Anda di halaman 1dari 82

1

BUKU PENGEMBANGAN

FILSAFAT PENDIDIKAN

Editor & Penulis :

YULIA HILMALIA PUTRI

Prof. Dr. Hj. Rohana, S.Pd.,M.Pd.

GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN


2023

i
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu kami sampaikan ucapan Puji dan Syukur kepada
Tuhan yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmat-Nya buku ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Buku yang merupakan karya
kolaborasi dari beberapa penulis ini diberi judul “ Filsafat
Pendidikan ” dan bertujuan memberi gambaran tentang hakikat
pendidikan sehingga pendidikan itu ditempatkan pada level
pemikiran yang tertinggi dalam sudut pandang keilmuan. Setiap
ilmu tidak ada yang terlepas dari filsafat, termasuk ilmu pendidikan.
Dengan terselesaikannya buku ini, dan sampai di hadapan para
pembaca yang budiman, maka kami berharap sekecil apa pun ini,
dapat memberikan sumbangsih keilmuan dan menambah wawasan
bagi semua pihak baik yang bergerak dalam pendidikan formal dan
informal, serta para mahasiswa yang mendalami ilmu pendidikan.
Penulisan buku ini merupakan suatu kerjasama atau berkolaborasi
antar sesama akademisi yang memiliki profesi yang sama sebagai
tenaga dosen di berbagai perguruan tinggi di tanah air. Tentunya
kolaborasi demikian merupakan salah satu Darma, dari Tri Darma
Perguruan Tinggi yang ditentukan oleh pemerintah Republik
Indonesia.

Buku kolaborasi memiliki banyak kelebihan dan keunggulan,


karena ditulis oleh beberapa penulis dengan latar belakang dan
sudut pandang yang beragam sehingga menghasilkan suatu karya
ii
yang unik dan kaya perspektif di dalamnya. Namun demikian, kami
juga menyadari bahwa buku hasil karya kolaborasi ini masih banyak
memiliki sisi kelemahan dan kekurangan, untuk itu dengan senang
hati dan secara terbuka kami menerima berbagai kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sekalian, demi
penyempurnaan karya berikutnya Terlebih dahulu kami sampaikan
ucapan Puji dan Syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, atas
berkat dan rahmat-Nya buku ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu. Buku yang merupakan karya kolaborasi dari beberapa
penulis ini diberi judul “ Filsafat Pendidikan ” dan bertujuan
memberi gambaran tentang hakikat pendidikan sehingga
pendidikan itu ditempatkan pada level pemikiran yang tertinggi
dalam sudut pandang keilmuan. Setiap ilmu tidak ada yang terlepas
dari filsafat, termasuk ilmu pendidikan.

Dengan terbitnya buku ini, dan sampai di hadapan para pembaca


yang budiman, maka kami berharap sekecil apa pun ini, dapat
memberikan sumbangsih keilmuan dan menambah wawasan bagi
semua pihak baik yang bergerak dalam pendidikan formal dan
informal, serta para mahasiswa yang mendalami ilmu pendidikan.
Penulisan buku ini merupakan suatu kerjasama atau berkolaborasi
antar sesama akademisi yang memiliki profesi yang sama sebagai
tenaga dosen di berbagai perguruan tinggi di tanah air. Tentunya
kolaborasi demikian merupakan salah satu Darma, dari Tri Darma
Perguruan Tinggi yang ditentukan oleh pemerintah Republik
Indonesia. Buku kolaborasi memiliki banyak kelebihan dan

iii
keunggulan, karena ditulis oleh beberapa penulis dengan latar
belakang dan sudut pandang yang beragam sehingga menghasilkan
suatu karya yang unik dan kaya perspektif di dalamnya. Namun
demikian, kami juga menyadari bahwa buku hasil karya kolaborasi
ini masih banyak memiliki sisi kelemahan dan kekurangan, untuk
itu dengan senang hati dan secara terbuka kami menerima berbagai
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian, demi
penyempurnaan karya berikutnya.

Makassar, 2 April 2023


Penulis

Yulia Hilmalia Putri

iv
DAFTAR isi

KATA PENGANTAR ......................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................... v
BAB 1. KONSEP FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN ......... 1
A. Pengertian Konsep Filsafat Pendidikan ...................... 1
B. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan .............................. 2
C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan ............................ 3
D. Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan .......... 5
E. Subjek/Objek Filsafat Pendidikan ............................. 6
F. Fungsi Filsafat Pendidikan……………………………….9
G. Kesimpulan ................................................................ 10

BAB 2. HAKIKAT PENDIDIKN, MANUSIA, DAN IMPLIKASINYA


DALAM PENDIDIKAN ................................................... 12
A. Pengertian Manusia Dan Pendidikan ......................... 12
B. Landasan Ilmiah Dan implikasinya ............................ 14
C. Alasan Filosofis Dan Implikasinya……………………... 19
D. Arti Dari Keharusan Akan Pendidikan ........................ 23
E. Kesimpulan ................................................................ 31

BAB 3. PENDIDIKAN SEBAGAI PEMATANGAN, PEMANUSIAAN,


DAN ORIENTASI PEDAGOGIK ..................................... 32
A. Peran Pendidikan Dalam Pematangan ....................... 32
B. Peran Pendidikan Dalam Pemanusiaan ...................... 34
C. Peran Pendidikan Dalam Orientasi Pedagogik .......... 35
D. Kesimpulan ................................................................ 36

v
BAB 4. FILSAFAT NILAI ETIKA ................................................. 38
A. Pengertian Filsafat Nilai Etika .................................... 38
B. Aliran Filsafat Nilai Etika ............................................ 39
C. Fungsi Filsafat Nilai Etika…………………… ................ 41
D. Kesimpulan ................................................................ 43

BAB 5. FILSAFAT ESTETIKA ..................................................... 44


A. Pengertian Filsafat Estetika ........................................ 44
B. Aspek Filsafat Estetika ............................................... 45
C. Manfaat Estetika ........................................................ 46
D. Kesimpulan ................................................................ 47

BAB 6. MANUSIA DAN PENDIDIKAN ........................................ 49


A. Pengertian Manusia Dan Pendidikan ......................... 49
B. Definisi Manusia (Secara Biologis, Rohani, Dan
Kebudayaan .............................................................. 50
C. Pengertian Kepribadian ............................................ 50
D. Hubungan Pencipta Dan Aspek kepribadian
Manusia ..................................................................... 51
E. Hubungan Pencipta Manusia Dengan Pendidikan…...52
F. Kesimpulan ................................................................ 53

BAB 7. TEORI KEBENARAN ...................................................... 55


A. Pengertian Teori Kebenaran ...................................... 55
B. Konsep Teori Kebenaran ........................................... 56
C. Keterkaitan Teori Kebenaran Dengan Kehidupan……58
D. Adanya Teori Kebenaran Dengan Kehidupan ............ 59

vi
E. Manfaat Teori Kebenaran Bagi Manusia ..................... 60
F. Kesimpulan ................................................................ 62

BAB 8. EVALUASI .................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 70

vii
Bab 1
KONSEP FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Konsep Dasar Dan Filsafat Pendidikan


Istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani
kuno, yaitu phile atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan
Sophia atau Sophos yang berarti kebijaksanaan. Kedua suku kata
tersebut membentuk kata majemuk philosophia Dengan demikian,
berdasarkan asal usul philosophia (filsafat) berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan.
Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin
teoritis dan spesial, akan tetapi suatu cara hidup yang kongkret,
suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan tentang alam
yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya, dengan
kehidupan atau perkembangan peradaban manusia dan problema
yang dihadapinya, pengertian yang bersifat teoritis seperti yang di
lahirkan filsafat Yunani itu kehilangan kemampuan untuk memberi
jawaban yang layak tentang kebenaran peradaban itu telah
menyebabkan manusia melakukan loncatan besar dalam bidang
sains, teknologi, kedokteran dan Pendidikan
Perubahan itu mendorong manusia memikirkan kembali
pengertian tentang kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan dalam
peradaban akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang berlaku,
karena antara perubahan peradaban dengan cara berpikir manusia
terdapat hubungan timbal balik. Pendidikan adalah upaya
1
mengembangkan potensi-potensi manusia peserta didik, baik
potensi fisik, potensi cipta, rasa maupun karsanya agar dasar
kependidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Karenanya
pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan, organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan. Filsafat pendidikan
adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran
yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.

B. Aliran Aliran filsafat pendidikan


Ada banyak aliran filsafat pendidikan yang berbeda, masing-masing
dengan fokus dan pandangan yang berbeda-beda tentang tujuan dan
metodologi pendidikan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Perenialisme: Aliran ini menekankan pada nilai-nilai yang


abadi dan universal seperti kebenaran, kebaikan, dan
keindahan. Perenialisme menganggap bahwa tujuan utama
pendidikan adalah untuk mengajarkan nilai-nilai ini
melalui studi dan pemahaman literatur klasik dan klasik.
2. Essentialisme: Aliran ini menekankan pada pembelajaran
keterampilan dan pengetahuan yang esensial bagi semua
individu, seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Essentialisme menganggap bahwa pendidikan harus

2
menekankan pada materi pelajaran yang bersifat
fundamental dan berguna bagi kehidupan sehari-hari.
3. Progresivisme: Aliran ini menekankan pada pengalaman
nyata dan situasi kontekstual untuk mengajarkan nilai-nilai
dan keterampilan. Progresivisme menganggap bahwa
pendidikan harus memperhatikan kebutuhan dan minat
siswa, dan melibatkan mereka secara aktif dalam proses
belajar.
4. Konstruktivisme: Aliran ini menekankan pada pengalaman
pribadi dan konstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh
siswa sendiri. Konstruktivisme menganggap bahwa
pendidikan harus memungkinkan siswa untuk membangun
pemahaman mereka sendiri melalui refleksi dan interaksi
dengan lingkungan mereka.
5. Humanisme: Aliran ini menekankan pada pengembangan
potensi manusia secara penuh dan holistik. Humanisme
menganggap bahwa pendidikan harus memperhatikan
kebutuhan dan aspirasi individu, dan membantu mereka
untuk mengembangkan potensi mereka secara optimal.

C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan


Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah
yang timbul dalam kehidupan manusia dan merupakan alat dalam
mencari jalan keluar yang terbaik agar dapat mengatasi
permasalahan hidup dan hidup yang dihadapi. Filsafat bertujuan
memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai
3
konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bgai manusia agar
mendapatkan kebahagiaan.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa ruang


lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang
komperhensif. Baik material konkret mapun non material abstrak.
Jadi, obyek filsafat itu tidak terbatas. Secara makro, apa yang terjadi
objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan manusia,
alam semesta dan alam sekitarnya, namun secara mikro, ruang
lingkup filsafat pendidikan meliputi:

1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan


2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan
objek pendidikan
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat
pendidikan, agama dan kebudayaan
4. Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan
yang merupakan tujuan pendidikan
5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideology),
filsafat pendidikan, dan politik pendidikan (sistem
pendidikan)

Dengan demikian, dari uraian di atas diperoleh suatu


kesimpulan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan
4
itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia
untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri

Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu. Ilmu ingin


mengetahui sebab dan akibat dari sesuatu. Sementara filsafat tidak
terikat pada satu ketentuan dan tidak mau terkurung dalam satu
ruang saja. Filsafat ingin memperoleh realitas mengenai apa hakikat
benda, dari mana asal-usulnya, dan kemana tujuan akhirnya.

D. Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan

Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan sangatlah


penting sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem
pendidikan. Menurut Jalaludin & Idi (2007: 32) filsafat pendidikan
merupakan aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat
sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan,
menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan nilai-nilai
dan tujuan yang ingin di capai. Menurut Jalaludin & Idi (2007: 32)
hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan adalah;
1. Filsafat merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai untuk
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-
teori pendidikan.

5
2. Filsafat berfungsi memberi arah terhadap teori pendidikan
yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
3. Filsafat, dalam hal ini fisafat pendidikan, mempunyai fungsi
untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan
teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.

Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan


sebagai berikut :

1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal.


Sedangkan filsafat pendidikan objeknya terbatas dalam dunia
filsafat pendidikan saja
2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau
pemahaman yang lebih mendalam dan menunjukkan sebab-
sebab, tetapi yang tak begitu mendalam

Dalam menerapkan filsafat pendidikan, seorang guru sebagai


pendidik dia mengharapkan dan mempunyai hak bahwa ahli-ahli
filsafat pendidikan menunjukkan dirinya pada masalah pendiidkan
pada umumnya serta bagaimana masalah itu mengganggu pada
penyekolahan yang menyangkut masalah perumusan tujuan,
kurkulum, organisasi sekolah dan sebagainya. Dan para pendidik
juga mengahrapkan dari ahli filsafat pendiidkan suatu klasifikasi dari
uraian lebih lanjut dari konsep, argumen dirinya literatur pendidikan

6
terutama dalam kotraversi pendidikan sistem-sistem, pengujian
kopetensi minimal dan kesamaan kesepakatan pendidikan.

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat


dengan filsafat pendidikan, dalam hal ini pendidikan bahwa filsafat
tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga
melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir
manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan.
Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada
hakekantya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yagn timbul dalam
lapangan pendidkan. Oleh karena bersifat filosofis, dengan
sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari
suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.

Jadi, antara filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu


hubungan yang erat sekali dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan
mempunyai peranan yang amat penting dalam sistem pendidikan
karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi
usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh
bagi tegaknya sistem pendidikan.

Agama merupakan pernyataan pengharapan manusia dalam dunia


yang besar atau jagat raya, karena ada jalan hidup yang benar yang
perlu ditemukan. Manusia menjadi penganutnya yang setia terhadap
agama karena manurus keyakinannya agama telah memberikan
sesuatu yang sangat berharga bagi hidupnya yang tidak mungkin

7
dapat diuji dengan pengalaman maupun oleh akal sepert halnya
menguji kebenaran sains dan filsafat karena agama lebih banyak
menyangkut perasaan dan keyakinan.

E. Subjek/Objek Filsafat Pendidikan

Subjek filsafat pendidikan adalah manusia sebagai individu yang


memiliki kemampuan untuk berpikir dan belajar, serta sebagai
bagian dari masyarakat yang lebih besar. Filsafat pendidikan
mempelajari hakikat manusia dan tujuan-tujuan pendidikan, serta
bagaimana pendidikan dapat membantu manusia dalam mencapai
tujuan tersebut. Sebagai subjek filsafat pendidikan, manusia
dipelajari dalam konteks sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang
berbeda.

Objek filsafat pendidikan adalah pendidikan itu sendiri sebagai


fenomena yang kompleks dan bervariasi. Filsafat pendidikan
mempelajari hakikat dan tujuan pendidikan, metode dan proses
pembelajaran, kurikulum, peran pendidikan dalam masyarakat, serta
implikasi etika, sosial, dan politik dari pendidikan. Objek filsafat
pendidikan juga mencakup peran guru dan siswa dalam
pembelajaran, serta hubungan antara pendidikan dan pengembangan
individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam filsafat pendidikan, subjek dan objek saling berkaitan dan


tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pemahaman tentang subjek

8
dan objek filsafat pendidikan membantu kita memahami
kompleksitas dan keunikan dari pendidikan sebagai fenomena sosial
dan kultural, serta membantu kita dalam merancang pendidikan yang
efektif dan bermakna bagi individu dan masyarakat

F. Fungsi Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan memiliki beberapa fungsi penting, di
antaranya:
1. Menentukan tujuan pendidikan: Filsafat pendidikan membantu
menentukan tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai, baik
untuk individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Tujuan
ini menjadi pedoman dalam merancang kurikulum dan metode
pembelajaran.
2. Memberikan landasan teoritis: Filsafat pendidikan memberikan
landasan teoritis untuk memahami hakikat pendidikan, peran
pendidikan dalam masyarakat, dan prinsip-prinsip yang
mengatur pendidikan. Dengan pemahaman ini, kita dapat
merancang dan mengembangkan program pendidikan yang
lebih efektif dan efisien.
3. Memberikan arahan moral dan etis: Filsafat pendidikan juga
memberikan arahan moral dan etis bagi pendidikan. Dalam
filsafat pendidikan, kita dapat memahami nilai-nilai dan
prinsip-prinsip moral yang penting untuk dikembangkan dalam
pendidikan, seperti etika, moralitas, dan nilai-nilai
kemanusiaan.

9
4. Memberikan pandangan yang lebih luas: Filsafat pendidikan
membantu kita memahami pendidikan dalam konteks sosial,
kultural, dan sejarah yang lebih luas. Hal ini memungkinkan
kita untuk memahami hubungan antara pendidikan dan
masyarakat secara keseluruhan, serta membuat keputusan yang
lebih baik dalam merancang program pendidikan.
5. Menjadi alat evaluasi: Filsafat pendidikan dapat digunakan
sebagai alat evaluasi dalam mengevaluasi program pendidikan
yang telah ada dan untuk memperbaiki program yang kurang
efektif. Dalam hal ini, filsafat pendidikan dapat membantu kita
dalam mengukur keberhasilan pendidikan.

Fungsi-fungsi tersebut menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan


sebagai panduan dan pedoman dalam pengembangan program
pendidikan yang lebih baik dan bermakna bagi
individu dan masyarakat.

G. Kesimpulan
Secara keseluruhan, filsafat dan filsafat pendidikan adalah dua
konsep yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
Filsafat sebagai disiplin ilmu yang mempelajari hakikat dan tujuan
hidup manusia, sementara filsafat pendidikan mempelajari hakikat
dan tujuan pendidikan serta implikasi etika, sosial, dan politik dari
pendidikan.
Melalui filsafat pendidikan, kita dapat memahami lebih dalam
tujuan akhir pendidikan dan bagaimana pendidikan dapat membantu

10
manusia mencapai tujuan tersebut. Filsafat pendidikan juga
memberikan arahan moral dan etis dalam pendidikan, memberikan
pandangan yang lebih luas dalam konteks sosial, kultural, dan
sejarah yang lebih luas, serta menjadi alat evaluasi dalam
mengevaluasi keberhasilan pendidikan.
Dengan pemahaman tentang konsep filsafat dan filsafat
pendidikan, kita dapat merancang program pendidikan yang lebih
efektif dan bermakna bagi individu dan masyarakat secara
keseluruhan. Oleh karena itu, mempelajari filsafat pendidikan sangat
penting bagi para pendidik, praktisi pendidikan, serta siapa saja yang
tertarik dalam dunia pendidikan dan pengembangan manusia

11
Bab 2
HAKIKAT PENDIDIKN, MANUSIA, DAN IMPLIKASINYA
DALAM PENDIDIKAN
A. Pengertian Manusia Dan Pendidikan
Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik
secara pribadi, jiwa, kelompok, dll. Semua itu bercampur aduk
menjadi potensi dasar atau bawaan manusia, sehingga disadari atau
tidak, manusia telah mengembangkan potensi tersebut, baik secara
maksimal atau tidak, dengan baik atau buruk. Semuanya tergantung
manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa
dikatakan jenius, manusia dapat menemukan jalan untuk
mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu
dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting
pendidikan bagi kehidupan mereka.
Dalam hal ini, saya mencoba mencari keterkaitan antara
pendidikan dengan manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman
tentang hakekat manusia tadi terhadap proses pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan
berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan
manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan
pendidikan.Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang
diharapkan untuk mencapai suatu tujuan.
Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan
pendidikan dengan manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan
untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang
lebih baik.

12
Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang
hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang
kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah
kependidikan. Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin
hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan
karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai
manusia yang manusiawi.
Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus
menjadi objek pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa,
sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa mengerti
manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa,
bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas
manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun
potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah.
Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan merusak
kodrat manusia. Apabila digunakan secara negative.
Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek:
individualitas, sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi
relita (tingkah laku, sikap) melalui pendidikan yang diarahkan
kepada masing-masing esensia itu. Harga diri, kepercayaan pada
diri sendiri (self-respect, self-reliance, self confidence) rasa
tanggung jawab, dan sebagainya juga akan tumbuh dalam
kepribadian manusia melalui proses pendidikan.

13
B. Pandangan Ilmiah Tentang Manusia Dan
Implikasi Pendidikannya
1. Antropologi Biologis/Fisik
Antropologi adalah studi tentang asal-usul, perkembangan,
karakteristik jenis (spesies) manusia atau studi tentang ras manusia.
Antroplogi ilmiah mencakup: antropologi biologis, antropologi
sosial budaya, arkeologi, dan linguistic. Antropologi biologi sering
disebut antropologi fisik, yaitu studi tentang fosil dan kehidupan
manusia sebagai organism biologis. (Beals, 1997: 1)
Karekteristik dari antropologi biologis bahwa manusia adalah
Homo Sapiens yang merupakan puncak evolusi organik dari
makhluk hidup. Manusia memiliki cirri khas diantaranya: berjalan
tegak, mempunyai otak yang besar dan kompleks, hewan yang
tergeneralisasi atau dapat hidup dalam berbagai lingkungan, serta
memiliki perode kehamilan yang panjang dan anak lahir tak
berdaya. Adapun kedudukannya dalam klasifikasi makhluk hidup
sebagai berikut:
a. Dunia: binatang
b. Phylum: chordota
c. Kelas: mamalia
d. Orde: primate
e. Famili: hominidae
f. Genus: homo
g. Spesies: sapiens
Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan yaitu berupa lahir
dan berkembangnya antropologi pendidikan. Sedangkan implikasi
dalam praktek pendidikan bahwa konsep-konsep antropologi
biologi landasan pendidikan (landasan antropologis pendidikan)
berupa
a. Adanya keharusan dan kemungkinan pendidikan
14
b. Adanya keragaman praktek pendidikan, baik dalam sejarah
manusia maupun dalam bentuk praktek pendidikan dalam suatu
zaman.

2. Antropologi Budaya
Batasan dalam antropolgi sosial budaya adalah mempergunakan
teknik-teknik riset historis, observasi, wawancara dalam studio rang
yang hidup sekarang. Antropologi budaya memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Manusia adalah organisme sosiobudaya.
b. .Komponen utama budaya yaitu adanya sebuah
kelompok/masyarakat, sebuah lingkungan dalam
kelompok/masyarakat, sebuah budaya material, sebuah tradisi
budaya dan kegiatan-kegiatan serta perilaku manusia.
c. Karakteristik utama budaya yaitu tingkah laku kultural
dipelajari, tingkah laku kultural terorganisasi dalam pola-pola
tingkah laku, pola-pola budaya diajarkan orang dan berlangsung
dari satu generasi ke generasi lainnya, budaya mempunyai aspek
material dan non material, budaya tersebar secara seragam oleh
anggota masyarakat, tingkah laku kultural menjadi sebuah cara
hidup serta budaya terus menerus berubah.
Implikasi dalam praktek pendidikan bahwa konsep antropologi
sosial budaya menjadi landasan pendidikan (landasan antropologis
pendidikan) berupa keharusan dan kemungkinan pendidikan;
keragaman kegiatan pendidikan berdasarkan sistem budaya,
kesatuan budaya regional dan kelompok subkultural. Sedangkan
implikasi dalam pengembangan teori pendidikan berupa lahir dan
berkembanganya antropologi pendidikan yang dipelopori Frans Boa
dan Margareth Mead serta adanya kebutuhan antropologi filsafat
anak.
15
3. Psikologi
Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah
laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya, dari dalam
kandungan sampai balita, dari masa kanak-kanak sampai dewasa
serta masa tua (Woordward & Marquis, 1955:3). Menurut
pandangan psikologis, karakteristik individu yang belajar yaitu:
unik, banyak kesamaan daripada perbedaannya, mempunyai
berbagai diri, sebuah organism total, mempunyai kesiapan
bertindak, mempunyai tugas-tugas perkembangan, mempunyai
berbagai kebutuhan, mempunyai kecenderungan umum dalam
bertingkah laku, mempunyai tujuan khusus dan merupakan
motivator dirinya sendiri.
Implikasi psikologi dalam parktek pendidikan berupa landasan
psikologis pendidikan yaitu konsep-konsep psikologis tentang
individu yang menjadi dasar pelaksanaan proses kegiatan belajar
mengajar. Selain itu, adanya pandangan bahwa pendidikan =
individualisasi atau proses pengembangan individu.
Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan yaitu lahir
dan berkembangnya psikologi pendidikan yang dipelopori oleh
Thorndike. Serta lahir dan berkembangnya aliran pembaharuan
pendidika yang disebut developmentalisme oleh Pestalozzi, Herbart
dan Froebel.
4. Sosiologi
Sosiologi dalah studi tentang struktur sosial
(Reading:1977:195). Sosiologi mengemukakan tentang
karakteristik masyarakat, bahwa manusia adalah animal sociale
(binatang yang hidup bermasyarakat). Reading menyatakan bahwa
masyarakat adalah sebuah kelompok dengan suatu budaya yang
terorganisasi untuk memberikan kepuasan bagi kebutuhan-

16
kebutuhan dan kepentingan-kepentingan semua orang, dalam arti
sempit adalah struktur sosial.
Ginsberg mengemukakan komponen-komponen masyarakat
yaitu morfologi sosial, control sosial, proses sosial dan patologi
sosial. Sedangkan Broom dan Selznick mengemukakan komponen
masyakarakat terdiri dari organisasi sosial, budaya, sosialisasi,
kelompok-kelompok primer, stratifikasi sosial, asosiasi
(perkumpulan), tingkah laku kolektif, penduduk dan ekologi.
Implikasi dalam praktek pendidikan berupa landasan sosiologis
pendidikan yaitu konsep-konsep sosiologi tentang manusia menjadi
dasar penyelenggaraan pendidikan. Kemudian masyarakat sebagai
ekologi pendidikan dan terakhir, pendidikan = sosialisasi (proses
menjadi anggota masyarakat yang diharapkan).
Sedangkan implikasi dalam pengembangan teori pendidikan
adalah sebagai berikut:
a. Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan
yang dipelopori oleh Henry Suzzalo
b. Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pendidikan
kependudukan
c. Mendorong lahir dan berkembangnya aliran sosiologisme
pendidikan atau sociological tendency in education yang lebih
menekankan konsep pendidikan pada proses sosialisasi
daripada individualisasi
5. Politika
Politika adalah studi tentang pemerintahan negara. Manusia
hakikatnya sebagai animal poiticon (Aristoteles) atau binatang yang
hidup berpolitik. Bidang ilmu politik meliputi: teori politik,
lembaga-lembaga politik, partai-partai politik, kelompok-kelompok
politik dan pendapat umum serta hubungan internasional.
Implikasi politika dalam praktek pendidikan adalah sebagai berikut:
17
a. Konsep politika sebagai landasan political pendidikan atau
menjadi dasar penyelenggaraan pengelolaan pendidikan
makro nasional.
b. Terjalinnya kerja sama internasional dalam bidang pendidikan
c. Pendidikan = civilisasi (proses menjadi warga negara yang
diharapkan)
d. Pendidikan kewarganegaraan mempunyai kedudukan dan
peranan yang penting
e. Pendidikan politik.

Implikasi politika dalam pengembangan teori pendidikan antara


lain:
a. Lahir dan berkembangnya politika pendidikan/pendidikan
nasional yang dipelopori oleh Guizot, Fischer, Horace Mann dan
Henry Benhard, K.H dewantoro dan Moh. Syafei
b. Lahir dan berkembangnya studi pendidikan internasional.

6. Ekonomika (Ilmu Ekonomi)


Ekonomika adalah studi tentang upaya manusia memperoleh
kemakmuran materiil manuisa. Karakteristik ekonomika bahwa
manusia dalam ekonomika = animal economicus yaitu binatang
yang terus berusaha memperoleh kemakmuran materiil. Bidang
ekonomi yang dikaji yaitu konsumsi, produksi, distribusi dan
pertumbuhan sepanjang waktu. Satuan ekonomi yaitu ekonomi
mikro dan ekonomi makro.
Implikasi ekonomika dalam praktek pendidikan antara lain:
a. Landasan economical pendidikan yaitu konsep ekonomik yang
menjadi dasar atau landasan pendidikan.

18
b. Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan dan kegiatan
pendidikan
c. Pendidikan = penanaman modal dalam sumber daya manusia
atau human investment (ditinjau dari ekonomi makro)
d. Pendidikan = profesionalisasi (ditinjau dari ekonomi mikro).

Implikasi ekonomika dalam pengembangan teori pendidikan antara


lain:
a. Lahir dan berkembangnya ekonomika pendidikan yang
dipelopori secara konseptual oleh Adam Smith, Alfred
Marshall, J. Alan Thomas, G.D. Schultz.
b. Lahir dan berkembangnya studi pendidikan dan
pembangunan.

C. Pandamgan Filosofis Tentang Manusia Dan


Implimikasi Pendidikannya
1. Filsafat Umum/Murni
Filsafat adalah studi tentang kebenaran alam semesta dan isinya.
(Beck, 1979:2). Berdasarkan telaah filosofis, karakteristik filsafat
adalah sebagai berikut:
a. Kritis, yaitu berpikir mengungkapkan dan memecahkan
masalah secara menyeluruh dan mendalam
b. Spekulatif (kontemplatif), yaitu berpikir menerobos
melampoi fakta atau data-data yang tersedia dalam rangka
menemukan hal yang hakiki.
c. Fenomenologis, yaitu berpikir berawal dari gejala dan
kemudian mencoba terus menguliti, mengurangi, mereduksi
19
hal-hal yang tak penting, untuk sampai pada hal yang
menjadi hakikat dari gejala
d. Normatif, yaitu berpikir yang tertuju untuk mencari hal-hal
yang seharusnya.
Obyek filsafat adalah pertanyaan umum yang terbuka/abadi, yaitu
pertanyaan yang tidak pernah selesai dijawab sepanjang hidup
manusia. Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat adalah
segala sesuatu dalam alam semesta dengan segala isinya. Adapun
cabang filsafat sebagai berikut:
a. Metafisika yaitu hakikat kenyataan masih terbagi lagi menjadi
4, yaitu: ontology (hakikat kenyataan alam semesta), teologi
(hakikat Tuhan), kosmologi (hakikat alam) dan humanologi
(hakikat manusia).
b. Epistimologi = hakikat mengetahui dan pengetahuan,
sedangkan logika = menyimpulkan untuk memperoleh
pengetahuan.
c. Aksiologi yaitu hakikat nilai, terbagi menjadi etika (hakikat
baik dan jahat) serta estetika (hakikat indah dan jelek).
Implikasi filsafat murni dalam praktek pendidikan yaitu munculnya
konsep-konsep filsafat ilmu seperti metafisika, epistimologi dan
aksiologi yang menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan (landasan
filosofis pendidkan). Implikasi berikutnya berupa munculnya sekolah
percobaan seperti:
a. Kindergarten dari Froebel merupakan penerapan gagasan
pendidikan idealistic

20
b. Casa De Bambini merupakan sekolah dari Montessori yang
merupakan penerapan gagasan pendidikan naturalistik
c. Laboratory school dari J. Dewey merupakan penerapan
gagasan pendidikan pragmatic/eksperimentalistik, dsb.
Implikasi filsafat murni dalam teori pendidikan sebagai berikut:
a. Munculnya filsafat pendidikan dipelopori oleh Plato
b. Lahir dan berkembangnya aliran filsafat pendidikan, seperti:
idealisme (pendidikan = pemekaran kemampuan berpikir),
realisme (pendidikan = pemekaran kemampuan berbuat dan
berpengalaman), eksperimentalisme (rekonstruksi
pengalaman yang terus menerus sepanjang hidup),
eksistensialisme (pendidikan = perwujudan kebebasan diri
sendiri).
Filsafat Antropologi/Antropologi Filosofis
Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakikat
manusia sebagai keseluruhan, atau manusia seutuhnya. Pengetahuan
filosofis tentang manusia pada dasarnya dalah refleksi manusia
tentang dirinya sendiri dan manusia dapat merefleksikan tentang
dirinya sendiri hanya jika menjadi pribadi yang mengenal dirinya.
Jadi tujuan utama filsafat antropologi adalah mencerminkan dirinya
menjadi seorang pribadi. Objek kajian filsafat antropologi antara lain:
masalah hubungan manusia dengan alam, manusia dengan manusia
dan manusia dengan Tuhan.
Karakteristik manusia seutuhnya bahwa satu yang terkandung di
dalamnya banyak aspek (one in many). Manusia seutuhnya adalah
animal symbolicum. Karakteristik lain:
21
a. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-
simbol untuk mengkomunikasikan pikirannya (animal sociale)
b. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-
simbol untuk menyatakan pikiran sebagai milik manusia yang
unik (animal rationale)
c. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-
simbol untuk menalar dan sadari sebagai pribadi yang menalar.
d. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-
simbol untuk mengkombinasikan unsur-unsur yang
menghasilkan suatu yang kreatif.
e. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-
simbol maka dapat mengadakan perbedaan moral
f. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-
simbol dapat menyadari sendiri sebagai pribadi
Implikasi filsafat antropologi dalam praktek pendidikan antara lain
sebagai berikut:
h. Konsep manusia seutuhnya sebagai dasar tujuan pendidikan
i. Pendidikan = humanisasi (proses mewujudkan kemanusiaan,
atau proses menuju tercapainya manusia seutuhnya
j. Tujuan utama dalam hidup mencapai perwujudan diri sendiri
secara kooperatif
Implikasi filsafat antropologi dalam pengembangan teori pendidikan
antara lain sebagai berikut:
a. Timbul kebutuhan studi filsafat antropologi anak yang tertuju
membahas hakikat anak (anak membawa dosa dari Adam dan
hawa di surge; anak dilahirkan sebagai tabula rasa atau tanpa
22
pembawaan; anak dilahirkan baik; anak dilahirkan tidak
berdaya tapi penuh potensi)
b. Mendorong lahir dan berkembangnya pedagogik atau ilmu
mendidik yang memadukan aspek faktual dengan aspek
normative, yang dipelopori oleh Herbart (perpaduan antara
aspek filosofis yang menentukan tujuan-tujuan pendidikan
dengan aspek psikologis yang menentukan cara-cara atau
metode-metode pendidikan).
D. Keharusan Pendidikan
Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain,
khususnya kedua orang tuanya. Dapat dibayangkan seandainya
anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu saja oleh ibunya,
tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan mengabaikan kekuasaan
Tuhan, kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang
ditelantarkan tersebut.Keharusan mendidik anak telah disebut-
sebut, misalnya karena anak pada saat lahir dalam keadaan tidak
berdaya, anak tidak langsung dewasa, sehingga anak memerlukan
perhatian dan bantuan orang lain. Dengan keterbatasan kemampuan
anak menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan. Keterbatasan
anak dikarenakan, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia
tidak langsung dewasa.
1. Keharusan Pendidik
Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan dapat kita
simak dari uraian di bawah ini:
a. Anak Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu
keharusan. Pada waktu lahir anak manusia belum bisa berbuat apa-
apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan orang

23
tua. Begitu anak lahir ke dunia, ia memerlukan uluran orang lain
(ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dan
kehidupannya, dan berdiri sendiri, berbeda dengan binatang yang
begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan fisiknya dan dapat
berbuat sesuatu untuk mempertahankan hidupnya.Misalnya anak
harimau begitu lahir sudah dilengkapi dengan bulu yang dapat
melindungi tubuhnya dari kedinginan. Begitu lahir setelah
dibersihkan oleh induknya anak harimau tersebut sudah bisa
bergerak untuk mencari susu induknya, walaupun belum memiliki
kemampuan melihat secara normal. Beberapa jenis hewan yang
baru keluar dari telurnya langsung bergerak seperti pada kura-kura,
buaya, dan sebagainya. Begitu juga pada binatang lainnya
khususnya binatang menyusui seperti kuda, kambing, kera dan
sebagainya.Hal tersebut tidak demikian pada manusia. Manusia
perlu mendapat bantuan orang lain untuk dapat menolong dirinya
untuk sampai kepada dewasa. Masa pendidikan manusia
memerlukan waktu yang lama karena di samping manusia harus
dapat mempertahankan hidupnya dalam arti lahir, ia juga harus
memiliki bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki
pengetahuan, dan keterampilan lainnya yang diperlukan untuk
hidup. Makin tinggi peradaban manusia, makin banyak yang harus
dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa menggantungkan
diri kepada orang lain.Oleh karena itu, anak/bayi manusia
memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain
demi mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap
untuk memperoleh bekal nilai-nilai moral, memiliki kepandaian dan
keterampilan, serta pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga
lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya itu memerlukan
waktu yang cukup lama.Dilihat dari orang tua pendidikan juga
merupakan suatu keharusan. Tanpa ada yang memaksa, dengan
24
sendirinya orang tua akan mendidik anaknya. Hal tersebut
disebabkan karena adanya rasa kasih sayang dan rasa tanggung
jawab dari orang tua terhadap anaknya. Perasaan kasih sayang
merupakan fitrah kemanusiaan yang akan timbul dengan sendirinya
pada manusia. Rasa tanggung jawab menyebabkan orang tua,
bahwa anak itu perlu memperoleh bimbingan agar ia di kemudian
hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang
lain. Anak perlu mendapat pendidikan dan orang tua merasa wajib
untuk memberikan pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu
dalam kegiatan pendidikan yang berlangsung secara alamiah dalam
kehidupan sehari-hari dalam keluarga.
Pendidikan karena dorongan orang tua, yaitu hati nuraninya
yang terdalam yang memiliki sifat kodrati untuk mendidik anaknya
baik dari segi fisik, sosial, emosi, maupun intelegensinya agar
memperoleh keselamatan, kepandaian, memperoleh kebahagiaan
hidup yang dicita-citakan, sehingga ada tanggung jawab moral atas
hadirnya anak tersebut yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha
Kuasa untuk dapat dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya.
b. Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa
Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan
pendidikan dalam arti khusus, memerlukan wazktu lama. Pada
manusia primitif mungkin proses pencapaian kedewasaan tersebut
akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa
ini. Pada manusia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan
secara konvensional, di mana apabila seseorang sudah memiliki
keterampilan unuk hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga,
seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam, mengenal nilai-nilai
atau norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan
dewasa. Dilihat dari segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada
masyarakat primitif sudah dapat melangsungkan hidup berkeluarga.
25
Pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih kompleks,
sesuai dengan makin kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan juga makin kompleksnya sistem nilai. Untuk mengarungi
kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, lebih-lebih
pada masyarakat modern. Bekal tersebut dap[at diperoleh dengan
pendidikan, di mana orang tua atau generasi tua akan mewariskan
pengetahuan, nialai-nilai, serta keterampilannya kepada anak-
anaknya atau pada generasi berikutnya.Manusia merupakan
makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk memperoleh
pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang harus dididik,
karena manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, lahir tidak
langsung dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
c. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan
menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia
lainnya. Lain halnya dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan,
tetap akan memiliki perilaku hewan. Seekor kucing yang dibesarkan
dalam lingkungan anjing akan tetap berperilaku kucing, tidak akan
berperilaku anjing, karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi
dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda antara
jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya.Manusia hidup
bersama orang lain, tidak sendirian. Mereka menentukan berbagai
perjanjian agar hidup bersama itu menguntungkan kedua belah
pihak. Menguntungkan bagi masyarakat, dan juga menguntungkan
bagi kehidupan individu masing-masing. Manusia sebagai makhluk
sosial, disamping memiliki dorongan untuk hidup secara individual,
ia juga menunjukan gejala-gejala sosial. Ia senang hidup bersama
dengan orang lain.Seorang manusia perlu mencapai suatu taraf
kedewasaan tertentu agar ia dapat hidup bersama dengan orang lain.
26
Kalau tidak, akan berbuat di luar perjanjian (kebiasaan, adat, aturan)
yang berlaku. Hal itu berarti bahwa ia tidak dewasa secara sosial.
Walaupun secara biologis ia sudah matang, tetapi untuk hidup
bersama dengan orang lain, ia perlu mendapatkan pendidikan.Kalau
manusia bukan makhluk sosial, atau ia tidak hidup bersama-sama
dengan orang lain, pada hakikatnya ia hidup sendiri-sendiri. Maka
hidup manusia itu tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan.
Dalam kehidupan seperti ini, manusia tidak dapat dipengaruhi,
karena ia telah membawa pola hidupnya yang tetap dan tidak perlu
lagi belajar dari orang lain atau melalui apapun. Ia sudah dalam
keadaan matang untuk mengikuti kehidupan yang polanya sudah
ada (terjadi). Dalam keadaan demikian, pendidikan tidak perlu lagi
karena memang tidak diperlukan.
d. Manusia sebagai Makhluk Individu yang Berdiri Sendiri
Pengertian makhluk sosial tidak berarti bahwa individu
(perorangan) tiadak ada. Pengertian sosial harus diartikan bahwa
manusia hidup bersama dalam kepribadian sendiri-sendiri. Ia masih
tetap berdiri sendiri, namun bersama-sama dengan orang lain.
Pergaulan hidup, adalah hidup antara pribadi-pribadi (individu-
individu) satu sama lain. Tidak berarti bahwa individu itu luluh
menyatu dengan yang lain, seperti halnya boneka-boneka yang
hanya bergerak dengan pola yang sama. Manusia memang hidup
bersama, namun tetap secara individu dan individu.Dengan adanya
pribadi-pribadi orang perorangan yang berbeda, karena itulah
pendidikan diperlukan, karena setiap orang yang bersifat individu
itu perlu belajar hidup dengan individu lannya. Pendidikan tidak
mendidik agar setiap orang (individu) dapat berperilaku sebagai
individu bersama dengan individu lainnya.
e. Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Bertanggung Jawab

27
Seorang manusia mampu atau tepatnya harus mampu
bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Setiap tindakan
manusia membawa akibat, dan sering kali akibat itu menimpa orang
lain, karena kita hidup bersama-sama dengan orang lain. Seekor
hewan kalau berbuat sesuatu tidak akan mengerti akibat yang timbul
dari tindakan tersebut, karena ia tidak mampu berpikir, dan
tindakannya hanya didasarkan oleh insting belaka.Manusia akan
dapat memperhitungkan akibat tindakannya, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain. Karena itulah manusia patut diminta
pertanggung jawaban atas segala perbuatannya, karena kita
pradugakan ia akan mengerti apa akibatnya. Pendidikan di samping
mengajar orang agar menjadi tahu, dan terampil, pendidikan juga
mengembangkan sikap. Sikap yang utama adalah sikap tanggung
jawab, karena makhluk sosial manapun memang harus bertanggung
jawab.
Bertanggung jawab adalah sejajar dengan manusia sebagai
makhluk sosial. Kalau sikap bertanggung jawab tidak dimiliki setiap
oleh setiap insan, maka kehidupan akan kacau, kaerena manusia
akan bertindak semaunya, setiap orang hanya akan menuruti
kehendaknya sendiri, dan tidak akan bertahan hidup
lama.Pendidikan itu sendiri merupakan tindakan yang bertanggung
jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap generasi manusia
selanjutnya, karena kita tahu bahwa setiap anak membutuhkan
bantuan. Kalau tidak bertanggung jawab terhadap generasai
berikutnya, mereka akan terlantar. Disinilah pendidikan
bertanggung jawab bagi kelanjutan kehidupan dan hidup generasi
berikutnya.Untuk melaksanakan pendidikan diperlukan adanya
kesediaan anak didik untuk menerima pengaruh. Pada saat anak
masih kecil kesediaan ini belum ada, baru timbul kemudian kalau
anak itu merasa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu dan perlu
28
bantuan orang lain, sehingga ia perlu belajar dari orang lain. Selama
anak belum mau menerima pengaruh orang lain diluar dirinya, tidak
akan muncul ketaatan terhadap pihak lain yang berusah
mempengaruhinya. Kalau anak sudah menyadari kekurangannya, ia
akan mau menerima pengaruh dan mau taat, dengan kata lain ia mau
menerima kewibawaan pendidik.
f. Sifat Manusia dan Kemungkinan Terjadinya Pendidikan
Apa sebabnya pendidikan hanya terjadi pada manusia? Pada
tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk hidup sama sekali tidak terjadi
pendidikan. Pada tingkat hewan ada perilaku yang mirip dengan
pendidikan, namun sangat jauh berlainan dengan pengertian
pendidikan yang sebenarnya. Tindakan yang mirip pendidikan itu
disebut “dressur” ( pembiasaan dan dilatih terus menerus).Anak
anjing meniru induknya, dengan jalan bermain-main, dia
melepaskan dorongan untuk berkelahi. Dia berkelahi ( main-main )
dengan induknya, sedangkan induknya sengaja membuat dirinya
seperti bermain berkelahi juga. Kejadian tersebut seolah-olah pada
induk anjing ada keinginan untuk “ mendidik “ anaknya. Dorongan
untuk bermain seperti itu pada anjing-anjing tersebut tidak
didasarkan atas kesadaran bahwa dirinya ( anak anjing ) tidak
mampu, yang harus belajar kepada anjing lain. Bukan itu yang
menjadi alasan anak anjing dan induknya bermain, namun
didasarkan dorongan untuk berbuat, bergerak. Pada anjing-anjing
tersebut tidak ada kesengajaan untuk berbuat atas kesadaran atas
kekurangan dan ketidak mampuannya. Misalnya sang induk anjing
sadar bahwa anaknya tidak mampu dan masih banyak kekurangan
dalam pengalamannya. Dari anak anjing tidak ada kesediaan
menerima pengaruh dari induknya, tidak ada kewibawaan.Pada
manusia juga terjadi “ dressur “ pada saat anak belum memiliki
kesadaran akan kekurangan dirinya. Pada saat itu anak merasakan
29
untuk meniru dan berbuat, akan berbuat sesuatu. Anak usia sekitar
2 – 6 tahun misalnya, ia akan berbuat apa saja, ia bergerak menurut
kemauannya. Anak dibelikan sepeda oleh ayahnya agar anak bisa
naik sepeda dan ayahnya mendorong sepeda tersebut. Namun apa
yang terjadi anak tidak mau naik sepeda, bahkan ia akan turun dan
mendorong sepeda tersebut seperti ayahnya mendorong sepeda
tadi.Contoh lain anak akan mengambil benda yang ia temukan
disekelilingnya, melihat pisau ( padahal pisau itu sangat tajam ) ia
akan ambil dan digosok-gosokkan seperti menirukan ibunya
mengguanakan pisau tersebut, mungkin juga digosokan ke
tangannya. Sang ibu sangat cemas berkata setengah berteriak, “
Auuu…anakku sayang jangan pake pisau itu, ibu pinjam ya
sayang”. Sang anak tidak mau melepaskan pisau itu. Kalau diambil
secara paksa ia akan menangis, caranya cari pisau lain atau benda
lain yang menyerupai pisau yang tumpul lalu berikan
kepadanya.Anak melihat orang tuanya waktu mandi menggosok
gigi, dengan gesitnya anak mengambil sikat gigi ibunya dan ingin
pakai pastanya. Disinilah si ibu mencoba melatih si anak untuk
menggosok giginya, dan si anak dengan senangnya menggosok
giginya walaupun tidak benar. Anak makan dengan orang tuanya, ia
memperhatikan orang tuanya memakai sendok dan garpu, dengan
cepatnya sang anak mengambil sendok makan, walaupun cara
memegangnya dan cara memasukan ke mulutpun belum pas dan
benar. Disini sang ibuu melatih anaknya membetulkan bagaimana
cara memegang sendok, dan bagaimana memasukannya kedalam
mulutnya.Dalam kejadian di atas, ayah melatih anaknya naik sepeda
dan ibunya melarang anaknya menggunakan pisau supaya jangan
bermain dengan pisau, ibu melatih anaknya menggosok gigi, sang
ibu melatih anaknya menggunakan sendok, itu semuanya belum
temasuk pendidikan yang sebenarnya, karena anak belum
30
memahami, menyadari apa artinya perintah atau kemauan ayahnya
untuk naik sepeda, dan anak juga tidak paham mengapa ibunya
melarang bermain dengan pisau, mengapa harus menggosok gigi
dan mengapa makan haruus pakai sendok. Yang dilakukan oleh
kedua orang tua anak itu bukan pendidikan dalam arti sesungguhnya
melainkan merupakan suatu “ dressur “.Jadi dengan sifat anak suka
meniru beridentifikasi dengan orang lain, suka bermain, bisa
menerima pengaruh dan menerima kewibawaan orang lain,
merupakan keharusan bagi orang tua ( pendidik ) membimbingnnya.
Pendidikan harus menjadi contoh bagi anak didiknya, memberi
pengaruh yang positif untuk mengisi kedewasaan anak kelak.

E Kesimpulan
Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus
menjadi objek pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa,
sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa mengerti
manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa,
bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas
manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun
potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah.
Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan merusak
kodrat manusia. Apabila digunakan secara negative.

31
BAB 3
PENDIDIKAN SEBAGAI PEMATANGAN,
PEMANUSIAAN, DAN ORIENTASI PEDAGOGIK

A. Peran Pendidikan Dalam Pematangan


Kematangan dan belajar dapat mempengaruhi perkembangan.
Kematangan adalah terbukanya karateristik yang secara potensial
sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik
individu, misalnya dalam fungsi yang telah diwariskan yang
disebut phylogenetik (merangkak, duduk, dan berjalan).
Belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan
usaha. Melalui belajar ini anak-anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan (phylogenetik). Hubungan
antara kematangan dan hasil belajar dapat dilihat dalam fungsi
hasil usaha (ontogenetik) seperti menulis, mengemudi atau
bentuk keterampilan lainnya yang merupakan hasil pelatihan.
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pematangan
individu. Melalui pendidikan, individu dapat memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
mengembangkan diri mereka dan menjadi anggota yang produktif
dalam masyarakat. Pendidikan juga membantu individu dalam
meneguhkan nilai-nilai dan tradisi yang penting bagi masyarakat.
Pendidikan sebagai pemantapan berfungsi untuk melestarikan
nilai-nilai yang penting dalam masyarakat. Dengan mempelajari
nilai-nilai ini, individu dapat memahami makna dan tujuan dari

32
nilai-nilai tersebut. Pendidikan juga membantu individu dalam
mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang budaya dan
identitas mereka.

Pendidikan juga membantu individu dalam mengembangkan


keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara produktif
dalam masyarakat. Melalui pendidikan, individu dapat memperoleh
keterampilan sosial, keterampilan komunikasi, dan keterampilan
kerja yang diperlukan untuk sukses dalam karir mereka. Pendidikan
juga memainkan peran penting dalam membantu individu
mengembangkan keterampilan kritis dan pemikiran logis.
Pendidikan membantu individu dalam memahami dunia yang ada di
sekitar mereka dan memecahkan masalah yang kompleks. Hal ini
penting dalam mengembangkan kemampuan individu untuk
mengambil keputusan yang tepat dan menghadapi tantangan dalam
hidup.

Dalam rangka pematangan individu, pendidikan juga dapat


membantu dalam pengembangan karakter individu. Pendidikan
dapat membantu individu untuk menjadi lebih bertanggung jawab,
mandiri, dan memiliki nilai-nilai moral yang baik. Dengan
demikian, pendidikan memiliki peran penting dalam pematangan
individu dan membantu mereka dalam mencapai potensi penuh
mereka.

33
B. Peran Pendidikan dalam pemanusiaan
Pendidikan juga memiliki peran penting dalam pemanusiaan
individu. Pendidikan tidak hanya tentang memperoleh pengetahuan
dan keterampilan, tetapi juga membantu individu dalam
mengembangkan diri mereka secara holistik. Pendidikan sebagai
pemanusiaan fokus pada pengembangan potensi individu dalam
seluruh aspek kehidupan mereka. Salah satu peran penting
pendidikan dalam pemanusiaan adalah membantu individu dalam
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka
sendiri. Melalui pendidikan, individu dapat belajar tentang
kepribadian mereka, kekuatan dan kelemahan mereka, dan
bagaimana mereka dapat memanfaatkan potensi mereka untuk
mencapai tujuan hidup mereka.
Pendidikan sebagai pemanusiaan juga membantu individu
dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang
penting. Individu dapat memperoleh keterampilan seperti
keterampilan komunikasi, kerjasama, kepemimpinan, dan empati
melalui interaksi sosial di dalam dan di luar lingkungan pendidikan.
Keterampilan ini membantu individu dalam berinteraksi secara
efektif dengan orang lain dan membangun hubungan yang baik
dengan orang lain. Dalam rangka pemanusiaan individu, pendidikan
juga dapat membantu dalam pengembangan karakter individu.
Pendidikan dapat membantu individu untuk menjadi lebih
bertanggung jawab, mandiri, dan memiliki nilai-nilai moral yang
baik. Dengan demikian, pendidikan memiliki peran penting dalam

34
pemanusiaan individu dan membantu mereka dalam mencapai
potensi penuh mereka sebagai manusia yang holistik.

C. Peran Pendidikan Dalam Orientasi Pedagogik


Peran pendidikan dalam orientasi pedagogik adalah sebagai
berikut:
1. Menyediakan lingkungan pembelajaran yang efektif :
Pendekatan pedagogis yang efektif dalam pendidikan adalah
dengan memberikan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk
belajar dan berkembang. Pendidik harus memahami dan mampu
merancang strategi pembelajaran yang efektif untuk
mengakomodasi kebutuhan belajar setiap siswa.
2. Meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa : Orientasi
pedagogik dapat membantu meningkatkan minat dan motivasi
siswa untuk belajar dengan cara yang positif dan konstruktif.
Pendidik harus mampu merancang strategi pembelajaran yang
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, serta membangkitkan
minat mereka dalam proses belajar.
3. Mengembangkan keterampilan kognitif dan non-kognitif :
Pendidikan dapat membantu mengembangkan keterampilan
kognitif seperti memecahkan masalah, berpikir kritis, dan
keterampilan analitis, serta keterampilan non-kognitif seperti
keterampilan sosial, keterampilan kerjasama, dan keterampilan
komunikasi.
4. Membangun karakter siswa : Pendidikan juga dapat membantu
membangun karakter siswa dengan mengajarkan nilai-nilai

35
moral, etika, dan tanggung jawab. Pendidik harus memahami
pentingnya pembelajaran nilai-nilai moral dan memperhatikan
aspek-aspek psikologis siswa yang berkaitan dengan
pengembangan karakter mereka.
5. Meningkatkan partisipasi siswa : Pendidikan yang berorientasi
pedagogik dapat membantu meningkatkan partisipasi siswa
dalam proses belajar-mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan
membangun lingkungan belajar yang interaktif, mendorong
diskusi kelas, dan melibatkan siswa dalam proyek dan tugas
kelompok.
6. Meningkatkan hasil belajar : Orientasi pedagogik juga dapat
membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Pendidik harus
mampu merancang strategi pembelajaran yang efektif dan
mengukur hasil belajar siswa secara teratur untuk memastikan
bahwa mereka memahami materi dengan benar.

Dalam keseluruhan, peran pendidikan dalam orientasi


pedagogik adalah untuk memberikan pendekatan pembelajaran
yang efektif dan menarik bagi siswa, meningkatkan minat dan
motivasi mereka, membantu mengembangkan keterampilan dan
karakter, meningkatkan partisipasi siswa, dan meningkatkan hasil
belajar mereka.

D. Kesimpulan
Pendidikan memiliki peran penting dalam mengembangkan
potensi manusia secara holistik melalui tiga dimensi: pematangan,
pemanusiaan, dan orientasi pedagogik. Dimensi pematangan
36
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan
harus memperhatikan pengembangan kemampuan kognitif siswa
seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Selain itu, pendidikan
juga harus mengembangkan aspek afektif siswa, seperti
pengembangan nilai-nilai, sikap, dan emosi positif, serta
kemampuan sosial. Pendidikan juga harus mengembangkan aspek
psikomotorik siswa, seperti keterampilan fisik dan motorik.
Dimensi pemanusiaan berkaitan dengan pengembangan nilai-
nilai dan etika yang positif, termasuk nilai moral, sosial, dan
religius. Pendidikan harus membantu siswa mengembangkan nilai-
nilai tersebut agar mereka dapat hidup sebagai individu yang
bertanggung jawab dan bermanfaat bagi masyarakat. Dimensi
orientasi pedagogik berkaitan dengan metode dan strategi
pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Pendidikan harus menggunakan metode dan strategi
yang efektif untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk
aktif berpartisipasi dalam pembelajaran.

37
Bab 4
FILSAFAT NILAI ETIKA

A. Pengertian Filsafat Nilai Etika


Sebagaimana telah dijelaskan pada pendahuluan, etika
merupakan bagian dari cabang filsafat. Filsafat sendiri berasal dari
bahasa Yunani “Philo” yang artinya cinta, dan “Sophia” yang berarti
kebijaksanaan. Sehingga secara etimologi, filsafat berarti cinta pada
ilmu dan hikmah. Sedangkan menurut istilah adalah ilmu yang
mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat Tuhan dan alam
semesta. Sedangkan Etika berasal dari bahasa Latin “ethic” dan ada
juga “etos” yang artinya kebiasaan, habit, custom.
Etika disebut juga ilmu normatif, karena didalamnya
mengandung norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam
kehidupan. Sebagian orang menyebut etika dengan moral atau budi
pekerti. ilmu etika adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-
perbuatan manusia dengan dasar yang sedalam-dalamnya yang
diperoleh dengan akal budi manusia.
Menurut KBBI, filsafat etika adalah sebagai berikut :
1. ilmu tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

38
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Oleh karena itu, Filsafat nilai etika diartikan sebagai cabang dari
filsafat yang membahas masalah-masalah moral, etika, dan nilai-
nilai moral yang mendasari tindakan manusia. Filsafat nilai etika
mencoba untuk mencari justifikasi rasional bagi nilai-nilai moral
dan mencoba memahami prinsip-prinsip moral yang mendasari
keputusan dan tindakan manusia. Dalam filsafat nilai etika, dibahas
pula bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam situasi yang
memunculkan konflik moral dan bagaimana menentukan nilai-nilai
etika yang berlaku dalam masyarakat.

B. Aliran Filsafat Nilai Etika


Ada beberapa aliran dalam filsafat nilai estetika, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Estetika klasik: Aliran ini menekankan keindahan dan harmoni
dalam seni dan menganggap bahwa keindahan adalah nilai yang
murni dan universal.
2. Estetika romantik: Aliran ini menekankan ekspresi individu dan
pengalaman subjektif dalam seni. Estetika romantik juga
cenderung menolak aturan dan norma-norma yang ditetapkan
dalam seni, dan lebih menghargai kreativitas dan kebebasan
ekspresi.
3. Estetika modern: Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap
estetika klasik dan romantik, dan lebih menekankan eksperimen
dan inovasi dalam seni. Estetika modern juga cenderung
39
mempertanyakan definisi keindahan yang murni dan universal,
dan lebih mengakui bahwa keindahan bisa ditemukan dalam
keberagaman dan keragaman.
4. Estetika postmodern: Aliran ini menolak pandangan bahwa
keindahan adalah nilai yang murni dan universal, dan lebih
mengakui bahwa konsep keindahan terbentuk oleh faktor-faktor
budaya, sosial, dan politik. Estetika postmodern juga cenderung
mempertanyakan batasan antara seni dan non-seni, serta
menekankan nilai-nilai seperti kebebasan dan diversitas.
5. Estetika feminis: Aliran ini menekankan pentingnya pandangan
dan pengalaman perempuan dalam seni, serta menentang
diskriminasi gender dalam penilaian seni. Estetika feminis juga
cenderung mengeksplorasi tema-tema seperti tubuh, seksualitas,
dan identitas gender dalam seni.
6. Estetika lingkungan: Aliran ini menekankan pentingnya kaitan
antara keindahan dan lingkungan, serta menekankan pentingnya
menjaga dan melindungi lingkungan. Estetika lingkungan juga
cenderung mengeksplorasi bagaimana seni dapat menjadi alat
untuk membangkitkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan dan
keberlanjutan.
Demikianlah beberapa aliran dalam filsafat nilai estetika. Setiap
aliran memiliki pandangan yang berbeda tentang seni dan
keindahan, serta memberikan kontribusi yang berbeda pula dalam
pengembangan filsafat nilai estetika.

40
C. Fungsi Filsafat Nilai Etika
Fungsi filsafat nilai etika adalah sebagai berikut:
1. Memberikan justifikasi rasional bagi nilai-nilai moral: Filsafat
nilai etika mencoba memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip etika
yang mendasari tindakan manusia. Dengan memberikan
justifikasi rasional bagi nilai-nilai moral, filsafat nilai etika dapat
membantu manusia untuk memahami dan mengambil keputusan
moral yang lebih tepat dan berdasarkan pertimbangan yang
matang.
2. Menjadi landasan bagi pengambilan keputusan moral: Filsafat
nilai etika dapat membantu manusia dalam pengambilan
keputusan moral, karena mengajarkan prinsip-prinsip moral dan
memberikan dasar untuk mengevaluasi keputusan moral yang
diambil. Dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip etika yang
dianut, manusia dapat memperoleh pengertian yang lebih baik
tentang konsekuensi tindakan mereka dan dampaknya pada
lingkungan sekitarnya.
3. Mengembangkan kritisisme dan pemikiran filosofis: Filsafat
nilai etika mengajarkan keterampilan kritisisme dan pemikiran
filosofis yang dapat membantu manusia dalam
mempertimbangkan berbagai pandangan dan
mempertimbangkan implikasi moral dari tindakan mereka.
Dengan belajar tentang filsafat nilai etika, manusia dapat belajar

41
mengembangkan pemikiran yang lebih analitis, logis, dan
sistematis.
4. Meningkatkan kesadaran moral dan bertanggung jawab: Filsafat
nilai etika dapat membantu manusia dalam meningkatkan
kesadaran moral dan tanggung jawab mereka. Dengan
mempertimbangkan nilai-nilai moral yang berlaku, manusia
dapat memahami lebih baik bagaimana tindakan mereka
mempengaruhi lingkungan sekitar dan masyarakat di mana
mereka hidup.
5. Menyediakan dasar untuk memahami kerangka nilai dalam
masyarakat: Filsafat nilai etika juga membantu manusia untuk
memahami kerangka nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Dengan memahami prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang
diakui oleh masyarakat, manusia dapat lebih mudah beradaptasi
dan memenuhi harapan moral yang dianut dalam masyarakat.
Secara keseluruhan, fungsi filsafat nilai etika adalah
memberikan justifikasi rasional bagi nilai-nilai moral, menjadi
landasan bagi pengambilan keputusan moral, mengembangkan
kritisisme dan pemikiran filosofis, meningkatkan kesadaran moral
dan bertanggung jawab, serta menyediakan dasar untuk memahami
kerangka nilai dalam masyarakat.

42
D. Kesimpulan
Filsafat nilai etika mencakup beberapa teori etika, seperti etika
deontologis, etika utilitarianisme, etika kebajikan, dan etika
pragmatisme. Setiap teori etika tersebut memiliki pendekatan yang
berbeda dalam memahami nilai dan prinsip moral serta cara untuk
mengambil keputusan. Dalam kehidupan sehari-hari, penting untuk
mempertimbangkan nilai dan prinsip moral ketika mengambil
keputusan dan bertindak. Dalam konteks pendidikan, filsafat nilai
etika dapat membantu para pendidik untuk mengembangkan siswa
yang bertanggung jawab, beretika, dan berkontribusi pada
masyarakat dan dunia yang lebih baik.

43
Bab 5
FILSAFAT ESTETIKA
A. Pengertian Filsafat Etika
Istilah estetika secara etimologis berasal dari bahasa
Latin aestheticus dan dalam bahasa Yunani yang berarti rasa atau
hal- hal yang bisa diserap oleh panca indera. Estetika juga dianggap
sebagai cabang ilmu filsafat yang membahas tentang keindahan
yang didalamnya ada seni dan alam semesta. Dari etimologis kata
tersebut, estetika adalah suatu hal yang mempelajari keindahan dari
suatu bentuk objek atau daya impuls dan pengalaman estetik dari
penciptaan dan pengamatannya.
Kita mungkin lebih akram estetika sebagai sebuah keindahan,
yakni memiliki banyak makna dan arti bagi setiap persepsi orang,
termasuk menentukan ukuran dan standar estetika itu sendiri. Itulah
sebabnya setiap orang biasanya memiliki pengalaman estetikanya
masing-masing pada suatu bentuk objek tertentu.
Hal tersebut terjadi karena setiap orang memiliki penilaian dan
kriteria keindahannya masing- masing, namun estetika tetap
memiliki dasar teorinya. Dalam perkembangannya kita mungkin
lebih popular dengan teori estetika barat. Negara Korea Selatan,
Jepang, Hongkong, dan Negara- Negara kebangkitan baru adalah
bentuk contoh Negara yang telah luruh dalam estetika barat.

44
Hal tersebut menandakan adanya peleburan diri dalam
materialisme Barat dan menjasmani seluruh kearifan estetika barat
dalam wujud artefak maupun nilai estetika Barat secara substansial
dan eksistensial. Padahal di luar wacana tersebut, estetika justru
masuk dalam kategori sesuatu yang primitif dan terpinggirkan.

B. Aspek Estetika
Estetika adalah salah satu tolak ukur untuk kemudian menilai
apakah sebuah seni tertentu bisa dikatakan bagus atau tidak. Dalam
kajian estetika sendiri ada tiga aspek yang bisa digunakan untuk
menjadi acuan penilaian karya seni. Yakni Absolutisme, Anarki,
dan Relativisme seperti berikut ini:
1. Absolutisme adalah bentuk penilaian sebuah karya seni yang
sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar atau diganggu gugat.
Bentuk penilaian ini didasari pada hal konvensi atau bentuk
aturan yang telah ditentukan.
2. Anarki adalah bentuk penilaian yang berdasarkan pada
pendapat setiap orang yang sifatnya subjektif dan tidak perlu
lagi adanya bentuk pertanggungjawaban. Penilaian ini tetap
didasari pada aturan seni yang berlaku namun disesuaikan
dengan pengalaman dan prespekti seseorang atas
pandangannya tentang seni.
3. Relativisme adalah bentuk penilaian seseorang yang sifatnya
tidak mutlak atau tidak absolut dan masih bersifat objektif.
Artinya masih mempertimbangkan banyak hal dengan aturan-
aturan yang berlaku.

45
C. Manfaat Estetika

Sebagai salah satu bagian dari kajian ilmu pengetahuan, estetika


menjadi hal yang penting untuk dipelajari. Baik bagi para
akademisi, praktisi, kritikus, seniman, atau mereka yang terlibat
dalam dunia seni. Manfaat mempelajari teori estetika adalah sebagai
berikut;
1. Mendalami pemaknaan tentang rasa indah terutama dalam
sebuah kesenian
2. Memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pemaknaan
terkait unsur yang objektif untuk membangkitkan rasa indah
pada manusia dan faktor objektif yang mempengaruhinya
3. Dapat memperluas pengetahuan dan penyempurnaan dalam
pemaknaan unsur subjektif yang berpengaruh pada
kemampuan menikmati rasa keindahan
4. Memperkuat rasa cinta pada kesenian dan kebudayaan
dengan mempertajam kemampuan apresiasi atau menghargai
suatu objek kesenian
5. Dapat memupuk kehalusan rasa
6. Dapat memperdalam pemaknaan pada ketertarikan wujud
kesenian dengan tata kehidupan yang lebih luas, budaya, dan
aspek ekonomi yang bersangkutan

46
7. Menguatkan kemampuan menilai karya seni secara tidak
langsung dalam mengapresiasi
8. Meningkatkan kewaspadaan pada pengaruh- pengaruh
negatif perusak mutu atau kualitas kesenian, bahkan yang
berbahaya untuk kelestarian aspek- aspek dan nilai- nilai
tertentu dalam sebuah kebudayaan
9. Memperkokoh masyarakat dalam meyakini kesusilaan,
moralitas, kemanusiaan, dan ketuhanan dalam diri masing-
masing
10. Dapat melatih kedisiplinan dalam cara berpikir sehingga
mampu mengatur pemikiran secara sistematis. Hal ini dapat
membangkitkan potensi diri untuk berfalsafah dan
memberikan kemudahan untuk menghadapi segala
permasalahan dan memberi wawasan luas, baik secara
spiritual atau psikologis
Perlu Grameds ketahui bahwa konsep teori tentang keindahan di
Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan saat manusia
masih sangat primitif. Berjalannya waktu konsep estetika pun terus
berkembang dari hal yang sederhana menjadi lebih kompleks dan
bermakna

D. Kesimpulan
Kata estetika sendiri ini berasal dari bahasa latin “aestheticus”
atau bahasa Yunani “aestheticos” yang artinya ialah merasa.
Estetika juga bisa diartikan sebagai susunan bagian dari suatu benda
yang mengandung pola, di mana pola tersebut dapat menyatukan
47
bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung suatu
keselarasan hingga menimbulkan nilai-nilai keindahan. Istilah
Estetika dapat digunakan pertama kali oleh Baumgarten (1762),
seorang filsuf jerman, untuk membicarakan keindahan seni
(artistika). Istilah ini lalu menjadi berkembang.

Immanuel Kant juga menempatkan estetika (keindahan) diluar


lingkup logika maupun etika. Estetika juga berdiri sendiri sebagai
fenomena baru yang mengupas masalah keindahan. Banyak orang
berusaha utnuk memberikan definisi estetika (keindahan)
berdasarkan persepsi dan pengalaman tiap orang dalam penikmatan
dan penghayatannya terhadap keindahan.
Estetika adalah segala sesuatu bidang ilmu yang dapat
mempelajari dan membahas mengenai keindahan, bagaimana suatu
keindahan dapat terbentuk, serta bagaimana keindahan tersebut bisa
disadari dan dirasakan oleh manusia.

48
Bab 6
MANUSIA DAN PENDIDIKAN
A. Pengertian Manusia Dan Pendidikan
Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan untuk
berpikir, merasakan, dan bertindak secara rasional. Sebagai
makhluk sosial, manusia juga memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Pendidikan adalah proses pembelajaran yang dimaksudkan untuk
mengembangkan potensi manusia agar dapat mencapai kemampuan
maksimal dan membangun keterampilan yang dibutuhkan untuk
sukses dalam kehidupan.
Dalam konteks pendidikan, manusia dipandang sebagai subjek
pembelajaran yang aktif dan memiliki keunikan serta keberagaman.
Oleh karena itu, pendidikan harus memberikan kesempatan yang
sama bagi setiap individu untuk mengembangkan potensi dan
keterampilannya. Pendidikan juga bertujuan untuk membentuk
manusia yang mandiri, kritis, kreatif, dan memiliki nilai-nilai moral
yang baik, sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

49
B. Definisi Manusia (Secara Biologis, Rohani, Dan
Kebudayaan)
Secara biologis, manusia adalah spesies makhluk hidup dari
keluarga Hominidae yang memiliki ciri-ciri fisik seperti tubuh yang
bipedal (berjalan dengan dua kaki), otak yang besar dan kompleks,
serta kemampuan menggunakan alat dan bahasa.
Secara rohani, manusia adalah makhluk yang memiliki
kemampuan untuk berpikir, merasakan, dan bertindak sesuai
dengan nilai-nilai moral dan spiritual yang diakui dalam budaya dan
agama tertentu. Manusia juga dianggap memiliki kemampuan untuk
mencari makna dan tujuan hidupnya, serta memiliki kebebasan
untuk memilih jalan hidup yang diinginkannya.
Secara kebudayaan, manusia adalah makhluk sosial yang hidup
dalam suatu sistem budaya yang terdiri dari nilai-nilai, norma, dan
kepercayaan yang diterima dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Manusia juga memiliki kemampuan untuk menciptakan,
menggunakan, dan memodifikasi alat, bahasa, dan simbol untuk
berkomunikasi dan mengembangkan kebudayaannya. Sebagai
makhluk budaya, manusia memiliki keanekaragaman yang besar
dalam cara hidup, kepercayaan, dan bahasa yang berbeda-beda di
seluruh dunia.

C. Pengertian Kepribadian

50
Kepribadian adalah keseluruhan pola perilaku, pemikiran, dan
emosi yang khas dan unik pada setiap individu yang membentuk
identitasnya sebagai individu yang berbeda dengan orang lain.
Kepribadian merupakan hasil dari interaksi kompleks antara faktor
genetik dan lingkungan, serta pengalaman hidup individu tersebut.
Kepribadian mencakup berbagai aspek, seperti cara berpikir,
pola perilaku, respons emosional, kecenderungan dan preferensi
dalam berinteraksi dengan lingkungan, serta keyakinan dan nilai-
nilai yang dipegang oleh individu tersebut. Kepribadian juga
berkaitan dengan konsep diri, yaitu cara individu memahami dan
merasakan dirinya sebagai individu yang unik dan berbeda dari
orang lain.
Kepribadian merupakan aspek penting dalam kehidupan
seseorang karena dapat memengaruhi cara individu berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungannya, serta mempengaruhi cara
individu mengambil keputusan dan mengatasi masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, memahami dan
mengembangkan kepribadian yang positif dapat membantu individu
mencapai potensi maksimal dan hidup secara lebih sehat dan
bahagia.

D. Hubungan Pencipta Dan Aspek kepribadian


Manusia
Dalam beberapa pandangan agama dan filosofi, hubungan antara
pencipta (Tuhan atau kekuatan spiritual lainnya) dengan aspek

51
kepribadian manusia sangat erat dan saling terkait. Pencipta
dianggap sebagai sumber utama yang membentuk dan
memengaruhi kepribadian manusia.
Dalam pandangan agama, manusia dianggap sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang diberikan kebebasan berpikir dan bertindak.
Pencipta juga dianggap sebagai sumber nilai-nilai moral yang
membentuk kepribadian manusia, dan individu dianggap
bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian yang
sesuai dengan nilai-nilai moral tersebut.
Dalam pandangan filosofi, hubungan antara pencipta dan
kepribadian manusia dianggap sebagai suatu konsep ontologis,
yaitu bahwa individu tidak hanya terbentuk dari faktor fisik dan
lingkungan, tetapi juga dipengaruhi oleh dimensi spiritual atau
metafisik. Oleh karena itu, individu dianggap memiliki aspek
spiritual yang berperan dalam membentuk dan memengaruhi
kepribadian mereka.
Dalam kedua pandangan tersebut, kepribadian manusia dianggap
sebagai suatu entitas yang kompleks dan unik, dan hubungannya
dengan pencipta dianggap sebagai suatu aspek penting dalam
memahami dan mengembangkan kepribadian yang positif dan
bermakna.

E. Hubungan Pencipta Manusia Dengan Pendidikan


Dalam banyak agama dan filosofi, pendidikan dianggap sebagai
sarana untuk memperkuat hubungan antara manusia dengan
penciptanya. Pendidikan dianggap sebagai suatu proses yang
52
membantu manusia untuk memahami nilai-nilai moral dan spiritual
yang diterima oleh pencipta, serta untuk mengembangkan potensi
manusia dalam mencapai tujuan hidup yang bermakna.
Dalam pandangan agama, pendidikan dianggap sebagai suatu
proses yang membantu manusia untuk memahami kehendak Tuhan
dan untuk mengembangkan kepribadian yang sesuai dengan nilai-
nilai moral yang diterima oleh Tuhan. Pendidikan juga dianggap
sebagai suatu cara untuk memperdalam pengetahuan agama dan
untuk membantu individu mencapai kesempurnaan spiritual.
Dalam pandangan filosofi, pendidikan dianggap sebagai suatu
proses yang membantu manusia untuk memahami hakikat
keberadaan dan mencapai makna hidup yang lebih bermakna.
Pendidikan dianggap sebagai suatu cara untuk mengembangkan
potensi manusia dan memperluas wawasan manusia tentang dunia
dan dirinya sendiri.
Dalam kedua pandangan tersebut, pendidikan dianggap sebagai
suatu sarana untuk memperkuat hubungan manusia dengan
penciptanya. Pendidikan juga dianggap sebagai suatu cara untuk
membantu manusia mencapai tujuan hidup yang lebih bermakna dan
memperkuat hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya.

F. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa manusia dan pendidikan memiliki
hubungan yang sangat erat. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan atau kekuatan spiritual lainnya memiliki aspek biologis,
rohani, dan kebudayaan yang membentuk kepribadiannya.
53
Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk memperkuat hubungan
antara manusia dengan penciptanya, membantu manusia memahami
nilai-nilai moral dan spiritual yang diterima oleh pencipta, serta
mengembangkan potensi manusia dalam mencapai tujuan hidup
yang bermakna.
Dalam pandangan agama dan filosofi, pendidikan dianggap sebagai
suatu proses yang membantu manusia memperluas wawasan dan
pengetahuan, mengembangkan potensi diri, memahami hakikat
keberadaan, serta mencapai kesempurnaan spiritual. Oleh karena
itu, pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia untuk
membantu individu mencapai potensi maksimal dan hidup secara
lebih sehat dan bahagia.

54
Bab 7
TEORI KEBENARAN
A. Pengertian Teori Kebenaran
Teori kebenaran adalah sebuah konsep atau pendekatan yang
berusaha menjelaskan apa yang membuat suatu pernyataan atau
proposisi menjadi benar atau benar-benar sesuai dengan kenyataan.
Teori kebenaran mencoba untuk mengidentifikasi dasar atau kriteria
yang digunakan untuk menentukan kebenaran sebuah pernyataan
atau proposisi.
Secara umum, ada beberapa teori kebenaran yang berbeda yang
telah diajukan oleh para ahli, termasuk teori korespondensi,
koherensi, pragmatisme, dan kebenaran sosial. Teori korespondensi
mengatakan bahwa suatu pernyataan benar jika dan hanya jika
sesuai dengan kenyataan yang ada di dunia nyata, sementara teori
koherensi berpendapat bahwa suatu pernyataan benar jika konsisten
dengan seperangkat keyakinan atau proposisi lain yang kita pegang.
Teori pragmatisme, di sisi lain, menekankan pentingnya kebenaran
yang berguna dalam praktik, sementara teori kebenaran sosial
berpendapat bahwa kebenaran ditentukan oleh konsensus atau
kesepakatan sosial. Ada juga teori kebenaran lainnya yang dapat
55
dijelaskan lebih lanjut tergantung pada konteks atau bidang ilmu
yang digunakan
Teori kebenaran korespondensi, misalnya, mengatakan bahwa
suatu proposisi atau pernyataan dianggap benar jika sesuai atau
korresponden dengan kenyataan atau realitas yang ada di dunia.
Sementara itu, teori kebenaran koherensi berpendapat bahwa
proposisi atau pernyataan dianggap benar jika konsisten dengan
proposisi atau pernyataan lain dalam suatu sistem yang lengkap dan
konsisten.
Pentingnya teori kebenaran dalam filsafat adalah untuk
memberikan pemahaman tentang bagaimana seseorang dapat
mengetahui kebenaran, serta bagaimana kebenaran dipengaruhi
oleh konteks sosial, budaya, dan linguistik. Teori kebenaran juga
menjadi penting dalam upaya untuk mengevaluasi dan memahami
proposisi atau pernyataan kebenaran dalam berbagai bidang
kehidupan dan disiplin ilmu.

B. Konsep Teori Kebenaran


Konsep teori kebenaran mencoba untuk menjelaskan dan
merumuskan kriteria atau dasar apa yang membuat suatu pernyataan
atau proposisi dapat dikatakan benar atau tidak benar. Beberapa
konsep dalam teori kebenaran yang penting meliputi:
1. Korespondensi: Konsep ini mengatakan bahwa suatu pernyataan
atau proposisi benar jika dan hanya jika sesuai dengan fakta atau
kenyataan yang ada di dunia nyata. Dalam teori ini, kebenaran
dianggap sebagai kesesuaian antara pernyataan dan kenyataan.

56
2. Koherensi: Konsep ini berpendapat bahwa suatu pernyataan atau
proposisi benar jika dan hanya jika konsisten dengan proposisi lain
yang kita pegang. Dalam teori ini, kebenaran dianggap sebagai
konsistensi logis antara proposisi-proposisi yang terkait.
3. Pragmatisme: Konsep ini menekankan pentingnya kebenaran
yang berguna dalam praktik atau kehidupan sehari-hari. Dalam teori
ini, kebenaran ditentukan oleh efektivitas atau kegunaannya dalam
memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.
4. Kebenaran sosial: Konsep ini berpendapat bahwa kebenaran
ditentukan oleh konsensus atau kesepakatan sosial. Dalam teori ini,
kebenaran dianggap sebagai hasil dari proses sosial dan budaya.
5. Kebenaran empiris: Konsep ini berfokus pada data dan fakta yang
dapat diamati dan diukur secara objektif. Dalam teori ini, kebenaran
dianggap sebagai hasil dari pengamatan dan pengujian yang dapat
diulang.
6. Kebenaran semantik: Konsep ini mengacu pada makna atau arti
dari kata-kata dan simbol-simbol yang digunakan dalam pernyataan
atau proposisi. Dalam teori ini, kebenaran dianggap sebagai
kesesuaian antara makna dan referensi yang digunakan.

Dalam filsafat, teori kebenaran menjadi penting karena membahas


pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang kebenaran, seperti
"Apa itu kebenaran?" dan "Bagaimana kita dapat mengetahui
kebenaran?". Konsep teori kebenaran juga membantu kita untuk

57
memahami dan mengevaluasi proposisi atau pernyataan kebenaran
dalam berbagai bidang kehidupan dan disiplin ilmu.

C. Keterkaitan Teori Kebenaran Dengan Kehidupan


Teori kebenaran memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan
sehari-hari. Konsep kebenaran menjadi penting dalam berbagai
aspek kehidupan, seperti politik, hukum, sains, dan agama.
Beberapa keterkaitan antara teori kebenaran dengan kehidupan
adalah sebagai berikut:
Keterkaitan dengan kebijakan publik: Teori kebenaran berperan
penting dalam menentukan kebijakan publik yang tepat. Kebijakan
publik yang didasarkan pada kebenaran akan lebih efektif dan
efisien dibandingkan dengan kebijakan yang didasarkan pada
kebohongan atau kesalahpahaman.
Keterkaitan dengan hukum: Hukum didasarkan pada kebenaran,
sehingga teori kebenaran memainkan peran penting dalam hukum.
Hukum harus berdasarkan kebenaran yang objektif dan dapat
diverifikasi untuk memastikan bahwa keadilan dilakukan.
Keterkaitan dengan sains: Sains didasarkan pada metode ilmiah
yang berusaha untuk menemukan kebenaran secara objektif. Teori
kebenaran korespondensi, misalnya, merupakan teori kebenaran
yang banyak digunakan dalam sains. Ilmuwan mencari bukti-7
bukti yang dapat mengkonfirmasi atau membantah suatu hipotesis,
sehingga dapat memastikan kebenaran dari hipotesis tersebut.
Keterkaitan dengan agama: Kebenaran juga memiliki peran penting
dalam agama. Agama seringkali mengajarkan nilai-nilai moral dan
58
etika yang didasarkan pada kebenaran. Konsep kebenaran juga
digunakan dalam memahami kitab suci dan ajaran agama.
Keterkaitan dengan kehidupan pribadi: Kebenaran juga penting
dalam kehidupan pribadi seseorang. Sebagai contoh, dalam
hubungan interpersonal, kebenaran dapat membantu membangun
kepercayaan dan kejujuran di antara pasangan atau teman.
Kebenaran juga dapat membantu seseorang untuk memahami diri
sendiri dan nilai-nilai hidup yang penting baginya.
Dengan demikian, teori kebenaran memiliki keterkaitan yang erat
dengan berbagai aspek kehidupan. Memahami konsep kebenaran
dapat membantu kita untuk membuat keputusan yang tepat dan
mengembangkan nilai-nilai moral yang positif dalam kehidupan
sehari-hari.

D. Apa Perlu Adanya Teori Kebenaran Bagi


Kehidupan Manusia
Teori kebenaran memiliki peran penting bagi kehidupan manusia
karena kebenaran merupakan suatu konsep fundamental yang
diperlukan untuk membangun nilai-nilai moral yang positif dan
memastikan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut
adalah beberapa alasan mengapa perlu adanya teori kebenaran bagi
kehidupan manusia:
Memastikan keadilan: Kebenaran merupakan landasan utama dalam
memastikan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
hukum, politik, dan sosial. Tanpa adanya kebenaran yang objektif,

59
keadilan sulit dicapai karena keputusan atau tindakan yang
dilakukan tidak didasarkan pada fakta yang benar.
Membangun nilai-nilai moral yang positif: Kebenaran juga berperan
penting dalam membentuk nilai-nilai moral yang positif dalam
masyarakat. Ketika seseorang memahami konsep kebenaran, ia
akan lebih cenderung untuk menghargai nilai-nilai seperti
kejujuran, integritas, dan tanggung jawab.
Mencegah penyebaran informasi yang salah: Dalam era informasi
yang cepat dan mudah diakses, teori kebenaran menjadi semakin
penting untuk mencegah penyebaran informasi yang salah atau
bohong. Memahami konsep kebenaran dapat membantu seseorang
untuk memilah informasi yang benar dan memastikan bahwa
mereka tidak menjadi korban dari penyebaran informasi yang tidak
benar.

E. Manfaat Teori Kebenaran Bagi Manusia


Teori kebenaran memiliki manfaat yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Berikut adalah beberapa manfaat teori
kebenaran bagi manusia:
1. Meningkatkan kepercayaan diri: Dengan memahami teori
kebenaran, seseorang akan lebih yakin dalam mempertahankan
pendapat atau keyakinannya karena didasarkan pada fakta-fakta
yang benar dan objektif. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan
diri dan membuat seseorang lebih percaya diri dalam mengambil
keputusan dan bertindak.

60
2. Memperkuat hubungan sosial: Teori kebenaran juga dapat
memperkuat hubungan sosial antara manusia karena seseorang yang
memahami konsep kebenaran akan lebih mampu memahami
pandangan orang lain dan menghargai perbedaan pendapat. Hal ini
dapat membantu dalam membangun hubungan yang lebih baik dan
harmonis dengan orang lain.
3. Meningkatkan efektivitas komunikasi: Dalam berkomunikasi,
memahami teori kebenaran dapat membantu seseorang untuk
mengkomunikasikan gagasan atau ide dengan lebih efektif dan
efisien. Dengan memastikan bahwa informasi yang disampaikan
adalah benar dan faktual, komunikasi dapat menjadi lebih jelas dan
terpercaya.
4. Memperbaiki sistem keadilan: Teori kebenaran dapat membantu
memperbaiki sistem keadilan dalam masyarakat. Dengan
memahami konsep kebenaran, pengambil keputusan dalam sistem
keadilan dapat lebih objektif dan memastikan bahwa keputusan
yang diambil didasarkan pada fakta-fakta yang benar.
5. Mendorong perkembangan ilmu pengetahuan: Teori kebenaran
juga dapat mendorong perkembangan ilmu pengetahuan karena
ilmu pengetahuan didasarkan pada metode ilmiah yang
memastikan bahwa temuan-temuan ilmiah didasarkan pada fakta-
fakta yang benar dan objektif.
Dengan demikian, teori kebenaran memiliki manfaat yang sangat
penting bagi kehidupan manusia, seperti meningkatkan kepercayaan
diri, memperkuat hubungan sosial, meningkatkan efektivitas

61
komunikasi, memperbaiki sistem keadilan, dan mendorong
perkembangan ilmu pengetahuan.

F. Kesimpulan
Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di
dalam kehidupannyata. Yang mana masing-masing mempunyai
nilai di dalam kehidupan manusia.Teori Kebenaran mempunyai
Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuaidengan fakta dan
empiris kumpulan fakta-fakta Koherensi bersifat rasional
danPositivistik Mengabaikan hal-hal non fisik Pragmatis
fungsional-praktis tidak adakebenaran mutlak Performatif Bila
pemegang otoritas benar, pengikutnya selamatTidak kreatif,
inovatif dan kurang inisiatif Konsensus Didukung teori yang
kuatdan masyarakat ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan
kebenaran.Dari beberapa Teori Tentang Kebenaran dapat
disimpulkan :Teori Korespondensi: "Kebenaran/keadaan benar itu
berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud olehsebuah pendapat
dengan apa yang sungguh merupakan halnya/faktanya"Jadi
berdasarkan teori korespondensi ini, kebenaran/keadaan benar itu
dapatdinilai dengan membandingkan antara preposisi dengan fakta
atau kenyataan yang berhubungan dengan preposisi tersebut. Bila
diantara keduanya terdapatkesesuaian (korespondence), maka
preposisi tersebut dapat dikatakan memenuhistandar
kebenaran/keadaan benar

62
Bab 8
EVALUASI
JAWABLAH PERTANYAAN – PERTANYAAN DI BAWAH INI!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konsep filsafat dan filsafat
Pendidikan?
2. Sebutkan aliran aliran filsafat Pendidikan?
3. Kenapa dunia pendidikan mempelajari hakikat manusia dan
pengembangannya?
4. Jelaskan implikasi dari pandangan bahwa manusia adalah
makhluk sosial dalam Pendidikan ?
5. Mengapa etika dianggap sebagai bagian dari filsafat?
6. Apa hubungan filsafat seni dan estetika?
7. Jelaskan pengertian manusia dan pendidikan?
8. Dalam pengembangan dimensi hakikat manusia ada dua
pengembangan yang diterapkan sebut dan jelaskan!
9. Mengapa adanya teori kebenaran dengan Kebenaran?
10. Jelaskan manfaat teori kebenaran bagi manusia?

63
KUNCI JAWABAN
1. Filsafat adalah disiplin ilmu yang membahas pertanyaan-
pertanyaan fundamental tentang keberadaan, pengetahuan, nilai,
dan realitas. Filsafat mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut melalui diskusi, argumen, dan refleksi filosofis.
Filsafat Pendidikan adalah cabang filsafat yang berfokus pada
pertanyaan-pertanyaan dasar tentang pendidikan, seperti tujuan
pendidikan, proses belajar-mengajar, nilai-nilai pendidikan, serta
hubungan antara pendidikan dan masyarakat. Filsafat Pendidikan
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui
analisis filosofis dan refleksi kritis terhadap konsep-konsep dan
praktik-praktik dalam bidang pendidikan. Tujuan dari filsafat
pendidikan adalah untuk memberikan landasan yang lebih kuat dan
bermakna bagi praktik pendidikan dan pengembangan teori
pendidikan.

2. Aliran-aliran pendidikan yaitu aliran empirisme, aliran nativisme,


aliran naturalisme, aliran konvergensi. Sedangkan aliran filsafat
pendidikan adalah aliran progrevisme, aliran esensialisme, aliran
perenialisme, aliran rekonstruksionisme, aliran esksistensial

64
3.Dunia pendidikan mempelajari hakikat manusia dan
pengembangannya karena manusia adalah subjek utama dalam
pendidikan. Pendidikan tidak hanya membantu manusia
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membantu
mereka mengembangkan kepribadian dan potensi mereka secara
keseluruhan.
Dalam konteks ini, mempelajari hakikat manusia menjadi penting
karena pendidikan harus memahami karakteristik dan kebutuhan
manusia agar dapat memberikan pembelajaran yang efektif dan
bermakna. Pembelajaran harus sesuai dengan tahap perkembangan
dan kemampuan individual siswa, serta mendorong mereka untuk
mengembangkan potensi mereka secara penuh.

4. Pandangan bahwa manusia adalah makhluk sosial memiliki


implikasi yang signifikan dalam pendidikan, karena pendidikan
harus memperhatikan dimensi sosial manusia dalam proses
pembelajaran dan pengembangan kepribadian.

5. Etika dianggap sebagai bagian dari filsafat karena etika adalah


cabang filsafat yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan moral
dan nilai-nilai yang mendasari perilaku manusia. Filsafat sendiri
berusaha untuk memahami hakikat dan prinsip-prinsip dasar yang
mendasari keberadaan manusia dan alam semesta secara umum.
Etika membahas tentang pertanyaan-pertanyaan moral, seperti
apa yang benar dan salah, baik dan buruk, dan bagaimana kita harus
bertindak dalam situasi tertentu. Etika juga membahas tentang nilai-
65
nilai moral, seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan
kebebasan.

Etika menjadi bagian integral dari filsafat karena mempertanyakan


dan mencari pemahaman tentang makna kehidupan, moralitas, dan
tujuan hidup manusia secara luas. Etika juga mempertanyakan
dasar-dasar moral yang mendasari norma-norma sosial dan hukum
yang mengatur perilaku manusia.

6. Filsafat seni dan estetika memiliki hubungan yang erat karena


keduanya berbicara tentang keindahan dan kepentingan dalam karya
seni.
Filsafat seni berbicara tentang pemahaman karya seni, bagaimana
kita bisa memahami karya seni dan apa yang membuatnya penting
dalam kehidupan kita. Filsafat seni juga membahas pertanyaan-
pertanyaan tentang seni itu sendiri, seperti apa itu seni, bagaimana
seni diciptakan, dan apa fungsi seni dalam masyarakat.
Sementara itu, estetika membahas tentang keindahan, baik dalam
karya seni maupun dalam pengalaman manusia secara umum.
Estetika membahas tentang sifat-sifat keindahan, seperti simetri,
proporsi, harmoni, dan rasa kenikmatan yang dapat dirasakan ketika
kita menikmati karya seni atau keindahan alam.
Kedua bidang ini juga membahas tentang bagaimana pengalaman
estetis atau keindahan bisa memberikan pengalaman yang bermakna
dan memperkaya hidup manusia. Filsafat seni dan estetika

66
mempertanyakan bagaimana pengalaman estetis bisa
mempengaruhi kita secara psikologis, sosial, dan kultural.

7. Etika adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang


nilai baik- buruk. Etika disebut juga Filsafat Moral. Etika
membicarakan tentang pertimbangan- pertimbangan tentang
tindakan-tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam hubungan
antar manusia.

8. - Pengembangan yang utuh yaitu kualitas dimensi hakikat


manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang
disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya
- Pengembangan yang tidak utuh yaitu pengembangan yang
terjadi apabila didalam proses pengembangan ada unsur hakikat
manusia yang terabaikan untuk ditangani

9. Mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri.


Teori kebenaran mempertanyakan dan mencoba memberikan
jawaban tentang pertanyaan seperti "apa yang membuat suatu
pernyataan benar?" atau "bagaimana kita dapat mengetahui bahwa
suatu pernyataan itu benar?"
Sementara itu, Kebenaran (dengan huruf besar) dalam konteks
filsafat seringkali merujuk pada ide atau prinsip kebenaran yang
absolut, seperti kebenaran yang ditemukan dalam agama atau
keyakinan filosofis tertentu. Kebenaran ini dianggap sebagai suatu

67
kebenaran yang tak terbantahkan dan merupakan sumber otoritas
yang tinggi.

10. Teori kebenaran memiliki manfaat yang signifikan bagi


manusia, di antaranya:
1. Membantu kita memahami hakikat kebenaran: Teori
kebenaran membantu kita memahami sifat dan
karakteristik dari kebenaran itu sendiri, seperti apakah
kebenaran itu objektif atau subjektif, dan bagaimana
kebenaran dapat diidentifikasi.
2. Memungkinkan kita untuk mengenali informasi yang
benar: Teori kebenaran membantu kita untuk membedakan
informasi yang benar dari informasi yang salah atau tidak
dapat dipercaya. Hal ini sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang tepat.
3. Memperkuat kemampuan kritis dan rasional: Teori
kebenaran memperkuat kemampuan kritis dan rasional kita
dalam mengevaluasi dan menganalisis informasi yang
diterima, sehingga kita dapat membuat penilaian yang
tepat dan logis.
4. Memperluas cakrawala pemikiran: Dengan mempelajari
teori kebenaran, kita dapat memperluas cakrawala
pemikiran dan mempertimbangkan sudut pandang yang
berbeda-beda. Hal ini memungkinkan kita untuk

68
memahami pandangan orang lain dan mengeksplorasi
konsep-konsep yang berbeda.

5. Memberikan dasar untuk moralitas dan etika: Teori


kebenaran dapat memberikan dasar untuk memahami
moralitas dan etika dalam kehidupan kita. Dengan
mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, kita dapat
membuat keputusan moral yang tepat dalam berbagai
situasi.
6. Membantu mencapai tujuan hidup yang lebih bermakna:
Dengan memahami kebenaran dan menerapkannya dalam
kehidupan kita, kita dapat mencapai tujuan hidup yang
lebih bermakna dan memperkuat nilai-nilai yang penting
bagi kita sebagai manusia.
Secara keseluruhan, teori kebenaran dapat memberikan manfaat
penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari dan membantu
kita mencapai tujuan hidup yang lebih bermakna

69
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L. R. (2017). Philosophical foundations of education.
Pearson.

Brighouse, H., & Swift, A. (2014). Arguments for a better world:


Essays in honor of Amartya Sen, Volume I: Ethics,
welfare, and measurement. Oxford University Press.

Dewey, J. (2015). Democracy and education. Courier Dover


Publications.

Freire, P. (2018). Pedagogy of the oppressed. Bloomsbury


Publishing USA.

Mill, J. S. (2015). Utilitarianism. Oxford University Press.

Moore, G. E. (2016). Principia Ethica. Cambridge University Press.

Nussbaum, M. C. (2013). The Fragility of Goodness: Luck and


Ethics in Greek Tragedy and Philosophy. Cambridge
University Press.
Gadamer, H. G. (2004). Truth and method. Continuum.

70
Nietzsche, F. (2019). The birth of tragedy. Penguin.

Scruton, R. (2013). The aesthetics of music. Oxford University


Press.

Sibley, F. (2019). Approach to aesthetics: Collected papers on


philosophical aesthetics. Oxford University Press.

Noddings, N. (2013). Philosophy of education. Westview Press.

Gutek, G. L. (2014). Historical and philosophical foundations of


education: A biographical introduction. Pearson.

Bruner, J. S. (2011). The process of education. Harvard University


Press.

Audi, R. (2012). The Cambridge dictionary of philosophy (3rd ed.).


Cambridge University Press.

Blackburn, S. (2016). Truth: A guide for the perplexed. Bloomsbury


Publishing.

Davidson, D. (2005). Truth, language, and history: Philosophical


essays (2nd ed.). Oxford University Press.

71
PROFIL PENULIS

YULIA HILMALIA PUTRI, Lahir di Barru,


pada tanggal 21 Juni 2003. Merupakan anak
pertama dari empat bersaudara, dari pasangan
bapak Syainal Syahdan dan ibu Fatmawati.
Pendidikan penulis tercatat di SDN 1 Barru,
SMPN 1 Barru, dan SMAN 1 Barru. Penulis juga
tercatat sebagai salah satu Mahasiswa Universitas
Negeri Makassar (UNM), Fakultas Ilmu
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
terdaftar pada tahun 2021.

Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan


berusaha. Penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas
buku ini. Semoga dengan penulisan tugas buku ini mampu
memberikan kontribusi positif bagi dunia Pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-


besarnya atas terselesaikannya buku ini yang berjudul “
FILSAFAT PENDIDIKAN “.

72
73
74

Anda mungkin juga menyukai