Anda di halaman 1dari 33

1.

PEGERTIAN
Diabetes melitus (penyakit gula) atau kencing manis adalah suatu gangguan
kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa –darah meningkat) dan khususnya
menyangkut metabolisme hidraarang (glukosa) dalam tubuh.
Ada 2 jenis tipe utama dalam penyakit diabetes yaitu :
a. Penyakit Diabetes ipe 1
Suatu keadaan dimana tubuh sudah sama sekali tidak dapat memproduksi
hormon insulin. Sehingga penderita penyakit diabetes harus menggunakan
suntikan insulin dalam mengatur gula darahnya. Sebagian besar penderita
penyakit diabetes ini adalah anak-anak & remaja.
Perawatan Penyakit Diabetes Tipe 1
Karena pankreas kesulitan menghasilkan insulin, maka insulin harus
ditambahkan setiap hari. Umumnya dengan cara suntikan insulin. Apakah bisa
dengan perawatan secara oral? Tidak bisa, karena insulin dapat hancur dalam
lambung  bila dimasukkan lewat mulut.
Cara lain adalah dengan memperbaiki fungsi kerja pankreas. Jika pankreas
bisa kembali berfungsi dengan normal, maka pankreas bisa memenuhi kebutuhan
insulin yang dibutuhkan tubuh.
b. Penyakit Diabetes tipe 2
Penyakit diabetes ini terjadi karena tubuh tidak memproduksi hormon insulin
yang mencukupi atau karena insulin tidak dapat digunakan dengan baik
(resistensi insulin). Tipe penyakit diabetes ini merupakan yang terbanyak
diderita saat ini (90% lebih), sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40
tahun, gemuk dan mempunyai riwayat penyakit diabetes dalam keluarga.
Perawatan Penyakit Diabetes Tipe 2
Perawatan penyakit diabetes tipe 2 adalah dengan memaksa fungsi kerja
pankreas sehingga dapat menghasilkan insulin lebih banyak. Jika pankreas bisa
menghasilkan insulin yang dibutuhkan tubuh, maka kadar gula dalam darah akan
menurun karena dapat diubah menjadi energi. Dalam banyak kasus, dapat diobati
dengan minum pil, paling tidak pada awalnya, untuk merangsang pankreas agar
menghasilkan lebih banyak insulin. Pil itu sendiri bukan insulin.
Namun pankreas bisa lelah menghasilkan insulin jika terus menerus dipaksa.
Cara terbaik untuk mengatasi penyakit diabetes tipe 2 adalah dengan diet yang
baik untuk mengurangi berat badan dan kadar gula, disertai dengan gerak badan
yang sesuai.
2. Faktor  yang menyebabkan penyakit diabetes.
a) Faktor keterunan
b) Kegemukan / obesitas
c) Tekanan darah tinggi
d) Level kolesterol yang tinggi
e) Gaya hidup modern yang cenderung mengkonsumsi  makanan instan 
f) Merokok dan stres
g) Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat
h) Kerusakan pada sel pankreas.
3. Ciri-ciri kencing manis dan Gejala
Gangguan metabolisme karbohidrat  menyebabkan tubuh kekurangan energi, itu
sebabnya penderita diabetes melitus, umumnya terlihat lemah, lemas dan tidak bugar.
Gejalah umum yang dirasakan oleh penderita  diabetes adalah :
a) Banyak kencing terutama pada malam hari (poliuri)
b) Gampang haus dan banyak minum (polidipsia)
c) Muda lapar dan banyak makan (polyphagia)
d) Mudah lelah dan sering mengantuk
e) Penglihatan kabur
f) Sering pusing dan mual
g) Berat badan trus menurun
h) Sering kesemutan dan gatal-gatal pada bgian kaki da tangan.
Semua gejalah ini merupakan efek dari kadar gula darah yang tinggi akan
mempengaruhi ginjal da menghasilkan air kemih dalam jumlah banyak dan
mengencerkan glukosa sehingga penderita sering buang air kecil dalam jumlah
banyak (poliuri) dan akibat poliuri ini maka penderita merasakan  haus yang berlbihan
sehingga banyak minum (polidipsi) . sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih,penderita mengalami penurunan berat  badan.
4. Tanda  pada seorang penderita Diabetes
 Kadar gula dalam darah tinggi
 Rusaknya pankreas
 Urine dikerubuti semut
 dll
5. Obat-obat anti diabetes
golongan nama generik nama dagang dosis
250-500
sulfonylurea chlorpropamide diabenese
mg
2,5-15
glibenclamide daonil,euglucon
mg
30-120
gliquidone glurenorm
mg
20-320
gliclazide diamicron
mg
2,5-20
glipizide minidiab,glicotrol
mg
glipmepride amaryl 1-8 mg
biguanides metformin glucophage,diabex 0,5-3 mg
alpha glucosidase 50-600
acarbose glucobay
inhibitor mg
180-540
meglitinides nateglinides starlix
mg
0,5-16
repaglinides novonorm
mg
15-30
tiazolidinediones pioglitazone actos
mg
rosiglitazone avandia 4-8 mg

Contoh obat :
•      Diabenese (klorpropamid) 250mg.
Indikasi : diabetes melitus tanpa komplikasi tipe nonketotik ringan, sedang atau parah.
•      KI: diabetes melitus tipe remaja dan pertumbuhan, diabetes parah atau tidak
stabil, diabetes terkomplikasi dengan ketosis dan asidosis, koma diabetik.
•      ES: erupsi kulit, eritema
•      Daonil (glibenklamid) 5mg
•      Indkasi : diabetes melitus pada orang dewasa.
•      KI: diabetes melitus Tipe I, diabetes penguraian metabolik, koma diabetik,
gangguan ginjal parah, kehamilan dan menyusui.
•      Dosis : awal, sehari 2,5mg, dinaikan 2,5mg  dengan interval 3-5 hari sampai
metabolik tercapai.
•      Glucobay (akarbose) 50mg, 100mg
•      Indikasi : terapi penambah untuk diet, penderita diabetes melitus
•      KI: hipersensitif, gangguan intenstinal kronis berkaitan dengan absorbsi dan
pencernaan, gangguan ginjal berat dan kehamilan.
•      ES: gangguan pencernaan seperti kembung, diare, nyeri saluran cerna.
•      Dosis : awali dengan 50mg, kemudian ditingkatkan  hingga 100-200mg 3X
sehari. Dosis dapat ditingkatkan setelah  4-8 minggu.
•      Clamega (glibenklamid) 5mg
•      I : diabetes melitus ringan atau sedang.
•      KI: diabetes militus dengan komplikasi dan ginjal parah.
•      ES : reaksi hipoglikemia, reaksi alergi kulit
•      DS : ½ tablet perhari bersama makan pagi, dosis dapat di tingkatkan hingga 1
tablet, maksimum 3 tablet per hari
D. Mekanisme Kerja Obat Anti Diabet
1. SULFONYLUREA
Obat Golongan ini digunakan Untuk menurunkan glukosa darah, obat ini merangsang
sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak  insulin. Jadi syarat pemakaian obat
ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk insulin, sehingga  obat ini hanya
bisa dipakai pada diabetes tipe 2.
Efek Samping : Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama bila dipakai dalam 3
– 4 bulan pertama pengobatan akibat perubahan diet dan pasien mulai sadar berolahraga serta
minum obat. Apabila ada gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis perlu diperhatikan karena
lebih mudah timbul hipoglikemia. Namun secara umum obat ini baik untuk menurunkan
glukosa darah.
2. BIGUANIDES
Obat biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara mengurangi
resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi
normal. Biguanides menghambat proses ini, sehingga kebutuhan insulin untuk mengangkut
glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan glukosa darah menjadi turun.

Efek Samping
Metformin biasanya jarang memberikan efek samping. Tetapi pada beberapa orang bisa
timbul keluhan terutama pada saluran cerna, misalnya :
* Gangguan pengecapan
* Nafsu makan menurun
* Mual, muntah
3. ALPHA-GLUCOSIDASE INHIBITORS
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga
pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus menjadi
berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan glukosa ke darah menjadi
lambat, dan  glukosa darah sesudah makan tidak cepat naik.

 Efek Samping
Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang kadang
mengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak kentut, bahkan diare.  Keluhan
ini biasanya timbul pada awal pemakaian obat, yang kemudian berangsur bisa berkurang
4. MEGLITINIDES
Golongan Obat ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas secara cepat dan
dalam waktu singka.Termasuk golongan obat ini adalah Repaglinide (Novonorm) dan
Nateglinide (Starlix). Efek Samping Meskipun sama seperti sulfonylurea, efek samping
hipoglikemia boleh dikatakan jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh efek rangsangan
pelepasan insulin hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi.
5. THIAZOLIDINEDIONES
Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin, karena bekerja
dengan merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin,  sehingga insulin
bisa bekerja dengan lebih baik, glukosa darahpun akan lebih banyak diangkut masuk ke
dalam sel, dan kadar glukosa darah akan turun. Selain itu, obat thiazolidinediones juga
menjaga hati agar tidak banyak memproduksi glukosa. Efek menguntungkan lainnya adalah
obat ini biasa menurunkan trigliserida darah.
Efek Samping
Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak, berat badan naik,
dan rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati.
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui penggolongan, indikasi, kontra indikasi, farmakokinetik, farmakodinamik, efek
samping, cara pemberian dan hal-hal yang berhubungan dengan proses asuhan kebidanan dari
obat-obat antihipertensi.

B. CARA KERJA
Mahasiswa bekerja secara kelompok. Tiap kelompok bekerja dengan obat tertentu secara
bergantian. Amati tiap sediaan obat, mencatat :
a. nama obat (merek dagang) dan zat berkhasiat
b. indikasi, kontra indikasi,
c. farmakokinetik, farmakodinamik
d. efek samping
e. cara pemberian
f. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses asuhan kebidanan

C. BAHAN DAN ALAT


No Nama obat No Nama obat
1 Glibenkamid tab 11 Avandaryl 2 mg
2 Metformin tab 12 Actos tab
3 Metrix tab 1 mg 13 Actaprith HM 100
4 Glucobay tab 14 Actrapid Novolet
5 Glucontrol tab 15 Insulatard HM 100
6 Glucovance 500/2,5 16 Mixtrad HM 100
7 Avandia 17 Novomix flexpent
8 Avandamet 2 mg 18 Novorapid flexpen
9 Glurenorm 30 tab 19 Lantus
10 Diamicron

D. TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Diabetes adalah suatu kondisi yang ditandai meningkatnya kadar gula dalam darah
(hyperglycemia) sehingga menimbulkan risiko kerusakan microvascular (retinopathy,
nephropathy dan sakit saraf). Dan macrovascular (stroke, tekanan darah tinggi dan kelainan
jantung)
Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM(mg/dl[2]
Kadar gula darah acak
Plasma vena Bukan DM Belum pasti DM DM
<110 110 - 199 >200
Darah kapiler <90 90 - 199 >200
Kadar gula darah puasa
Plasma vena

<110 110 - 126 >126


Darah kapiler <90 <90 - 109 >110

2. Penyebab
Penyebab diabetes yang utama adalah karena kurangnya produksi insulin (diabetes mellitus
tipe 1, yang pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin
(diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih umum). Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus
yang juga disebabkan oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1
membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan pengobatan oral dan
hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif. Diabetes mellitus pada kehamilan
umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.

3. Jenis Diabetes Mellitus Ada 2


Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 — dulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM, "diabetes yang
bergantung pada insulin"), atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan hilangnya sel beta
penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin
pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 — dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM,
"diabetes yang tidak bergantung pada insulin") — terjadi karena kombinasi dari "kecacatan
dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap insulin" atau "berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin"(adanya defek respon jaringan terhadap insulin)yang melibatkan reseptor
insulin di membran sel.

Tipe 3
Diabetes Gestasional, ini terjadi pada ibu hamil.

4. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus


Polyuria
Polyuria berarti penderita mengalami banyak kencing(sering kencing)

Polydipsia
Akibat banyak kencing sehingga penderita mengalami haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi)

Polyphagia
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat
badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar
biasa sehingga banyak makan (polifagi)
Terapi diabetes mellitus hendaklah bertujuan untuk mencegah akibat-akibat defisiensi insulin
yang akan segera timbul, yang meliputi hiperglikemia simptomatik (yaitu : polyuria,
polydipsia dan penurunan berat badan), ketoasidosis diabetika (KAD) dan sindroma
hyperosmolar non-ketotic (SHNK) dan mencegahkan atau meminimalkan komplikasi-
komplikasi penyakit yang berlangsung lama yang timbul akibat diabetes mellitus.
Strategi terapi :
Strategi terapi (penatalaksanaan terapi) untuk penderita diabetes mellitus secara non
farmakologi dan farmakologi.

A. Non Farmakologi
1. Pendidikan pada Pasien
Agar pengobatan diabetes mellitus dapat optimum pasien perlu diberikan pengetahuan
tentang segala hal yang berkaitan dengan diabetes mellitus. Tetapi tidak hanya untuk pasien
juga untuk keluarganya harus mendapat pengetahuan yang cukup mendalam mengenai
peyebab dan strategi terapi diabetes mellitus. Pengobatan akan diperudah bia pasien mampu
membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam perawatan penyakitnya sehari-hari.
Pemberian pengetahuan secara dini hendaklah menekankan pentingnya segi-segi praktis
pengobatan penyakit, yang meliputi perencanaan diet dan tekhnik pemantauan glukosa dan
keton-keton. Perlu disampaikan kepada pasien kaitan-kaitan yang ada antara diet, aktivitas
fisik dan obat-obatan yang digunakan.dukungan dari dokter (pemberi diagnosis/sebagai
pemberi instruksi), apoteker (pemberi obat dan informasi), dan ahli gizi serta perawat (untuk
membantu perawatan) merupakan hal penting dalam mencapai sasaran pemberian
pengetahuan. Pemberian pengetahuan dan pengobatan akan paling efektif bila semua unsur
profesional tersebut saling berkomunikasi mengenai pasiennya secara perorangan.

2. Diet
Diet merupakan hal penting pada semua jenis diabetes mellitus dan juga bermanfaat bagi
pasien yang menderita gangguan toleransi glukosa. Tujuan terapi diet hendaknya
diberitahukan kepada pasien dan ahli gizi yang merawat dan sasaran pemberian diet supaya
ditelaah ulang secara teratur. Rencana makanan harus dibuat dengan mempertimbangkan
kesukaan, penghasilan dan kebutuhan masing-masing pasien

3. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa darah tetap normal.
Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat tetapi olah raga ringan asal dilakukan secara teratur
akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olah raga yang disarankan adalah yang
bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat
mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur). Disesuaikan
dengan kemampuan dan kondisi penderita. Ctoh olah raga yang disarankan seperti jalan atau
lari pagi, bersepeda, berenang dll.

B. Farmakologi
Terapi obat dengan obat antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan
pasien diabetes mellitus tipe II. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antidiabetik oral
terbagi menjadi 5 golongan. Salah satu terapi obat antidiabetik oral adalah golongan
sulfonilurea.

1. Terapi Insulin
a. Memulai terapi insulin
Untuk penderita DMT1 insulin segera diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Sementara
untuk DMT2, terapi insulin dapat dimulai antara lain untuk pasien dengan kegagalan terapi
oral, kendali kadar glukosa darah yang buruk (A1c>7,5 % atau kadar glukosa darah puasa
>250 mg/ dL), riwayat pankreatektomi, atau disfungsi pankreas, riwayat fluktuasi kadar
glukosa darah yang lebar, riwayat ketoasidosis, riwayat penggunaan insulin lebih dari 5
tahun, dan penyandang DM lebih dari 10 tahun.
Menurut Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien DM yang disusun oleh Perhimpunan
Endokrinologi Indonesia (Perkeni) 2007, pada pasien DMT1, pemberian insulin yang
dianjurkan adalah injeksi harian multipel dengan tujuan mencapai kendali kadar glukosa
darah yang baik. (Selain itu, pemberian dapat juga dilakukan dengan menggunakan pompa
insulin (continous subcutaneous insulin infusion [CSII]).
Sedangkan untuk DMT2, ada beberapa cara untuk memulai dan penyesuaian dosis insulin.
Tapi sebagai pegangan, jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A1C > 6.5%)
dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka sudah ada indikasi untuk memulai
terapi kombinasi obat antidiabetik oral dan insulin.Pada keadaan tertentu, di mana kendali
glikemik amat buruk dan disertai kondisi katabolisme, seperti kadar glukosa darah puasa
>250 mg/dL, kadar glukosa darah acak menetap >300 mg/dL, A1C >10%, atau ditemukan
ketonuria, maka terapi insulin dapat mulai diberikan bersamaan dengan intervensi pola hidup.
Selain itu, terapi insulin juga dapat langsung diberikan pada pasien DM yang memiliki gejala
nyata (poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan). Kondisi-kondisi tersebut
sering ditemukan pada pasien DMT1 atau DMT2 dengan defisiensi insulin yang berat.
Apabila gejala hilang, obat antidiabetik oral dapat ditambahkan dan penggunaan insulin dapat
dihentikan.
Untuk mencapai sasaran pengobatan yang baik, maka diperlukan insulin dengan karakteristik
menyerupai orang sehat, yeitu kadar insulin yang sesuai dengan kebutuhan basal dan
prandial. Pemberian insulin basal, selain insulin prandial, merupakan salah satu strategi
pengobatan untuk memperbaiki kadar glukosa darah puasa atau sebelum makan. Oleh karena
glukosa darah setelah makan merupakan keadaan yang dipengaruhi oleh kadar glukosa darah
puasa, maka diharapkan dengan menurunkan kadar glukosa darah basal, kadar glukosa darah
setelah makan juga ikut turun.
Cara pemberian insulin basal dapat dilakukan dengan pemberian insulin kerja cepat drip
intravena (hanya dilakukan pada pasien rawat inap), atau dengan pemberian insulin kerja
panjang secara subkutan. Jenis insulin kerja panjang yang tersedia di Indonesia saat ini adalah
insulin NPH, insulin detemir dan insulin glargine.
Idealnya, sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk
kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial untok kebutuhan setelah makan.
Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan
penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
ntuk penderita DMT1 tidak dianjurkan memberikan terapi insulin dengan dua kali suntikan
karena sangat sulit mencapai kendali glukosa darah yang baik. Pada penderita DMT2 rejimen
seperti pada penderita DMT1 juga dapat digunakan, namun karena pada penderita DMT2
tidak ditemukan kekurangan insulin yang mutlak dan untuk meningkatkan kenyamanan
penderita, pemberian insulin dapat dimodifikasi. Misalnya untuk penderita DMT2 masih bisa
menggunakan rejimen dua kali suntikan sehari dengan insulin campuran/kombinasi yang
diberikan sebelum makan pagi dan sebelum makan malam. Atau hanya diberikan satu kali
sehari dengan insulin basal yang diberikan pada malam hari dengan kombinasi obat oral.
Misalnya, metformin yang diberikan sebagai tambahan terapi insulin dapat memperbaiki
glukosa darah dan lipid serum lebih baik dibandingkan hanya meningkatkan dosis insulin.
Demikian juga efek sampingnya seperti hipoglikemia dan penambahan berat badan menjadi
berkurang.
E. HASIL PRAKTIKUM

No. Pengamatan Hasil


1. Nama obat (merek) Avandia
Nama generik (isi obat) Rosiglitazone maleate
Jumlah dosis (mg/g) 4 mg/ tablet
Indikasi obat Untuk terapi tunggal (mmonoterapi) DM tipe 2, sebagai tambahan terhadap diet
dan olahraga. Digunakan dalam kombinasi dengan metformin atau sulfonilurea.
Kontraindikasi obat DM tipe 1, ketoasidosis diabetic
Farmakokinetik
Farmakodinamik Rosglitazone meningkatkan sensitivitas insulin.
Digunakan dalam kombinasi dengan metformin
bilamana diet. Latihan dan avandia saja tidak dapat
mengontrol gula kadar gula darah. Pada pasien-
pasien yang tidak terkontrol dengan dosis
maksimum metformin, dapat ditambahkan avandia.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Anemia ringan s/d sedang, edema, hiperkolesterolemia.
IKK C
2. Nama obat (merek) Actos
Nama generik (isi obat) Pioglitazone
Jumlah dosis (mg/g) 5 mg
Indikasi obat Terapi tambahan terhadap diet dan olahraga untuk memperbaiki kontrol glukosa
pada pasien DM tipe 2. Sebagai monoterapi. Juga untuk terapi kombinasi dengan sulfonilurea
atau metformin dimana diet dan olahraga plus monotertapi tidak menghasilkan kontrol
glukosa darah yang adekuat.
Kontraindikasi obat Gagal jantung atau ada riwayat gagal jantung (NYHA stadium I s/d IV),
gangguan hati, terapi kombinasi dengan insulin.
Farmakokinetik Tidak ada interaksi obat dengan digoksin, warfarin, phenprocoumon,
metformin dan sulfonilurea.
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Edema
IKK C
3. Nama obat (merek) Glucotrol XL
Nama generik (isi obat) Glipizide gits
Jumlah dosis (mg/g) 5 mg
Indikasi obat Mengontrol hiperglikemia pada pasien NIDDM
Kontraindikasi obat Gangguan berat fungsi ginjal dan hati, IDDM, khususnya diabetes
juvenile, ketoasidosis, pra-koma diabetes.
Farmakokinetik
Farmakodinamik Aksi Glipizida terpotensiasi oleh obat-obat anti radang non steroid dan
obat-obat lain yang berikatan kuat dengan protein, Salisilat, Sulfonamida, Kloramfenikol,
Probenesid, Koumarin, obat-obat penghambat mono amin oksidase, β-adrenergik bloker.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Hipoglikemi, erupsi mukokutan,, gangguan GI dan hati, kolestatik jaundice,
agranulositosis, trombositopeni, anemia hemolitik dan aplastik, pansitopeni porfiria dan
reaksi seperti disulfiram.
IKK C
4. Nama obat (merek) Glucobay 100
Nama generik (isi obat) Acarbose
Jumlah dosis (mg/g) 100 mg
Indikasi obat Terapi kombinasi dengan diet untuk DM
Kontraindikasi obat Penderita <18 thn, gangguan GI kronik Berkaitan dengan absorbsi dan
pencernaan. Keadaan yang bisa memburuk karenapembentukan gas dalam usus. Kerusakan
ginjal berat (bersihan kreatinin<25 ml/mnt). Hamil , laktasi
Farmakokinetik Dalam duodenum, zat ini berkhasiat menghambat enzim glucosidase
(maltase, sukrase, glukoamilase) yang perlu untuk perombakan di/polisakarida dari makanan
menjadi monosakarida. Resobsinya dari usus buruk, hanya kurang lebih 1.2% dan naik
sampai lebih kurang 35% setelah dirombak secara enzimatis oleh kuman usus. Ekskresinya
berlangsung cepat lewat kemih.
Farmakodinamik Berasal dari kuman, sehingga cara kerjanya berbeda dengan antidiabetika
yang lain. Interaksi dengan makanan yang mengandung gula (sakarosa) meningkatkan resiko
efek samping. Obat- obat lambung (antaside, enzim cerna, adsorbensia), laksansia, dan
kolestiramin dapat mengurangi daya kerja akarbose. Resobsi obat- obat lain dapat dikurangi
olehnya bila terjadi diare sebagai efek samping.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Kembung, bising usus meningkat. Kadang diare dan nyeri abdomen.
IKK B
5. Nama obat (merek) Glucovance
Nama generik (isi obat) Metformin HCL – glibenclamide
Jumlah dosis (mg/g) 500 mg/ 2,5 mg / tablet
Indikasi obat Terapi tahap kedua untuk DM tipe 2 yang tidak dapat dikontrol dngan diet,
olahraga, dan sulfonilurea atau metformin.
Kontraindikasi obat Gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung kongestif, hipersensitif
terhadap metformin HCL atau glibenclamide atau sulfonilurea lain, asidosis metabolik akut
atau kronik, gangguan fungsi hati, intiksikasi akut alkohol, alkoholisme, porfiria, laktasi.
Farmakokinetik Absorpsinya berjalan lambat. Waktu paruhnya 6-8 jam. Obat ini dieliminasi
lewat urin dan feses.
Farmakodinamik Obat ini digunakan pada penderita Diabetes Melitus tipe 2. Obat ini akan
dapat menimbulkan efek agonis bila diminum sesuai dosis.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Infeksi saluran napas atas, diare, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut,
pusing.
IKK D
6. Nama obat (merek) Glurenorm
Nama generik (isi obat) Glicuidone
Jumlah dosis (mg/g) 30 mg/ tab
Indikasi obat NIDDM yang tidak cukup dikendalikan dengan diet saja.
Kontraindikasi obat IDDM, koma dan pre-koma diabetik, DM dengan komplikasi asidosis
dan ketosis, alergi terhadap sulfonamida, porfiria, gagal ginjal, penyakit hati berat, penyakit
infeksi akut. Hamil, laktasi.
Farmakokinetik Efek hipoglikemik diperkuat oleh alkohol, salsilat, sulfonamid, fenilbutazon,
tuberkulostatik, kloramfenikol, tetrasiklin, derivat kumarin, siklofosfamid, kotrimoksasol,
mikonidazole. Efek hipoglikemik berkurang oleh klorpromazin, simpatomimetik,
kortikosteroid, hormon tiroid.
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Gangguan GI, sakit kepala. Jarang : reaksi hipoglikemik, reaksi alergi pada
kulit, perubahan pada sistem hemopoietik, intoleransi GI, trombositopenia, anemia aplastik,
agranulositosis.
IKK
7. Nama obat (merek) Metrix
Nama generik (isi obat) Glimepiride
Jumlah dosis (mg/g) 1 mg/ tablet
Indikasi obat NIDDM yang tidak terkontrol secara adekuat hanya dengan diet, olahraga dan
penurunan berat badan.
Kontraindikasi obat Ketoasidosis diabetes dengan atau tanpa koma. Hamil dan laktasi.
Farmakokinetik Dengan insulin dan oral antidiabetik lain, penghambat ACE, allopurinol,
steroid anabolic, dan hormone seks pria, kloramfenikol, turunan kumarin, siklofosfamid,
disopiramid, tentfluramin, feniramidol, fibrat, fluoxentin, guanetidin, ifosfamid, MAOI,
mikonazol, para aminosalisilat, pentoksifilin (dosis tinggi parenteral), fenilbutazon,
probenecid, gol kuinolon, salisilat, sulfonamide. Tetrasiklin dapat menimbulkan
hipoglikemia. Dengan acetozolamid, barbiturate, kortikosteroid, diuretic, epinefrin dapat
meningkatkan kadar gula darah. Antagonis reseptor H2, klonidin dan reserpin dapat
mempotensiasi kadar gula darah. Beta bloker dapat menurunkan toleransi laktosa. Dapat
menurunkan atau meningkatkan efek kumarin. Berkhasiat anti agregasi trombosit dan dapat
memperbaiki aktivitas fibrinolitis.
Farmakodinamik Jarang menimbulkan ‘hipo’
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Muntah, nyeri saluran cerna, diare. Hipoglikemia. Kerusakan fungsi hati.
Reaksi alergi pada kulit. Leukopenia. Gangguan akomodasi dan atau pandangan kabur.
IKK C
8. Nama obat (merek) Diamicron
Nama generik (isi obat) Glicazide
Jumlah dosis (mg/g) 30 mg
Indikasi obat DM tipe 2
Kontraindikasi obat Gagal ginjal berat, ensefalopati hepatik atau gagal hati berat,
hipokalemia, trauma serebrovaskuler yang belum lama terjadi.
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan
Efek samping Mual, sakit kepala, ruam, gangguan GI, hipoglikemia, vaskulitis alergi,
peningkatan kadar enzim hati. Jarang : diskrasia darah.
IKK B
9. Nama obat (merek) Glibenclamide
Nama generik (isi obat) Glibenclamide
Jumlah dosis (mg/g) 5 mg/ tablet
Indikasi obat NIDDM
Kontraindikasi obat IDDM, diabetes, koma, ketoasidosis, DM dengan komplikasi (demam,
trauma, gangren) kerusakan fungsi hati dan adrekortikal, kerusakan ginjal berat, kahamilan
dan laktasi.
Farmakokinetik Reabsobsinya dari usus praktis lengkap, PP-nya di atas 99%, plasma –t1/2-
nya kurang lebih 10 jam, daya kerjanya dapat bertahan sampai 24 jam. Dalam hati dirombak
menjadi metabolit kurang aktif, yang diekskresikan sama rata lewat kemih dan tinja.
Farmakodinamik Khasiat hipoglikemisnya kira- kira 100 kali lebih kuat daripada
tolbutamida. Resiko ‘hipo’ juga lebih besar dan lebih sering terjadi. Cara kerjanya lain
dengan sulfonylurea lain, yaitu single dose pagi hari mampu menstimulir sekresi insulin pada
setiap pemasukan glukosa (sewaktu makan). Dengan demikian selama 24 jam tercapai
regulasi gula darah optimal yang mirip pola normal.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Sensitisasi kulit, gangguan GI, leukopenia, intoleransi alkohol dan ikterus.
Perubahan dari sistem hemopoetik.
IKK C
10. Nama obat (merek) Actos
Nama generik (isi obat) Pioglitazone
Jumlah dosis (mg/g) 4 mg/2 mg/ tablet
Indikasi obat Terapi tambahan terhadap diet dan olahraga untuk memperbaiki kontril glukosa
darah pada pasien DM tipe 2. Sebagai monoterapi. Juga untuk terapi kombinasi dengan
sulfonilurea atau metformin dimana diet dan olahraga plus monoterapi tidak menghasilkan
kontror glokosa darah yang adekuat.
Kontraindikasi obat Gagal jantung atau ada riwayat gagal jantung (NYHA stadium I s/d IV ),
gangguan hati . Terapi kombinasi untuk insulin
Farmakokinetik Tidak ada interaksi obat dengan digoksin, warfarin, phenprocoumon,
metformin dan sulfonilurea.
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Edema
IKK C
11. Nama obat (merek) Avandaryl
Nama generik (isi obat) Rosiglitazone maleate / glimepiride tablets.
Jumlah dosis (mg/g) 4 mg /2 mg tablet
Indikasi obat Sebagaibtambahan terhadap diet dan olahraga guna memperbaiki kontrol gula
darah pada pasien DM tipe 2.
Kontraindikasi obat Ketoasidosis diabetik dengan tau tanpa koma.
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Sakit kepala, nasofaringitis, hipertensi, hipoglokemia, edema.
Golongan
12. Nama obat (merek) Mixtard ® 30 HM Penfill ®
Nama generik (isi obat) Biosynthetic Human Insulin
Jumlah dosis (mg/g) 3 ml 100 iµ / ml
Indikasi obat DM yang memerlukan insulin
Kontraindikasi obat Hipoglikemia
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Injeksi
Efek samping Jarang , alergi dan lipoatrofi
IKK B
13. Nama obat (merek) Insulatard ® HM Penfill ®
Nama generik (isi obat) Biosynthetic Human Insulin
Jumlah dosis (mg/g) 3 ml 100 iµ / ml
Indikasi obat DM yang memerlukan insulin
Kontraindikasi obat Hipoglikemia
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Injeksi
Efek samping Hipoglikemia
IKK B
14. Nama obat (merek) Actrapid ® HM Penfill ®
Nama generik (isi obat) Biosynthetic Human Insulin
Jumlah dosis (mg/g) 3 ml 100 iµ / ml
Indikasi obat DM
Kontraindikasi obat Hipoglikemia
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Injeksi
Efek samping Hipoglikemia
IKK B

KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis DM ada 3
macam. Tipe I, II, dan III. Antidiabetika yang aman untuk ibu hamil antara lain Glucobay,
Actrapid HM, Actrapid Novolet, Insulatard HM, dan Mixtard HM.
1. Macam-macam Obat Anti Anemia

Seperti halnya penyakit lain, pengobatan anemia juga harus ditujukan pada

penyebab terjadinya anemia. Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan pada

usus maka perdarahan itu harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya anemia.

Jika memang diperlukan, operasi dapat dilakukan pada keadaan tertentu.

Suplemen besi diperlukan pada anemia yang disebabkan oleh karena

kekurangan zat besi. Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi

anemia pernisiosa. Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia yang disebabkan

oleh perdarahan hebat.

Adapun beberapa obat anemia, diantaranya :

a. TABLET BESI ( fe )

Zat besi merupakan mineral yang di perlukan oleh semua sistem

biologi di dalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis

hemoglobin, sintesis katekolamin, produksi panas dan sebagai komponen

enzim-enzim tertentu yang di perlukan untuk produksi adenosin trifosfat yang

terlibat dalam respirasi sel. Besi di butuhkan untuk produksi hemoglobin

( hb ), sehingga defisiensi fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah

yang lebih kecil dengan kandungan hb yang rendah dan menimbulkan anemia

hipokronik mikrositik.

1) Cara kerja

Distribusi dalam tubuh

Tubuh manusia sehat mengandung ± 3,5 g fe yang hampir seluruhnya

dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Kira-kira 70% dari fe yang

terdapat dalam tubuh merupakan fe fungsional atau esensial, dan 30%

merupakan fe yang nonesensial.


2) Farmakokinetik

Absorpsi

Absorpsi fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum

dan jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat

ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel

mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang sudah di absorpsi

akan di ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan

masuk kedalam plasma dengan perantara transferin, atau si ubah menjadi

feritin dan di simpan dalam sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan

dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak

fe di ubah menjadi feritin. Bila cadangan rendah atau kebutuhan meningkat,

maka fe yang baru di serap akan segera di angkut dari sel mukosa ke sum-

sum tulang untuk eritropoesis.

Distribusi

Setelah di absorpsi, fe dalam tubuh akan di ikat dalam transferin

( siderofilin ), suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian di angkut

ke beberapa jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot fe

Metabolisme

Bila tidak digunakan untuk eritropoesis, fe meningkat suatu protein

yang di sebut apoferitin dan membentuk feritin. Fe disimpan terutama pada

sel mukosa usus halus dan dalam sel-sel retikuloendotelial ( di hati, limpa

dan sumsum tulang ). Cadangan ini tersedia untuk di gunakan oleh sumsum

tulang dalam proses eritropoesis; 10% di antaranya terdapat dalam labile

pool yang cepat dapat dikerahkan untuk prose ini, sedangkan sisanya baru
di gunakan bila labile pool telah kosong. Besi yang terdapat dalam

parenkim jaringan tidak dapat di gunakan untuk eritropoesis.

Bila fe diberikan IV , cepat sekali di ikat oleh apoferitin ( protein

yang membentuk feritin ) dan di simpan terutama di dalam hati. Sedangkan

setelah pemberian per oral terutama akan di simpan di limpa dan sumsum

tulang. Fe yang berasal dari pemecahan eritrosit akan masuk ke dalam hati

dan limpa. Penimbunan fe dalam jumlah abnormal tinggi dapat terjadi

akibat transfusi darah yang berulang-ulang atau akibat penggunaan preparat

fe dalam jumlah berlebihan yang di ikuti absorpsi yang berlebihan pula.

Eksresi

Jumlah fe yang dieksresi setiap hari sedikit sekali, biasanya sekitar

0,5-1 mg sehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan

saluran cerna yang terkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses,

serta kuku dan rambut yang di potong. Pada proteinuria jumlah yang di

keluarkan dengan urin dapat meningkat bersama dengan sel yang

mengelupas. Pada wanita usia subur dengan siklus haid 26 hari. Jumlah fe

yang diekskresikan sehubungan dengan haid di perkirakan sebanyak 0,5-1

mg sehari.

3) Indikasi

Sediaan fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan

anemia defisiansi fe penggunakan diluar indikasi ini, cenderung

menyebabkan penyakit penimbunan besi dan keracunan besi. Anemia

defisiensi fe paling sering disebabkan oleh kehilangan darah. Selain itu,

dapat pula terjadi misalnya pada wanita hamil ( terutama multipara ) dan

pada masa pertumbuhan, karena kebutuhan yang meningkat. Banyak


anemia yang mirip anemia defisiensi fe. Sebagai pegangan untuk diagnostik

dalam hal ini ialah, bahwa pada anemia defisiensi fe dapat terlihat granula

berwarna kuning emas di dalam sel-sel retikuloendotelial sumsum tulang

4) Efek samping

Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap

sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah fe yang dapat larut dan

yang diabsorpsi pada tiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual

dan nyeri lambung (± 7-20% ), konstipasi (± 10% ), diare (± 5% ) dan

kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat di kurangi dengan

mengurangi dosis atau dengan cara ini diabsorpsi dapat berkurang. Perlu

diterangkan kemungkinan timbulnya feses yang berwarna hitam kepada

pasien.

Pemberian fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat

suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan,

peradangan lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal

lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibanding IV , selain itu dapat pula

terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus. Reaksi yang dapt terjadi

dalam 10 menit setelah suntikan adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi,

hemolisis, takikardia, flushing, berkeringat, mual, muntah, bronkospasme,

hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi, sedangkan reaksi yang lebih sering

timbul dalam ½-24 jam setelah suntikan misalnya sinkop, demam,

menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, rasa sakit pada seluruh badan dan

ensefalopatia. Reaksi sistemik ini lebih sering terjadi pada pemberian IV,

demikian pula syok atau henti jantung.


5) Dosis

Sediaan oral besi dalam bentuk fero paling mudah diabsorpsi maka

preparat besi untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagi garam

fero seperti fero sulfat, fero glikonat, dan fero fumarat. Ketiga preparat ini

umumnya efektif dan tidak mahal. Tidak ada perbedaan absorpsi di antar

garam-garam fe ini. Jika da, mungkin disebabkan oleh perbedaan

kelarutannya dalam asam lambung. Dalam bentuk garam sitrat, tartrat,

karbonat, pirofosfat, ternyata fe sukar diabsorpsi: demikian pula sebagai

garam feri ( Fe3+ ).

yang perlu diingat dalam meminum pil atau tablet Fe yaitu :

 Diminum sesudah makan malam atau menjelang tidur

 Hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat

menganggu proses penyerapan.

 Hendaknya meminum dengan vitamin c misalnya dengan air jeruk

 Segera minum pil setelah rasa mual, muntah menghilang.

b. VITAMIN B12 (Sianokobalamin)

1) Indikasi

anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan

pemotongan usus, defisiensi vitamin B12.

2) Farmakokinetik

Absorpsi

Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan

SK . Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah


suntikan IM. Hidroksokobalamin dan koenzim B12 lebih lambat

diabsorpsi, agaknya karena ikatanya yang lebih kuat dengan protein .

absorpsi per oral berlangsung lambat di ileum; kadar puncak di capai 8-12

jam setelah pemnerian 3 mg. Absorpsi ini berlangsung dengan 2

mekanisme yaitu dengan perantaraan faktor instrinsik castle (fic) dan

absorpsi secara langsung

Distribusi

Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat

dengan protein plasma sebagian besar terikat pada beta-globulin

( transkobalamin II),Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein (transkobalamin

I) dan inter-alfa-glikoprotein ( transkobalamin III) vitamin B12 Yyang

terikat pada transkobalamin II akan di angkut ke berbagai jaringan, terutam

hati yang merupakan gudang utama penyimpanan vitamin B12 (50-90% ).

Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml dengan

simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.

Metabolisme &amp;amp; Ekskresi

Baik sianokobalamin maupun hidrosokobalamin dalam jaringan dan

darah terikat oleh protein . seperti halnya koenzim B12, ikatan dengan

hidroksokobalamin lebih kuat sehingga sukar diekskresi melalui urin. Di

dalam hati ke dua kobalamin tersebut akan di ubah menjadi koenzim B12.

Pengurangan jumlah kobalamin dalam tubuh di sebabkan oleh ekskresi

melalui saluran empedu; sebanyak 3-7mg sehari harus di reabsorbsi dengan

perantaraan FIC. Ekskresi bersama urin hanya terjadi pada bentuk yang

tidak terikat pritein.80-90% vitamin B12 akan diretensi dalam tubuh bila di

berikan dalam dosis sampai 50mg; dengan dosis yang lebih bersar, jumlah
yang diekskresi akan lebih banyak . jadi bila kapasitas ikatan protein dari

hati, jaringan dan darah lebih jenuh,vitamin B12 bebas akan di keluarkan

bersama urin sehingga tidak ada gunanya memberikan vitamin B12 dalam

jumlah yang terlalu besar.

Vitamin B12 dapat menembus sawar uri dan masuk kedalam sirkulasi

bayi.Dosis sianokobalamin untuk pasien anemia permisiosa tergantung dari

berat anemianya, ada tidaknya komplikasi dan respons terhadap

pengobatan. Secara garis besar cara penggunaannya dibagi atas terapi awal

yang intensif dan terapi penunjang.

3) Dosis

 Per oral: untuk defisiensi B12 karena faktor asupan makanan: dewasa

50-150 mikrogram atau lebih, anak 50-105 mikrogram sehari, 1-3x/hari

 Injeksi intramuskular: dosis awal 1mg, diulang 10x dengan interval 2-3

hari. Dosis rumatan 1 mg per bulan.

Sediaan: tablet 50 mikrogram, liquid 35 microgram/5 ml, injeksi 1 mg/ml.

3.ASAM FOLAT

Asam folat ( asam pteroilmonoglutamat, pmGA ) terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam

paraaminobenzoat dan asam glutamat. Dari penelitian

Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan

daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan ( pemasakan ) makanan.

a.Farmakokinetik

Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian proksimal usus halus.

Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi, sedangkan pada kadar tinggi
absorpsi dapat berlangsung secar difusi. Walaupun terdapat gangguan pada usus halus,

absorpsi folat biasanya masih mencukupi kebutuhan terutama sebagai PmGA.

b.Indikasi

Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobtan defisiensi folat harus

di ingat bahwa penggunaan secara membabibuta pada pasien anemia pemisiosa dapat

merugikan pasien, sebab folat dapat memperbaiki kelainan darah pada anemia pemisiosa

tanpa memperbaiki kelainan neurologi sehingga dapat berakibat pasien cacat seumur hidup

Kebutuhan asam folat meningkat pada wanta hamil, dan dapat menyebabkan defisiensi asam

folat bila tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari makananya. Beberapa

penelitian mendapat adanya hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan

insisens defek neural tube, seperti sapina bifida dan anensefalus, pada bayi yang dilahirkan.

Wanita hamil membutuhkan sekurang-kurangnya 500 mg asam folat per hari suplementasi

asam folat di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, untuk mengurangi insidens

defek neuran tube.

Efek toksik pada penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang belum pernah dilaporkan

terjadi. Sedangkan pada tikus, dosis tinggi dapat menyebabkan pengendapan kristal asam

folat dalam tubuli ginjal. Dosis 15 mg pada manusia masih belum menimbulkan efek toksik.

c.Dosis

Yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yang ada. Umumnya folat

diberikan per oral, tetapi bila keadaan tidak memungkinkan, folat diberikan secar IM atau

SK.

Untuk tujuan diagnostik digunakan dosis 0,1 mg per oral selam 10 hari yang hanya

menimbulkan respons hematologik pada pasien defisiensi folat. Hal ini membedakannya

dengan defisiensi vitamin B12 yang baru memberikan respons hematologik dengan dosis 0,2

mg per hari atau lebih.


4. ERITROPOIETIN

Eritropoietin, suatu gliko protein dengan berat molekul 34-39 DA, merupakan factor

pertumbuhan hematopoietic yang pertama kali diisolasi.Eritropoietin merupakan factor

pertumbuhan sel darah merah yang diproduksi terutama oleh ginjal dalam sel peritubuler dan

tubuli proksimalis.Dalam jumlah kecil eritropoietin juga diproduksi oleh hati.untuk

kepentingan pengobatan eritripoietin diproduksi sebagai rekombinan eritropoetin manusia

yang disebut epoetin alfa. secara medis, obat antianemia yang mengandung EPO dapat

meningkatkan daya ingat.

Farmakodinamik

Eritroproetin,berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel induk sel darah

merah, menstimulasi poloferasi dan diferensiasi eritroit. Eritropoietin juga menginduksi

pelepasan retikulosis dari sumsum tulang. Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai

respon terhadap hipoksia jaringan. Bila terjadi Anemia maka eritropoietin diproduksi lebih

banyak olh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel

darah.

Farmakokinetik

Setelah pemberian intravena masa paru eritropoietin pada pasien gagal ginjal kronik sekirar

4-13 jam. Eritropoietin yang dikeluarkan melalui dialisis. Darbopoietin alfa merupakan

eritropoietin bentuk glikolisasi memiliki masa paru 2-3 kali eritropoietin.

Indikasi

Eritropoietin terutama di indikasikan untuk anemia pada pasien gagal ginjal kronik. Pada

pasien ini pemberian eritropoietin umumnya meningkatkan kadar hematokrik dan

hemoglobin, dan mengurangi/menghindkan kebutuhan transfusi. Peningkatan jumlah

retikulosit umumnya terlihat dalam sekitar 10 hari, dan peningkatan kadar hematokrik dan
hemoglobin dalam 2-6 minggu. Pada kebanyakan pasien kadar hematokrik sekitar 35% dapat

dipertahankan dengan pemberian eritropoietin 50-150 IU/Kg secara intravena atau subkutan 3

kali seminggu. Pemberian secara subkutan umumnya lebih disenangi karena absorpsinya

lebih lambat dan jumlah yang dibutuhkan berkurang 20-40%. Respons pasien dialisis

terhadap pemberian eritropoietin tergantung pada beratnya kegagalan ginjal, dosis

eritropoietin dan cara pemberian, serta keberadaan besi. Kegagalan respons paling sering

disebabkan oleh adanya difisiensi, yang dapat di atasi dengan pemberian preparat besi secara

oral. Pasien yang mendapat eritropoietin harus di monitor ketat, dan dosis perlu di sesuaikan

agar peningkatan hematokrik terjadi secara bertahap untuk mencapai 33-36% dalam waktu 2-

4 bulan. Kadar hematokrit yang dicapai dianjurkan tidak melebihi 36% untuk menghindari

kemungkinan infark miokard.

Umumnya pasien anemia akibat gangguan primer atau sekunder pada sumsum tulang kurang

memberikan respons terhadap pemberian eritropoietin. Respons paling baik bila kadar

eritropoietin kurang dari 100 IU/L. Umumnya untuk pasien ini di butuhkan dosis lebih tinggi,

sekitar 150-300 IU/L tiga kali seminggu dan responsnya biasanya tidak terlalu baik.

Efek samping

Yang paling sering adalah bertambah beratnya hipertensi yang dapat terjadi pada sekitar 20-

30% pasien dan paling sering akibat peningkatan hematokrit yang terlalu cepat. Meskipun

masih kontroversial dilaporkan peningkatan tendensi trombosit pada pasien dialisis.

OBAT LAIN

• RIBOFLAVIN

Berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme flavo-protein dalam pernafasan sel.

Sehubungan dengan anemia, ternyata riboflavin dapat memperbaiki anemia normokromik-


normo-sitik. Anemia defisiensi riboflavin banyak terdapat pada malnutrisi protein-kalori,

dimana ternyata faktor defisiensi Fe dan penyakit infeksi memegang peranan pula. Dosis

yang digunakan cukup 10 mg sehari per oral atau IM.

• PIRIDOKSIN

Vitamin B6 ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang merangsang pertumbuhan Heme.

Defesiensi piridoksin akan menimbulkan anemia mikrositik hipokromok.pada sebagian besar

pasien akan terjadi anemia normoblastik sideroakrestik dengan jumlah Fe non hemoglobin

yang banyak dalam precursor eritrosit, dan pada beberapa pasien terdapat anemia

Megaloblastik.Pada keadaan ini arbsorbsi Fe meningkat, Fe-binding protein menjadi jenuh

dan terjadi hiperperemia, sedangkan daya rergenerasi darah menurun.Akhirnya akan

didapatkan gejala hemosiderosis.

• KOBAL

Kobal dapat meningkatkan jumlah hemotokrit, hemoglobin dan eritrosit pada beberepa pasien

dengan anemia refrakter, seperti yang terdapat pada pasien talasimea, infeksi kronik atau

penyakit ginjal,tetapi mekanisme yang pasti tidak diketaui. Kobal merangsang pembentukan

eritropoietin yang berguna untuk meningkatkan pengambilan Fe dalam sumsum tulang, tetapi

ternyata pada pasien anemia refrakter kadar eritropoietin sudah tinggi.Penyelidikan lain

mendapatkan bahwa Kobal menyebabkan Hipoksia intrasel sehingga dapat merangsang

pembentukan eritrosit.Sebaliknya, Kobal dalam dosis besar justru menekan pembentukan

eritrosit.
Adapun beberapa obat yang digunakan dalam pengobatan anemia, diantaranya sebagai

berikut :

1.IRON DEXTRAN ( imferon )

Mengandung 50 mg fe setiap mL (larutan 5%) untuk penggunaan IM atau IV. Respons

terapeutik terhadap suntikan IM ini tidak lebih cepat dari pada pemberian oral. Dosis total

yang diperlukan dihitung berdasarkan beratnya anemia, yaitu 250 mg fe untuk setiap gram

kekurangan hb. Pada hari pertama disuntukkan 50 mg, dilanjutkan dengan 100-250 mg setiap

hari atu beberapa hari sekali. Penyuntikan dilakukan pada kuadran atas luar m. Gluteus dan

secara dalam untuk menghindari pewarnaan kulit.

a.Indikasi

Intravena atau intramuskular suntikan dekstran besi yang ditunjukkan untuk perawatan pasien

dengan defisiensi zat besi yang tidak dapat diberikan secara oral.

b.Dosis dan Administrasi

Besi oral harus dihentikan sebelum administrasi INFeD.

c.Dosis

Untuk memperkecil reaksi toksin pada pemberian IV, Dosis permulaan tidak boleh melebihi

25 mg, dan di ikuti dengan peningkatan bertahan untuk 2-3 hari tercapai dosis 100 mg/hari.

Obat harus di berikan perlahan-lahan yaitu dengan menyuntikkan 25-50 mg/ menit.

d.Efek samping

Efek samping yang harus dilaporkan kepada dokter atau ahli kesehatan sesegera mungkin:

• reaksi alergi seperti ruam kulit , gatal atau gatal-gatal , pembengkakan wajah, bibir, atau

lidah,

• bibir biru, kuku, atau kulit,

• gangguan pernapasan,

• perubahan tekanan darah,


• nyeri dada,

• takikardi,

• perasaan pusing, atau jatuh pingsan,

• demam atau kedinginan,

• nyeri otot atau nyeri sendi,

• nyeri, kesemutan, mati rasa di tangan atau kaki,

• kejang.

Efek samping yang biasanya tidak memerlukan perhatian medis (laporkan ke dokter atau ahli

kesehatan jika gejala menetap atau mengganggu):

• diare

• sakit kepala

• iritasi didaerah suntikan

• mual, muntah

• sakit perut

2.ADFER

a.Kandungan

Fe glukonat 250 mg, Mangan sulfat 200 µg, Tembaga sulfat 200 µg,Vitamin C 50 mg, Asam

folat 1000µg, Vitamin B12 7,5µg, Sorbito l25 mg.

b.Indikasi

Anemia yang disebabkan kekurangan Fe, anemia akibat traumatik atau anemia endogenik,

anemia akibat perdarahan selama masa pertumbuhan, usia lanjut &amp;amp; masa

penyembuhan, kehamilan, menyusui, anemia yang disebabkan malnutrisi umum atau diet.

c.Kontra indikasi

Penumpukan Fe, gangguan penggunaan Fe.

d. Efek samping
Gangguan saluran pencernaan.

e. dosis

Dosis awal 1-2 kapsul sehari.

f.Penyajian

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan.

3.ARTOFERUM

a.Indikasi

Anemia (kekurangan zat besi) &amp;amp; sebagai sebuah pencegahan, pengobatan, dan

sumber vitamin dan mineral bagi negara-negara kekurangan.

b.Cara Penggunaan

1 kaplet sehari-hari, atau seperti yang ditentukan oleh dokter.

4. DASABION KAPSUL

KOMPOSISI

Tiap kapsul mengandung :

Besi (II) Fumarat 360 mg

Kalsium Pantotenat 20 mg

Asam Folat 1,5 mg

Vitamin B12 15 mkg

Vitamin C 75 mg

Vitamin D3 400 SI

Sorbitol 25 mg

DESKRIPSI

Dasabion mengandungBesi (II) Fumarat, Asam Folat dan Vitamin B12 yang sangat

dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah. Karena anemia sering dijumpai pada wanita

hamil, maka zat-zat tersebut sangat dibutuhkan untuk pencegahan dan pengobatannya.
Vitamin C membantu mempertahankan zat besi dalam bentuk ferro agar tidak teroksidasi

menjadi bentuk ferri, sehingga lebih mudah untuk diabsorbsi untuk saluran pencernaan.

Vitamin D3 sangat dibutuhkan pada masa kehamilan, karena erat hubungannya dalam proses

pembentukan tulang. Kalsium Pantotenat merupakan prekursor koenzim A yang sangat

diperlukan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sorbitol bersifat sebagai

laksans, dapat menetralisir konstipasi yang mungkin terjadi pada pemberian secara terus

menerus.

INDIKASI

- Segala macam anemia

- Pada masa kehamilan

EFEK SAMPING

Nyeri pada saluranpencernaan disertai mual,muntah dan diare. Pemberian secara terus

menerus dapat menyebabkan konstipasi.

ATURAN PAKAI

Sehari 1 kapsul atau menurut petunjuk dokter

PERHATIAN

Pemakaian obat ini dapat menyebabkan fases berwarna hitam.

5. EMINETON

membantu mengurangi gejala anemia

a.Komposisi &amp;amp; Informasi nilai gizi

Takaran saji: 1 tablet (620 mg) Jumlah sajian per kemasan : 100 % AKG

Ferrous Fumarate 90 mg

Cupric Sulfate 0,35 mg

Cobaltous Sulfate 0,15 mg

Manganese Sulfate 0,05 mg


Pyridoxine Hydrochloride 0,192 mg

Cyanocobalamine 5 mCg

AscorbicAcid 60 mg

dl - a - Tocopherol Acetate 5 mg

FolicAcid 400 meg

Calcium Phosphate, Dibasic 60 mg

*AKG berdasarkan pada diet 200 Kcal Farmakologi :

EMINETON adalah tablet yang mengandung zat besi organik (Ferrous Fumarate) dalam

dosis terapeutik dengan kombinasi mangan, tembaga, asam askorbat, vitamin B, kalsium,

vitamin E dan asam folat, sehingga sangat membantu mempercepat proses pembentukan sel-

sel darah. Dapat digunakan untuk menghilangkan gejala anemia dan kurang gizi pada segala

tingkat usia.

b.Indikasi

Untuk membantu mengurangi gejala anemia karena kekurangan zat besi.

c.Efek samping

Pemakaian EMINETON secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan gastroenterik

seperti diare atau gastritis, mual dan muntah.

d.Peringatan dan perhatian

Ada kemungkinan timbul faeces berwarna hitam setelah makan obat ini.

e.Dosis dan cara pemakaian :

Dewasa : 1 - 2 tablet / hah pada waktu atau sesudah makan.

Anak-anak : 1 tablet / hari pada waktu atau sesudah makan.

6.ETABION

a.Komposisi
Tiap kapsul mengandung:

Ferro Glukonat 250 mg

Vitamin C 50 mg

Asam Folat 1 mg

Vitamin B12 7,5 mcg

CupriSulfat 0,2 mg

ManganSulfat 0,2 mg

Sorbitol 25 mg

b.Farmakologi

Ferro Glukonat merupakan garam besi yang bekerja dan bermanfaat dalam pencegahan dan

pengobatan penyakit kekurangan darah (anemia) karena kekurangan zat besi. Vitamin B12

merupakan salah satu faktor pencegah kekurangan darah. Cupri Sulfat dan mangan sulfat

merupakan biokatalisator yang merangsang jaringan pembentukan darah dalam tubuh.

Vitamni C membantu penyerapan zat besi oleh tubuh. Asam Folat merupakan salah satu

faktor dalam pembentukan butir-butir darah merah.

c.Indikasi

Untuk mencegah dan mengobati kekurangan Vitamin dan mineral seperti kekurangan darah

(anemia) dan membantu pembentukan darah.

d.Peringatan dan Perhatian

Penderita perlu diterangkan kemungkinan timbulnya feces yang berwarna hitam.

e.Efek Samping

Konstipasi, diare, mual, muntah.

f.Dosis

Sehari 1 kapsul pada waktu atau sesudah makan, sesuai petunjuk dokter.
7.FERCEE kapsul

Tiap kapsul FERCEE terdiri atas :

Besi (II) Fumarat 275,0 mg

Asatn askorbat 100,0 mg

Natrium Dioktilsulfosuksinat 20,0 mg

Dalam bentuk pelepasan yang diperlambat

a.Indikasi

Penyakit kurang darah, yang esensial dan sekunder yang disebabkan oleh kekurangan zat

besi, penyakit kurang darah yang disebabkan oleh pendarahan, masa akil balik, masa hamil

dan pada anak-anak.

b.Dosis

Kecuali bila dianjurkan lain oleh dokter, satu kapsul tiap hari sesudah makan pagi - bila perlu

dapat sampai 2 kapsul tiap hari.

c.Kontra indikasi :

• Terapi besi kontra indikasi untuk pasien dengan iron storage disease atau pasien yang

oenderung kearali penyakit tersebut yang disebabkan oleh chronic hemolytic anemia (seperti

anomali keturunan dari struktur/sintesa hemoglobin dan/atau defisiensi enzim darah merah).

• Anemia oleh kekurangan Piridoksina Hidroklorida.

• Sirosis hati.

d.Efek samping

Reaksi sensittvitas dan gangguan saluran pencernaan dapat terjadi.

e.Peringatan dan Perhatian

• Jauhkan dari jangkauan anak-anak.


• Untuk anemia yang disebabkan oleh kekurangan besi yang disebabkan oleh pengeluaran

darah yang berlebihan, maka harus diobati dahulu sebab dari pengeluaran darah tersebut.

• Pemberian jangka panjang dari garam besi dapat menyebabkan iron storage disease.

Anda mungkin juga menyukai