Anda di halaman 1dari 3

Suksesnya pendidikan tergantung dari keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di

kelas, sedangkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tergantung pada guru, karena
guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Bagaimanapun
sempurnanya sebuah kurikulum tanpa didukung oleh kemampuan guru, maka kurikulum
itu hanya sesuatu yang tertulis dan tidak memiliki makna. Menurut data Programme for
International Student Assesment (PISA ),Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS ), dalam tes IPA dan Matematika anak Indonesia hanya dapat
mengerjakan tes dengan tingkat kesulitan di bawah level, satu sementara anak – anak
Jepang dan Korea dapat mengerjakan tes dalam level 5-6, yakni level yang paling
tinggi.
Angka ini menunjukkan sebuah tantangan dari guru kita karena soal PISA lebih
banyak Problem Solving dan Critical Thinking sedangkan pembelajaran kita lebih banyak
pada hafalan ,sehingga siswa kita sulit untuk menjawab soal, artinya tantangan bagi
guru kita bagaimana meningkatkan kemampuan Problem Solving dan Critical Thinking
pada siswa – siswa kita. Surya Dharma menyarankan para guru mengurangi gaya
pembelajaran bersifat menghafal karena menurutnya kemampuan ini sudah tidak cocok
lagi untuk pembelajaran Abad 21. Dari tahun 2007 hingga 2011 pencapaian anak – anak
Indonesia dalam mengerjakan soal PISA selalu konsisten. Empat tahun kemudian walau
ada perbaikan tetapi masih tetap belum mampu naik ke Level tinggi, meskipun demikian
Indonesia masih memiliki kesempatan emas, karena Indonesia akan mendapatkan
bonus demografi dalam kurun waktu 2010 hingga 2040, tahun ini Indonesia memiliki
jumlah penduduk usia produktif yang sangat besar.
Menurut Prof. Dr. M.Nuh, guru memiliki Misi mengembangkan calon usia
produktif ini dengan baik supaya nantinya dapat bermanfaat untuk pembangunan
bangsa. Kalau usia produktif ini dikembangkan dengan baik melalui pendidikan, maka
dia akan menjadi modal pembangunan. Cara terbaik menyiapkan usia produktif tersebut
antara lain melalui pendidikan dan menjadikan mereka kompeten. Guru sebagai kunci
suksesnya pendidikan. Menurut GAGNE, dikelompokkan menjadi tiga bagian besar :

1. Guru sebagai Designer of Instruction (Perancang Pengajaran). Fungsi ini


menghendaki guru mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar, rancangan
tersebut sekurangnya meliputi memilih dan menentukan bahan pelajaran, merumuskan
tujuan pembelajaran, memilih metode pembelajaran yang tepat dan melaksanakan
kegiatan evaluasi dalam pembelajaran.

2. Guru Sebagai Manager of Instruction (Pengelola Pembelajaran).


Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Diantara
kegiatan pengelolaan pembelajaran yang terpenting adalah menciptakan situasi dan
kondisi pembelajaran yang efektif dan berjalan secara demokratis

3. Guru sebagai Evaluator of Student Learning ( Penilai Prestasi Belajar Siswa ).


Fungsi ini menghendak isiswa senantiasa mengikuti perkembangan tarap kemajuan
prestasi belajar Siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran . Dengan semakin
pesatnya perkembangan IPTEK pada Abad ke 21 ini tuntutan guru semakin kompleks
mengingat semakin banyaknya variabel yang harus ditangani guru dalam proses
pendidikan yang baik, menyangkut administrasi sekolah maupun keterampilan
mengelola siswa. Dari hasil penelitian Barry (2010) menemukan bahwa guru perlu
menyiapkan diri sebaik mungkin agar dapat menjadi guru yang profesional. Dalam
menghadapi tantangan kemajuan IPTEK guru Profesional sudah selayaknya harus
dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan Zaman.
Sebagian besar literatur memaparkan dan memprediksi kompetensi yang
diperlukan pada Abad 21 adalah Kompetensi Dasar yang mudah beradaptasi,
kompetensi Profesional sesuai dengan bidang dan literasi teknologi informasi dan
komunikasi. Menurut Asia-pasific economic cooperation (APEC ) kompotensi yang
dibutuhkan pada Abad 21 menunjukkan bahwa pendidikan pada Abad 21 akan di
dominasi oleh pendidikan yang berbasis ICT. Kompetensi inti, seperti membaca, menulis
dan berhitung yang diperoleh selama mengikuti pendidikan akan menjadi dasar
kompetensi lainnya. Keterampilan yang dibutuhkan pada Abad 21 meliputi : (1) Learning
and innovation skills ; (2) Information, media and Technology Skills (3) life and career
skills. Tiga Keterampilan tersebut dapat berkembang jika sekolah memiliki lingkungan
kerja yang memadai untuk belajar dan berinovasi, menyediakan program ( Kurikulum )
peningkatan guru serta member penilaian yang memacu guru untuk berprestasi.
Guru diharapkan memiliki keterampilan tersebut agar dapat bekerja lebih
kompeten dan kompetitif. Keterampilan penting yang dikuasi oleh guru pada masa
depan adalah : Digital age Literacy, Inventive thinking, effective communication, dan
High Productivity ( Surya, 2013 ). Seorang yang ingin sukses di masa depan disarankan
menguasai teknologi digital. Guru yang cerdas akan mampu berpikir kritis dalam
memecahkan masalah serta kreatif dan Inovatif dalam bekerja. Jika kompetensi tersebut
disertai dengan kemampuan berkomunikasi efektif dan mampu bekerja sama dengan
Orang lain, maka tantangan seberat apapun dapat dilalui oleh guru. Menurut Suyanto
( 2007 ), guru profesional adalah guru yang selalu berubah dari praktik lama, bahkan
mau dan mampu meninggalkan metode dan resep – resep sukses di masa lampau
untuk menghadapi berbagai tantangan di masa kini dan masa yang akan datang.
Karakteristik keterampilan yang diperlukan guru abad 21 sebagai berikut; 1. mau belajar
dan berinovasi secara terus menerus.Ciri-ciri Orang mau belajar dan berinovasi adalah
dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah, kreatif dan Inovatif dalam bekerja,
dapat berkomunikasi secara efektif dan mampu bekerja sama dengan teman sejawat,
kolega maupun atasan. 2. Mampu menguasai Teknologi digital dan menguasai ICT. 3.
Berorientasi pada karier dan kehidupan bermasyarakat.
Di era globalisasi seperti saat ini, segala sesuatu sudah berubah dengan
terjadinya perubahan dalam bidang teknologi dan komunikasi, jika kita kembali beberapa
tahun kebelakang, sangat jauh dari apa yang ada saat ini, dimana semua serba
terbatas, sebagai contoh ketika ingin menghubungi teman atau kolega yang berada di
suatu tempat butuh berhari-hari untuk dapat mengetahui keadaan dan situasi yang
sedang dialaminya, dimana komunikas i hanya bisa dilakukan dengan surat dan itu
membutuhkan waktu yang cukup lama, apalagi teman atau kolega yang berada di luar
negeri, tapi bagaimana dengan saat ini? sangat gampang dan dengan mudahnya kita
bisa berkomunikasi dimanapun kita berada walaupun diluar negeri, kita hanya tinggal
tekan nomor langsung tersambung pada orang yang dituju, bahkan komunikasi tersebut
bisa dilakukan face to face.
Luar biasa hal tersebut berobah dalam waktu yang cukup singkat. Dengan
kehadiran teknologi dan komunikasi (ICT) memberikan tantangan dalam dunia
pendidikan, peserta didik lebih tertarik mempelajari ICT dibandingkan materi
pembelajaran lainnya, peserta didik bahkan rela berjam-jam di depan komputer untuk
mengakses internet dan mencari informasi yang tidak bisa didapatkan di sekolah. Lantas
apa yang bisa dilakukan kedepan?. Apakah kita harus diam dan berpangku tangan
dalam menyambut fenomena yang terjadi. Ini adalah tugas berat dan menjadi PR besar
bagi dunia pendidikan untuk bisa mengadopsi dan melakukan inovasi pembelajaran.
Jangan sampai dunia pendidikan formal hanya dijadikan tempat untuk memperoleh
ijazah semata tanpa memberikan kontribusi dalam membina generasi penerus
perjuangan bangsa yang akan menjadi pemimpin masa depan.
Menurut Sutrisno (2011) tuntutan dalam menjawab globalisasi pendidikan telah
hadir di depan mata, berbagai perangkat komputer beserta koneksinya dalam
menghantarkan peserta belajar secara cepat dan akurat apabila dimanfaatkan secara
benar dan tepat, untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang tanggap terhadap
perkembangan TIK, kemudian ditambahkan oleh Alessi dan Trollip (2001), pembelajaran
berbasis ICT memiliki banyak keunggulan. Salah satunya keunggulan itu berupa
penggunaan waktu yang digunakan menjadi lebih efektif , bahan materi pelajaran
menjadi lebih mudah diakses,menarik, dan murah biayanya.
Inilah yang menjadi tantangan pembelajaran abad 21, kehadiran ICT dalam
dunia pendidikan maka dituntut siswa untuk kreatif, inovatif, berfikir kritis serta
metakognitif dan sehingga menjadikan siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dan
bekerja kolaborasi (berkelompok). dengan harapan bahwa pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dapat dijadikan bekal hidup di masyarakat yang memiliki
karakter baik lokal maupun global dan dapat dipertanggung jawabkan secara personal
maupun sosial masyarakat. Dengan hadirnya ICT di dunia pendidikan seyogyanya dapat
menghantarkan wajah pendidikan ke arah yang lebih baik sehingga tantangan
pembelajaran abad 21 dapat terselesaikan, tentunya tidak terlepas dari peran guru
sebagai tenaga pendidik yang dituntut kreatif dan inovatif mengembangkan
pembelajaran dengan mengintegrasikan teknologi dan komunikasi.(**)

Anda mungkin juga menyukai