Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA

MATERI: MEMAHAMI KONSEP ISLAM TENTANG RELASI


DENGAN ALAM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

MULYADI (231031072)

DEWI CITRA RAMADANI (231031126)

ARFIKA AMALIA SURYADI (231031065)

AJENG NURWAHINTAN PRATIWI (231031108)

Dosen pengampu: Hasdar Bachtiar

SISTEM INFORMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BACHRUDDIN JUSUF HABIBIE
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
berupa makalah yang berjudul "Makalah Agama-Materi : Memahami konsep
Islam tentang relasi dengan alam".

Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Hasdar Bachtiar selaku Dosen mata
kuliah agama yang telah memberi bimbingan mengenai format makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
sempurna. Karenanya, kami meminta kritik dan saran untuk revisi kedepannya
dan sebelumnya mohon maaf apa bila terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Parepare, September 2023


DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 4
1.3 TUJUAN PENULISAN ...................................................................................................................... 4
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 5
2.1 Menjelaskan konsep Islam tentang kedudukan dan fungsi alam semesta ........................................... 5
2.2 Fungsi alam semesta ........................................................................................................................... 5
2.3 Membandingkan kosmologi Islam dan lainnya .................................................................................. 6
2.4 Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam pemanfaatan SDA ............................................................. 7
BAB 3 ......................................................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Konsep Islam adalah Suatu sistem keyakinan dan tata ketentuan yang mengatur segala
perikehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam berbagai hubungan: baik dengan Tuhan,
sesama manusia, dan alam lainnya.

Alam semesta adalah fana. Pengertian dari alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya
terdapat kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang dapat
diungkapkan maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan konsep Islam tentang kedudukan dan fungsi alam semesta.

2. Membandingkan kosmologi Islam dan lainnya.

3. Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam pemanfaatan SDA.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat.Ada
penciptaan, proses dari ketia-daan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya ada pen-
ciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlang-sung pula ribuan, bahkan jutaan
proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tak diketahui. Sebenarnya seluruh
kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan
konsep yang sudah tertera di dalam Al Qur’an. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam
semesta ini mengikuti dan mengekor pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah
diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Menjelaskan konsep Islam tentang kedudukan dan fungsi alam semesta

Apa bila kita merenungi surat Al-Fatihah sebagai Ummul kitab,kita akan menemukan review
yang luar biasa dari semua ayat allah yang tercatat dalam kitab suci Al-Qur'an. Lafadz
Birmillahirrohmanirrohim adalah awal yang menekad bulatkan semua niat manusia yang
beriman kepada allah dalam bertindak,berperilaku,berfikir dan berkarya nyata, sehingga
semua aktivitas dan kasra manusia berinilai ibadah kepada allah dan tidak ada yang sia-sia
secara duniawi maupun ukhrawi.

Allah sebagai pencipta atau sang kholiq, pemilik kasih sayang untuk manusia. Apabila
meresapi ayat yang berbunyi maliki yaumiddin, kita tersadarkan sepenuhnya bahwa semua
alam ini adalah hamba-Nya yang secara mutlak harus tunduk pada hukum-hukum allah. Allah
adalah pemimpin untuk zaman apapun, baik masa lalu, masa kini, maupun masa yang akan
datang. Masa yang belum dirasakan oleh semua makhlukh-Nya karena belum dilahirkan atau
karena belum menemui ajal adalah masa yang ada diatas kehendak allah.

Dalam sudut pandang filsafat pendidikan islam, alam merupakan pedoman manusia. karena
menurut saya kita semua belajar dari alam yang selalu tunduk mulak kepada allah. Demikian
manusia apabila tidak konsisten terhadap hukum allah maka sifatnya akan berubah seperti
binatang,saling menipu,saling membunuh, saling fitnah, timbul korup dimana-mana adalah
contoh dari ketidak konsisitenan manusia kepada hukum yang sudah allah ciptakan. Belajar
dari alam semesta adalah tujuan hidup manusia dan secara filosofis kedudukan alam semesta
bagaikan guru dengan muridnya.

Surah Al-Fatihah sendiri adalah ucapan serta sikap syukur kita yang amat luar biasa karena
sebab allah telah menciptakan alam yang sebegitu indahnya dan sungguh takjub akan ciptaan-
Nya. Dalam perspektif pendidikan islam para pendidik harus berilmu yang cukup dan bisa
mengusai ilmunya dengan baik. Para pendidik harus memberikan contoh dan suri tauladan
kepada peserta didiknya agar ilmu yang disampaikan diterima dengan baik dan bisa
bermanfaat bagi kehidupan anak didiknya dimasadepan.

2.2 Fungsi alam semesta

Fungsi mutlak alam semesta adalah fungsi rububiyah yang dicitrakan allah kepada manusia
sehingga alam ini akan murka mana kala manusia bertindak seenaknya sendiri, serakah dan
tidak bertanggug jawab. Manusia harus pandai dalam hal memanfaatkan akalnya untuk
berfikir tentang pemberdayaan alam bagi manusia.
2.3 Membandingkan kosmologi Islam dan lainnya

Kosmologi Islam adalah studi tentang sejarah alam semesta berskala besar dalam perspektif
Islam. Kosmologi yang juga mencakup pembahasan tentang asal-usul alam semesta
setidaknya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kosmologi fisik, kosmologi filosofis, dan
kosmologi religius. Dalam penggolongan ini, kosmologi Islam masuk ke dalam kelompok
kosmologi religius. Berbeda dengan kosmologi fisik yang bersifat observatif dan empiris
maupun kosmologi filosofis yang bersifat bebas dan spekulatif, kosmologi religius lebih
bersifat dogmatis karena didasarkan pada wahyu atau kitab suci. Dengan kata lain, kosmologi
Islam membahas tentang asal-usul alam semesta serta sejarahnya dalam skala besar
menggunakan wahyu yang diyakini oleh umat Islam, dalam hal ini Kitab Suci Alquran dan
Hadits.

Dalam doktrin teologi Islam, dikisahkan bahwa alam semesta didahului oleh ketiadaan. Allah
merupakan satu-satunya Entitas Yang Eksis, kemudian dengan firman-Nya, kun (jadilah),
alam ini tercipta menurut kehendak-Nya dan menggunakan kekuasaan-Nya. Penciptaan itu
dilakukan oleh Allah tanpa sebab material (creatio ex-nihilo). Konsep penciptaan creatio ex-
nihilo ini juga dianut oleh dua agama samawi lainnya, yaitu Yahudi dan Kristen. Jadi alam
semesta memiliki permulaan. Ruang dan waktu beserta segala materi di dalamnya (zaman wal
makan wal jirim) tidaklah niscaya, tetapi bersifat mungkin. Keadaan ketika Allah masih
sendirian dan belum melakukan penciptaan atau dengan kata lain sebelum hadirnya jagad raya
(ruang dan waktu beserta materi di dalamnya), disebut dengan zaman azali. Zaman azali
berakhir ketika Allah memulai penciptaan untuk menghadirkan makhluk pertama.

Telah terjadi perbedaan pendapat soal apakah makhluk yang pertama kali diciptakan oleh
Allah. Setidaknya terdapat tiga pendapat dalam masalah ini. Pendapat pertama mengatakan
bahwa makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah 'Arsy. Pendapat kedua mengatakan
makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah qalam (pena), dalam hal ini adalah pena Allah.
Setelah menciptakan pena itu, Allah berfirman "Uktub Ya Qalam! (Tulislah wahai pena!)"
Maka pena itu menulis segala yang akan terjadi. Pendapat ketiga mengatakan bahwa makhluk
pertama yang Allah ciptakan adalah air. Pendapat terakhir ini mirip dengan pandangan Thales,
salah satu filsuf pra socratic, yang menyatakan bahwa substansi terdalam dari alam semesta
adalah air. Pendapat lain muncul dari kalangan sufi (mistikus Islam). Ada pendapat dari
kalangan mereka yang mengatakan bahwa makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah Nur
Muhammad.

Dalam perspektif Islam, alam dahulunya potensial untuk ada, kemudian Allah membawanya
menuju aktualitas. Maka, alam ini tidaklah kekal. Ruang dan waktu pun tidak bersifat niscaya.
Suatu waktu semua itu dapat binasa, baik sebagian ataupun keseluruhan. Peristiwa binasanya
alam semesta itulah yang disebut sebagai Yaumul Qiyamah (Hari Kiamat). Pada gilirannya,
kiamat dibagi menjadi dua, yaitu kiamat kecil (kiamat sugra), yaitu hancurnya sebagian alam
semesta, seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung, dan juga
termasuk kematian manusia, dan kiamat besar (kiamat kubra), yaitu lenyapnya segala materi
beserta ruang dan waktu sehingga tersisa Allah saja seperti zaman azali dulu.

Sebagaimana telah dikabarkan oleh sumber-sumber wahyu Islam, bahwa kiamat besar akan
didahului oleh beberapa tanda. Di antara tanda-tandanya yang besar adalah munculnya Dajjal,
munculnya Imam Mahdi, turunnya Isa putra Maryam, keluarnya Yakjuj dan Makjuj, terbitnya
matahari dari barat, dan sebagainya.

Salah satu tokoh kosmologi dari umat Islam adalah Imam Abu Hamid al-Ghazali, atau yang
lebih dikenal sebagai al-Ghazel di dunia barat. Ia merupakan penggagas okasionalisme yang
merupakan kelanjutan dari atomisme. Dalam atomisme, semua materi di alam ini, bahkan
hingga atomnya pun, diadakan oleh kuasa Tuhan. Tuhan bukan sekedar menciptakan keadaan
materi, mengubahnya dari satu keadaan menuju keadaan lain, tetapi Tuhan menciptakan ada
itu sendiri. Dengan kemahakuasaan-Nya, Dia mampu menciptakan materi. Oleh karena
atomnya pun diciptakan oleh Allah, maka setiap benda selalu bergantung pada kekuasaan
Allah dalam setiap keadaan. Segalanya berjalan berdasarkan kehendak Allah dan dapat
berjalan dengan kuasa Allah. Semua peristiwa atau kejadian pun telah diketahui oleh Allah.
Tiada suatu benda maupun peristiwa, baik atau buruk, besar atau kecil, disengaja atau tidak
disengaja, melainkan itu semua adalah ketentuan Tuhan. Tuhan selalu terlibat dalam segala
hal setiap saat. Maka pandangan ini tidak sejalan dengan deisme yang menyatakan bahwa
Tuhan tidak lagi melakukan intervensi setelah ia menciptakan alam.

Konsekuensi dari atomisme adalah okasionalisme. Setiap peristiwa itu sebenarnya saling
putus. Rangkaian kausalitas sebenarnya hanyalah semu. Berbagai sebab selain sebab pertama
dalam rangkaian kausalitas hanyalah sebab sekunder, tetapi sebab primernya tetaplah Allah
selaku sebab pertama. Sebagai contoh, kita memposisikan bersentuhan dengan api sebagai
sebab terbakar, padahal yang menyebabkan api itu bersifat membakar adalah Allah.
Seandainya Allah ingin mengubahnya, dalam arti menjadikan api tidak menyebabkan
terjadinya terbakar, maka hal itu bisa saja terjadi, sebagaimana yang dialami oleh Nabi
Ibrahim.

Dalam kosmologi Islam, alam semesta bukan hanya yang bersifat empirik, tetapi juga
meliputi realitas-realitas non fisik seperti malaikat dan jin. Umat Islam meyakini adanya alam
gaib. Dalam pandangan Islam, ada lima alam yang akan dilalui oleh manusia, yaitu alam ruh,
alam rahim, alam dunia, alam barzakh atau alam kubur, dan alam akhirat. Dalam ilmu tasawuf
pun telah hadir penggolongan berbagai alam, seperti alam malakut dan lainnya.

2.4 Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam pemanfaatan SDA

Sumber daya alam adalah kekayaan yang ada dalam bumi. Sumber daya alam jika dilihat dari
bentuknya, memiliki kecendrungan yang berubah-ubah, tidak pasti, bisa jadi meluas atau
menyempit tergantung pada sejauh mana daya kreatifitas manusia dikembangkan.dari hal
tersebut sumber daya alam dibagi menjadi dua; yaitu sumber daya alam eksploratif dan non-
eksploratif.

Menurut islam, manusia adalah makhluk yang paling mulia diantara makhluk-makhluk Allah
yang lain. Akan tetapi islam juga mengingatkan bahwa manusia hanyalah salah satu di antara
sekian banyak makhluk Allah SWT, yang berada diluar kemampuan manusia untuk
menghitungnya. Manusia dibekali akal pikiran hingga kedudukannya paling mulia diantara
makhluk-makhluk Allah yang lainnya, hingga kita bisa mengetahui kisah-kisah penciptaan
yang ada dalam Al-Qur’an, kita mendapatkan informasi tentang tahapan dan evolusi
penciptaan ini. Dari informasi tersebut, kita bisa memahami bahwa alam ini mempunyai
wujud obyektif yang terlepas dari subyektifitas kesadaran manusia.

Segala sumber daya alam ditundukkan oleh Allah dan pemanfaatannya diserahkan kepada
manusia. Sebagaimana terungkap dalam Firman Allah yang artinya “ Dan (Dialah) yang
menundukkan untuk kalian apa yang ada dilangit dan yang ada di bumi.” (QS. Al-Jatsiyat:13).

Namun dalam pemanfaatan sumber daya alam manusia tidak boleh serta merta
memanfaatkan sesuai dengan keinginannya seperti menjual karunia air, hal seperti itu
dilarang oleh Rasulullah SAW, sebagaimana sabda beliau :“dari jabir bin abdullah ia berkata,
Rasulullah SAW melarang menjual karunia air.” (HR. Muslim). Dan hadis tersebut diperjelas
oleh hadis yang lain “Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ karunia air
tidak boleh dijual karena menjual air berdampak pada dijualnya rumput”.(HR. Muslim:2929)

Menurut Umer Chapra, pengertian amanat tidak berarti peniadaan kepemilikan privat
terhadap kekayaan alam, tetapi memberikan sejumlah implikasi penting yang menciptakan
perbedaan revolusioner dalam konsep kepemilikan sumber daya alam dalam islam dan sistem
ekonomi lainnya. Beberapa implikasi tersebut adalah:

Sumber daya alam itu digunakan untuk kepentingan bersama, bukan untuk segelintir
orang,Setiap orang harus mencari sumber-sumber daya alam dengan benar dan jujur dengan
cara yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.Tak seorangpun berhak menghancurkan
atau menyia-nyiakan sumber daya alam yang telah diberikan Allah. Perusakan terhadap
anugerah Allah merupakan tindakan fasad yang dikecam Allah.

Menurut Syauqi Ahmad Dunya, ada beberapa prinsip dalam mengelola sumber daya alam,
yaitu :Sumber daya alam adalah nikmat dan karunia tuhan dalam islam, kryakinan akan hal
tersebut tidak lain adalah untuk mengontrol perilaku kerakusan manusia terhadap alam,
karena alam disediakan tidak untuk orang tertentu tapi untuk semua makhluk yang ada
didunia ini. Manusia harus mendistribusikan secara tepat dari hal terkecil. Sikap ini akan
menghasilkan sikap ekonomis, hemat dan efisien.

Sumber daya ditundukkan bagi manusia, prinsip ini memberikan kemustahilan untuk
menundukkan alam. Jika terjadi hal-hal yang membahayakan manusia, itu disebabkan oleh
manusia itu sendiri yang kurang hati-hati dalam menata alam, karna kurang memahami
hukum dan gejala alam.

Kerja keras merupakan realitas amaliyah, sumber daya alam disediakan manusia sebagian
besar adalah barang mentah, juga bukan dalam bentuk jasa yang siap dimanfaatkan. Hal
tersebut merupakan kebijaksanaan Allah, karena jika semuanya sudah tersedia untuk siap
pakai maka manusia akan berebutan untuk mendapatkannya sehingga timbul berbagai konflik.

Perlakuan yang adil terhadap alam, sebagaiman diketahui alam diciptakan Allah bukan untuk
disia-siakan dan diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia secara adil. Terhadap alam
manusia dituntut untuk mengatur kejelasan pengelolaannya.[5]

Alam yang diciptakan oleh Allah SWT yang Maha Bijaksana dalam menciptakan Dia
terbebas dari segala bentuk kesia-siaan. Oleh sebab itu, Dia telah menetapkan dalam segala
sesuatu yang ada didalamnya, kecil ataupun besar, menempatkan hukum-hukum yang juga
merupakan makhluk Allah SWT. Allah SWT menciptakan alam dengan hikmah dan dengan
cara tertentu, Dia menetapkan dan menghendaki dan Dia mengajarkan kita bahwa sunnah-
sunnah dan hukum-hukum tersebut yang mengendalikan alam ciptaan ini. Oleh sebab itu
islam mengajarkan manusia untuk memperlakukan alam sebaik-baiknya sebagaimana
manusia memperlakukan anak-anaknya.

Kerja keras merupakan realitas amaliyah, sumber daya alam disediakan manusia sebagian
besar adalah barang mentah, juga bukan dalam bentuk jasa yang siap dimanfaatkan. Hal
tersebut merupakan kebijaksanaan Allah, karena jika semuanya sudah tersedia untuk siap
pakai maka manusia akan berebutan untuk mendapatkannya sehingga timbul berbagai konflik.

Perlakuan yang adil terhadap alam, sebagaiman diketahui alam diciptakan Allah bukan untuk
disia-siakan dan diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia secara adil. Terhadap alam
manusia dituntut untuk mengatur kejelasan pengelolaannya.

Alam yang diciptakan oleh Allah SWT yang Maha Bijaksana dalam menciptakan Dia
terbebas dari segala bentuk kesia-siaan. Oleh sebab itu, Dia telah menetapkan dalam segala
sesuatu yang ada didalamnya, kecil ataupun besar, menempatkan hukum-hukum yang juga
merupakan makhluk Allah SWT. Allah SWT menciptakan alam dengan hikmah dan dengan
cara tertentu, Dia menetapkan dan menghendaki dan Dia mengajarkan kita bahwa sunnah-
sunnah dan hukum-hukum tersebut yang mengendalikan alam ciptaan ini. Oleh sebab itu
islam mengajarkan manusia untuk memperlakukan alam sebaik-baiknya sebagaimana
manusia memperlakukan anak-anaknya.
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang
diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai
kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta
pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya
dengan makhlukNya yang patut diberi amanat itu, yaitu MANUSIA. Dan oleh karenanya
manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan
fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah
amanat Allah yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama
hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.

Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui
proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah tidak mampu
atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi justru karena ada proses itulah maka
tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi
mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah, yakni flora dan fauna.

Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang
yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya flora dan fauna,
dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai dan tatanan itulah
yang disebut pula “moral dan etika kehidupan alam” yang sering dipengaruhi oleh paradigma
dinamis yang berkembang dalam komunitas masyarakat disamping pengaruh ajaran agama
yang menjadi sumber inspirasi moral dan etika itu.

3.2 Saran

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Banyak kekurangan disana-sini untuk itu mohon kiranya para pembaca sekalian mau
memberikaan masukan kritik dan saran guna perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Fadillah,Istikomah, 2008. Pendekatan Normativitas Dan Historisitas Dalam
Studi Islam Menurut Pemikiran Amin Abdullah. (Kami kutip di PDF Skripsi
Laily Ulfi Pendekatan Historis Dalam Study Islam Pemikiran Amin Abdullah)

Abdullah Amin, 1996 Studi Agama: Normativitas dan Historitas(Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kami kutip di PDF Skripsi Laily Ulfi Pendekatan Historis Dalam Study Islam Pemikiran Amin
Abdullah)

Tohopi Ridwan, 2012. Budaya Islam Lokal Gorontalo. Gorontalo : Sultan Amai Press, cet. I.

Enginer Asgar Ali, 2004, Islam Masa Kini . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 31

Al-Qur'an Surat Al-Jatsiyat:13

Al-Qur’an Surat Al-Azhab ayat 59

Al-Qur'an dan As-sunah

HR. at-Tirmidzi. Dia menyatakan hadist ini adalah hadist hasan-shahih.

HR. Muslim:2929

Anda mungkin juga menyukai