Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGEMBANGAN KONSEP PENDIDIKAN PRANIKAH DAN


MEDIASI PENCEGAHAN PERCERAIAN SEBAGAI UPAYA
PENGUATAN MITSAQAN GHALIZA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah: Fiqih Munakahat

Dosen Pengampu:
Khoir Affandi, LC., M.H.

Disusun oleh:
Muhammad Azhar Al-Asy’ari

Kelas: HKI Semester 4

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR. KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas individu untuk mata kuliah Fiqih Munakahat, dengan
judul: “PENGEMBANGAN KONSEP PENDIDIKAN PRANIKAH DAN
MEDIASI PENCEGAHAN PERCERAIAN SEBAGAI UPAYA PENGUATAN
MITSAQAN GHALIZA”.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada kepada Bapak Khoir Affandi, Lc., M.H. selaku dosen mata kuliah
Fiqih Munakahat yang telah memberikan tugas kepada kami. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Purwakarta, 25 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................
1
KATA PENGANTAR..................................................................................................
2
DAFTAR ISI................................................................................................................
3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................
......................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................
......................................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................

......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................
7
2.1. Pengertian Wakaf.........................................................................................
......................................................................................................................7
2.2. Dasar Hukum Wakaf....................................................................................
......................................................................................................................10
2.3. Rukun Wakaf...............................................................................................
......................................................................................................................12
2.4. Syarat-syarat Wakaf.....................................................................................
......................................................................................................................13
2.5. Ruang lingkup Wakaf..................................................................................

3
BAB III PENUTUP......................................................................................................
14
3.1. Kesimpulan..................................................................................................
......................................................................................................................14
3.2. Saran.............................................................................................................
......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
16

BAB I
PENDAHALUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia dengan segala ciptaannya, baik dari segi tingkah lakunya
serta dari berbagai pola interaksional. Masalahpun muncul saat manusia melakukan
aktivitas. Dalam cakupannya, mayoritas masalah bagi manusia ialah tempatnya. Dan
yang dimaksud dengan tempat ini ialah keluarga, keluarga yang merupakan ruang
sensitif bagi manusia.1 Disisi lain, keluarga juga termasuk satuan lembaga pendidikan
selain sekolah dan masyarakat, yaitu pendidikan informal.2

1
Sayyid Muhammad Ibn Alwi al-Maliki al-Hasani,Fiqih keluarga, Seni Berkeluarga Islami, (Yogyakarta:
Bina Media, 2005), sebuah pengantar.
2
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS), (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 4.

4
Akan tetapi bukan berarti bahwa keluarga tidak menciptakan perdamaian, karena
banyak fakta sosial yang menjelaskan dengan tepat bahwasannya dengan berkeluarga
maka seseorang akan dapat dengan tenang dan nyaman menjalani kehidupan sehari-
hari. Dan salah satunya ialah pernyataan Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam
yang dalam hadits menyebutkan “Baitii Jannatii” (rumahku ialah surgaku), maksudnya
ialah dengan berlangsungnya pernikahan maka akan mampu memejamkan pandangan.
Hal tersebut menjadi hal yang penting didalam sebuah kehidupan.
Jauh sebelum terbentuknya sebuah keluarga, manusia memiliki kebutuhan dasar,
yakni kebutuhan biologis dan kebutuhan agama (Spiritual). 3 Dan atas dasar inilah
manusia melaksanakan sebuah pernikahan, dalam AlQur’an surat An-nisa ayat ke 3
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
            
             
   
Artinya: “dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang
saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.
Surat An-Nisa’ diatas Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan bahwasannya
tujuan dari pernikahan ialah sebagai langkah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu
wata’ala, menjaga kehormatan dan untuk memperoleh keturunan. Sehingga dengan
melalui pernikahan tersebut manusia dapat terpenuhi kebutuhan fitrahnya yakni
cenderung kepada pasangannya agar manusia memperoleh kedamaian, kerukunan serta
kebahagian.
Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orang tua bertanggung
jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya, kerap pengaruh yang

3
Dra. Zuhairini, dkk. Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara bekerjasama dengan Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama), h. 95.

5
diterima anak waktu kecil sangat menentukan kehidupan anak di kemudian hari, apa
yang dilihat, didengar, dan dirasakan diwaktu kecil itu terjalin ke dalam kehidupan
kepribadiannya.4
Maraknya kasus yang terjadi pada anak remaja saat ini akibat pergaulan bebas dan
kemajuan teknologi tanpa pengawasan orang tua dan orang-orang disekitarnya membuat
mereka melakukan hal-hal yang menyimpang dan merugikan mereka sendiri. Selain itu,
semakin bertambahnya angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga yang
dilakukan pasangan suami istri terjadi disebabkan oleh permasalahan dalam rumah
tangga, sehingga Perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga terjadi.
Maharani Harahap (Mahasiswa Magang Suara ‘Aisyiyah) di dalam artikelnya
yang di tulis di suaraaisiyah.id menyatakan mengapa pendidikan pranikah itu menjadi
penting untuk kita ketahui?, menurut laporan Statistika Indonesia, jumlah kasus
perceraian di Tanah Air mencapai 447.743 kasus pada tahun 2021. Jumlah tersebut
meningkat sebanyak 53,50% dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 291.677.
perselisihan dan pertengkaran yang terjadi terus menerus terjadi menjadi faktor utama
perceraian.
Menurut saya, judul yang saya usung dalam makalah ini mengenai “Pendidikan
Pranikah dan Mediasi Perceraian”, karena memang keduanya ada korelasinya jika
dilihat dari latar belakang yang sudah di jelaskan di atas.
Bisa kita Amati bersama, bahwa persiapan yang matang menuju pernikahan
adalah kunci untuk menggapai pernikahan yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Menurut Ingga Fantria (2011) dalam artikelnya yang berjudul “Konsep Pendidikan
Pranikah dalam Islam”, Pendidikan pranikah ialah upaya persiapan dalam hal
pendidikan yang dilakukan seseorang semenjak ia mulai memilih atau mencari jodoh
sampai pada saat setelah terjadinya pembuahan dalam rahim seorang ibu. Oleh karena
itu dapat dikatakan pendidikan pranikah ini merupakan pendidikan yang bersifat
persiapan seseorang dalam upaya mendewasakan dirinya dengan suatu hal dalam
pernikahan tersebut.

4
Zakiyah Darajat, Pembinaan Remaja (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1982), 19.

6
1.2. Rumusan Masalah

Penulis sudah menyusun sebagian rumusan yang hendak dibahas dalam


makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah
ini antara lain:

1. Bagaimanakah Konsep Pendidikan Pranikah dan Relevansinya Dalam


Pendidikan Islam?
2. Bagaimanakah Mediasi Pencegahan Perceraian?
1.3. Tujuan Penulisan

Pembuatan makalah ini tentu mempunyai tujuan penulisan, yang dimana tujuan
itu agar kami sebagai pemakalah bisa mengetahui perkembangan konsep pendidikan
pranikah serta mediasi pencegahan perceraian sebagai upaya penguatan Mitsaqan
ghalizha, berikut penulis uraikan tujuan daripada penulisan ini, antara lain:
1. Untuk Mengetahui Tentang Konsep Pendidikan Pranikah dan
Relevansinya Dalam Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Mediasi Pencegahan Perceraian Sebagai
Upaya Penguatan Mitsaqan Ghalidzha.

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil Penulisan ini sebagai informasi diharapkan dapat menjadi referensi
pengembangan dalam ilmu Fiqih Munakahat mengenai bagaimana Konsep
Pendidikan Pranikah serta Relevansinya dalam Pendidikan Islam dan sebagai bahan
pengembangan upaya bagaimana Mediasi Pencegahan Perceraian Sebagai Penguatan
Mitsaqan Ghalidzha.
1.4.2. Manfaat Praktis
 Bagi Penulis

7
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
penelitian serta menambah informasi mengenai Mediasi Pencegahan
Perceraian Sebagai Upaya Penguatan Mitsaqan Ghalidzha.
 Bagi Pembaca dan Keluarga
Memberikan Informasi kepada pembaca mengenai Konsep Pendidikan
Pranikah dan Relevansinya dalam Pendidikan Islam dan Keluarga dapat
mengetahui bagaimana Mediasi Pencegahan Perceraian sebagai Upaya
penguatan Mitsaqan Ghalidzha.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Wakaf

Perkataan waqf, yang menjadi wakaf dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata
kerja bahasa Arab waqafa yang berarti menghentikan, berdiam di tempat atau menahan
sesuatu.

8
merugikan kepentingan wakaf, perlu meningkatkan kemampuan profesional
Nazhir.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Wakaf adalah menahan harta yang diberikan Allah yang dikelola oleh suatu
lembaga dan hal tersebut sangat dianjurkan oleh ajaran Islam karena sebagai saran
mendekatkan diri kepada Allah yang ganjarannya terbawa sampai si pewakaf
meninggal dunia.

9
2. Rukun wakaf adalah : Pewakaf (wakif) adalah Orang yang mewakafkan hartanya,
Harta yang Diwakafkan (Mauquf), Tujuan Wakaf (Mauquf ‘alaih) dan yang
terakhir adalah Lafal atau pernyataan (sighat) wakif contoh sighat : “saya
wakafkan tanah milik saya seluas 200 meter persegi ini, agar dibangun Masjid di
atasnya”.
3. Syarat-syarat sahnya perwakafan sesorang adalah sebagai berikut : (a) Perwakafan
benda itu tidak dibatasi oleh waktu tertentu melainkan selamanya. (b) Tujuannya
harus jelas dan disebutkan ketika mengucapkan ijab. (c) Wakaf harus segera
dilaksanakan segera setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh wakif. (d) Wakaf yang
sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf oleh wakif berlaku seketika dan
selama-lamanya. (e) Perlu dikemukakan syarat yang dikeluarkan oleh wakif atas
harta yang diwakafkannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. D. (1988). Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI-Press.
Amin, M., Sam, M. I., AF., H., Hasanuddin, & Sholeh, A. N. (2011). Himpunan Fatwa
Majelis Ulama Indonesia sejak 1975. Jakarta: Erlangga.
Mahfud, R. (2010). Al-Islam. Jakarta: Erlangga.
Suryana, A. T., Alba, C., Syamsudin, E., & Asiyah, U. (1996). Pendidikan Agama Islam
untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Tiga Mutiara.
Syamsuri. (2004). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga.

11
12

Anda mungkin juga menyukai