Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

LANDASAN FILSAFAT DALAM EKONOMI ISLAM


Diajukan Untuk memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah Filsafat Ekonomi Islam

Oleh:
YOLANDA EFFENDY 30122035
RIDHA FAUZANA 30122022

Dosen Pengampu:
Dr. RUSYAIDA, M.Ag
NIP.196906091997032001

PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
1444 H / 2022 M
Kata Pengantar
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Segala pujian dan rasa syukur kita persembahkan
kehadirat Allah SWT yang telah menurunkan al-Quran kepada
manusia sebagai petunjuk, pedoman, dan penerang bagi
kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Atas karunia
Allah, makalah sederhana ini dapat pemakalah selesaikan.
Shalawat beriring salam mari sama-sama kita persembahkan
kepada baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya sekalian. Dari merekalah yang telah mewariskan dan
mengajarkan al-Quran sehingga sampai kepada kita pada hari ini.
Makalah yang membahas tentang.Landasan Filsafat dalam Ekonomi Islam ini
merupakan tugas pada matakuliah Filsafat Ekonomi Islam. Selanjutnya, kami
memberikan apresiasi yang luar biasa kepada dosen pengampu,Ibu Dr. Rusyaida,
M.Ag yang telah meluangkan sedikit waktunya dan berkenan memberikan arahan
dan dorongan, baik berupa kritikan atau saran kepada kami dalam peyusunan
untuk mencapai kesempurnaan makalah ini.
Meskipun kami telah  berusaha semaksimal mungkin
untuk menyempurnakan Tulisan ini, namun kami yakin masih
banyak kekurangan, kejanggalan, bahkan mungkin ada kesalahan
didalamnya karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian, atas perhatiannya kami
mengucapkan terimakasih dan semoga Allah membalasnya.
Akhirnya, kami sangat menginginkan agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya untuk kami
sendiri. Kepada Allah jualah kami serahkan segalanya. Semoga
kiprah dan pengabdian kita semua bermakna disisi-Nya, Amin.

Bukittinggi,01 Oktober 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 1

BAB II PEMBAHSAN................................................................................. 3

A. Landasan Landasan Ontologis Dan Aliran-Alirannya...................... 3


B. Landasan Epistemologis Dan Aliran-Alirannya.............................. 5
C. Landasan Axiologis Dan Aliran-Alirannya...................................... 6
D. Hubungan Landasan Filsafat Dan Aliran-Alirannya Dengan
Ekonomi Islam.................................................................................. 8

BAB III PENUTUP...................................................................................... 14

A. Kesimpulan......................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan suatu sikap atau pandangan hidup dan sebuah
bidang terapan untuk menentukan individu untuk mengevaluasi
keberadaannya dengan cara yang lebih meluaskan. Filsafat membawa kita
kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita pada tindakan yang telah
layak, filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan sesuatu yang
bersifat abstrak ataupun nyata meliputi tuhan, manusia dan alam semesta.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok
yaitu, epistemologi (teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan), Ontologi (teori hakikat yang membahas tentang
hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan) dan axsiologi (teori
nilai yang membahas tentang guna pengetahuan). sehingga mempelajari
ketiga pembahasan pokok tersebut sangatlah penting dalam memahami
filsafat yang begitu luas.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat
mengetahui tentang Landasan Filsafat Ekonomi Islam (Landasan Ontologis,
Epistimologi, Axiologi) serta hubungan landasan filsafat dan aliran-alirannya
dengan ekonomi islam.

B. RUMUSAN PENULISAN
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
E. Apa yang dimaksud landasan Ontologis dan Aliran-alirannya?
F. Apa yang dimaksud landasan Epistemologis dan Aliran-alirannya?
G. Apa yang dimaksud landasan Axiologis dan Aliran-alirannya?
H. Bagaimana Hubungan landasan Filsafat danaliran-alirannya dengan
ekonomi islam?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui dan memahami apa itu Landasan Ontologis dan aliran-
alirannya.

1
2. Mengetahui dan memahami apa itu Landasan Epistemologi dan aliran-
alirannya.
3. Mengetahui dan memahami apa itu landasan Axsiologis dan aliran-
alirannya.
4. mengetahui dan memahami Hubngan landasan filsafat dan aliran-
alirannya dengan ekonomi islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Ontologis dan Aliran-alirannya


1. Landasan Ontolois
Ontolgi berakar dari bahasa yunani yaitu On yang berarti Ada dan ontos
berarti keberadaan sedangkan logos berarti pemikiran. Ontologi merupakan
salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling
kuno. Awal mula alam pemikiran barat sudah menunjukkan munculnya
perenungan dibidang ontologi. ontologi adalah bagian filsafat yang paling
umum atau nerupakan bagian dari metafisika dan metafisika merupakan salah
satu bab dari filsafat. Objek telaah ontologi adalah yang ada tidak terkait pada
satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang ada secara
universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang
meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. (Kattsoff and Louis 1992).
Secara Bahasa ontology adalahcabangfilsafat yang
membahastentangeksistensidarisesuatu dan keberadaannya.
Ukurankeberadaanbisabersifat real yaituberwujud,
ataubersifatabstraknamundiyakinimemangadaberdasarkanindikasi-
indikasikuatataskeberadaannya.
Suhartono (2005:112) mengatakan bahwa ontologi adalah cabang
filsafat yang mencoba melukis hakikat yang satu, dimana segalanya
bergantung hanya kepadamya. Mengacu pada makna, tentu yang dimaksud
yaitu Tuhan, Allah sebagai sang pencipta. dalam kontek ini maka ontologis
memberikan pengertian makna bahwa setiap manusia harus senantiaasa
menjaga keterikatan harmoni sosial manusia terhadap sesama, harmoni
manusia terhadap lingkungannya dan hal yang pelingsubstansif adalah
hubungan manusia dengan sang pencipta. dalam hubungan manusia dengan
sang pencipta ini didasari oleh landasan iman dan taqwa.(Mahsur 2020)
Objek kajian ontologi adalah yang ada, yaitu ada individu, ada umum,
ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak termasuk
komologian metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala

3
yang ada yaitu Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan pengatur serta penentu
alam semesta. Istilah ontolgi banyak digunakan ketika kita membahas yang
ada pada konteks filsafat ilmu.

2. Aliran-aliran dalam Ontologis


Persoalan Keberadaan sesuatu ditinjau aspek ontologi atau teori
hakikat, dikenal beberapa aliran diantaranya yaitu:
a. ditinjau dari aspek kuantitas atau jumlah.
1) Monoisme, paham monoisme menganggap bahwa hakikat yang asal
dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja tidak mungkin dua.
Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa
materi maupun rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing
bebas dan berdiri sendiri. Tokoh yang tergolong dalam aliran ini
adalah Thales, Anaximanes, Anaximandris.
2) Dualisme, paham yang beranggapan bahwa hakikat keberadaan
berasal dari dua sumber yaitu hakikat materi dan ruhani. menurut
paham ini materi dan ruuh sama-sama merupakan hakikat, materi
muncul bukan karena adanya ruh, begitupun ruh muncul bukan
karena adanya materi.
3) Pruralisme, paham yang berpendapat bahwa hakikat keberadaan
berasal dari banyak unsur. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan
mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
b. ditinjau dari aspek sifat.
1) Materialisme, Paham yang beranggapan bahwa keberadaan
berasal dari sumber materi.
2) Idealism, paham yang beranggapan bahwa keberadaan berasal dari
sumber idea. sesuatu yang hadir dalam jiwa. faham ini sering pula
disebut dengan spiritualismeyaitu keberadaan berasal dari
spiritual.
c. ditinjau dari aspek proses, kejadian dan perubahan.

4
1) Mekanisme (Serba Mesin), Paham yang berpendapat bahwa semua
gejala atau peristiwa berdasarkan atas proses mekanis.
2) Teologi(serba tujuan), paham yang berpendapat bahwa semua
gejala atau proses dimulai dari suatu tujuan yang berproses untuk
mencapai tujuan tersebut.
3) Vitalisme (daya hidup), paham yang berpendapat bahwa semua
gejala atau proses tidak semata gejala fisika dan kimia saja, tapi
ada aspek hidup yang tidak bisa dijelaskan dengan fisika dan
kimia.
4) Organisme, paham yang berpendapat bahwa gejala atau proses
merupakan suatu hubungan struktur yang dinamis, kesatuan yang
memiliki bagian-bagian yangberbeda dan saling berkaitan
menjalin hubungan yang teratur.(Rusyaida et al. 2021)
B. Landasan Epistemologis dan Aliran-alirannya
1. Landasan Epistemologi
Cabang filsafat yang secara khusus merefleksikan pertanyaan-pertanyaan
mendasar sekaligus menyeluruh tentang pengetahuan, yaitu epistemologi.
secra etimologis, Epistemologisberasal dari bahasa yunani yaitu
Epistemeyang berarti perkataan, pikiran,ataupun ilmu (Hakim 2008). Oleh
karena itu Epistemolgi adalah suatu cabang dari filsafat yang hendak
membuat ferleksi kritis terhadap dasar-dasar dari pengetahuan manusia.
Epistemologi sering juga disebut sebagai teori pengetahuan
(theoryofknowledge).
Epistemologimeliputi sumber, sarana, dan tata cara menggunakan sarana
tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). perbedaan mengenai
pilihan landasan ontologi akan dengan sendirinya mengakibatkan
pebedaan menentukan sarana yang akan dipilih. akal, budi, pengalaman
atau kombinasi antaa akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang
dimaksud dengan epistemologis, sehingga dikenal degan adanya model-
model epistemologis seperti rasionalisme, empirismi, kritisesme atau
rasionalisme kritis, positivisme, fenomenalogis dengan berbagai
variasinya(Susanto 2013).

5
2. Aliran-aliran Epistemologi
Secara garis besar terdapat tiga aliran pokok dalam epistemologi, yaitu
Rasionalisme, empirisme dan kritisme.
a) Rasionalisme, suatu aliran pemikiran yang menekankan pentingnya
peran akal atau ide sebagai bagian yang sangat menentukan hasil
keputusan atau pemikiran. Rasionalisme dikembangkan berdasarkan
filsafat (ide) dari Plato. Plato berpendapat bahwa hasil pengamatan
indrawi tidak memberikan pengetahuan yang kokoh jarenasifatmya
yang selalu berubah-berubah.
b) Empirisme, secara etimologi empirisme berasal dari bahasa
yunaniyaitu empiria, empiros yang berarti pengalaman. empirisme
adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam
pengalamanatau pengalaman indrawi merupakan satu-satunya sumber
pengetahuan/rasio.
c) Kritisme, Antara rasionalisme dan empirisme telah terdapat
pertentangan yang sangat jelas yaitu antara akal budi dengan
pengalaman sebagai sumber dari ilmu pengetahuan.(Rusyaida et al.
2021)

Metode dalam Epistemologi

a) Metode Induktif, yaitu proses berfikir yang dimulai dari suatu fakta
yang khusus dan perisiwakonkrit ditarik generalisasi-generalisasi yang
mempunyai sifat umum. Atau dengan pemahaman lain, cara
penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik
kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih umum berdasarkan
pemahamanatau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat
khusus.
b) Metode deduktif, yaitu suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-
data empiris diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang
runtun. hal-hal yang harus ada dalam netode deduktif ialah adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada

6
penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut
mempunyai sifat empiris atau ilmiah. Ada perbandingan dengan teori-
teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara
empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.

C. Landasan Aksiologis dan Alirnn-alirannya.


1. Landasan Aksiologis
Aksiologis berasal dari bahasa yunani yaitu axiosyang artinya nilai
(value) dan Logos
yang artinya ilmu atau teori. jadi aksiologi adalah teori tentang
nilai.Axiologis juga menunjukkan kaidah-kaidah yang harus diperhatikan
dalam menerapkan ilmu pengetahuan. aksiologi memuaypemikran tentang
masalah nilai-nilai ternasuk nilai-nilai tinggi dari tuhan. aksiologi jga
mengandung pengertian yang lebih luas daripada etika atau
Highervaluesoflife(nilai-nilai kehidupan yang bertaraf tinggi.)
Aksiologismerupkancabang filsafat ilmu yang mengkaji nilai
kebenaran, keindahan, kebaikan dan religius yang berasal dari nilail-nilai
leluhur hidup manusia. Hakikat nilai merupakan kualitas yang melekat
dan menjadi ciri sesuatu yang sudah adadi alam semesta dan dihubungkan
dengankehidupan manusia. Aksiologis menurut pemikiran
tentangmasalah nilai-nilai termasuk nilai-nilai tinggi dari tuhan. Misalnya
nilai moral, nilai agama, nilai kaeindahan (estetika). Aksiologi juga
mengandung pengertian lebih luas dari pada etika atau heighervalueoflife.
Aksiologi memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan berikut, untuk
apa pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan?, Bagaimana kaitan
antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?,
Bagaimana objek yang ditelaah berdasarkan pilih-pilih moral?,
Bagaimana kaitan antara teknik proseduran yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau
profesional?. Filsafat ilmu menyelidiki dampak pengetahuanilmiah pada
hal-hal berikut: (Susanto 2013).
a) Persepsi manusia akan kenyataan (reality)

7
b) saling berkaitan antar logika dengan matematika, dan antar
logika dan matematika pada satu sisi denan kenyataan pada
sisi lain.
c) Pemahaman berbagai dinamika alam.
d) Berbagai keadaan dari keberadaaan-keberadaan teoritis.
e) Berbagai sumber perngetahuan dan pertanggung jawaban.
f) Hakikat manusia, nilai-nilai, tempat dan posisinya di
tengah-tengah semua keberdaan lain, paling sedikit ayng
berada dilingkungan dekatnya.
2. Aliran-aliran dalam Aksiologis
Ada dua ketagoriaksiologis yaitu: Objektivisme dan Subjektivisme.
Keduanya beranjak dari pertanyaan yang sama yaitu, apakah nilai itu
bersifat bergantung atau tidak bergantung pada manusia. Dari sini
muncul empat pendekatan etika, dua yang pertama beraliran objektivisme
dan dua berikutnya beraliran subjektivisme.
Aliran objektivisme adalah teori nilai intuisif dan teori nilai
rasional. sedangkan aliran subjektivisme adalah teori nilai alamiah dan
teori nilai emotif.(Rusyaida et al. 2021)

D. Hubungan Landasan Filsafat dengan Ekonomi Islam


1. Hubungan Landasan Ontologis dengan Ekonomi Islam
Secara ontologis, ilmu ekonomi Islam membahas dua disiplin ilmu
secara bersamaan. Kedua disiplin ilmu itu adalah ilmu ekonomi murni
dan ilmu fiqhmu’amalat(Daulay 2005). Dengan demikian, dalam
operasionalnya ilmu ekonomi Islam akan selalu bersumber dari kedua
disiplin ilmu tersebut. Persoalan ontologis yang muncul kemudian adalah
bagaimana memadukan antara pemikiran sekular ilmu ekonomi dengan
pemikiran sakral yang terdapat dalam fiqhmu’amalat. Persoalan ini
muncul mengingat bahwa sumber ilmu ekonomi Islam adalah pemikiran
manusia sedangkan sumber fiqhmu’amalat adalah wahyu yang
didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Hadits Nabi.

8
Perbedaan sumber ilmu pengetahuan ini menyebabkan munculnya
perbedaan penilaian terhadap problematika ekonomi manusia. Sebagai
contoh, ilmu ekonomi akan menghalalkan sistem ekonomi liberal,
kapitalis, dan komunis sejauh itu dapat memuaskan kebutuhan hidup
manusia. Tetapi sebaliknya, fiqhmu’amalat belum tentu dapat menerima
ketiga sistem itu karena dia masih membutuhkan legislasi dari Al-
Qur’andan Hadits.Dari sisi lain, teori kebenaran ilmu ekonomi Islam dan
ilmu fiqhmu’amalat tentu saja berbeda secara diametral. Tolak ukur
kebenaran dalam ilmu ekonomi selalu mengacu kepada tiga teori
kebenaran yang dipakai dalam filsafat ilmu yaitu teori koherensi
(kesesuaian dengan teori yang sudah ada), teori
korespondensi(kesesuaian dengan fenomena yang ada), dan teori
pragmatisme (kesesuaian dengan kegunaannya). (Akbar 2013)
Pada akhirnya pendekatan ontologis ini dijadikan sebagai acuan
untuk menentukan hakikat dari ilmu ekonomi islam, dari mulai
pengertian, sifat, tujuan, mengapa ia dibutuhkan termasuk pembahasan
tentang hakikat/prinsip dasar perilaku ekenomiislam tersebut. Dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar inilah, didalam filsafat
islamberberan dua sumber utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits (mutlak
perannya) Manusia tidak dibiarkan untuk mencari sendiri jawaban-
jawabannya sehingga tidak terjebak pada kesimpulan-kesimpulan yang
bersifat subjektif.

2. Hubungan Landasan Epistemologis dengan Ekonomi Islam


Selanjutnya, dari sudut pandang epistemologi dapat diketahui bahwa
ilmu ekonomi diperoleh melalui pengamatan (empirisme) terhadap gejala
sosial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengamatan
yang dilakukan kemudian digeneralisasi melalui premis- premis khusus
untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum. Pada tahap ini, ilmu
ekonomi menggunakan penalaran yang bersifat kuantitatif. Perubahan
dan keajegan yang diamati dalam sistem produksi dan distribusi barang
dan jasa kemudian dijadikan sebagai teori-teori umum yang dapat
menjawab berbagai masalah ekonomi. Sebagai sebuah contoh dapat

9
dilihat dari teori permintaan (demand) dalam ilmu ekonomi yang
berbunyi “Apabila permintaan terhadap sebuah barang naik, maka
harga barang tersebut cenderung akan menjadi naik”. Teori tersebut
diperoleh dari pengalaman dan fakta di lapangan yang diteliti secara
konsisten oleh para ahli ekonomi. Berdasarkan cara kerja yang demikian,
penemuan teori-teori ilmu ekonomi dikelompokkan ke dalam
contextofdiscovery.
Berbeda dengan hal itu, fiqhmu’amalat diperoleh melalui
penelusuran langsung terhadap Al-Qur’an dan Hadits oleh para fuqaha.
Melalui kaedah-kaedahushuliyah, mereka merumuskan beberapa aturan
yang harus dipraktekkan dalam kehidupan ekonomi umat. Rumusan-
rumusan tersebut didapatkan dari hasil pemikiran (rasionalisme) melalui
logika deduktif. Premis mayor yang disebutkan dalam wahyu selanjutnya
dijabarkan melalui premis-premis minor untuk mendapatkan kesimpulan
yang baik dan benar. Dengan demikian, fiqhmu’amalat menggunakan
penalaran yang bersifat kualitatif.
Salah satu contoh yang dapat dikemukakan dalam kasus ini adalah
kaedahushuliyah yang berbunyi ‘al-ashlufial-asyyaial-
ibahahilladalladalilu ‘ala tahrimihi(asal dari segala sesuatu adalah
dibolehkan kecuali datang sebuah dalil yang mengharamkannya). Jika
diterapkan dalam ilmu ekonomi, maka seluruh transaksi bisnis pada
dasarnya diperbolehkan jika tidak ada nashyang mengharamkannya.
Pelarangan terhadap praktek bunga dan riba dalam perbankan
konvensional hanya disebabkan adanya beberapa nashyang
mengharamkannya (misalnya lihat QS Al-Baqarah : 275). Cara kerja
seperti ini dalam filsafat ilmu dikenal dengan contextofjustification.
Munculnya problem epistemologis sebagaimana disebutkan di atas
bersumber dari paradigma metodologis yang disusun oleh para ulama
mutaqaddimin. Bagi para ulama mutaqaddimin, misalnya, penyelidikan
terhadap hukum didasarkan atas prinsip tab’iyyahal-aql li an-naql. Ini
berarti bahwa analisis hukum adalah naqli atau analisis teks sesuai
dengan anggapan tidak ada hukum di luar teks-teks naqliyah. Sementara

10
itu, mereka tidak pernah mengembangkan suatu metode analisis sosial
dan historis yang terartikulasi dengan baik, meskipun Al-Ghazali telah
membuat suatu paradigma pemaduan wahyu dan ra’yu dengan
mengembangkan teori mashlahat dengan dasar logika induksi yang
sesungguhnya memberi peluang bagi pengembangan analisis sosial.
Dalam prakteknya, Al-Ghazali kemudian Al-Syatibi sebagai dua tokoh
mashlahat dalam hukum Islam akhirnya jatuh juga dalam analisis tekstual
seperti ulama-ulama lainnya. (Akbar 2013)
Analisis tekstual tersebut berkembang di kalangan ulama fuqaha
secara konsisten dengan metodologi deduksi sebagai pilar utamanya.
Padahal, prasyarat perkembangan sebuah ilmu pengetahuan adalah
dengan menggabungkan metode deduksi dan induksi secara bersamaan.
Salah satu kelebihan Imam Syafi’i atas ulama lainnya justru dapat dilihat
dari kepiawaiannya untuk menggabungkan antara metode induksi-
deduksi dalam fatwa-fatwanya. Sebagai contoh dapat disebutkan bahwa
Imam Syafi’i memerlukan penelitian lapangan untuk menentukan jangka
waktu terpendek dan terpanjang dari masa haid seorang wanita. Beliau
kemudian mengembangkannya dengan qiyas terhadap masalah lainnya,
seperti kewajiban shalat bagi wanita yang masa haidnya melebihi jangka
waktu terlama dari seorang wanita normal . Perpaduan antara penelitian
lapangan dengan qiyas yang dilakukan Imam Syafi’i tersebut secara tidak
langsung mengantarkannya kepada pemaduan antara metode induksi dan
deduksi.
Dalam sejarah perkembangan hukum Islam, metode induksi-
deduksi juga dilakukan oleh Imam Syafi’i ketika dia melontarkan ijtihad
baru berupa qaul jadid untuk menggantikan qaulqadim-nya . Perubahan
fatwa Imam Syafi’i itu lebih didasarkan atas perbedaan lingkungan
geografis kota Basrah dan kota Mesir. Perbedaan lingkungan geografis
itu kemudian disesuaikan dengan kaedah deduktif dalam ilmu ushulfiqh
yang berbunyi “taghayyaral- ahkam bial-taghyaral-azmanahwaal-
amkinah”. Perbedaan antara ilmu ekonomi dan fiqhmu’amalat dapat
ditelurusi lebih dalam dari aspek aksiologisnya. Ilmu ekonomi pada

11
hakikatnya bertujuan untuk membantu manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya . Sedangkan fiqhmu‟amalat berfungsi untuk
mengatur hukum kontrak (‘aqad) baik yang bersifat sosial maupun
komersial.
Di samping problem epistemologis dalam filsafat ilmu yang
disebutkan di atas, ilmu ekonomi Islam juga mendapat tantangan yang
cukup berat dari ilmu ekonomi konvensional. Hal ini terjadi mengingat
ilmu ekonomi yang berkembang di dunia Barat dilandasi dengan
kebebasan individu dalam melakukan kontrak dengan syarat tidak
merugikan satu sama lain. Konsep-konsep ekonomi konvensional versi
Barat perlu diredefinisi agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan syari’at
Islam.

3. Hubungan Landasan Aksilogis dengan Ekonomi Islam


Dengan pendekatan aksiologis diperlukan untuk melihat fungsi dan
kegunaan ilmu ekonomi Islam dalam menyelesaikan berbagai persoalan
yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Secara aksiologis,
memang perlu diakui bahwa pembahasan kedua ilmu ekonomi tersebut
cenderung memiliki fungsi yang sama; bertujuan membantu manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lewat berbagai macam toolsyang
tersediakesamaan-kesamaan pada sebagian kaidah kedua ilmu ekonomi
tersebut dalam mengatasi persoalan ekonomi, memang merupakan sebuah
kecenderungan umum dalam aktifitas ekonomi yang sifatnya sunnatullah.
Salah satu paradigma ekonomi yang memperoleh apresiasi secara
luas dalam beberapa dasawarsa belakangan ini adalah paradigmislam.
Paradigma ini muncul sebagai alat untuk menerobos sains (ilmu ekonomi)
positivistik. Jika positivisme hanya mengenal realitas materi, maka
paradigma islam mengenal realitas materi dan realitas lain (theothers)
yang melampaui matrealisme yaitu realitas spiritual.(Muhammad 2007)
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa aspek aksiologis ilmu
ekonomi konvensional dapat saja bertentangan dengan aspek
aksiologisfiqhmu’amalat karena sesuatu yang sah dalam transaksi bisnis

12
belum tentu sah dalam pandangan fiqhmu’amalat. Sebagai contoh, modus
transaksi kontemporer melalui perantaraan internet tanpa memperlihatkan
barang yang dijadikan objek maupun tanpa kehadiran penjual dan pembeli
dianggap sah dalam ilmu ekonomi sejauh kedua belah pihak sama-sama
menyetujui memorandum of understanding (MOU) yang dibuat
sebelumnya. Fiqh mu’amalat dengan sejumlah teorinya belum tentu
menerima transaksi tersebut. Sedikitnya terdapat dua kejanggalan dalam
transaksi jenis ini. Pertama tidak diperlihatkannya barang yang
diperjualbelikan, dan kedua tidak adanya aqad jual beli yang wajib
diucapkan secara jelas oleh masing- masing pihak.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan ontologis dijadikan sebagai acuan untuk menentukan hakikat


dari ilmu ekonomi islam. Sedangkan pendekatan epistemologis dipergunakan
untuk melihat prinsip-prinsip dasar, ciri-ciri dan kerja ilmu ekonomi islam.
Dan pendekatan aksiologis diperlukan untuk melihat fungsi dan kegunaan
ilmu ekonomi islam dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi
manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Kekhasan ekonomi Islam yang membedakannya dengan sistem ekonomi
lainnya, adalah memisahkan pembahasan ilmu ekonomi dengan sistem
ekonomi. Hal-hal tentang pengadaan dan produksi suatu produk merupakan
bagian dari ilmu ekonomi. Dengan demikian ilmu ekonomi hanya sebagai
teknologi dan sains murni yang mempelajari bagaimana manusia dapat
meningkatkan, mengembangkan produksi baik dari segi kualitas maupun
kuantitas serta berlangsung secara efektif dan efisien.
B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami susun semoga dapat bermanfaat


bagi kita semua, adapun saran yang penulis sampaikan dalammakalah ini
yaitu, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan.Dan oleh sebab
itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca yakni
kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa
sekarang dan dimasa yang akan datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, D.A. 2013. “Kajian Filsafat Ilmu Terhadap Ekonomi Islam,.” E-Jurnal
IAIN Raden Fatah Palembang: 73.

Daulay. 2005. Posisi Ekonomi Islam Di Antara Ekonomi Konvensional Dan Fiqh
Muamalat. Muslim Sources.Com.

Hakim. 2008. Filsafat Umum Dari Metologi Dampai Teofilosofi. Bandung:


Pustaka Setia.

Kattsoff, and Louis. 1992. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Mahsur. 2020. Filsafat Ekonomi Islam. ed. Andriyanto. Penerit lakeisha.

Muhammad. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rusyaida, Sabri, Melly Susanti, and Syefira Khairunisak. 2021. Filsafat Ekonomi
Islam Edisi 1. eds. Joniswan and Dhimas Abimanyu Suhendra. Bandung:
Media Sains Indonesia.

Susanto, A. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.

15

Anda mungkin juga menyukai