Oleh:
YOLANDA EFFENDY 30122035
RIDHA FAUZANA 30122022
Dosen Pengampu:
Dr. RUSYAIDA, M.Ag
NIP.196906091997032001
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 1
BAB II PEMBAHSAN................................................................................. 3
A. Kesimpulan......................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan suatu sikap atau pandangan hidup dan sebuah
bidang terapan untuk menentukan individu untuk mengevaluasi
keberadaannya dengan cara yang lebih meluaskan. Filsafat membawa kita
kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita pada tindakan yang telah
layak, filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan sesuatu yang
bersifat abstrak ataupun nyata meliputi tuhan, manusia dan alam semesta.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok
yaitu, epistemologi (teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan), Ontologi (teori hakikat yang membahas tentang
hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan) dan axsiologi (teori
nilai yang membahas tentang guna pengetahuan). sehingga mempelajari
ketiga pembahasan pokok tersebut sangatlah penting dalam memahami
filsafat yang begitu luas.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat
mengetahui tentang Landasan Filsafat Ekonomi Islam (Landasan Ontologis,
Epistimologi, Axiologi) serta hubungan landasan filsafat dan aliran-alirannya
dengan ekonomi islam.
B. RUMUSAN PENULISAN
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
E. Apa yang dimaksud landasan Ontologis dan Aliran-alirannya?
F. Apa yang dimaksud landasan Epistemologis dan Aliran-alirannya?
G. Apa yang dimaksud landasan Axiologis dan Aliran-alirannya?
H. Bagaimana Hubungan landasan Filsafat danaliran-alirannya dengan
ekonomi islam?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui dan memahami apa itu Landasan Ontologis dan aliran-
alirannya.
1
2. Mengetahui dan memahami apa itu Landasan Epistemologi dan aliran-
alirannya.
3. Mengetahui dan memahami apa itu landasan Axsiologis dan aliran-
alirannya.
4. mengetahui dan memahami Hubngan landasan filsafat dan aliran-
alirannya dengan ekonomi islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang ada yaitu Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan pengatur serta penentu
alam semesta. Istilah ontolgi banyak digunakan ketika kita membahas yang
ada pada konteks filsafat ilmu.
4
1) Mekanisme (Serba Mesin), Paham yang berpendapat bahwa semua
gejala atau peristiwa berdasarkan atas proses mekanis.
2) Teologi(serba tujuan), paham yang berpendapat bahwa semua
gejala atau proses dimulai dari suatu tujuan yang berproses untuk
mencapai tujuan tersebut.
3) Vitalisme (daya hidup), paham yang berpendapat bahwa semua
gejala atau proses tidak semata gejala fisika dan kimia saja, tapi
ada aspek hidup yang tidak bisa dijelaskan dengan fisika dan
kimia.
4) Organisme, paham yang berpendapat bahwa gejala atau proses
merupakan suatu hubungan struktur yang dinamis, kesatuan yang
memiliki bagian-bagian yangberbeda dan saling berkaitan
menjalin hubungan yang teratur.(Rusyaida et al. 2021)
B. Landasan Epistemologis dan Aliran-alirannya
1. Landasan Epistemologi
Cabang filsafat yang secara khusus merefleksikan pertanyaan-pertanyaan
mendasar sekaligus menyeluruh tentang pengetahuan, yaitu epistemologi.
secra etimologis, Epistemologisberasal dari bahasa yunani yaitu
Epistemeyang berarti perkataan, pikiran,ataupun ilmu (Hakim 2008). Oleh
karena itu Epistemolgi adalah suatu cabang dari filsafat yang hendak
membuat ferleksi kritis terhadap dasar-dasar dari pengetahuan manusia.
Epistemologi sering juga disebut sebagai teori pengetahuan
(theoryofknowledge).
Epistemologimeliputi sumber, sarana, dan tata cara menggunakan sarana
tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). perbedaan mengenai
pilihan landasan ontologi akan dengan sendirinya mengakibatkan
pebedaan menentukan sarana yang akan dipilih. akal, budi, pengalaman
atau kombinasi antaa akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang
dimaksud dengan epistemologis, sehingga dikenal degan adanya model-
model epistemologis seperti rasionalisme, empirismi, kritisesme atau
rasionalisme kritis, positivisme, fenomenalogis dengan berbagai
variasinya(Susanto 2013).
5
2. Aliran-aliran Epistemologi
Secara garis besar terdapat tiga aliran pokok dalam epistemologi, yaitu
Rasionalisme, empirisme dan kritisme.
a) Rasionalisme, suatu aliran pemikiran yang menekankan pentingnya
peran akal atau ide sebagai bagian yang sangat menentukan hasil
keputusan atau pemikiran. Rasionalisme dikembangkan berdasarkan
filsafat (ide) dari Plato. Plato berpendapat bahwa hasil pengamatan
indrawi tidak memberikan pengetahuan yang kokoh jarenasifatmya
yang selalu berubah-berubah.
b) Empirisme, secara etimologi empirisme berasal dari bahasa
yunaniyaitu empiria, empiros yang berarti pengalaman. empirisme
adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam
pengalamanatau pengalaman indrawi merupakan satu-satunya sumber
pengetahuan/rasio.
c) Kritisme, Antara rasionalisme dan empirisme telah terdapat
pertentangan yang sangat jelas yaitu antara akal budi dengan
pengalaman sebagai sumber dari ilmu pengetahuan.(Rusyaida et al.
2021)
a) Metode Induktif, yaitu proses berfikir yang dimulai dari suatu fakta
yang khusus dan perisiwakonkrit ditarik generalisasi-generalisasi yang
mempunyai sifat umum. Atau dengan pemahaman lain, cara
penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik
kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih umum berdasarkan
pemahamanatau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat
khusus.
b) Metode deduktif, yaitu suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-
data empiris diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang
runtun. hal-hal yang harus ada dalam netode deduktif ialah adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada
6
penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut
mempunyai sifat empiris atau ilmiah. Ada perbandingan dengan teori-
teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara
empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.
7
b) saling berkaitan antar logika dengan matematika, dan antar
logika dan matematika pada satu sisi denan kenyataan pada
sisi lain.
c) Pemahaman berbagai dinamika alam.
d) Berbagai keadaan dari keberadaaan-keberadaan teoritis.
e) Berbagai sumber perngetahuan dan pertanggung jawaban.
f) Hakikat manusia, nilai-nilai, tempat dan posisinya di
tengah-tengah semua keberdaan lain, paling sedikit ayng
berada dilingkungan dekatnya.
2. Aliran-aliran dalam Aksiologis
Ada dua ketagoriaksiologis yaitu: Objektivisme dan Subjektivisme.
Keduanya beranjak dari pertanyaan yang sama yaitu, apakah nilai itu
bersifat bergantung atau tidak bergantung pada manusia. Dari sini
muncul empat pendekatan etika, dua yang pertama beraliran objektivisme
dan dua berikutnya beraliran subjektivisme.
Aliran objektivisme adalah teori nilai intuisif dan teori nilai
rasional. sedangkan aliran subjektivisme adalah teori nilai alamiah dan
teori nilai emotif.(Rusyaida et al. 2021)
8
Perbedaan sumber ilmu pengetahuan ini menyebabkan munculnya
perbedaan penilaian terhadap problematika ekonomi manusia. Sebagai
contoh, ilmu ekonomi akan menghalalkan sistem ekonomi liberal,
kapitalis, dan komunis sejauh itu dapat memuaskan kebutuhan hidup
manusia. Tetapi sebaliknya, fiqhmu’amalat belum tentu dapat menerima
ketiga sistem itu karena dia masih membutuhkan legislasi dari Al-
Qur’andan Hadits.Dari sisi lain, teori kebenaran ilmu ekonomi Islam dan
ilmu fiqhmu’amalat tentu saja berbeda secara diametral. Tolak ukur
kebenaran dalam ilmu ekonomi selalu mengacu kepada tiga teori
kebenaran yang dipakai dalam filsafat ilmu yaitu teori koherensi
(kesesuaian dengan teori yang sudah ada), teori
korespondensi(kesesuaian dengan fenomena yang ada), dan teori
pragmatisme (kesesuaian dengan kegunaannya). (Akbar 2013)
Pada akhirnya pendekatan ontologis ini dijadikan sebagai acuan
untuk menentukan hakikat dari ilmu ekonomi islam, dari mulai
pengertian, sifat, tujuan, mengapa ia dibutuhkan termasuk pembahasan
tentang hakikat/prinsip dasar perilaku ekenomiislam tersebut. Dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar inilah, didalam filsafat
islamberberan dua sumber utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits (mutlak
perannya) Manusia tidak dibiarkan untuk mencari sendiri jawaban-
jawabannya sehingga tidak terjebak pada kesimpulan-kesimpulan yang
bersifat subjektif.
9
dilihat dari teori permintaan (demand) dalam ilmu ekonomi yang
berbunyi “Apabila permintaan terhadap sebuah barang naik, maka
harga barang tersebut cenderung akan menjadi naik”. Teori tersebut
diperoleh dari pengalaman dan fakta di lapangan yang diteliti secara
konsisten oleh para ahli ekonomi. Berdasarkan cara kerja yang demikian,
penemuan teori-teori ilmu ekonomi dikelompokkan ke dalam
contextofdiscovery.
Berbeda dengan hal itu, fiqhmu’amalat diperoleh melalui
penelusuran langsung terhadap Al-Qur’an dan Hadits oleh para fuqaha.
Melalui kaedah-kaedahushuliyah, mereka merumuskan beberapa aturan
yang harus dipraktekkan dalam kehidupan ekonomi umat. Rumusan-
rumusan tersebut didapatkan dari hasil pemikiran (rasionalisme) melalui
logika deduktif. Premis mayor yang disebutkan dalam wahyu selanjutnya
dijabarkan melalui premis-premis minor untuk mendapatkan kesimpulan
yang baik dan benar. Dengan demikian, fiqhmu’amalat menggunakan
penalaran yang bersifat kualitatif.
Salah satu contoh yang dapat dikemukakan dalam kasus ini adalah
kaedahushuliyah yang berbunyi ‘al-ashlufial-asyyaial-
ibahahilladalladalilu ‘ala tahrimihi(asal dari segala sesuatu adalah
dibolehkan kecuali datang sebuah dalil yang mengharamkannya). Jika
diterapkan dalam ilmu ekonomi, maka seluruh transaksi bisnis pada
dasarnya diperbolehkan jika tidak ada nashyang mengharamkannya.
Pelarangan terhadap praktek bunga dan riba dalam perbankan
konvensional hanya disebabkan adanya beberapa nashyang
mengharamkannya (misalnya lihat QS Al-Baqarah : 275). Cara kerja
seperti ini dalam filsafat ilmu dikenal dengan contextofjustification.
Munculnya problem epistemologis sebagaimana disebutkan di atas
bersumber dari paradigma metodologis yang disusun oleh para ulama
mutaqaddimin. Bagi para ulama mutaqaddimin, misalnya, penyelidikan
terhadap hukum didasarkan atas prinsip tab’iyyahal-aql li an-naql. Ini
berarti bahwa analisis hukum adalah naqli atau analisis teks sesuai
dengan anggapan tidak ada hukum di luar teks-teks naqliyah. Sementara
10
itu, mereka tidak pernah mengembangkan suatu metode analisis sosial
dan historis yang terartikulasi dengan baik, meskipun Al-Ghazali telah
membuat suatu paradigma pemaduan wahyu dan ra’yu dengan
mengembangkan teori mashlahat dengan dasar logika induksi yang
sesungguhnya memberi peluang bagi pengembangan analisis sosial.
Dalam prakteknya, Al-Ghazali kemudian Al-Syatibi sebagai dua tokoh
mashlahat dalam hukum Islam akhirnya jatuh juga dalam analisis tekstual
seperti ulama-ulama lainnya. (Akbar 2013)
Analisis tekstual tersebut berkembang di kalangan ulama fuqaha
secara konsisten dengan metodologi deduksi sebagai pilar utamanya.
Padahal, prasyarat perkembangan sebuah ilmu pengetahuan adalah
dengan menggabungkan metode deduksi dan induksi secara bersamaan.
Salah satu kelebihan Imam Syafi’i atas ulama lainnya justru dapat dilihat
dari kepiawaiannya untuk menggabungkan antara metode induksi-
deduksi dalam fatwa-fatwanya. Sebagai contoh dapat disebutkan bahwa
Imam Syafi’i memerlukan penelitian lapangan untuk menentukan jangka
waktu terpendek dan terpanjang dari masa haid seorang wanita. Beliau
kemudian mengembangkannya dengan qiyas terhadap masalah lainnya,
seperti kewajiban shalat bagi wanita yang masa haidnya melebihi jangka
waktu terlama dari seorang wanita normal . Perpaduan antara penelitian
lapangan dengan qiyas yang dilakukan Imam Syafi’i tersebut secara tidak
langsung mengantarkannya kepada pemaduan antara metode induksi dan
deduksi.
Dalam sejarah perkembangan hukum Islam, metode induksi-
deduksi juga dilakukan oleh Imam Syafi’i ketika dia melontarkan ijtihad
baru berupa qaul jadid untuk menggantikan qaulqadim-nya . Perubahan
fatwa Imam Syafi’i itu lebih didasarkan atas perbedaan lingkungan
geografis kota Basrah dan kota Mesir. Perbedaan lingkungan geografis
itu kemudian disesuaikan dengan kaedah deduktif dalam ilmu ushulfiqh
yang berbunyi “taghayyaral- ahkam bial-taghyaral-azmanahwaal-
amkinah”. Perbedaan antara ilmu ekonomi dan fiqhmu’amalat dapat
ditelurusi lebih dalam dari aspek aksiologisnya. Ilmu ekonomi pada
11
hakikatnya bertujuan untuk membantu manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya . Sedangkan fiqhmu‟amalat berfungsi untuk
mengatur hukum kontrak (‘aqad) baik yang bersifat sosial maupun
komersial.
Di samping problem epistemologis dalam filsafat ilmu yang
disebutkan di atas, ilmu ekonomi Islam juga mendapat tantangan yang
cukup berat dari ilmu ekonomi konvensional. Hal ini terjadi mengingat
ilmu ekonomi yang berkembang di dunia Barat dilandasi dengan
kebebasan individu dalam melakukan kontrak dengan syarat tidak
merugikan satu sama lain. Konsep-konsep ekonomi konvensional versi
Barat perlu diredefinisi agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan syari’at
Islam.
12
belum tentu sah dalam pandangan fiqhmu’amalat. Sebagai contoh, modus
transaksi kontemporer melalui perantaraan internet tanpa memperlihatkan
barang yang dijadikan objek maupun tanpa kehadiran penjual dan pembeli
dianggap sah dalam ilmu ekonomi sejauh kedua belah pihak sama-sama
menyetujui memorandum of understanding (MOU) yang dibuat
sebelumnya. Fiqh mu’amalat dengan sejumlah teorinya belum tentu
menerima transaksi tersebut. Sedikitnya terdapat dua kejanggalan dalam
transaksi jenis ini. Pertama tidak diperlihatkannya barang yang
diperjualbelikan, dan kedua tidak adanya aqad jual beli yang wajib
diucapkan secara jelas oleh masing- masing pihak.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, D.A. 2013. “Kajian Filsafat Ilmu Terhadap Ekonomi Islam,.” E-Jurnal
IAIN Raden Fatah Palembang: 73.
Daulay. 2005. Posisi Ekonomi Islam Di Antara Ekonomi Konvensional Dan Fiqh
Muamalat. Muslim Sources.Com.
Kattsoff, and Louis. 1992. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Rusyaida, Sabri, Melly Susanti, and Syefira Khairunisak. 2021. Filsafat Ekonomi
Islam Edisi 1. eds. Joniswan and Dhimas Abimanyu Suhendra. Bandung:
Media Sains Indonesia.
15