Disusun Oleh ;
Kelompok 4 PAI 12
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat-Nya sampai saat ini penulis dapat menyusun mini research tugas kelompok
yang berjudul “Pendidikan Karakter Melalui Tahfidzul Qur’an (Studi
Deskriptif pada Santri Pondok Pesantren Miftahus Sa’adah)” guna memenuhi
tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyajian mini research ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik untuk
membangun kesempurnaan makalah ini.
Penyelesaian ini berkat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Terhormat Bapak Dr. Mahfudz Sidiq, M.M. yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada kami serta telah membimbing kami
sehingga mini research ini dapat terselesaikan.
2. Anggota kelompok dengan kerja sama yang kompak dan sukses menyusun
mini research ini.
3. Seluruh anggota kelompok yang banyak memberikan saran dan bantuan
hingga mini research ini dapat terselesaikan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................................4
2.1 Pondok Pesantren ...................................................................................4
2.1.1 Pengertian Pondok Pesantren ..................................................4
2.1.2 Macam-Macam Pondok Pesantren ..........................................4
2.1.3 Unsur-Unsur Pondok Pesantren ..............................................5
2.1.4 Peran Pondok Pesantren ..........................................................6
2.2 Tahfidzul Qur’an ...................................................................................6
2.2.1 Pengertian Tahfidzul Qur’an ...................................................6
2.2.2 Syarat Tahfidzul Qur’an .........................................................7
2.2.3 Metode-Metode Tahfidzul Qur’an ..........................................8
2.3 Pendidikan Karakter .............................................................................10
2.3.1 Pengertian Karakter ...............................................................10
2.3.2 Nilai-Nilai Karakter Tradisi Pesantren..................................10
2.3.3 Pengertian Pendidikan Karakter ............................................12
2.3.4 Bentuk Pendidikan Karakter .................................................14
2.4 Pendidikan Karakter Tahfidzul Qur’an ................................................14
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 17
3.1 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................17
3.2 Teknik Penentuan Informan .................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 19
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat pondok pesantren ini dapat menciptakan santri yang unggul baik
itu dalam pendidikan karakter maupun program Tahfidzul Qur'an.
Kemudian para santri masih berumur 6-15 tahun yang termasuk kategori
anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui secara
mendalam bagaimana pendidikan karakter melalui program tahfidzul
qur’an yang ada di Pondok Pesantren Darus Saadah. Penelitian tersebut
pada akhirnya merupakan karya ilmiah yang berbentuk mini research yang
penulis beri judul “Pembentukan Karakter melalui Tahfidzul Qur’an
pada santri Pondok Pesantren Darus Saadah”.
2. Bagi Peneliti
Belajar melakukan penelitian yang merupakan kewajiban
sebagai mahasiswa untuk menjalankan program Tri Dharma
Perguruan Tinggi
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya
tentang pembentukan karakter. Selain itu juga dapat memberikan
motivasi dan gambaran umum kepada pembaca dalam menentukan
topik penelitian.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
Tahfidz Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu Tahfidz dan Qur’an.
Tahfidz yang berarti menghafal. Menurut (Yunus, 1990:105), menghafal
berasal dari kata dasar hafal yang dari bahasa arab hafidza-yahfadzu-
hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa.
Sedangkan Al-Qur’an itu ialah kitab suci yang diwahyukan Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi
manusia dalam hidup dan kehidupannya. Menurut harfiah, Qur’an itu berarti
bacaan.
Dari pengertian dua kata tersebut yaitu tahfidz dan Al-Qur’an maka
bisa ditarik kesimpulan Tahfidzul Qur’an adalah kegiatan menghafal kitab
suci Allah.
2.2.2 Syarat Tahfidzul Qur’an
Nissa Arriella Pramudhita
Menurut (Sa’dullah, 2008:26-34) menyatakan, seorang penghafal
hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Ikhlas
Hal pertama yang harus dilakukan oleh penghafal Al-Qur’an adalah
mereka harus membulatkan niat menghafal Al-Qur’an hanya
mengharap rida Allah. Firman Allah SWT yang artinya : “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus. “Karena itu keikhlasan hati
merupakan hal yang harus dimiliki oleh penghafal sebelum memulai
menghafal Al-Qur’an. Ikhlas karena Allah SWT adalah pintu untuk
mendapatkan kemudahan menghafal sekaligus untuk mendapatkan
keridaan-Nya.
2) Mempunyai Kemauan yang Kuat
Menghafal Al-Qur’an sebanyak 30 juz, 114 surah, kurang lebih
memiliki 6.236 ayat dan memerlukan waktu yang relatif lama.
Menghafal Al-Qur’an tidak seperti menghafal bacaan-bacaan yang lain,
apalagi bagi orang non arab yang sehari-harinya tidak menggunakan
8
a) Metode Juz’i
Metode juz’i adalah menghafal secara berangsur-angsur atau sebagian
demi sebagian dan menghubungkan antar bagian ayat satu dengan ayat
yang lain dalam satu kesatuan materi yang dihafal. Berarti pada metode
ini siswa menggabungkan hafalan yang sudah dihafal sebelumnya
dengan hafalan ayat yang baru. Oleh sebab itu harus banyak-banyak di
muraja’ah.
b) Metode Takrir (mengulang)
Metode takrir merupakan metode mengulang hafalan yang telah
diperdengarkan kepada ustaz atau pembimbing tahfidz, yang fungsi
utamanya untuk menjaga agar materi yang sudah dihafal supaya tidak
lupa atau hilang.
c) Metode Setor
Metode setor adalah memperdengarkan hafalan-hafalan baru kepada
pembimbing atau ustaz. Metode ini harus dilaksanakan oleh siswa
supaya hafalan siswa bertambah dan sesuai dengan target yang sudah
ditentukan oleh sekolah. Serta melalui metode ini bacaan sisa akan
menjadi lebih baik. Karena guru akan memperdengarkan bacaan siswa
satu persatu.
d) Metode Tes
Metode tes adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menguji
keseluruhan hafalan siswa. Metode ini dengan menekankan pada materi
ketepatan bacaan (makhorijul huruf dan tajwid).
Selain beberapa metode di atas ada metode menghafal Al-Qur’an
dengan bimbingan guru. Dalam metode ini, para penghafal hanya
memerlukan keseriusan untuk mengonsentrasikan pemikirannya dalam
mendengar ayat-ayat yang akan dihafal yang dibacakan oleh guru
pembimbing. Metode ini biasanya dipakai oleh anak-anak dan tuna netra.
(Sa’dullah, 2008:54) mengungkapkan bahwa metode menghafal Al-Qur’an
yang dilakukan oleh bimbingan seorang guru tahfidz yaitu :
1) Talaqi
10
bukan saja dalam arti bahwa santri selalu belajar dan mengurus
kepentingan sendiri, tetapi pesantren juga tidak pernah menyandarkan
kehidupan kepada bantuan atau belas kasih orang lain. Namun, tidak
bersifat kaku, sehingga menolak orang atau pihak yang ingin
membantu. Kata mandiri mengandung arti tidak bergantung kepada
orang lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri. Kata ini sering kali
diterapkan untuk pengertian dan tingkat kemandirian yang berbeda-
beda.
d) Jiwa ukhuwah Islamiyah
Jiwa ukhuwah Islamiyah adalah jiwa persaudaraan atas dasar nilai-
nilai Islam. Kehidupan pesantren selalu diliputi suasana persaudaraan
yang akrab, segala kesenangan dirasakan secara bersama dengan
jalinan perasaan keagamaan. Persaudaraan ini bukan saja selama
mereka berada di pesantren, tetapi juga mempengaruhi arah persatuan
umat dalam masyarakat sepulang mereka dari pesantren kelak.
Ukhuwah Islamiyah adalah sebuah istilah yang menunjukkan
persaudaraan antara sesama muslim di seluruh dunia tanpa melihat
perbedaan warna kulit, bahasa, suku, bangsa, dan kewarganegaraan.
Yang mengikat persaudaraan itu adalah kesamaan keyakinan atau
iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka sama-sama bersaksi tiada
tuhan melainkan Allah SWT dan Muhammad itu adalah Nabi dan
utusan-Nya. Ikatan keimanan ini jauh lebih kukuh dan abadi
dibandingkan dengan ikatan-ikatan ainnya, bahkan lebih kuat
dibandingkan dengan ikatan darah sekalipun.
e) Jiwa kebebasan
Jiwa kebebasan yaitu bebas dalam berfikir, berbuat, menentukan masa
depan dan memilih jalan hidup dengan jiwa besar serta optimis
menghadapi kehidupan. Kebebasan itu bahkan sampai pada kebebasan
dari pengaruh asing dan barat (kolonial) disinilah sebabnya pesantren
saat masa kolonial dulu bersikap non kooperatif dan memilih
mengisolasi diri dari kehidupan ala Barat yang dibawa para penjajah.
2.3.3 Pendidikan Karakter
Azzachra Putri Hylda
13
Hal ini berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang dibuat oleh Diknas yaitu
nilai karakter religius.
Nilai-nilai religius adalah nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan
tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga unsur pokok
yaitu akidah, ibadah dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku sesuai
dengan aturan-aturan Illahi untuk mencapai kesejahteraan serta
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.39 Dari penjelasan tersebut sudah
jelas jika syarat menghafal Al-Qur’an ikhlas dan berakhlak terpuji
berhubungan dengan nilai-nilai karakter religius. Karena dengan menghafal
Al-Qur’an maka seseorang akan mempunyai sifat ikhlas dan mempunyai
akhlak terpuji yang relevan dengan nilai karakter religius.
(Rikunto, 2006:49) menyatakan syarat menghafal Al-Qur’an yaitu
disiplin waktu dan istikamah juga berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang
dibuat oleh Diknas yaitu disiplin. Disiplin merupakan suatu sikap/perilaku
yang pasti diharapkan oleh setiap pendidik agar kegiatan pembelajaran yang
dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan nilai-nilai karakter, maka
seseorang yang menjadi penghafal Al-Qur’an juga akan mempunyai
karakter disiplin terhadap waktu yang juga sangat relevan dengan nilai-nilai
karakter.
Sesuai dengan Firman Allah Q.S Al-Ashr 1-3
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dan tidak membeda-bedakan antara senior dan junior. Jiwa kebebasan yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren Miftahus Sa’adah sudah dapat dikatakan
baik antara lain santri dibebaskan untuk mengeluarkan ide, pendapat, dan
saran-saran dikotak yang sudah disediakan.
4.2.2 Proses Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Miftahus Sa’adah
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, proses
menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Miftahus Sa’adah dengan
memulai hafalan dari juz 30. Para santri diberikan waktu untuk menghafal
Al-Qur’an di setiap hari dari pukul 05.30-07.00 WIB. Setiap hari mereka
menghafal 1 halaman Al-Qur’an dan setiap bulannya sudah menghafal 1
juz. Metode yang mereka gunakan ialah metode Juz’i yaitu membaca
terlebih dahulu setiap ayat Al-Qur’an selama 10 kali dan menghafalnya.
Kemudian metode talaqi yakni setoran hafalan dilakukan setiap hari Sabtu,
dimana para santri yang tidak menyetorkan hafalan akan dikenakan sanksi.
Target Vsantri harus menghafal 15 juz.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulannya adalah hasil akhir dari sebuah penelitian dan perbandingan-
perbandingan teori yang sudah didapatkan. Adapun kesimpulan dari
penelitian ini terdapat dua yaitu:
1. Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Miftahus Sa'adah
Hasil penelitian tentang pendidikan karakter di Pondok Pesantren
Miftahus Sa'adah menunjukkan bahwa terdapat beberapa karakter yang
diterapkan oleh Pondok Pesantren dalam pembentukan watak dan
kepribadian yang menjadi jiwanya tersebut yaitu meliputi jiwa
keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa ukhuwah islamiah, dan jiwa
kebebasan. Keberhasilan pendidikan karakter di pesantren sangat
dipengaruhi oleh sikap keteladanan oleh kyai dan asatidz dalam
kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara berkelanjutan. Keberadaan
kyai dan asatidz dalam pesantren menjadi sangat penting karena bisa
membentengi jiwa bagi santri. Pendidikan karakter di Pondok Pesantren
merupakan hal yang harus ditanamkan, mengingat bahwa keberadaan
Pondok Pesantren menjadi solusi alternatif dalam memperbaiki karakter
masyarakat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.
2. Proses Menghafal Al-Qur'an di Pondok Pesantren Miftahus Sa'adah
Proses Menghafal Al-Qur'an di Pondok Pesantren Miftahus Sa'adah
sangat bagus dimana para santri menggunakan metode Juz’i yakni
dengan membaca setiap ayat terlebih dahulu sebanyak 10 kali kemudian
dihafalkan. Para santri memulai hafalan dari juz 30. Para santri diberikan
waktu untuk menghafal setiap hari pukul 05.30-07.00 WIB dan
dilanjutkan dengan metode talaqi dengan menyetorkan hafalannya setiap
hari Sabtu, dimana santri yang tidak menyetorkan hafalan akan
dikenakan sanksi. Target kelulusan para santri adalah menghafal 15 juz.
5.2 Saran
23
Dari hasil penelitian yang telah peneliti bandingkan dengan teori-teori yang
relevan dengan fokus permasalahan, maka peneliti memiliki saran-saran
sebagai berikut:
➢ Santri diharapkan dapat memanfaatkan waktu istirahat dengan baik
sehingga tidak menghambat pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya.
Dengan begitu penanaman nilai-nilai karakter yang diberikan pondok
pesantren melalui kegiatan-kegiatan tersebut dapat diserap secara
maksimal oleh santri. Selain itu, santri juga diharapkan bersungguh-
sungguh dalam mengikuti setiap kegiatan agar penanaman nilai-nilai
karakter yang diterapkan pondok pesantren dapat diserap secara maksimal
sehingga santri dapat memperbaiki perilaku buruk menuju perilaku baik.
➢ Pondok pesantren sebagai wadah dalam pengembangan nilai-nilai
karakter pada santri diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan
baik dari segi kegiatan yang diajarkan kepada santri ataupun dari mutu
tenaga pendidik sehingga dapat tercipta keberhasilan dalam pendidikan.
24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN