Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH AGAMA ISLAM

“MENGENAL ALLAH”

DISUSUN OLEH :

NAMA : MAHMUDAH (ACD 116 006)


SITI HOLISAH (ACD 116 043)
MARTHA PUTERI .A (ACD 116 050)
LISA KURNIA (ACD 116 064)

DOSEN PENGAMPU : Drs. H. A. AINI BADERI, SH, MH

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang serta segala puji dan syukur kepada-Nya yang telah memberikan

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Tak lupa pula shalawat serta salam kami

ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat,

dan para pengikut beliau hingga akhir zaman. Sehingga kami dapat

menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ” Mengenal Allah” .

Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini

masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam menulis, menyampaikan

kepustakaan yang sekiranya perlu perbaikan dari pembaca. Oleh karena itu kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempunaan makalah ini mendatang baik dari penbaca maupun dosen pengampu.

Demikian kata pengantar dari kami penulis, semoga makalah ini

bermanfaat dan dapat digunakan sebagai mana mestinya, semoga kita semua

mendapatkan faedah dan diterangi hati dalam setiap menuntut ilmu yang

bermanfaat untuk dunia dan akhirat, terima kasih banyak atas perhatian pembaca

sekalian yang budiman.

Palangka Raya, 13 Oktober 2016

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1-4


1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5-22


2.1 Mengenal Allah SWT ................................................................................................... 5
2.2 Makna Mengenal Allah................................................................................................ 8
2.3 Pentingnya Mengenal Allah ......................................................................................... 8
2.4 Bukti Bahwa Allah Itu Ada .......................................................................................... 9
2.5 Manfaat Mengenal Allah .............................................................................................. 11
2.6 Hal-hal yang Menghalangi Mengenal Allah ................................................................ 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 23-24


1) Kesimpulan ..................................................................................................................... 24
2) Saran ............................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pernyataan teori evolusi, suatu metode unik penyangkal keberadaan Allah,

tidak berbeda daripada ini. Menurut teori ini, molekul-molekul anorganik

membentuk asam-asam amino secara kebetulan, asam-asam amino membentuk

protein-protein secara kebetulan, dan akhirnya protein-protein membentuk

makhluk hidup secara lagi-lagi kebetulan. Akan tetapi, kemungkinan

pembentukan makhluk hidup secara kebetulan ini lebih kecil daripada

kemungkinan pembentukan Menara Eiffel dengan cara yang serupa, karena sel

manusia bahkan lebih rumit daripada segala struktur buatan manusia di dunia ini.

Bagaimana mungkin mengira bahwa keseimbangan di dunia ini timbul

secara kebetulan bila keserasian alam yang luar biasa ini pun bisa teramati dengan

mata telanjang? Pernyataan bahwa alam semesta, yang semua unsurnya

menyiratkan keberadaan Penciptanya, muncul dengan kehendaknya sendiri itu

tidak masuk akal. Karena itu, pada keseimbangan yang bisa dilihat di mana-mana

dari tubuh kita sampai ujung-ujung terjauh alam semesta yang luasnya tak

terbayangkan ini pasti ada pemiliknya. Jadi, siapakah Pencipta ini yang

mentakdirkan segala sesuatu secara cermat dan menciptakan semuanya? Ia tidak

mungkin zat material yang hadir di alam semesta ini, karena Ia pasti sudah ada

sebelum adanya alam semesta dan menciptakan alam semesta dari sana.

1
Pencipta Yang Mahakuasa ialah yang mengadakan segala sesuatu,

sekalipun keberadaan-Nya tanpa awal atau pun akhir. Agama mengajari kita

identitas Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan melalui akal kita.

Melalui agama yang diungkapkan kepada kita, kita tahu bahwa Dia itu Allah,

Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi dari

kehampaan.

Meskipun kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk memahami

kenyataan ini, mereka menjalani kehidupan tanpa menyadari hal itu. Bila mereka

memandang lukisan pajangan, mereka takjub siapa pelukisnya. Lalu, mereka

memuji-muji senimannya panjang lebar perihal keindahan karya seninya. Walau

ada kenyataan bahwa mereka menghadapi begitu banyak keaslian yang

menggambarkan hal itu di sekeliling mereka, mereka masih tidak mengakui

keberadaan Allah, satu-satunya pemilik keindahan-keindahan ini. Sesungguhnya,

penelitian yang mendalam pun tidak dibutuhkan untuk memahami keberadaan

Allah. Bahkan seandainya seseorang harus tinggal di suatu ruang sejak

kelahirannya, pernak-pernik bukti di ruang itu saja sudah cukup bagi dia untuk

menyadari keberadaan Allah. Tubuh manusia menyediakan begitu banyak bukti

yang mungkin tidak terdapat di berjilid-jilid ensiklopedi. Bahkan dengan berpikir

beberapa menit saja mengenai itu semua sudah memadai untuk memahami

keberadaan Allah. Tatanan yang ada ini dilindungi dan dipelihara oleh Dia.

2
Tubuh manusia bukan satu-satunya bahan pemikiran. Kehidupan itu ada di

setiap milimeter bidang di bumi ini, entah bisa diamati oleh manusia entah tidak.

Dunia ini mengandung begitu banyak makhluk hidup, dari organisme uniseluler

hingga tanaman, dari serangga hingga binatang laut, dan dari burung hingga

manusia. Jika anda menjumput segenggam tanah dan memandangnya, di sini pun

anda bisa menemukan banyak makhluk hidup dengan karakteristik yang

berlainan. Di kulit anda pun, terdapat banyak makhluk hidup yang namanya tidak

anda kenal. Di isi perut semua makhluk hidup terdapat jutaan bakteri atau

organisme uniseluler yang membantu pencernaan. Populasi hewan di dunia ini

jauh lebih banyak daripada populasi manusia. Jika kita juga mempertimbangkan

dunia flora, kita lihat bahwa tidak ada noktah tunggal di bumi ini yang tidak

mengandung kehidupan. Semua makhluk ini yang tertebar di suatu bidang seluas

lebih daripada jutaan kilometer persegi itu mempunyai sistem tubuh yang

berlainan, kehidupan yang berbeda, dan pengaruh yang berbeda terhadap

keseimbangan lingkungan. Pernyataan bahwa semua ini muncul secara kebetulan

tanpa maksud atau pun tujuan itu gila-gilaan. Tidak ada makhluk hidup yang

muncul melalui kehendak atau upaya mereka sendiri. Tidak ada peristiwa

kebetulan yang bisa menghasilkan sistem-sistem yang serumit itu.

Semua bukti ini mengarahkan kita ke suatu kesimpulan bahwa alam

semesta berjalan dengan "kesadaran" (consciousness) tertentu. Lantas, apa sumber

kesadaran ini? Tentu saja bukan makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya.

Tidak ada satu pun yang menjaga keserasian tatanan ini.

3
Keberadaan dan keagungan Allah mengungkap sendiri melalui bukti-bukti

yang tak terhitung di alam semesta. Sebenarnya, tidak ada satu orang pun di bumi

ini yang tidak akan menerima kenyataan bukti ini dalam hati sanubarinya.

Sekalipun demikian, mereka masih mengingkarinya "secara lalim dan angkuh,

kendati hati sanubari mereka meyakininya" sebagaimana yang dinyatakan dalam

Al-Qur'an. (Surat an-Naml, 14).

1.2 TUJUAN PENULISAN

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mencari tahu

tentang keberadaan dan mengenal Allah, untuk menambah keimanan dan

ketakwaan kita kepada-Nya, dan juga sebagai bahan materi memperluas wawasan

pengetahuan kita dalam studi agama islam baik bagi penulis maupun pembaca.

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara mengenal Allah SWT ?

2. Apa makna dari kita mengenal Allah SWT ?

3. Apa bukti bahwa Allah SWT itu ada ?

4. Apa manfaat mengenal Allah SWT dan hal apa yang menghalangi kita

mengenal ALLAH SWT ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mengenal Allah SWT

Mungkin terlintas dalam benak kita, apakah masih perlu berbicara tentang

Allah? Bukankah kita sudah sering mendengar dan menyebut asma-Nya.

Bukankah kita sudah tahu bahwa Allah adalah Tuhan kita. Tidakkah itu sudah

cukup? Ketahuilah, perasaan merasa cukup inilah yang menghalangi kita untuk

menambah dan memperkaya wawasan kita tentang pemahaman dan pengenalan

terhadap pencipta kita, Allah SWT. Sesungguhnya semakin dalam dan sering kita

memahami untuk mengenal Allah maka kita akan semakin merasa dekat dengan-

Nya. Semakin dekat perasaan kita kepada Allah, semakin tenang jiwa kita.

Sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur’anul Karim dalam Surat Ar Ra’du

(13) : 38.

Ketika kita berbicara tentang Allah, kita tidak hanya membahas Allah

sebagai Rabb (Pencipta) namun kita juga membahas bahwa Allah sebagai Malik

dan Ilah. Secara definitif dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Malik memiliki

makna pemilik, pemelihara dan penguasa. Ilah memiliki makna sebagai Yang

paling dicintai, Yang paling ditakuti dan Yang menjadi sumber pengharapan.

Allah SWT sebagai pencipta lebih mudah dipahami dibandingkan memahami

Allah sebagai Malik dan Ilah. Hal ini disebabkan karena memahami Allah sebagai

Malik memiliki berbagai konsekuensi diantaranya konsekuensi pengabdian

melaksanakan perintah-Nya, konsekuensi menjadikan Allah sebagai

5
satu-satunya yang paling dicintai, konsekuensi menjadikan Allah sebagai satu-

satunya penguasa diri, dan sebagainya. Konsekuensi inilah yang biasanya menjadi

kendala bagi kita untuk memahami Allah secara menyeluruh.

Dalam memahami dan mengenal Allah, kita sebaiknya berkeyakinan

bahwa Allah sumber ilmu dan pengetahuan. Ilmu-ilmu tersebut berfungsi sebagai

pedoman hidup. Dan sebagai sarana hidup, dengan keyakinan itu maka kita akan

lebih mudah untuk memahami Allah dan juga memiliki kepribadian yang merdeka

dan bebas, karena kita hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya penguasa diri

kita, seluruh makhluk bagi kita memiliki posisi yang sama. Sama-sama hamba

Allah jadi kita tidak akan takut kepada selain Allah.

Dalam kitab dikatakan, awaluddin makrifatullah (awal-awal agama ialah

mengenal Allah). Apabila seseorang itu tidak mengenal Allah, segala amal

baktinya tidak akan sampai Kepada Allah SWT. Sedangkan, segala perintah suruh

yang kita buat, baik yang berbentuk fardhu maupun sunat, dan segala perintah

larang yang kita jauhi, baik yang berbentuk haram maupun makruh, merupakan

persembahan yang hendak kita berikan kepada Allah SWT.

Kalau kita tidak kenal Allah SWT, maka segala persembahan itu tidak akan

sampai kepada-Nya. Ini berarti, sia-sialah segala amalan yang kita perbuat.

Bila seseorang itu sudah kenal Allah, barulah apabila dia berpuasa,

puasanya sampai kepada Allah. Apabila dia sholat, sholatnya sampai kepada

Allah. Apabila dia berzakat, zakatnya sampai kepada Allah. Apabila dia

menunaikan haji, hajinya sampai kepada Allah SWT.

6
Apabila dia berjuang, berjihad, bersedekah dan berkorban, serta membuat

segala amal bakti, semuanya akan sampai kepada Allah SWT. Karena itulah,

makrifatullah (Mengenal Allah) ini amat penting bagi kita. Jika kita tidak kenal

Allah, kita bimbang segala amal ibadah kita tidak akan sampai kepada-Nya, ia

menjadi sia-sia belaka. Boleh jadi kita malah hanya akan tertipu oleh syaitan saja.

Kita mengira amalan yang kita perbuat sudah kita persembahkan pada Allah,

padahal itu adalah jebakan syaitan. Ini karena kita tidak mengenal Allah, sehingga

kita tidak mampu membedakan ilah (tuhan) yang kita ikuti, apakah itu Allah,

atau syaitan yang menipu daya. Sebab itulah mengenal Allah itu hukumnya

fardhu 'ain bagi tiap-tiap mukmin. Mengenal Allah dapat kita lakukan dengan

cara memahami sifat-sifat-Nya. Kita tidak dapat mengenal Allah melalui zat-Nya,

karena membayangkan zat Allah itu adalah suatu perkara yang sudah di luar batas

kesanggupan akal kita sebagai makhluk Allah. Kita hanya dapat mengenal Allah

melalui sifat-sifat-Nya.

Untuk memahami sifat-sifat Allah itu, kita memerlukan dalil aqli dan dalil

naqli. Dalil aqli adalah dalil yang bersumber dari akal (aqli dalam bahasa Arab

=akal). Dalil naqli adalah dalil yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Melalui dalil aqli dan dalil naqli ini sajalah kita dapat mengenal Allah. Tanpa

dalil-dalil itu, kita tidak dapat mengetahui sifat-sifat Allah, dan kalau kita tidak

mengetahui sifat-sifat Allah, berarti kita pun tidak mengenal Allah.

7
2.2 Makna Mengenal Allah

Ma’rifatullah adalah bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu Ma’rifah

dan Allah. Ma’rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah yang

diajarkan kepada manusia adalah mengenal melalui hasil penciptaannya bukan

melalui zat Allah. Karena akal kita memiliki keterbatasan untuk memahami

seluruh ilmu yang ada di dunia ini, apalagi zat Allah.

2.3 Pentingnya Mengenal Allah

a. Ma’rifatullah merupakan ilmu tertinggi yang harus dipahami manusia. Hakikat

ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah

adalah ilmu tertinggi sebab jika dipahami memberikan keyakinan yang dalam.

Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan

kebodohan kepada cahaya yang terang yaitu keimanan. (QS. Luqman (31) : 18).

b. Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya.(QS. Adz

Dzariyat (51)

c. Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena berhubungn dengan

manfaat yang diperolehnya yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, dengan

kedua hal tersebut akan memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan yang hakiki.

8
2.4 Bukti Bahwa Allah Itu Ada

Bagaimana kita membuktikan bahwa allah itu ada yaitu berdasarkan Dalil

Naqlinya yang terdapat dalam Al-qur’an ada 2 metode :

1. Metode iqtirof
Merupakan kita sebagai manusia membuktikan dengan melihat ciptaan

Allah SWT. Contohnya adanya laut, adanya manusia, pohon, gunung dan lain

sebagainya.

2. Metode Inayah
Kita sebagai manusia memperhatikan keindahan ciptaan Allah SWT

tersebut, contohnya adanya laut dan setelah kita amati dalam jangka waktu yang

lama, kenapa air laut bisa asin. Hal itu tidak munkin air laut asin sendiri, semata-

mata hanya ada kekuatan Allah lah maka hal itu bisa terjadi.

Dengan berdasarkan dalil ahlinya yang didapat dari pemikiran manusia

mengenai hal-hal mengetahui bahwa Allah itu ada.

1. Kita bisa melihat dengan adanya wahyu Allah dalam Al Qur’an surat Al-

Ikhlas (bahwa Allah itu satu)

2. Bahwa Allah itu mengutus para nabi dan rasul kedunia untuk menyampaikan

kepada umat manusia agar mengerjakan perintah Allah

3. Bahwa Allah menurunkan mukzizat kepada Nabi sebagai bukti kenabiannya.

4. Khauf (rasa takut) perasaan takut juga bisa membuktikan bahwa Allah itu

benar-benar ada.

9
Rasa takut adalah kondisi jiwa yang tersiksa karena disebabkan takut

kepada Allah. Contoh: Bila kita dalam suatu penerbangan pesawat, seorang

pramugari mengumumkan bahwa akan mengalami cuaca buruk, maka semua

penumpang tentulah ketakutan dan akan menyebut nama nama Allah serta

meminta pertolongan. Hal itu membuktikan dengan adanya Allah. Jika anda

melakukan ibadah harus didasari rasa takut kepada Allah bukan kepada atasan

atau bos di kantor dimana ibadah dilakukan karena bos di kantor rajin shalat jadi

shalatnya supaya dilihat oleh bos bukan karena takut kepada Allah, Allah

berfirman, “Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika

kamu benar-benar orang yang beriman” (QS.Ali Imron: 17 5), “Karena itu

janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku” (QS.Al-

Maidah: 44), “Hanya kepada-Ku lah kamu harus takut (tunduk)”. (QS. Al-

Baqarah: 40).

Beberapa cara untuk menumbuhkan rasa takut :

1. Rasa takut bisa timbul jika anda mengetahui betapa kerasnya hukuman

Allah kepada orang-orang yang bermaksiat.

2. Rasa takut bisa timbul dengan mengingat masa lalu dimana, saat waktu-

waktu anda yang berharga anda gunakan untuk bermaksiat dan

membandingkannya dengan masa saat anda dekat kepada-Nya.

3. Rasa takut bisa timbul jika kita mengenali sifat-sifat Allah.

10
4. Menumbuhkan ketakutan dengan kondisi taubatnya apakah diterima atau

tidak? dan takut kalau-kalau akan diakhirkan dengan kondisi su’ul

khatimah.

2.5 Manfaat Mengenal Allah

Allah SWT. adalah al-Khaliq yaitu pencipta semesta alam ini. Dengan

mengenal Allah, banyak sekali manfaat yang didapatkan beberapa diantaranya

adalah:

1. Istiqomah

Mengenal Allah dapat mendorong seorang muslim hidup istiqomah dalam

keimanan dan ketakwaan, termasuk istiqomah dalam mengarungi medan

perjuangan di JalanNya. Ini bisa diwujudkan karena ia mengetahui betul bahwa

Allah SWT senantiasa mengawasinya dan bahkan selalu bersama dia dalam

berbagai situasi. Allah mengetahui yang tampak maupun yang tidak tampak pada

diri kita, yang besar maupun yang kecil dan detail. Allah mengetahui gerak fisik

kita, sebagaimana dia mengetahui gerak hati kita. Dengan kesadaran itu, seorang

muslim merasa selalu dalam kebersamaan dan pengawasan Allah SWT. Sehingga

tumbuhlah sikap istiqomah dan konsisten untuk selalu berada di jalanNya.

2. Stabil dan Optimis

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka bersama

kesulitan pasti ada kemudahan" (QS. Al Insyirah : 5-6). Dewasa ini banyak

benturan dan cobaan menimpa umat manusia dalam kehidupan ini.

11
Namun dengan kesadaran penuh bahwa Allah lah yang berada dalam setiap

peristiwa, maka berbagai peristiwa itu dihadapi dengan tenang dan kepala dingin.

Ia yakin sepenuhnya bahwa Allah tidak sekli-kali bakal menzalimi hambaNya,

tidak mungkin menjerumuskan dalam kebinasaan. Dengan keyakinan yang

demikian, kepasrahan dan ketenangan akan muncul, selain ia pun optimis bahwa

semua persoalan betapa pun sulitnya, pasti pada saatnya akan terselesaikan dan

berlalu.

3. Berani

Keberanian adalah indikator keimanan. Seseorang yang beriman kepada

Allah lah dan kepada hari akhir akan merasakan bahwa hidup ini bukanlah segala-

galanya. Hidup hanyalah bersifat sementara dan semua orang akan

mengakhirinya, cepat atau lambat, kita akan menghadap kepada Allah SWT.

Bahkan ajal seseorang telah ditetapkan begitu seseorang dilahirkan, sehingga jika

ajal itu datang tidak seorangpun bisa menolak dan menundanya. Jika prinsip ini

ada dalam diri kita, tidak ada kata pengecut dalam jiwanya. Itulah keberanian

yang benar, karena keberanian sesungguhnya tidak mempercepat ajal, sebagaiman

kepengecutan tidak sekali-kali mempengaruhi ajal.

4. Hidup dengan Keberkahan

Rasulullah bersabda: "Setiap perbuatan yang bermanfaat jika tidak dimulai

dengan bismillah maka perbuatan itu terputus dari berkah". Nilai suatu benda

sesungguhnya tidak hanya dapat diukur berdasarkan nilai dari materi tersebut.

12
Disana ada sebuah nilai yang bersifat non-materi yang juga memiliki nilai yang

berdiri sendiri. Nilai inilah yang kita sebut sebagai berkah. Sebagaimana sabda

Rasulullah diatas, karena keimanan dan pengetahuan yang mendalam akan

hakekat Allah SWT akan menyadarkan setiap mukmin bahwa semua yang

dilakukan dan dinikmati di dunia ini sesungguhnya tidak lepas dari kehendak

Allah. Dengan begitu secara otomatis menyebut nama Allah setiap akan

melakukan pekerjaan positif.

5. Ikhlas dan Beramal

Seseorang yang mengenal secara benar bahwa Allah adalah zat yang memberi

pahala siapa saja yang berbuat amal shaleh dan membalas dengan siksanya siapa

saja yang melakukan maksiat. Prinsip ini membuat seseorang ketika membantu

sesama manusia tidak mengharapkan balasan dari orang yang dibantu itu,

melainkan hanya Allah SWT. Karenanya, manusia mukmin dalam beraktifitas

ditengah masyarakat selalu memiliki prinsip: beramal benar dan tidak

mengharapkan apapun dari umat manusia, namun hanya kepada Allah SWT.

Ikhlas sangat sulit sekali diukur dengan apapun karena sesungguhnya ikhlas

sangat berhubungan dengan niat seseorang dalam hati. Seperti yang diriwayatkan

oleh Abu Hafsh dalam Hadis Arba'in: "Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan

seseorang itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan

mendapatkan apa yang diniatkan " (HR. Bukhari dan Muslim).

13
6. Tidak Mudah Putus Asa

Kekecewaan, kebimbangan, emosi, marah adalah sebagian dari perasaan-

perasaan manusia yang sehari-hari boleh jadi hadir ketika menyikapi sebagai

kejadian yang tidak menyenangkan. Sebagian manusia yang dianugerahi perasaan

oleh Allah, tentu lahirnya perasaan tersebut sebagai fitrah. Namun, dengan

kesadaran yang kuat bahwa berbagai kejadian itu adalah bagian dari skenario

Allah kepada kita, kita tidak perlu memperturutkan secara serta merta. Kita harus

meyakini bahwa diatas sana ada Allah yang senantiasa membersamai hambanya

yang beriman.

2.6 Hal-Hal yang Menghalangi Mengenal Allah

Secara garis besar terdapat dua hal yang menghalangi manusia dalam

mengenal Allah. Pertama, maradhus (berkaitan dengan hati berupa nafsu dan

kesenangan). Kedua, maradhu-syubhat(berbagai hal yang menimbulkan keraguan,

lebih banyak berkaitan dengan masalah akal dan logika).

Maradhus Syahwat (penyakit syahwat) sekurang-kurangnya ada lima, yaitu:

1. Kefasikan (‫)الفسق‬

Fasik adalah orang yang senantiasa melanggar perintah dan larangan

Allah, bergelimang dengan kemaksiatan serta senantiasa berbuat kerusakan di

bumi. Mereka hanya memikirkan kehidupan dunia saja, tidak memikirkan

kehidupan di akhirat nanti.

14
Mereka disibukkan oleh harta-harta dan anak cucu mereka serta segala yang

berhubungan dengan kesenangan duniawi. Mereka lupa kepada Allah, maka Allah

pun melupakannya pula. Yang dimaksud dengan Allah melupakan mereka ialah

Allah tidak menyukai mereka, sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan,

semakin lama mereka semakin sesat, sehingga mereka semakin jauh dari jalan

yang lurus, jalan yang diridai Allah. Karena itu mereka dilupakan Allah pula di

akhirat nanti, tidak menolong dan meringankan beban penderitaan mereka di

akhirat “..dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu

Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka itulah orang-orang

yang fasik. (Q.S. Al-Hasyr: 59). Orang-orang yang fasik adalah orang yang

mengetahui mana yang hak, mana yang batil, mana yang baik, mana yang jahat,

namun ia tidak melaksanakan yang benar dan baik itu, tetapi ia melaksanakan

yang batil dan yang jahat. Sifat seperti ini akan menghalangi seseorang mengenal

Allah SWT.

2. Kesombongan (‫)الكبر‬

Kesombongan merupakan suatu sikap dimana hati seseorang ingkar dan

membantah terhadap ayat-ayat Allah, dan mereka tidak beriman kepada Allah

SWT. Dia berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang

ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada

mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali

tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah.

Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha melihat.” (Q.S. Al-Mu’min: 56).

15
Pada ayat ini Allah SWT menyatakan: “Orang-orang yang mengingkari seruan

Rasul dan membantah ayat-ayat Allah adalah orang-orang yang dalam hatinya

penuh dengan keangkuhan dan takabur, mereka enggan menerima kebenaran

karena pengaruh hawa nafsu mereka. Mereka ingin berkuasa dan dijadikan

pemimpin dalam masyarakat, serta merasa diri mereka orang yang paling

berkuasa. Keinginan mereka inilah yang menyebabkan mereka mengingkari ayat-

ayat Allah. Menurut mereka bahwa keinginan mereka itu tidak akan tercapai jika

mereka mengikuti seruan Rasul, karena dengan mengikuti seruan Rasul berarti

mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka dan kaum mereka yang

menghormati mereka selama ini”.

3. Kedzaliman (‫)الظلم‬

Mengenai sifat dzalim ini, Allah berfirman, “Dan siapakah yang lebih

zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya,

kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan

pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As-Sajdah: 22). Allah SWT

menerangkan bahwa orang yang paling zalim di sisi Allah SWT ialah orang yang

telah sampai kepadanya peringatan Allah, telah sampai pula kepadanya ayat-ayat

Alquran dan petunjuk Rasul, kemudian mereka berpaling dari ajaran dan petunjuk

itu karena angkuh dan penyakit dengki yang ada di dalam hatinya. Sikap dzalim

seperti inilah yang menghalangi mereka dari mengenal Allah Ta’ala.

16
4. Kedustaan (‫)الكذب‬

Kedustaan merupakan sikap bohong (pura-pura) dan pengingkaran

terhadap ayat-ayat Allah SWT. Hal ini seperti yang dilakukan oleh orang-orang

munafik sebagaimana dimuat dalam firman Allah, “Mereka hendak menipu Allah

dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri

sedang mereka tidak sadar, dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah

penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”

(Q.S. Al-Baqarah: 9-10). Mereka memperlihatkan iman, kasih sayang dan

menyembunyikan permusuhan dalam batin. Mereka menyebarkan permusuhan

dan fitnah-fitnah untuk melemahkan barisan kaum Muslimin. Namun usaha kaum

munafik itu selalu gagal dan sia-sia. Hati mereka bertambah susah, sedih dan

dengki, sehingga pertimbangan-pertimbangan yang benar dan jujur untuk menilai

kebenaran semakin lenyap dari mereka. Akal pikiran mereka bertambah lemah

untuk menanggapi kebenaran agama dan memahaminya.

5. Banyak melakukan perbuatan maksiat (dosa) (‫)المعاصي كثرة‬

Allah Ta’ala berfirman, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa

yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. 83 : 14).

Disebutkan dalam hadist Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu bahwasanya

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫طأ َ إِذَا العَ ْبدَ إِن‬


َ ‫َطيئ َة أَ ْخ‬ ْ ‫س ْودَا ُء نُ ْكت َة قَ ْلبِ ِه فِي نُ ِكت‬
ِ ‫َت خ‬ َ ، ‫ع ه َُو فَإِذَا‬
َ َ‫َاب َوا ْستَ ْغفَ َر نَز‬ ُ ُ‫ قَ ْلبُه‬، ‫َعاد َ َو ِإ ْن‬
َ ‫س ِق َل َوت‬

َ‫ قَ ْلبَهُ تَ ْعلُ َو َحتى فِي َها ِزيد‬، ‫علَى َرانَ بَ ْل كََل ” َللاُ ذَك ََر الذِي الرانُ َوه َُو‬
َ ‫” َي ْك ِسبُونَ كَانُوا َما قُلُوبِ ِه ْم‬

17
”Sesungguhnya seorang hamba jika ia melakukan kesalahan, maka akan tercemari

hatinya dengan satu bercak hitam. Jika ia menghentikan kesalahannya dan

beristighfar (memohon ampun) serta bertaubat, maka hatinya menjadi bersih lagi.

Jika ia melakukan kesalahan lagi, dan menambahnya maka hatinya lama-

kelamaan akan menjadi hitam pekat. Inilah maksud dari ”al-Raan” (penutup hati)

yang disebut Allah dalam firman-Nya: ”Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya

apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” [Qs. Al-Muthoffifin:

14] ” (Hadist Riwayat Tirmidzi (no : 3334) dan Ahmad ( 2/ 297 ). Berkata

Tirmidzi : “Ini adalah hadist Hasan Shahih). “ artinya ghalaba (menguasai) atau

menutupi. Berkata Abu Ubaid: “Setiap apa saja yang menguasai dirimu, maka

disebut dengan ‘rona’” (Tafsir al-Qurthubi : 19/ 170). Berkata al-Baghawi: “Ar-

Rain artinya mengusai, dikatakan: ‘Minuman khomr itu telah membuat ‘ar-Rain’

atas akalnya’, maksudnya telah menutupi (menguasai) akalnya sehingga dia

menjadi mabuk”. Sehingga, ayat tersebut bisa diartikan: Perbuatan-perbuatan

maksiat itu telah menutupi dan menguasai hati mereka. Berkata Hasan al-Bashri:

“Dosa yang menumpuk atas dosa yang lain, sehingga hati menjadi mati“. (Tafsir

al- Baghawi, Ma’alim at- Tanzil: 8/365). Maka berdasarkan ayat ini jelaslah,

orang yang banyak melakukan maksiat pasti akan terhalang dari mengenal Allah

Ta’ala, na’udzubillahi min dzalik.

18
Maradhu as-syubhah

Pertama, Kejahilan/ kebodohan (‫)الجهل‬. Yakni tidak mau memikirkan ayat-

ayat Allah Ta’ala, baik ayat-ayat qauliyah yang tersurat dalam Al-Qur’an maupun

ayat-ayat kauniyah yang tersirat di seluruh penjuru alam semesta. Inilah yang

menyebabkan terhalangnya manusia dalam mengenal Allah Ta’ala. Mereka tidak

mau menggunakan potensi diri mereka untuk memikirkan ayat-ayat Allah Ta’ala,

sehingga ia dicela dalam Al-Qur’an dengan ungkapan, “…dan orang-orang yang

mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap

gulita.(Q.S. Al-An’am: Al-An’am: 39). Padahal Allah Ta’ala telah memberikan

keempatan yang cukup kepada mereka untuk memikirkan ayat-ayat-Nya, “Dan

mereka berteriak di dalam neraka itu: Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami akan

mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah. Dan apakah Kami

tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang

yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?

Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang

penolongpun. (Q.S. Fathir: 37)

Kedua, keragu-raguan (‫)اإلرتياب‬. Hal ini disebabkan karena sedikitnya ilmu

dan ma’rifah (pemahaman). Bisa dikatakan pula, keragu-raguan ini lahir dari

kebodohan. Begitulah orang-orang munafik, selalu berada dalam kondisi

terombang-ambing antara iman dan kafir, “Mereka dalam eadaan ragu-ragu

antara yang demikian (iman atau kafir) tidak masuk kepada golongan ini

19
(orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir),

atau kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk)

baginya.(Q.S. An-Nisa: 143). Mereka disesatkan oleh Allah Ta’la karena

keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah Ta’ala. Maka

orang-orang kafir dan munafik itu terhalang dari mengenal Allah Ta’ala, mereka

dalam kondisi ragu-ragu sepanjang hidupnya hingga datang kematian yang tiba-

tiba. Allah Ta’ala berfirman dalam, “Dan senantiasalah orang-orang kafir itu

berada dalam keragu-raguan terhadap Al Qur’an, hingga datang kepada mereka

saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat.

Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al

Qur’an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau

datang kepada mereka azab hari kiamat.” (QS. Al-Hajj : 55).

Ketiga, penyimpangan (‫)اإلنحراف‬. Manakala manusia tidak mau berpegang

teguh kepada petunjuk Allah Ta’ala: tidak mau berkomitmen melaksanakan

tuntunan-Nya: bahkan mereka malah mengikuti hawa nafsu dan akal fikirannya:

maka pada saat itulah hatinya akan keras membatu. Terhijablah petunjuk Allah

Ta’ala darinya. Ia pun melangkah semakin jauh dari jalan yang lurus, sehingga tak

mampu mengenal AllahTa’ala dengan benar. Hal ini misalnya pernah dilakukan

oleh orang-orang Yahudi pada masa lalu. Allah Ta’ala berfirman, “(Tetapi) karena

mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka

keras membatu.

20
Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka

(sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan

dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari

mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah

mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

berbuat baik.” (QS. Al-Maidah : 13).

Keempat, kelalaian (‫)الغفلة‬. Dalam point pertama telah disebutkan bahwa

jika manusia tidak menggunakan potensi dirinya untuk memahami ayat-ayat Allah

Ta’ala, maka mereka akan terhalang dalam mengenal-Nya. Hal ini karena

kebodohan mereka itu membuat mereka lalai atau lengah, “Mereka hanya

mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia: sedang mereka tentang

(kehidupan) akhirat adalah lalai.(Q.S. Ar-Rum: 7). Allah Ta’ala berfirman, “Dan

sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan

manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami

(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya

untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga

(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu

sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-

orang yang lalai.” (QS. 7 : 179)

21
Semua sifat di atas merupakan bibit kekafiran kepada Allah yang harus

dibersihkan dari hati dan pemahaman. Kekafiran yang menyebabkan Allah

mengunci hati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di

neraka akibat perbuatan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan,

niscaya akan diberi pembalasan dari kejahatan itu dan ia tidak mendapat

pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah” (QS. An-Nisa:

123).

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwa Sesungguhnya semakin dalam dan sering kita memahami untuk

mengenal Allah maka kita akan semakin merasa dekat dengan-Nya. Semakin

dekat perasaan kita kepada Allah, semakin tenang jiwa kita. Sebagaimana yang

termaktub dalam Al Qur’anul Karim dalam Surat Ar Ra’du (13) : 38.

Ketika kita berbicara tentang Allah, kita tidak hanya membahas Allah sebagai

Rabb (Pencipta) namun kita juga membahas bahwa Allah sebagai Malik dan Ilah.

Secara definitif dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Malik memiliki makna

pemilik, pemelihara dan penguasa. Ilah memiliki makna sebagai Yang paling

dicintai, Yang paling ditakuti dan Yang menjadi sumber pengharapan.

Ciri-ciri orang yang mengenal Allah? Kalau orang yang mengenal Allah setiap

dia mengalami suatu masalah pasti masalah itu akan dikembalikan kepada Allah,

berdoa dan mengadu kepada Allah karena hanya kepada Allahlah kita akan

kembali. Anda dapat mengenal Allah melalui Al-Qur’an, bahkan ada satu surat

dimana Allah menjelaskan siapa diri-Nya, coba anda lihat Al-Qur’an surat

Maryam 65.

Ada beberapa cara kita mengenal Allah dan meyakini bahwa Allah Lah yang

Maha Esa Hanya Allah Lah Yang Kita Sembah tiada Yang Lain.maka hal-hal

yang perlu kita ketahui yaitu:

23
a. Kita diberi Akal dan Fitrah Oleh Allah serta penglihatan dan penglihataan

bahwa Hanya Allah Lah yang bisa memberikan itu.

b. Meyakini bahwa seluruh Zagat raya beserta alam semesta beserta isinya

hanya Allah Yang menciptakan.

c. Meyakini dan mempercayai Nabi dan rasul adalah utusan Allah yang

diberi mu’jizat oleh Allah untuk menunjukkan kenabian.

d. Meyakini dan mengenal Nama-nama ALLAH Melalui Asmaul Husna

(QS. Al Mu’minun (40) : 62, QS. Al Baqarah (2) : 284)

Manfaat Mengenal Allah Hasil dari mengenal Allah adalah peningkatan iman

dan taqwa sehingga muncul beberapa hal di bawah ini:

a. Kebebasan. (QS. Al An’am (6) : 82)

b. Memberi ketenangan. QS. Ar Ra’du (13) : 28

c. Keberkahan. QS Al A’raf (7) : 96

d. Kehidupan yang baik. QS. An Nahl (16) : 97

e. Syurga. QS. Yunus (10) : 25-26

f. Keridhaan Allah (Mardhatillah). QS. Al Bayyinah (98) : 8

3.2 Saran

Maka dari itu janganlah sekali-kali kamu tidak mengenal Allah, karena

apabila engkau tidak menegenal Allah maka hidupmu akan sengsara baik didunia

mau pun diakhirat Kelak.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2012), Bagaiman Cara Mengenal Allah SWT ?,


http://www.sarkub.com/bagaimana-cara-mengenal-allah-
swt. Diakses Kamis 13 Oktober 2016, 19:55 WIB.

Anonim, (2015), Hal-hal Yang Menghalangi Mengenal Allah,


http://tarbawiyah.com/2015/04/02/penghalang-dalam-
mengenal-allah. Diakses Rabu 12 Oktober 2016, 14.35
WIB.

Anonim, (2011), Mengenal Allah, http://ekasepram.blogspot.co.id


/2011/03/makalah-mengenal-allah-al-islam. Diakses 12
Oktober 2016, 14.45 WIB.

Ali Muakhir, (2008), Mengenal Allah, PT Tiga Serangkai.

Asma D, (2013), Ma’rifatullah(Mengenal Allah),


http://googleweblight.com/artiklislamiku.blogspot.com/2013
/10/marifatullah. Diakses Kamis 13 Oktober 2016, 22.27
WIB.

Dr. H. Syahidin, M.Pd dkk, (2014), Pendidikan Agama Islam


Kontemporer, Ciputat. Hal 17-26.

Iradddin, (2015), Makalah Mengenal Allah, http://iraddin.blog


Spot.co.id/2015/10/makalah-mengenal-allah. Diakses Jum’at
14 Oktober 2016, 09.44 WIB.

Jasiman Lc, (2002), Mengenal dan Memahami Islam, PT Era


Adicitra Intermedia

25

Anda mungkin juga menyukai