Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

“PENDIDIKAN SEKOLAH PERSPEKTIF ISLAM”

Dosen Pembimbing :

Dr. Sayid Habiburrahman, M.Pd.

Dr. Abu Hanifah, M. Hum

Disusun Oleh:

Kelompok 6

M. Nurhadi, S.Pd. 95223012


Rohmat, S.Pd.I 95223017
Suradi, Lc. 95223026

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGESTER PENDIDIKAN ISLAM

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur selalu terucap kepada Allah SWT yang sampai saat ini telah memberikan nikmat
sehat, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah tanpa terkendala masalah berarti.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua, dosen, teman kuliah yang turut
membantu. Keterbatasan waktu menjadi salah satu hal yang menjadi kesulitan dalam pembuatan
makalah ini. Namun berkat dukungan dari mereka, akhirnya yang diperjuangkan bisa selesai tepat
waktu. Sebagai mahasiswa, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu penulis secara pribadi memohon maaf atas kesalahan yang mungkin
ada pada isi makalah.

Penulis harap isi makalah yang berjudul “Pendidikan Sekolah Perspektif Islam” bisa
bermanfaat bagi pembaca. Mohon untuk memaklumi jika terdapat penjelasan yang sulit untuk
dimengerti. Untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun saran, sehingga penulis bisa
memperbaikinya dikemudian hari. Terimakasih atas ketertarikan Anda untuk segan membaca
makalah yang penulis buat.

Sri Gunung, 4 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR IS .................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan formal ............................................................ 4


1. Pengertian ................................................................................................................... 4
B. Fungsi-Fungsi Pendidikan Sekolah .............................................................................. 5
C. Cara Bersosialisasi Di Sekolah ...................................................................................... 7
1. Jadilah Terbuka dan Ramah ....................................................................................... 8
2. Ikuti Kegiatan Ekstrakurikuler ................................................................................... 8
3. Jalin Komunikasi Aktif .............................................................................................. 8
4. Membantu Orang lain ................................................................................................ 8
5. Hormati Perbedaan Antar Sesama .............................................................................. 9
D. Belajar dalam Islam ....................................................................................................... 9
1. Keutamaan Belajar ..................................................................................................... 10
1) Allah akan memudahkan jalannya menuju surga ................................................. 10
2) Para malaikat akan membentangkan sayap untuk orang yang menuntut ilmu ..... 11
3) Orang yang belajar adalah orang yang lebih baik dari dunia dan isinya .............. 11
4) Orang yang belajar akan mendapat pahala ........................................................... 11
5) Orang yang menuntut ilmu lebih baik dari shalat sunnah seratus rakaat ............. 11
6) Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban dalam Islam ......................................... 12
7) Orang yang belajar akan mendapatkan pengetahuan lebih .................................. 12
8) Orang yang menuntut ilmu sama dengan berjihad ............................................... 12
E. Pendidik dan Peserta Didik Perspeaktif Islam ............................................................ 12

ii
1. Sifat-sifat Pendidik ..................................................................................................... 14
2. Pengertian Peserta Didik ............................................................................................ 16
3. Hakikat Peserta Didik ................................................................................................ 16
4. Adab Belajar .............................................................................................................. 19
F. Konsep Metode Pembelajaran Dalam Perspeaktif Islam .......................................... 23
G. Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Islam .................................................... 24
1. Pengertian Karakter .................................................................................................... 26
2. Pengertian Pendidikan Islam ...................................................................................... 26
3. Kedudukan Pendidikan Islam .................................................................................... 27

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 29
B. Saran .............................................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 31

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam perspektif Islam memiliki akar yang dalam dan penting dalam
sejarah perkembangan umat Islam. Dalam beberapa abad pertama Islam, pendidikan
telah menjadi salah satu unsur kunci dalam pengembangan dan penyebaran agama
Islam.

Pentingnya Pendidikan dalam Islam diberikan kepada umat manusia sebagai suatu
ajaran yang mengedepankan pengetahuan dan akal. Kata pertama yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad adalah "Iqra!" (Bacalah!). Oleh karena itu, pendidikan dan
pengetahuan sangat dihargai dalam agama Islam. Ilmu pengetahuan dan pendidikan
tidak hanya dilihat sebagai sarana untuk memahami alam semesta, tetapi juga sebagai
jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhannya.

Dalam sejarah awal Islam, para ulama (cendekiawan Islam) memiliki peran sentral
dalam memelihara dan menyebarkan pengetahuan. Mereka mendalami ilmu agama
dan ilmu pengetahuan dunia dengan tekun. Universitas-uluniversitas awal seperti Bait
al-Hikmah di Baghdad dan Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko, adalah contoh
bagaimana ilmu pengetahuan berkembang dalam dunia Islam.

Al-Quran, kitab suci Islam, tidak hanya berfungsi sebagai panduan spiritual, tetapi
juga sebagai sumber pengetahuan. Dalam Al-Quran, terdapat banyak ayat yang
mengajak manusia untuk merenungkan ciptaan Allah dan memperoleh pengetahuan.
Al-Quran juga memberikan pedoman moral dan etika yang menjadi landasan
pendidikan karakter dalam Islam.

Selama Zaman Kejayaan Islam, yang mencakup periode abad ke-8 hingga ke-13,
dunia Islam menjadi pusat pembelajaran dunia. Pada masa ini, banyak karya ilmiah
dan filsafat yang diterjemahkan dari bahasa Yunani dan bahasa lainnya ke dalam
bahasa Arab, yang kemudian berpengaruh besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Perpustakaan besar seperti Perpustakaan Aleksandria dan Bait al-
Hikmah menjadi pusat penelitian dan pendidikan.

1
Di berbagai wilayah Islam, terutama di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, dan
Asia Selatan, pendidikan tradisional Islam berfokus pada pembelajaran Al-Quran,
hadis, fiqih, tafsir, dan ilmu-ilmu agama lainnya. Pesantren di Indonesia dan madrasah
di berbagai negara Islam adalah contoh lembaga-lembaga pendidikan yang
meneruskan tradisi ini hingga saat ini.

Pendidikan Islam telah mengalami berbagai transformasi dan modernisasi seiring


perkembangan zaman. Sekolah-sekolah Islam modern telah mengintegrasikan
kurikulum akademik dengan pendidikan agama, sehingga siswa dapat mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan yang holistik.

Meskipun memiliki latar belakang yang kaya, pendidikan Islam juga dihadapkan
pada sejumlah tantangan, termasuk penyesuaian dengan teknologi modern,
peningkatan kualitas pengajaran, dan memerangi ekstremisme dalam pendidikan.
Namun, dengan kekayaan warisan intelektual Islam dan tekad untuk menjaga tradisi
pendidikan, pendidikan sekolah perspektif Islam tetap memiliki potensi besar untuk
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan umat Islam secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan formal ?
2. Apa yang dimaksud dengan fungsi Pendidikan Sekolah ?
3. Bagaimana cara bersosialisasi di Sekolah ?
4. Apakah yang dimaksud dengan Pendidik dan Peserta didik Perspektif Islam?
5. Bagaimana konsep metode pembelajaran dalam perspeaktif Pendidikan Islam ?
6. Bagaimana hubungan antara pendidikan karakter dan pendidikan akademik dalam
pendidikan sekolah Islam, dan sejauh mana pendidikan karakter mempengaruhi
perilaku dan moral siswa?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan Formal
2. Untuk mengetahui fungsi Pendidikan Sekolah
3. Untuk mengetahui cara bersosialisasi di Sekolah
4. Untuk mengetahui Pendidik dan Peserta Didik Perspeaktif Islam
5. Untuk mengetahui Konsep metode pembelajaran dalam perspeaktif Islam

2
6. Untuk mengetahui hubungan Pendidikan karakter dan Pendidikan akademik
dalam Pendidikan Islam, dan mengetahui sejauh mana Pendidikan karakter
memperngaruhi perilaku dan moral siswa

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan formal


1. Pengertian
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, dikatakan formal karena
diadakan disekolah atau ditempat tertentu, mempunyai jenjang dan dalam kurun
waktu tertentu, serta berlangsung mulai dari TK sampai ke PT, berdasarkan aturan
resmi yang telah ditetapkan.

Lembaga pendidikan ialah badan atau instansi baik negeri maupun swasta
yang melaksanakan kegiatan mendidik, dengan kata lain sebuah badan atau
instansi yang menyelenggarakan usaha dalam bidang pendidikan. Pendidikan
ialah salah satu sarana yang memegang peran penting dalam membekali setiap diri
manusia, karena pendidikan adalah infrastruktur untuk mengembangkan potensi
diri dan membentuk karakter yang mandiri dalam rangka mempersiapkan sumber
tenaga manusia yang bemutu serta berwawasan luas.

Sejalan dengan pernyataan menurut Sapulette & Wardana (2016:151) pendidikan


ialah sebuah lembaga untuk membentuk perilaku, potensi, maupun karakter setiap
diri manusia yang bermutu dalam rangka mengembangkan kecakapan diri,
mencakup kecerdasan intelektual dan kepribadian yang positif.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 57 Tahun 2021 tentang


Standar Nasional Pendidikan memaparkan bahwa pendidikan ialah sebuah usaha
sadar yang dilakukan dengan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran supaya peserta didik dapat mengembangkan kecakapan
dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, karakter
yang cerdas, akhlak mulia, dan kompetensi yang dibutuhkannya dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pendidikan tidak hanya berlangsung pada lembaga pendidikan formal saja


tetapi pendidikan juga dapat berlangsung di luar lembaga pendidikan formal

4
seperti lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Salah satu
pendidikan formal adalah sekolah dasar.

Sekolah merupakan lembaga untuk menuntut ilmu dan wadah membentuk


karakter serta akhlak peserta didik. Peserta didik pada tingkat sekolah dasar ialah
yang sedang menjalani tahap perkembangan masa kanak-kanak dan memasuki
masa remaja awal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal telah sepatutnya
menjadi lingkungan yang aman, damai dan nyaman bagi peserta didik untuk
menempuh pendidikan. Menurut Wiyani (2012:105) sekolah damai dapat
dikelompokkan menjadi 9 kriteria, yaitu “bebas dari kericuhan dan kejahatan,
kedamaian, kenyamanan dan keamanan, perhatian dan kasih sayang, kolaborasi,
bersahabat, ketaatan terhadap peraturan, internalisasi nilai-nilai agama, dan
kemasyarakatan”. Namun dalam kenyataanya terjadi beberapa kasus yang
menyebabkan kriteria tersebut tidak tercapai.

Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai permasalahan peserta didik terkait
perilaku yang menyimpang dan kenakalan peserta didik di lingkungan sekolah.
Beberapa kasus kenakalan peserta didik yang dapat ditemukan di lingkungan
sekolah misalnya mencontek, kurang sopan santun, kurang disiplin, kekerasan
sesama teman, hingga kasus perundungan. Perundungan pada peserta didik
biasanya perbuatan seperti mengejek antar teman, menghina, mengucilkan,
memrpermalukan, memukul, ditendang dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk
perundungan tersebut merupakan hal yang terkadang kita temukan di lingkungan
sekolah.

B. Fungsi-Fungsi Pendidikan Sekolah


Sekolah bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara
menyeluruh. Fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan
pengetahuan dan melaksanakan pendidikan yang cerdas. Menurut Suwarno, fungsi
sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam
pendidikan moral.
Sekolah Islam berperan penting dalam mendidik generasi muda tentang Islam.
Mereka menerapkan prinsip-prinsip pendidikan Islam dalam lingkungan pendidikan.

5
Sekolah Islam juga berusaha untuk mengintegrasikan teknologi modern dalam
pendidikan untuk mengikuti perkembangan zaman.

Fungsi pendidikan Islam secara mikro sudah jelas yaitu memelihara dan
mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek didik menuju
terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma islam. Atau dengan istilah
lazim digunakan yaitu menuju kepribadian muslim. Lebih lanjut secara makro, fungsi
pendidikan Islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul dalam perkambangan
peradaban manusia, dengan asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan
berkembang melalui pendidikan.

Fenomena tersebut dapat kita telusuri melalui kajian antropologi budaya dan
sosiologi yang menunjukan bahwa peradaban masyarakat manusia dari masa ke masa
semakin berkembang maju; dan kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi
sosialnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari segi antropologi
budaya dan sosiologi, fungsi pendidikan ialah menumbuhkan wawasan yang tepat
mengenai manusisa di alam sekitarnya, sehingga dengan demikian dimungkinkan
tumbuhnya kreatifitas yang dapat membangun dirinya dan lingkungannya. Dalam
buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Abdul Halim, fungsi pendidikan
dilihat secara operasional adalah:

1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungan tingkat-tingkat


kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat
nasioanal.
2. Alat untukmengadakanperubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis
besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill
yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang
produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi
yang demikian dinamis.

Menurut pandangan pendidikan islam, fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar


mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga
menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam
dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan,
dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar
dari al-fithratu ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan

6
yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehinggamati
dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi
ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.

Betapa pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam menyelamatkan


dan mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain, pendidikan dan pengaajaran juga
berfungsi untuk mengembangkan potensi-potensi/ kekuatan-kekuatan yang ada pada
diri anak agar ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi
pergaulan hidup di sekelilingnya, sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah
dan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.

C. Cara Bersosialisasi Di Sekolah


Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial dan makhluk individu.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini. Meskipun
manusia dilengkapi dengan cipta, rasa, dan karsa, namun manusia tidak akan mampu
memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan yang dimiliki tanpa bantuan dari orang
lain. Manusia harus berinteraksi atau bersosialisasi dengan manusia lainnya agar
dapat memenuhi kebutuhanya.
Selain itu, manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Manusia ingin
mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya, apa yang terjadi pada dirinya, bahkan apa
yang terjadi di alam semesta. Rasa ingin tahu ini berkembang karena pikiran manusia
selalu mengalami perkembangan. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk
melakukan interaksi dengan manusia lainnya.
Dalam interaksi yang dilakukan manusia, ia tidak dapat memaksakan
kehendaknya kepada orang lain. Manusia harus bisa menghargai dan menghormati
pendapat orang lain serta perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar.
Di sinilah manusia akan belajar bersosialisasi.
Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan individu untuk dapat
berinteraksi dengan baik di dalam masyarakat, sehingga menjadi masyarakat yang
baik. Proses sosialisasi dialami oleh manusia mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat. Apabila ia tidak dapat menyesuaikan diri, maka akan dikucilkan
oleh anggota masyarakat. Pada dasarnya proses sosialisasi dan penyesuaian diri
merupakan reaksi terhadap tuntutan yang bersifat ekonomis, sosial, dan sebagainya.

Adapun cara bersosialisasi pesertad didik di sekolah adalah sebagai berikut :

7
1. Jadilah Terbuka dan Ramah

Sebagai siswa yang baik, penting untuk bisa bersikap terbuka terhadap siswa
lainnya maupun lingkungan sekitarnya. Dengan sikap ini, kalian akan lebih mudah
untuk berhubungan dengan orang lain maupun ketika didekati.

Kunci dalam membangun hubungan yang baik itu dapat dengan menampilkan
sikap ramah dan senyuman. Kalian perlu menunjukkan minat pada orang lain dengan
mendengarkan aktif dan berbagi pengalaman. Cara ini bila terus dilakukan bisa
memperluas jaringan pertemanan.

2. Ikuti Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler sekolah itu bukan hanya menjadi aktivitas di waktu


luang saja, tetapi juga cara yang bagus untuk bertemu dan berinteraksi dengan siswa
lain yang memiliki minat yang sama. Ambil bagian dalam kegiatan yang sesuai
dengan minat dan hobi yang kalian miliki. Ini bisa membantu kalian membangun
koneksi yang kuat dengan orang-orang yang memiliki minat serupa dan memperluas
lingkaran sosial yang dimiliki.

3. Jalin Komunikasi Aktif

Komunikasi itu bisa berjalan efektif bila masing-masing lawan bicara dapat ikut
aktif dalam berbicara dan mendengar. Maka dari itu, coba berlatih menjadi pendengar
yang baik dan tunjukkan minat pada orang lain. Tidak perlu takut untuk ikut diskusi
kelas dan kelompok, sampaikan pendapat secara sopan. Komunikasi yang aktif bisa
membantu kalian membangun hubungan yang lebih baik dengan teman sekelas
maupun guru.

4. Membantu Orang lain

Salah satu tips yang bisa membuka peluang untuk berkomunikasi di sekolah
adalah membantu yang sedang kesulitan. Bila ada siswa yang kesulitan dalam
pelajaran atau ada kegiatan yang membutuhkan kerjasama tim, tawarkan diri kalian
untuk membantu. Ini tidak hanya melatih bersosialisasi, tetapi juga membangun
kepercayaan dan menjalin hubungan yang positif dengan siswa lainnya.

5. Hormati Perbedaan Antar Sesama

8
Setiap siswa memiliki latar belakang maupun karakter yang berbeda satu sama
lain. Untuk menghadapi perbedaan tersebut ketika ingin bersosialisasi, latih diri kalian
untuk bersikap toleran terhadap pendapat dan pandangan orang lain. Hindari
prasangka buruk terhadap mereka bila tidak satu pemikiran agar tetap terjaga
hubungan yang positif dan harmonis.

D. Belajar dalam Islam


Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu (belajar) wajib hukumnya bagi
setiap orang Islam”. Dan pada kesempatan lain beliau pun pernah menganjurkan, agar
manusia mencari ilmu meski berada di negeri orang (Cina) sekalipun; meski dari
manapun datangnya. Hadis tentang belajar dan yang terkait dengan pencarian ilmu
banyak disebut dalam al-Hadis, demikian juga dalam Al-Qur’an al-Karim. Hal ini
merupakan indikasi, bahwa betapa belajar dan mencari ilmu itu sangat penting artinya
bagi umat manusia. Dengan belajar manusia dapat mengerti akan dirinya,
lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula manusia mempu
menciptakan kreasi unik dan spektakuler yang berupa teknologi.

Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga
hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu
umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak
mereka menggunakan rasio, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat
Allah SWT. Hingga dalam al-Qur’an dinyatakan Tuhan akan mengangkat derajat
orang yang berilmu ke derajat yang luhur (lihat : Qs. Al- Mujadilah : 11).

Apalagi dalam konsep Islam terdapat keyakinan yang menegaskan, bahwa


belajar merupakan kewajiban dan berdosa bagi yang meninggalkannya. Keyakinan
demikan ini begitu membentuk dalam diri umat yang beriman, sehingga mereka
memiliki etos belajar yang tinggi dan penuh semangat serta mengharapkan “janji
luhur” Tuhan sebagaimana yang difirmankan dalam ayat-Nya.

Bagaimanakah belajar menurut tuntutan Islam? Bagaimana konsep dan


landasannya? Bagaimana aspek nilainya. Tulisan ini bermaksud menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas. Kemudian untuk memulai pembahasannya, di
tampilkan beberapa konsep dan teori-teori belajar menurut konsep barat.

9
1. Keutamaan Belajar
Ilmu pengetahuan adalah hal yang penting bagi kehidupan agar manusia dapat
mencapai salah satu tujuan penciptaan manusia, yaitu menjadi khalifah dibumi. Oleh
sebab itu seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu agar dapat memahami
hakikat kehidupan dan isinya serta mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia
menurut Islam dan makhluk lainnya, agar kita mengerti akan hakikat penciptaan
manusia, sehingga bertambah keimanan mereka terhadap Allah SWT.
Hukum menuntut ilmu dalam Islam adalah wajib karena ilmu berguna untuk
manusia mencapai sukses dunia akhirat menurut Islam, seperti yang dikatakan dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW. berikut :

“Barang siapa yang ingin mendapatkan kesuksesan hidup di dunia dituntut


untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan barang siapa yang ingin mendapatkan
kebahagiaan akhiratnya dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan barang
siapa yang ingin mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan keduanya juga dituntut
untuk menguasai ilmu pengetahuan.”

Dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, manusia diharuskan untuk menuntut ilmu


atau yang biasa disebut belajar. Dalam Islam belajar juga memiliki keutamaan,
sebagai berikut :

1) Allah akan memudahkan jalannya menuju surga

Dari Abu Hurairah, di riwayatkan sebagai berikut :

“Siapa saja yang mengadakan perjalanan untuk usaha menuntut ilmu, maka Allah
akan menganugerhkannya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

Dalam hadits tersebut yang dimaksud dengan mengadakan perjalanan untuk


usaha menuntut ilmu adalah belajar.

2) Para malaikat akan membentangkan sayap untuk orang yang menuntut ilmu

10
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda :

“Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayap mereka kepada para pencari


ilmu, sebagai pertanda ridha dengan usaha orang-orang itu.” (HR. Ahmad, Ibnu
Hibban dan Al-Hakim)

3) Orang yang belajar adalah orang yang lebih baik dari dunia dan isinya

Rasulullah SAW. bersabda :

“Seseorang yang mempelajari satu bab dari suatu ilmu masih jauh lebih baik
nilainya daripada dunia dan isinya.” (HR. Ibnu Hibban)

4) Orang yang belajar akan mendapat pahala

Rasulullah SAW. bersabda :

“Ilmu itu laksana sebuah gudang, sedangkan kunci pembukanya adalah bertanya.
Sesungguhnya, ada pahala bagi empat golongan manusia, yaitu orang yang
bertanya, orang yang menjawab, orang yang mendengar dan orang yang suka
dengan kondisi mereka bertiga.”(HR. Abu Nu’aim)

Dalam hadits tersebut bertanya sama dengan belajar. Dalam proses belajar seseorang
akan bertanya untuk hal-hal yang tidak dimengerti.

5) Orang yang menuntut ilmu lebih baik dari shalat sunnah seratus rakaat

Dari Ibnu Abdul Birri, Rasulullah SAW. pernah bersabda dengan mengatakan bahwa
sesungguhnya orang yang pergi mempelajari satu bab dari ilmu, ia lebih baik dari
orang yang melakukan sholat sebanyak seratus rakaat.

6) Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban dalam Islam

11
Bagi umat muslim menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban, untuk membedakan
mereka dengan orang-orang yang jahiliyah dan agar mereka dapat menyempurnakan
ibadahnya kepada Allah SWT. Rasulullahpernah bersabda :

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”

7) Orang yang belajar akan mendapatkan pengetahuan lebih

Ilmu pengetahuan hanya akan didapat dan bertambah apabila seseorang terus belajar
dan belajar. Tanpa belajar mereka tidak akan mendapatkan pengetahuan, dan
pengetahuannya hanyalah sebatas apa yang mereka kehendaki.

8) Orang yang menuntut ilmu sama dengan berjihad

Menuntut ilmu atau belajar merupakan suatu upaya untuk memberantas ketidaktahuan
dan kebodohan, itulah mengapa dikatakan orang yang berilmu sama seperti orang
yang berjihad dijalan Allah SWT. karena mereka yang belajar diibaratkan sepertii
sedang memerangi kebodohan atau kejahiliyahan.

Dari beberapa keutamaan belajar diatas, kita dapat menyimpulkan, bahwa belajar
adalah suatu upaya yang di ridhai oleh Allah SWT. jika hal tersebut menngandung
kebaikan, terutama jika hal tersebut berkaitan dengan agama.

E. Pendidik dan Peserta Didik Perspeaktif Islam


Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara itu secara khususnya, pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi, baik potesi Afektif, Kognitif
maupun psikologis sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. (Tafsir, 1992)

Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik.
Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan
kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif

12
pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata
pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.
Dari istilah-istilah sinonim di atas, kata pendidik secara fungsional menunjukan
kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan,
keterampilan, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya, bisa siapa saja dan dimana
saja. Secara luas dalam keluarga adalah orang tua, guru jika itu disekolah, di kampus
disebut dosen, di pesantren disebut murabbi atau kyai dan lain sebagainya

Kata Murabbi,yang sering diartikan kepada pendidik, berasal dari kata


rabbaya. Kata dasarnya raba, yarbu berarti “bertambah dan tumbuh”. Kata tarbiyah,
yang diartikan kepada pendidikan, juga terbentuk dari kata ini. Maka pendidik sebagai
Murabbi berarti mempunyai peran dan fungsi membuat pertumbuhan, perkembangan,
serta menyuburkan intelektual dan jiwa peserta didik. (manzur, 1990).

Dalam hal ini dipertegaskan oleh Undang-undang nomor 20 tahun 2003


tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang berbunyi :
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen,
konselor, pamong belajar, widya-iswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisifikasi dalam
menyelenggerakan pendidikan. (sisdiknas, 2005).

Pendidik selain sebagai seorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada


peserta didik, ia juga berperan sebagai ayah yang memiliki sebuah tanggungjawab
untuk membentuk sikap dan tingkah laku mereka. Hal ini ditegaskan dalam sebuah
hadist Rosul.
Dari Abu Hurairhah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda yang artinya
“Sesungguhnya saya bagi kamu semua laksana ayah terhadap anaknya, saya
mengajarkan kepada kamu semua ketika mendatangi wc, maka janganlah kamu
semua menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya. (Nabi) memerintahkan
untuk membersihkan (Istinja’) dengan menggunakan 3 batu (Nabi) mencegah untuk
tidak melakukannya dengan kotoran kering dan tulang. Dan (Nabi) mencegah

13
seorang laki-laki membersihkan dengan tangan kanannya. (HR. Abu Daud dalam
kitab bersuci)

Hadis di atas setidaknya mengajarkan 2 hal, yakni pendidik haruslah laksana


orang tua bagi yang di didik dan adab qodhil hajah (berak dan kencing). Orang Islam
diwajibkan meneladani Rasulullah SAW, terlebih orang yang berprofesi sebagai
pendidik. Rasulullah SAW mengatakan “ Sesungguhnya saya mengajarimu laksana
ayah bagimu”, sedemikian jauhnya sampai hal bersuci saja Beliau menjelaskan
dengan sedemikian detailnya. Tidak ada isyarat tabu dalam hal ini, sehingga kita pun
tidak boleh sungkan untuk mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan ini. Orang tua
adalah manusia yang sangat menyayangi anak-anaknya, dengan demikian pendidik
pun harus dengan kasih saying Ketika mengajar selayaknya mengajar anaknya sendiri
(ma’bud, 1990).
Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang
yang bertugas di sekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan
anak sejak dalam kandungan hingga dewasa bahkan sampai meninggal dunia. Selain
itu pula dapat dipahami bahwa pendidik adalah orang yang bertanggng jawab
terhadap upaya perkembangan Jasmani dan Rohani peserta didik agar mencapai
tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaanya (baik
sebagai Kholifah maupun abid) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

1. Sifat-sifat Pendidik
Dalam konteks pendidikan islam, guru adala spiritual father atau bapak rohani
bagi murid. Guru yang memberi santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak
dan membenarkannya, maka menghormati guru berarti penghormatan terhadap
anak-anak pula. (Assegaf)
Dalam kenyataannya untuk membedakan antara tugas, syarat, dan sifat sangat
sulit. Sifat merupakan pelengkap dari syarat-syarat, sehingga pendidik bisa
dikatakan memenuhi syarat maksimal.

a. Sifat-sifat yang harus dimiliki Pendidik Dalam Perspektif Al-Quran


Pendidik bukan hanya menerima amanat dari orang tua untuk mendidik,
melainkan juga dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk

14
mendidiknya. Sebagai pemegang amanat, Pendidik bertanggung jawab atas
amanat yang diserahkan kepadanya. Allah SWT menjelaskan:
‫۞ِإَّن ٱَهَّلل َي ۡأ ُم ُر ُك ۡم َأن ُت َؤ ُّد وْا ٱَأۡلَٰم َٰن ِت ِإَلٰٓى َأۡه ِلَه ا َو ِإَذ ا َح َك ۡم ُتم َبۡي َن ٱلَّن اِس َأن َتۡح ُك ُم وْا‬
‫ِبٱۡل َع ۡد ِۚل ِإَّن ٱَهَّلل ِنِع َّم ا َيِع ُظُك م ِبۗٓۦِه ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َسِم يَۢع ا َبِص يٗر ا‬
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. An-Nisa’:58) (Sada,
2015)

Oleh karena itu, menjadi pendidik hendaklah memiliki sifat-sifat sebagai


berikut :
1) Zuhud dan iklhas.
2) Bersih lahir dan batin.
3) Pemaaf, sabar, dan mampu mengendalikan diri.
4) Bersifat kebapakan atau keibuan (dewasa).
5) Mengenal dan memahami pesrta didik dengan baik (baik secara
individual maupun kolektif) (Sada, 2015)

Para ahli pendidikan Islam selalu mencampurkan tugas, syarat, dan sifat
guru. Hal ini dapat dipahami karena ketiganya memang mempunyai
hubungan yang sangat erat. Sifat-sifat guru yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut:
1) Kasih sayang kepada anak didik
2) Lemah lembut..
3) Rendah hati.
4) Menghormati ilmu yang bukan pegangannya..
5) Adil.
6) Menyenangi ijtihad.
7) Konsekuen, perkataan sesuai dengan perbuatan.
8) Sederhana. (Tafsir, 1992)

15
Dalam menjadi pendidik sifat-sifat ini harus tertanam di dalam jiwa dan
sanubari, sehingga di dalam pelaksanaan tugas sebagai seorang pendidik selalu
di selimuti prasaan yang positif dan hanya mengharapkan keridhoan Allah
semata, karena hanya mengharapkan ridho-Nya mudah-mudahan akan
terterhindar dari perbuatan ± perbuatan yang menyimpang dan melanggar
perintah Allah SWT.

2. Pengertian Peserta Didik


Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan
Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya “murid”, maksudnya adalah
“orang-orang yang mengingini Pendidikan”. Dalam Bahasa arab dikenal juga
dengan istilah Thalib, Jamaknya adalah Thullab, yang artinya adalah “mencari”,
maksudnya adalah “orang-orang mencari ilmu.

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system


pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu

Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian peserta didik, peserta didik
adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan
orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota
masyarakat dan sebaga suatu pribadi atau individu. (hamadi, 2001)

Berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan peserta didik adalah


anggota masyarakat yang belum dewasa yang memiliki fitrah (Potensi), baik
secara
fisik maupun psikis, yang memerlukan usaha, bantuan dan bimbingan orang lain
yang lebih dewasa, untuk mengembangan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

3. Hakikat Peserta Didik

16
Dalam pandangan pendidikan Islam, untuk mengetahui hakikat peserta didik,
tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan pembahasan tentang hakikat
manusia, karena manusia hasil dari suatu proses pendidikan.

Menurut konsep ajaran Islam manusia pada hakikatnya, adalah makhluk


ciptaan Allah yang secara biologis diciptakan melalui proses pertumbuhan dan
perkembangan yang berlangsung secara evolutif, yaitu melalui proses yang
bertahap. Sebagai makhluk ciptaan, manusia memiliki bentuk yang lebih baik,
lebih indah dan lebih sempurna dibandingkan makhluk lain ciptaan Allah, hingga
manusia dinilai sebagai makhluk lebih mulia, sisi lain manusia merupakan
makhluk yang mampu mendidik, dapat dididik, karena manusia dianugerahi
sejumlah potensi yang dapat dikembangkan. Itulah antara lain gambaran tentang
pandangan Islam mengenai hakikat manusia, yang dijadikan acuan pandangan
mengenai hakikat peserta didik dalam pendidikan Islam. Peserta didik dalam
pendidikan Islam harus memperoleh perlakuan yang selaras dengan hakikat yang
disandangnya sebagai makhluk Allah. Dengan demikian, sistem pendidikan Islam
peserta didik tidak hanya sebatas pada obyek pendidikan, melainkan pula
sekaligus sebagai subyek pendidikan.

Dalam perspektif falsafah pendidikan Islami, semua makhluk pada dasarnya


adalah peserta didik. Sebab, dalam Islam, sebagai murabbi, mu’allim, atau
muaddib, Allah SWT pada hakikatnya adalah pendidik bagi seluruh makhluk
ciptaan-Nya. Dialah yang mencipta dan memelihara seluruh makhluk.
Pemeliharaan Allah SWT mencakup sekaligus kependidikan-Nya, baik dalam arti
tarbiyah, ta’lim, maupun ta’adib. Karenanya, dalam perspektif falsafah Pendidikan
Islam, peserta didik itu mencangkup seluruh makhluk Allah SWT, seperti malikat,
jin, manusia, tumbuhan, hewam, dan sebagainya (Al-Rasyidin, 2008).
Hal ini tergambar dalam Al-Qur’an surat Al-Baqorah ayat 30-31:
‫َخ َفۖٗة‬ ‫َٰٓل‬
‫ِّد َم ٓاَء‬PP‫َقاُلٓو ْا َأَتۡج َع ُل ِفيَها َم ن ُيۡف ِس ُد ِفيَها َو َيۡس ِفُك ٱل‬ ‫ل ِفي ٱَأۡلۡر ِض ِلي‬ٞ ‫َو ِإۡذ َقاَل َر ُّبَك ِلۡل َم ِئَك ِة ِإِّني َج اِع‬
‫َٰٓل‬
‫َء اَد َم ٱَأۡلۡس َم ٓاَء ُك َّلَه ا ُثَّم َع َر َض ُهۡم َع َلى ٱۡل َم ِئَك ِة‬ ‫َو َنۡح ُن ُنَس ِّبُح ِبَح ۡم ِد َك َو ُنَقِّدُس َلَۖك َقاَل ِإِّنٓي َأۡع َلُم َم ا اَل َتۡع َلُم وَن َو َع َّلَم‬
‫َفَقاَل َأۢن ُٔ‍ِبوِني ِبَأۡس َم ٓاِء َٰٓهُؤٓاَل ِء ِإن ُك نُتۡم َٰص ِدِقيَن‬

Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa

17
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"

Ada dua peserta didik yang diperbincangkan dalam ayat ini, yaitu malaikat

dan Nabi Adam. Pendidiknya adalah Allah; Dia mengajarkan malaikat dan juga
Adam. Malaikat diberikan hak berbicara mengenai apa yang akan Allah Lakukan

yaitu penciptaan manusia sebagai kholifah di muka bumi. Dan Nabi adam sebagai

peserta didik tidak hanya menerima transfer ilmu, tanpa usaha dari Allah. Tetapi

Allah memberikan daya kepadnya, berua indra, akal dan atau qolbu, sehingga
membuat Adam aktif dan memperoleh ilmu menggungguli malaikat; malaikat tidak
menguasai ilmu yang di kuasai Adam.

Dalam perspektif falsafah pendidikan Islami, pada hakikatnya semua

manusia adalah peserta didik. Sebab, pada hakikatnya, semua manusia adalah

makhluk yang senantiasa berada dalam proses perkembangan menuju

kesempurnaan, atau suatu tingkatan yang dipandang sempurna, dan proses itu

berlangsung sepanjang hayat. (yusuf, 2013)

Dalam buku Filsafat pendidikan Islam yang ditulis oleh Hasan Basri,dalam

perspektif filsafat pendidikan Islam, hakikat peserta didik terdiri dari beberapa macam

a) Peserta didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi
anak-anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya di dalam
keluarga.
b) Peserta didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan pendidik di
lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti disekolah, pondok
pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat pengajian anak-
anak seperti TPA, majelis taklim, dan sejenis, bahwa peserta pengajian di
18
masyarakat yang dilaksanakan seminggu sekali atau sebulan sekali, semuanya
orang-orang yang menimba ilmu yang dapat dipandang sebagai anak didik
c) Peserta didik secara khusus adalah orang ±orang yang belajar di lembaga
pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat,
pembelajaran dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.

Beberapa hal yang terkait dengan hakekat peserta didik yaitu (syafaruddin, 2008) :

a) Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri.


b) Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya, yang harus
disesuiakan dalam proses pendidikan.
c) Peserta didik memiliki kebutuhan diantaranya kebutuhan biologis, rasa aman,
rasa kasih sayang, rasa harga diri dan realisasi diri.
d) Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,
baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen
(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat dan
lingkungan yang mempengaruhinya.
e) Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia, walaupun terdiri
dari banyak segi tetapi merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan
karsa).
f) Peserta didik merupakan obyek pendidikan yang aktif dan kreatif serta
produktif. Anak didik bukanlah sebagai objek pasif yang biasanya hanya
menerima, mendengarkan saja.

4. Adab Belajar
Adab dan etika dalam menuntut ilmu penting agar ilmu yang diperoleh
bermanfaat dan berkah. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim
sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
‫َطَلُب اْلِع ْلِم َفِر ْيَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم‬

Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim," (HR Ibnu Majah, dishahihkan
Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir No 3913).

19
Dalam Buku Trick on Track : Ibadah, Ilmu, muamalah oleh Enang Hidayat
disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang berhubungan dengan
aktivitas hamba dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.

Artinya niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah
SWT. Dalam menuntut ilmu adab dan etika sebaiknya diperhatikan agar ilmu yang
diterima berkah dan bermanfaat.

Berikut beberapa adab dan etika yang wajib diperhatikan dalam menuntut ilmu.

1) Memperbaiki Niat

Dalam menuntut ilmu, seorang muslim sebaiknya berniat untuk mendapatkan


keridhaan Allah SWT. Sebab dengan ridha Allah maka ilmu akan mudah diterima.

Pentingnya niat telah diingatkan Rasulullah SAW kepada para umatnya dalam hadits
yang berbunyi,

‫ َو َم ْن‬،‫ َفَم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه إَلى ِهَّللا َو َر ُسوِلِه َفِهْج َر ُتُه إَلى ِهَّللا َو َر ُس وِلِه‬،‫ َوِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َنَو ى‬،‫إَّنَم ا اَأْلْع َم اُل ِبالِّنَّياِت‬
‫َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِلُد ْنَيا ُيِص يُبَها َأْو اْمَر َأٍة َيْنِكُح َها َفِه ْج َر ُتُه إَلى َم ا َهاَج َر إَلْيِه‬

Artinya: "Sebuah perbuatan dinilai berdasarkan motivasinya (niyyah), dan tiap


orang mendapatkan apa yang diniatkan. Mereka yang hijrah karena Allah dan
RasulNya maka Allah SWT dan RasulNya akan membalas orang tersebut, namun
mereka yang hijrah karena hal yang bersifat duniawi atau wanita yang akan dinikahi
maka dia akan mendapatkan hal tersebut." (HR Bukhari dan Muslim).

2) Bersungguh-sungguh

Setelah berniat karena Allah SWT, seorang muslim harus bersungguh-sungguh


dalam menuntut ilmu. Usaha terbaik (ihsan) akan memberikan hasil yang baik pula
sesuai hadits Rasulullah SAW

‫ِإَّن َهَّللا َكَتَب اِإل ْح َس اَن َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َفِإَذ ا َقَتْلُتْم َفَأْح ِس ُنوا اْلِقْتَلَة َو ِإَذ ا َذ َبْح ُتْم َفَأْح ِس ُنوا الِّذ ْبَح َة َو ْلُيِح َّد َأَح ُد ُك ْم َش ْفَر َتُه َو ْلُيِر ْح‬
‫َذ ِبيَح َتُه‬

Artinya: "Sungguh Allah SWT telah menetapkan ihsan dalam segala hal. Jika kalian
berperang maka lakukanlah yang terbaik. Jika sedang menyembelih hewan maka
lakukan juga usaha terbaik. Salah satu dari kalian mengasah pisaunya, sedangkan
yang lain menenangkan hewan yang akan disembelih." (HR Tirmidzi).

20
3) Tawakal

Setelah berusaha dengan sungguh-sungguh, seorang muslim sebaiknya


tawakal. Syekh Shahhat bin Mahmud Ash Shawi mengatakan tawakal artinya percaya
sepenuhnya kepada Allah SWT.

Apapun yang ditetapkan Allah SWT atas usaha dalam mencari ilmu, seorang
muslim sudah sepatutnya menerima hal itu dengan ikhlas. Sebab, semua yang
dikehendaki Allah SWT pasti mengandung hikmah di baliknya.

4) Menjauhi Maksiat

Dalam menuntut ilmu, seorang muslim harus menjauhi perbuatan maksiat agar
ilmu yang didapatkan bermanfaat dan berkah. Maksiat juga membuat seseorang sulit
berkonsentrasi sehingga ilmu sulit dimengerti.

‫ َقاَل « ِإَّن اْلَع ْبَد ِإَذ ا َأْخ َطَأ َخ ِط يَئ ًة ُنِكَتْت ِفى َقْلِب ِه ُنْك َت ٌة َس ْو َداُء‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن َأِبى ُهَر ْيَر َة َع ْن َر ُسوِل ِهَّللا‬
‫َّراُن اَّل ِذ ى َذ َك َر ُهَّللا ( َك َّال َب ْل َر اَن‬P‫َفِإَذ ا ُهَو َنَز َع َو اْسَتْغ َفَر َو َتاَب ُس ِقَل َقْلُبُه َو ِإْن َعاَد ِزيَد ِفيَها َح َّتى َتْع ُل َو َقْلَب ُه َو ُه َو ال‬
) ‫» َع َلى ُقُلوِبِه ْم َم ا َك اُنوا َيْك ِس ُبوَن‬

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
"Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya
sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat,
hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik
hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan "ar raan" yang
Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), 'Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka'."

5) Berdoa

Dalam mencari ilmu, seorang muslim sebaiknya selalu berdoa supaya


terhindar dari rasa malas dan kesulitan dalam menuntut ilmu. Berikut doanya:

‫الَّلُهَّم ِإِّني َأُعوُذ ِبَك ِم ْن اْلَهِّم َو اْلَح َز ِن َو اْلَع ْج ِز َو اْلَك َس ِل َو اْلُبْخ ِل َو اْلُجْبِن َو َض َلِع الَّدْيِن َو َغ َلَبِة الِّر َج اِل‬

Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kecemasan dan kesedihan,
kelemahan dan kemalasan, sesat dan pengecut, beban hutang dan dari penguasaan
manusia."

Jika menemui kesulitan, doa ini bisa dibaca untuk memohon bantuan dari Allah SWT

21
‫الَّلُهَّم َال َس ْهَل ِإَّال َم ا َجَع ْلَتُه َس ْهًال َو َأْنَت َتْج َع ُل الَح ْز َن ِإَذ ا ِش ْئَت َس ْهًال‬

Artinya: "Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali Kau buat mudah. Dan engkau
menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi
mudah."

6) Berprasangka Baik

Seorang muslim diharapkan selalu berprasangka baik atas ketetapan Allah


SWT. Meskipun hasil dan proses pembelajaran yang telah dilakukan tidak sesuai
dengan yang direncanakan.

‫َو َع َس ٰى َأْن َتْك َر ُهوا َشْيًئا َو ُهَو َخْيٌر َلُك ْم ۖ َو َع َس ٰى َأْن ُتِح ُّبوا َشْيًئا َو ُهَو َش ٌّر َلُك ْم ۗ َو ُهَّللا َيْع َلُم َو َأْنُتْم اَل َتْع َلُم وَن‬

Artinya: "Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah: 216).

7) Memperhatikan Materi

Agar mendapatkan ilmu dengan mudah, maka konsentrasi dengan


memperhatikan guru saat menjelaskan. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT.
‫َٰٓل‬ ‫َٰٓل‬
‫َنُه ُأْو ِئَك ٱَّلِذ يَن َهَد ٰى ُهُم ٱُهَّلل َو ُأْو ِئَك ُهۡم ُأْو ُلوْا ٱَأۡلۡل َٰب ِب‬
‫ٱَّلِذ يَن َيۡس َتِم ُعوَن ٱۡل َقۡو َل َفَيَّتِبُعوَن َأۡح َس ٓۥ‬

Artinya: “yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka
itulah orang-orang yang mempunyai akal”.(Surah Az-Zumar Ayat 18)

8) Jangan Ragu Bertanya

Banyak bertanya seputar ilmu yang tidak dapat dipahami termasuk adab dalam
mencari ilmu. Dalam Al Quran sendiri mengisyaratkan bahwa bertanya dianjurkan
bagi yang tidak mengetahui saat menuntut ilmu.

Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 43,

‫َفاْس َأُلوا َأْهَل الِّذْك ِر ِإْن ُكْنُتْم اَل َتْع َلُم وَن‬

Artinya: "maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui."

22
9) Hormati Gurumu

Seorang muslim dalam menuntut ilmu harus bisa menghormati dan


memuliakan guru. Mengerjakan perintah guru dan tidak mencelanya jika terjadi
perbedaan pendapat.

Dalam Kitab Lababul Hadits dijelaskan bahwa seseorang yang memuliakan guru
sama dengan memuliakan Allah SWT.

‫ ومن أكرم هللا فمأواه‬،‫ ومن أكرمني فقد أكرم هللا‬،‫ من أكرم عالما فقد أكرمني‬:‫وقال النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫الجنة‬

Artinya: Barang siapa memuliakan orang alim (guru) maka ia memuliakan aku. Dan
barangsiapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah. Dan barangsiapa
memuliakan Allah maka tempat kembalinya adalah surga.(Kitab Lubabul Hadits).

10) Mengamalkan Ilmu yang Dimiliki

Seorang muslim yang telah menuntut ilmu, dianjurkan untuk mengamalkannya.


Sebab, jika tidak diamalkan maka Anda termasuk golongan orang-orang yang celaka.

Hal tersebut sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Celakalah orang yang tidak berilmu, dan celaka (pula) orang yang berilmu namun
tidak mengamalkannya," (HR Abu Nu'im).

F. Konsep Metode Pembelajaran Dalam Perspeaktif Islam


Metode belajar dalam konsep islam itu dengan peniruan, pengalaman praktis
(trial and error) dan berfikir. Islam memberikan panduan dan arahan tentang cara
menggunakan proses pembelajaran dengan baik agar mencetak pelajar yang mampu
memberikan keteladanan dalam kehidupan.

Pendidik muslim baik sebagai bapak, guru atau da’i hendaknya mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk melaksanakan pembelajaran yang baik dan tidak
membosankan. Dalam perspektif Islam diadakan metode adalah supaya hasil dari
pembelajaran menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan hasil dari
belajarnya. Lalu bagaimana pembelajaran menurut perspektif Islam.?

23
Dalam perspektif Islam sebenarnya masih banyak ditemukan metode-metode
dalam mendidik murid. Dalam hal ini akan disuguhkan beberapa metode untuk
mendapatkan proses pembelajaran yang baik prespektif Islam, diantaranya:

Pertama, metode kisah Qurani dan Nabawi. Metode kisah disebut pula
metode”cerita” yakni cara mendidik dengan mengandalkan bahasa, baik lisan maupun
tulisan dengan menyampaikan pokok sumber dari ajaran Islam. Setiap kisah
menunjang materi yang disajikan baik kisah itu benar-benar terjadi atau kisah
simbolik. Dalam Al-Quran dijumpai banyak kisah, pentingnya metode kisah
diterapkan dalam dunia pendidikan karena dengan metode ini, akan memberikan
kekuatan psikologi kepada peserta didik, dalam artian contohnya adalah ketika guru
menceritakan tentang kisah nabi dalam proses pembelajaran agar peserta didik
mampu mengambil hikmah dari kisah tersebut sebagai motivasi dalam belajar. Guru
juga harus mempu memberikan

Kedua,metode perumpamaan, metode ini juga disebut metode “amstaal” yakni


cara mendidik dengan memberikan perumpamaan, sehingga memudahkan peserta
didik dalam proses pembelajaran. Perumpamaan yang diungkapkan al-Quran
memiliki tujuan psikologi edukatif, yang ditunjukan oleh kedalaman dan ketinggian
maksud. Adapun dampak edukatif dan perumpamaan al-Qur’an dan Nabawi
diantaranya:

kemudahan dalam memahami suatu konsep yang abstrak, ini terjadi karena
perumpamaan itu mengambil benda sebagai contoh kongkrit dalam al-Quran.

Membina akal untuk terbiasa berpikir secara valid dan analogis.

Mampu menciptakan motivasi yang menggerakan aspek emosi dan mental manusia.

Ketiga, metode Ibrah dan Mau’izhah. Metode ini disebut pula


metode”nasihat” yakni suatu pendidikan dan pengajaran dengan cara mendidik
memberikan motivasi. Metode ini sangat efektif dalam pembentukan keimanan,
mempersiapkan moral, spiritual dan sosial peserta didik. Nasihat bisa membuka
wawasan peserta didik terhadap hakekat sesuatu. Serta memotivasinya agar bersikap
luhur, berakhlak mulia dan membekali dengan prinsip nilai-nilai Islam.

Belajar adalah proses untuk berubah kearah yang lebih baik, setiap individu
sangat membuthkan pembelajaran dan pendidikan. Diterapkannya sebuah metode

24
agar proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik dan tidak membosankan,
supaya mendpat ilmu yang bermanfaat serta mampu mengaplikasikan dalam
kehidupan di masyarakat. Agama Islam sudah terlebih dulu dalam membahas
keilmuan, untuk mendapatka ilmu saja tidak cukup karena harus ada ilmu yang
bermanfaat, dengan kata lain Islam juga memberikan langkah-langkah dalam
pembelajaran sebagai mana telah dibahas di atas.

Dengan maksud agar para guru atau pendidik tidak ceroboh dalam mendidik
manusia, yang perannya adalah sebagai khalifah di muka bumi. Maka para pendidik
memiliki cara yang baik untuk memberikan bekal-bekal kehidupan dalam prosem
pembelajaran.

G. Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Islam


1. Pengertian Karakter
Karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang
yang ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan.2 Baik atau buruknya karakter
tergambar dalam moralitas yang dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang
merupakan perwujudan dari karakter. Suatu kebenaran tidak akan terbangun dengan
sendirinya tanpa melibatkan kehadiran karakter yang menopang segala upaya untuk
menegakkan suatu kebenaran.
Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang,
terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang
membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sutarjo Adisusilo (2014) mengungkapkan bahwa karakter adalah seperangkat nilai
yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang,
Misalnya kerja keras, pantang menyerah, jujur, sederhana, dan lain-lain.4 Dengan
karakter inilah kualitas seoarang pribadi diukur. Dari beberapa definisi di atas maka
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karakter adaah watak sekaligus
kepribadian atau perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
bersikap maupun dalam bertindak.
Muhammad Yaumi, (2014) menguraikan sebelas prinsip dasar dalam menunjang
keberhasilan pelaksanaan Pendidikan karakter, yaitu:

25
a) Komunitas sekolah mengembangkan nilai-nilai etika dan kemampuan inti
sebagai landasan karakter yang baik.
b) Sekolah mendifinisikan karakter secara komprehensif untuk memasukkan
pemikiran, perasaan, dan perbuatan.
c) Sekolah menggunakan pendekatan komprehensif, sengaja, dan proaktif untuk
mengembangkan karakter.
d) Sekolah menciptakan masyarakat peduli karakter.
e) Sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
tindakan moral.
f) Sekolah menawarkan kurikulum akademik yang berarti dan menantang yang
menghargai semua peserta didik mengembangkan karakter, dan membantu
mereka untuk mencapai keberhasilan.
g) Sekolah mengembangkan motivasi diri peserta didik.
h) Staf sekolah adalah masyarakat belajar etika yang membagi tanggung jawab
untuk melaksanakan pendidikan karakter dan memasukkan nilai-nilai inti yang
mengarahkan peserta didik.
i) Sekolah mengembangkan kepemimpinan bersama dan dukungan yang besar
terhadap permulaan atau perbaikan pendidikan karakter.
j) Sekolah melibatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagai mitra dalam
upaya pembangunan karakter.
k) Sekolah secara teratur menilai dan mengukur budaya dan iklim, fungsi-fungsi
staf sebagai pendidik karakter serta sejauh mana peserta didikk mampu
memanifestasikan karakter yang baik dalam pergaulan sehari-hari.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah usaha sadar untuk membimbing manusia menjadi
pribadi beriman yang kuat secara fisik, mental, dan spiritual, serta cerdas,
berakhlak mulia, dan memiliki ketrampilan yang diperlukan bagi kebermanfaatan
dirinya, masyarakatnya, dan lingkungannya.
Menurut H.M Arifin (2014), Pendidikan Islam berarti sistem Pendidikan yang
dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai
dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadiannya. Dengan kata lain manusia yang mendapatkan pendidikan Islam
harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana
diharapkan oleh cita-cita Islam.

26
Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Islam adalah usaha mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses
pendidikan.
Dari beberapa definisi di atas, maka Pendidikan Islam adalah suatu usaha
untuk mengarahkan manusia menjadi bermanfaat, beradab, dan bermartabat dalam
menjalankan kehidupan sesuai dengan ajaran Islam, serta menghasilkan output
yang berkarakter baik.

3. Kedudukan Pendidikan Islam


Agama Islam merupakan agama yang paling sempurna dan sesuai dengan
fitrah manusia dengan segala dimensi kemanusiaannya. Ajaran Islam yang termuat
dalam kitab Al-Qur’an, yang diturunkan oleh Allah Swt. untuk mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia, sebagai petunjuk bagi manusia dalam mencapai
kehidupan yang Bahagia dan sejahtera baik di dunia dan di akherat. Demikian
kedudukan agama Islam dalam kehidupan manusia, maka ajaran agama Islam
merupakan ajaran dasar yang menjadi pedoman hidup manusia dalam segala
aspek hidup dan kehidupannya.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Kedudukan pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah adalah upaya menyampaikan ilmu pengetahuan agama Islam tidak hanya
untuk dipahami dan dihayati, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya kemampuan siswa dalam melaksanakan wudhu, shalat, puasa, dan
ibadah-ibadah lain yang sifatnya hubungan dengan Allah, dan juga kemampuan
siswa dalam beribadah yang sifatnya hubungan antara sesame manusia, misalnya
siswa bisa melakukan zakat, sadaqah, jual beli dan lain-lain yang termasuk ibadah
dalam arti luas.
Pendidikan agama Islam yang diajarkan tidak cukup hanya diketahui dan
diresapi saja, tetapi dituntut pula untuk diamalkan. Bahkan ada sebagian materi

27
yang wajib untuk dilaksanakannya, seperti shalat, puasa, zakat, dan lain-lain. Hal
ini yang membedakan dengan pelajaran lain. Pendidikan agama Islam yang
kedudukannya sebagai mata pelajaran wajib diikuti seluruh siswa yang beragama
Islam pada semua satuan jenis, dan jenjang sekolah. hal ini sesuai dengan UUD
1945 yang menjamin warga negara untuk beribadah menurut agamanya masing-
masing.
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan untuk mewujudkan pribadi
Muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT, dan berakhlak mulia.
Sementara itu, dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
serta memiliki bekat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan agama Islam sebagai satu bidang studi merupakan kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan dengan bidang studi lainnya, karena bidang studi secara
keseluruhan berfungsi tercapainya tujuan umum pendidikan nasional. Oleh karena
itu antara, satu bidang studi dengan bidang studi lainnya hendaknya saling
membantu dan saling kuat menguatkan. Misalnya dalam pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bagaimana sifat-sifat dan bagaimana keadaan
suatu benda serta kegunaannya bagi manusia, maka hendaknya dikemukakan
sedikit bahwa benda tersebut adalah nikmat Allah SWT untuk manusia.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan sekolah dari perspektif Islam adalah suatu konsep yang kaya dan
berharga. Ini tidak hanya memberikan pengetahuan akademis tetapi juga memperkuat
karakter dan moralitas individu. Meskipun ada tantangan dalam menghadapi dunia modern,
solusi ada dalam penguatan identitas Islami, kerja sama dengan keluarga dan komunitas, serta
pelatihan guru yang lebih baik.

1. Secara etimologi, dalam konteks pendidikan Islam pendidik disebut dengan ustadz,
mu’allim, murabbi, mursyid dan mudaris. Kelima konteks tersebut, yakni ustadz,
mu’allim, murabbi, mursyid dan mudarris, mempunyai makna yang berbeda sesuai
dengan konteks kalimat, walaupun dalam situasi tertentu mempunyai kesamaan
makna.

2. Sesungguhnya seorang pendidik bukanlah bertugas memindahkan atau mentrasfer


ilmunya kepada orang lain atau kepada anak didiknya. Tetapi pendidik juga
bertanggungjawab atas pengelolaan, pengarah fasilitator dan perencanaan. Oleh
karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi
tiga bagian, yaitu :

29
a) Sebagai instruksional (pengajar), yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri
dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan.
b) Sebagai educator (pendidik), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT
menciptakannya.
c) Sebagai managerial (pemimpin), yang memimpin, mengendalikan kepada diri
sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah
yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,
pengontrolan dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.

3. Tangung jawab pendidik yaitu :

a) Mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan


syariatnya.
b) Mendidik diri supaya beramal saleh.
c) Mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksan akan
kebenaran.
d) Saling menasehati agar tabah dalam menghadapi kesusahan beribadah kepada
Allah serta menegakkan kebenaran.

4. Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang


membedakan dari orang lain. Dengan karakteristiknya, menjadi ciri dan sifat yang
akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya. Totalitas tersebut kemudian
akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan perbuatannya.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi semua pembaca
khususnya Bapak Dosen Pengampu serta teman-teman Mahasiswa Paskasarjana
Semester I yang telah memberikan support atau dukungan. Makalah ini sangat jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran sebagai
tambahan wawasan dalam menyusun makalah berikutnya. Sekian.

30
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, Ahmad.1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja


Rosdakarya,
Uhbiyati , Nur.1998. Ilmu Pendidikan Islam I. Bandung: Pustaka Setia,

Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis.

Jakarta: Ciputat Press

Maragustam. 2010. Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna (Falsafah Pendidikan

Islam).Yogyakarta: Nuha Litera,

Ramayulis.2006.Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5.Jakarta: Kalam Mulia

Sumber Website:

https://media.neliti.com/media/publications/56545-ID-none.pdf, tanggal diakses/download

4 Oktober 2023, pukul 22.59 WIB

https://uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/konsep-belajar-menurut-pandangan-

31
islam.html tanggal diakses/download 4 Oktober 2023, pukul 23.00 WIB

https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6482407/10-adab-dan-etika-dalam-menuntut-ilmu-
agar-berkah-dan-bermanfaat tanggal diakses/download 4 Oktober 2023, pukul 23.30 WIB

32

Anda mungkin juga menyukai