sekitar 10 hari, dan peningkatan kadar hematokrik dan
hemoglobin dalam 2-6 minggu. Pada kebanyakan pasien kadar hematokrik sekitar 35% dapat
dipertahankan dengan pemberian eritropoietin 50-150 IU/Kg secara intravena atau subkutan 3
kali seminggu. Pemberian secara subkutan umumnya lebih disenangi karena absorpsinya
lebih lambat dan jumlah yang dibutuhkan berkurang 20-40%. Respons pasien dialisis
eritropoietin dan cara pemberian, serta keberadaan besi. Kegagalan respons paling sering
disebabkan oleh adanya difisiensi, yang dapat di atasi dengan pemberian preparat besi secara
oral. Pasien yang mendapat eritropoietin harus di monitor ketat, dan dosis perlu di sesuaikan
agar peningkatan hematokrik terjadi secara bertahap untuk mencapai 33-36% dalam waktu 2-
4 bulan. Kadar hematokrit yang dicapai dianjurkan tidak melebihi 36% untuk menghindari
Umumnya pasien anemia akibat gangguan primer atau sekunder pada sumsum tulang kurang
memberikan respons terhadap pemberian eritropoietin. Respons paling baik bila kadar
eritropoietin kurang dari 100 IU/L. Umumnya untuk pasien ini di butuhkan dosis lebih tinggi,
sekitar 150-300 IU/L tiga kali seminggu dan responsnya biasanya tidak terlalu baik.
Efek samping
Yang paling sering adalah bertambah beratnya hipertensi yang dapat terjadi pada sekitar 20-
30% pasien dan paling sering akibat peningkatan hematokrit yang terlalu cepat. Meskipun
OBAT LAIN
• RIBOFLAVIN
dimana ternyata faktor defisiensi Fe dan penyakit infeksi memegang peranan pula. Dosis
• PIRIDOKSIN
Vitamin B6 ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang merangsang pertumbuhan Heme.
pasien akan terjadi anemia normoblastik sideroakrestik dengan jumlah Fe non hemoglobin
yang banyak dalam precursor eritrosit, dan pada beberapa pasien terdapat anemia
• KOBAL
Kobal dapat meningkatkan jumlah hemotokrit, hemoglobin dan eritrosit pada beberepa pasien
dengan anemia refrakter, seperti yang terdapat pada pasien talasimea, infeksi kronik atau
penyakit ginjal,tetapi mekanisme yang pasti tidak diketaui. Kobal merangsang pembentukan
eritropoietin yang berguna untuk meningkatkan pengambilan Fe dalam sumsum tulang, tetapi
ternyata pada pasien anemia refrakter kadar eritropoietin sudah tinggi.Penyelidikan lain
eritrosit.
Adapun beberapa obat yang digunakan dalam pengobatan anemia, diantaranya sebagai
berikut :
terapeutik terhadap suntikan IM ini tidak lebih cepat dari pada pemberian oral. Dosis total
yang diperlukan dihitung berdasarkan beratnya anemia, yaitu 250 mg fe untuk setiap gram
kekurangan hb. Pada hari pertama disuntukkan 50 mg, dilanjutkan dengan 100-250 mg setiap
hari atu beberapa hari sekali. Penyuntikan dilakukan pada kuadran atas luar m. Gluteus dan
a.Indikasi
Intravena atau intramuskular suntikan dekstran besi yang ditunjukkan untuk perawatan pasien
dengan defisiensi zat besi yang tidak dapat diberikan secara oral.
c.Dosis
Untuk memperkecil reaksi toksin pada pemberian IV, Dosis permulaan tidak boleh melebihi
25 mg, dan di ikuti dengan peningkatan bertahan untuk 2-3 hari tercapai dosis 100 mg/hari.
Obat harus di berikan perlahan-lahan yaitu dengan menyuntikkan 25-50 mg/ menit.
d.Efek samping
Efek samping yang harus dilaporkan kepada dokter atau ahli kesehatan sesegera mungkin:
• reaksi alergi seperti ruam kulit , gatal atau gatal-gatal , pembengkakan wajah, bibir, atau
lidah,
• gangguan pernapasan,
• takikardi,
• kejang.
Efek samping yang biasanya tidak memerlukan perhatian medis (laporkan ke dokter atau ahli
• diare
• sakit kepala
• mual, muntah
• sakit perut
2.ADFER
a.Kandungan
Fe glukonat 250 mg, Mangan sulfat 200 µg, Tembaga sulfat 200 µg,Vitamin C 50 mg, Asam
b.Indikasi
Anemia yang disebabkan kekurangan Fe, anemia akibat traumatik atau anemia endogenik,
anemia akibat perdarahan selama masa pertumbuhan, usia lanjut &amp; masa
penyembuhan, kehamilan, menyusui, anemia yang disebabkan malnutrisi umum atau diet.
c.Kontra indikasi
d. Efek samping
Gangguan saluran pencernaan.
e. dosis
f.Penyajian
3.ARTOFERUM
a.Indikasi
Anemia (kekurangan zat besi) &amp; sebagai sebuah pencegahan, pengobatan, dan
b.Cara Penggunaan
4. DASABION KAPSUL
KOMPOSISI
Kalsium Pantotenat 20 mg
Vitamin C 75 mg
Vitamin D3 400 SI
Sorbitol 25 mg
DESKRIPSI
Dasabion mengandungBesi (II) Fumarat, Asam Folat dan Vitamin B12 yang sangat
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah. Karena anemia sering dijumpai pada wanita
hamil, maka zat-zat tersebut sangat dibutuhkan untuk pencegahan dan pengobatannya.
Vitamin C membantu mempertahankan zat besi dalam bentuk ferro agar tidak teroksidasi
menjadi bentuk ferri, sehingga lebih mudah untuk diabsorbsi untuk saluran pencernaan.
Vitamin D3 sangat dibutuhkan pada masa kehamilan, karena erat hubungannya dalam proses
diperlukan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sorbitol bersifat sebagai
laksans, dapat menetralisir konstipasi yang mungkin terjadi pada pemberian secara terus
menerus.
INDIKASI
EFEK SAMPING
Nyeri pada saluranpencernaan disertai mual,muntah dan diare. Pemberian secara terus
ATURAN PAKAI
PERHATIAN
5. EMINETON
Takaran saji: 1 tablet (620 mg) Jumlah sajian per kemasan : 100 % AKG
Ferrous Fumarate 90 mg
Cyanocobalamine 5 mCg
AscorbicAcid 60 mg
dl - a - Tocopherol Acetate 5 mg
EMINETON adalah tablet yang mengandung zat besi organik (Ferrous Fumarate) dalam
dosis terapeutik dengan kombinasi mangan, tembaga, asam askorbat, vitamin B, kalsium,
vitamin E dan asam folat, sehingga sangat membantu mempercepat proses pembentukan sel-
sel darah. Dapat digunakan untuk menghilangkan gejala anemia dan kurang gizi pada segala
tingkat usia.
b.Indikasi
c.Efek samping
Ada kemungkinan timbul faeces berwarna hitam setelah makan obat ini.
6.ETABION
a.Komposisi
Tiap kapsul mengandung:
Vitamin C 50 mg
Asam Folat 1 mg
CupriSulfat 0,2 mg
ManganSulfat 0,2 mg
Sorbitol 25 mg
b.Farmakologi
Ferro Glukonat merupakan garam besi yang bekerja dan bermanfaat dalam pencegahan dan
pengobatan penyakit kekurangan darah (anemia) karena kekurangan zat besi. Vitamin B12
merupakan salah satu faktor pencegah kekurangan darah. Cupri Sulfat dan mangan sulfat
Vitamni C membantu penyerapan zat besi oleh tubuh. Asam Folat merupakan salah satu
c.Indikasi
Untuk mencegah dan mengobati kekurangan Vitamin dan mineral seperti kekurangan darah
e.Efek Samping
f.Dosis
Sehari 1 kapsul pada waktu atau sesudah makan, sesuai petunjuk dokter.
7.FERCEE kapsul
a.Indikasi
Penyakit kurang darah, yang esensial dan sekunder yang disebabkan oleh kekurangan zat
besi, penyakit kurang darah yang disebabkan oleh pendarahan, masa akil balik, masa hamil
b.Dosis
Kecuali bila dianjurkan lain oleh dokter, satu kapsul tiap hari sesudah makan pagi - bila perlu
c.Kontra indikasi :
• Terapi besi kontra indikasi untuk pasien dengan iron storage disease atau pasien yang
oenderung kearali penyakit tersebut yang disebabkan oleh chronic hemolytic anemia (seperti
anomali keturunan dari struktur/sintesa hemoglobin dan/atau defisiensi enzim darah merah).
• Sirosis hati.
d.Efek samping
darah yang berlebihan, maka harus diobati dahulu sebab dari pengeluaran darah tersebut.
• Pemberian jangka panjang dari garam besi dapat menyebabkan iron storage disease.