Anda di halaman 1dari 69

Pola Pendidikan Islam di Pesantren Bina Insan Mulia di

Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor


(Makalah)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Sejarah Lembaga Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Ijudin, S.Ag., M.Si.
Dr. Retno Anisa Larasati, M.M

Disusun oleh:

Iska Fatmawati (24092122012)


Yanto Permana (24092122019)
Nauval Daffa Roka (24092122006)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GARUT
2023

KATA PENGANTAR
‫َّٱلل‬
َّ ‫ْحنََّّالرحْيمَّماََّّشآءََّّٱَّّللََُّّّلََّّقُوةََّّإّلََّّب‬ ّٰ ‫ب ْسم‬
ٰ ْ ‫ََّّاّللَََّّّالر‬

Dengan rasa syukur dan pujian, penulis mengungkapkan terima kasih


kepada Allah SWT atas rahmat dan pertolongan-Nya yang memungkinkan
penyelesaian makalah ini. Semoga shalawat dan salam senantiasa mengalir kepada
Nabi Muhammad s.a.w., keluarga, sahabat, tabi'in, dan seluruh umat yang
mengikuti ajarannya.
Makalah berjudul "Pola Pendidikan Islam di Pesantren Bina Insan Mulia di
Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor” disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Sejarah Lembaga Pendidikan Islam di Program Pasca Sarjana, Prodi
Manajemen Pendidikan Islam, Universitas Garut.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan agar makalah ini
terwujud. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Kami
berharap bahwa karya sederhana ini dapat bermanfaat, baik bagi penyusun maupun
semua pihak yang membacanya. Amin.
Tidak ada karya yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan dan kelemahan karena
keterbatasan kemampuan dan wawasan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa depan.

Garut, 09 Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................ii
BABI
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan Penyusunan..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…..........................................................................5
A. Pengertian Pola Pendidikan Modern…....................................................5
B. Sejarah Perkembangan Pendidikan Modern di Indonesia.......................7
C. Peran pesantren dalam Pendidikan Islam Modern..................................13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................16
A. Jenis Penelitian……………………………………………………….16
B. Sumber Data………………………………………………………….16
C. Teknik Pengumpulan data……………………………………………17
BAB IV HASIL PENELITIAN.............................................................................19
A.Gambaran Umum Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon……………....19
B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Gontor………….……………...30
BAB V PEMBAHASAN .....................................................................................56
A.Kesamaan dan Perbedaan Pola Pendidikan Di kedua Pesantren……..56
B. Kelebihan dan Kekurangan Pola Pendidikan di kedua Pesantren……57
C.Peran Pesantren dalam menjaga keberlangsungan Pendidikan islam
Modern…………………………………………………………………58
BAB VI KESIMPULAN ......................................................................................61
A. Ringkasan Hasil Penelitian………………………………………...…61
B. Implikasi hasil penelitian......................................................................62
C.Saran Untuk Pebelitian Selanjutnya…………………………………..63

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................64


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Latar belakang makalah ini adalah fenomena pesantren yang masih
menjadi pusat pendidikan Islam di Indonesia. Pesantren merupakan lembaga
pendidikan tradisional yang memiliki peran penting dalam perkembangan
pendidikan Islam di Indonesia. Namun, dengan perkembangan zaman, pesantren
juga mengalami perubahan dalam pola pendidikan dan kurikulumnya agar tetap
relevan dengan kebutuhan masyarakat modern.
Pesantren Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor di
Jawa Timur adalah dua pesantren yang dikenal dengan pola pendidikan Islam
modernnya. Kedua pesantren ini menawarkan program pendidikan yang
menggabungkan antara ajaran agama dengan pendidikan umum seperti matematika,
sains, dan bahasa Inggris. Selain itu, pesantren juga memberikan pelatihan
keterampilan dan karakter untuk mengembangkan potensi siswa.
Perbandingan antara pola pendidikan di kedua pesantren ini sangat
menarik untuk dikaji, karena keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dalam
mengembangkan pendidikan Islam modern. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola pendidikan Islam modern di Pesantren Bina Insan
Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor, serta produk pendidikan yang
dihasilkan oleh kedua pesantren.
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas
tentang pola pendidikan Islam modern di pesantren dan bagaimana pesantren
sebagai lembaga pendidikan Islam dapat beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat
modern. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Dalam kajian ini, penulis
akan menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan studi literatur untuk mengumpulkan data tentang pola

1
pendidikan Islam modern di kedua pesantren dan produk pendidikan yang
dihasilkan.
Penelitian ini sangat penting, mengingat pentingnya peran pesantren dalam
pendidikan Islam modern di Indonesia. Melalui penelitian ini, diharapkan
masyarakat dan para pengambil keputusan dapat lebih memahami tentang pola
pendidikan Islam modern yang diadopsi oleh kedua pesantren dan memberikan
kontribusi dalam pengembangan pendidikan Islam yang lebih baik di Indonesia.
Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pesantren,
masyarakat, dan pemerintah dalam pengembangan pendidikan Islam modern di
Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi para
peneliti dan akademisi untuk melanjutkan penelitian terkait pendidikan Islam
modern di Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan pada kedua
pesantren yaitu Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor
sebagai objek penelitian. Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon merupakan pesantren
yang terletak di Cirebon, Jawa Barat dan didirikan pada tahun 1998. Sedangkan
Pondok Pesantren Gontor adalah pesantren yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur
dan telah didirikan sejak tahun 1926.
Melalui penelitian ini, penulis akan menelaah dan membandingkan pola
pendidikan Islam modern di kedua pesantren, seperti kurikulum, metode
pembelajaran, keterampilan yang diajarkan, dan juga produk pendidikan yang
dihasilkan oleh kedua pesantren. Dalam pembahasan, penulis akan
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari kedua pesantren serta peran
pesantren dalam menjaga keberlangsungan pendidikan Islam modern di Indonesia.
Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif
tentang pola pendidikan Islam modern di pesantren, sehingga dapat memberikan
sumbangsih dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pesantren lainnya yang ingin
mengadopsi pola pendidikan Islam modern. Dalam penelitian ini, penulis juga akan
membahas tantangan dan peluang dalam mengembangkan pola pendidikan Islam
modern di Indonesia. Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi yang
pesat, pesantren dihadapkan pada tantangan untuk tetap relevan dan dapat
beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat modern. Oleh karena itu, penulis akan

2
membahas bagaimana kedua pesantren mampu mengatasi tantangan ini, seperti
dengan melakukan penyesuaian kurikulum, penggunaan teknologi, dan
memberikan pelatihan keterampilan.
Penulis juga akan membahas peluang dalam mengembangkan pendidikan
Islam modern di Indonesia, seperti meningkatnya minat masyarakat terhadap
pendidikan Islam yang modern, dukungan pemerintah terhadap pengembangan
pesantren, dan kerjasama antar pesantren dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam kesimpulan, penulis akan merangkum hasil penelitian dan
membahas implikasi dari penelitian ini, seperti pentingnya pengembangan pola
pendidikan Islam modern di pesantren, peran pesantren dalam meningkatkan
kualitas pendidikan, dan rekomendasi untuk pengembangan pendidikan Islam
modern di Indonesia.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang pola pendidikan Islam modern di Indonesia, khususnya pada pesantren Bina
Insan Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor. Selain itu, diharapkan makalah
ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan Islam modern di
Indonesia dan memotivasi pesantren lainnya untuk mengadopsi pola pendidikan
yang lebih modern dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

B. Rumusan masalah
Dengan demikian, apa yang penulis uraikan pada bagian latar belakang
bisa diambil kesimpulan sebagai rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola pendidikan Islam modern yang diterapkan di pesantren Bina
Insan Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor?
2. Apa saja produk pendidikan yang dihasilkan oleh pesantren Bina Insan Mulia
Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor dalam menerapkan pola pendidikan
Islam modern?

3
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana pola pendidikan Islam modern yang diterapkan
di pesantren Bina Insan Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor
2. Untuk mengetahui Apa saja produk pendidikan yang dihasilkan oleh pesantren
Bina Insan Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor dalam menerapkan pola
pendidikan Islam modern

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian pola pendidikan Islam modern


Pola pendidikan Islam modern mengacu pada cara-cara yang digunakan
dalam mengembangkan pendidikan Islam agar lebih relevan dengan kebutuhan
zaman modern. Pola pendidikan ini memadukan nilai-nilai Islam dengan prinsip-
prinsip modernitas seperti teknologi, kebebasan berpikir, dan keterbukaan pada
berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pola pendidikan Islam modern menekankan pada pengembangan


keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat beradaptasi dengan perubahan
lingkungan, memanfaatkan teknologi, serta mengembangkan kemampuan dalam
berpikir kritis dan kreatif. Selain itu, pendidikan Islam modern juga menekankan
pada pentingnya pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, serta
kerjasama sosial.

Dalam pengaplikasiannya, pola pendidikan Islam modern biasanya


mengadopsi kurikulum yang lebih luas dan terintegrasi, serta menggunakan metode
pengajaran yang beragam seperti pembelajaran berbasis proyek, penggunaan
teknologi, dan kegiatan-kegiatan sosial yang dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam beradaptasi dan berkontribusi dalam masyarakat.

Pola pendidikan Islam modern merupakan upaya dalam memperbarui


pendidikan Islam agar tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat modern,
sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk dapat beradaptasi dan memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pendekatan yang digunakan dalam pola pendidikan Islam modern tidak hanya
sebatas pendekatan kognitif, tetapi juga menekankan pada pendekatan afektif dan
psikomotor. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memiliki kecerdasan yang lebih
holistik dan mampu beradaptasi secara baik dalam kehidupan sehari-hari.

5
Pendidikan Islam modern juga mengakomodasi berbagai perubahan dan
tantangan yang ada di era digital, seperti peningkatan akses informasi melalui
internet dan media sosial, serta memanfaatkan teknologi digital dalam pengajaran.
Dengan mengoptimalkan teknologi, pendidikan Islam modern dapat memberikan
akses pendidikan yang lebih luas dan memfasilitasi proses belajar mengajar dengan
lebih interaktif dan menyenangkan.

Pola pendidikan Islam modern tidak hanya diaplikasikan di lembaga-


lembaga pendidikan formal, seperti sekolah dan pesantren, tetapi juga di lembaga
pendidikan nonformal seperti majelis ta'lim dan lembaga pendidikan Islam lainnya.
Tujuannya adalah untuk memberikan pendidikan Islam yang lebih inklusif dan
responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Dalam konteks Indonesia, pendidikan Islam modern diaplikasikan dalam


berbagai lembaga pendidikan, salah satunya adalah pesantren. Pesantren Bina Insan
Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor merupakan contoh lembaga
pendidikan Islam modern yang telah berhasil mengimplementasikan pendekatan ini
dalam proses pembelajaran, sehingga mampu menghasilkan produk pendidikan
yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat modern. Berikut adalah
beberapa definisi dari pola pendidikan Islam modern menurut beberapa ahli:

1. Yusuf Al-Qardhawi: Menurut Al-Qardhawi, pola pendidikan Islam modern


adalah pendidikan yang menggabungkan antara pendidikan Islam dan
kemajuan modern dalam sains dan teknologi.
2. Munawar-Rahman: Menurut Munawar-Rahman, pola pendidikan Islam
modern adalah model pendidikan yang mengkombinasikan antara nilai-nilai
tradisional Islam dan kebutuhan pendidikan modern.
3. Syed Muhammad Naquib al-Attas: Menurut al-Attas, pola pendidikan Islam
modern adalah pendidikan yang menekankan pada pemahaman yang benar
tentang Islam dan hubungannya dengan kehidupan modern.
4. Ismail Raji al-Faruqi: Menurut al-Faruqi, pola pendidikan Islam modern adalah
model pendidikan yang tidak hanya berfokus pada hafalan Quran dan hadis,
tetapi juga memperhatikan bagaimana Islam dapat memberikan kontribusi
dalam memecahkan masalah-masalah modern.

6
5. Anwar Abbas: Menurut Anwar Abbas, pola pendidikan Islam modern adalah
model pendidikan yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan
kebutuhan masyarakat modern.

Secara umum, pola pendidikan Islam modern mengacu pada cara-cara


untuk memadukan nilai-nilai Islam dengan kemajuan modern dalam sains,
teknologi, dan kebutuhan masyarakat, sehingga mampu menghasilkan pendidikan
yang relevan dengan kebutuhan zaman dan mampu menghasilkan generasi Islam
yang tangguh dalam menghadapi tantangan masa depan.

B. Sejarah perkembangan pendidikan Islam modern di Indonesia


Pendidikan Islam telah ada di Indonesia sejak kedatangan agama Islam
pada abad ke-13. Namun, pendidikan Islam modern di Indonesia dimulai pada akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Pada tahun 1899, sebuah organisasi bernama Muhammadiyah didirikan


oleh Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Organisasi ini bertujuan untuk memperbaiki
kondisi masyarakat Indonesia dengan cara memperkuat ajaran Islam dan
memberikan pendidikan modern yang berbasis Islam. Muhammadiyah membuka
sekolah-sekolah modern pertamanya pada tahun 1912.

Pada tahun 1926, sebuah organisasi lain bernama Nahdlatul Ulama


didirikan oleh Kiai Haji Hasjim Asy'ari di Jombang, Jawa Timur. Organisasi ini
memiliki tujuan yang sama dengan Muhammadiyah, yaitu memperkuat ajaran
Islam dan memberikan pendidikan modern. Nahdlatul Ulama juga mendirikan
sekolah-sekolah modern yang berbasis Islam.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pendidikan Islam modern


semakin berkembang. Pemerintah Indonesia mendukung pendidikan Islam dengan
membangun sekolah-sekolah Islam dan mengadakan program pelatihan guru-guru
Islam. Pada tahun 1950, Universitas Islam Indonesia didirikan di Yogyakarta.
Universitas ini menjadi salah satu perguruan tinggi Islam terkemuka di Indonesia.

7
Pada tahun 1960-an, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan sistem
pendidikan nasional yang diatur oleh negara. Namun, pendidikan Islam terus
berkembang dan diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional.

Saat ini, pendidikan Islam modern di Indonesia terus berkembang dan


semakin beragam. Ada sekolah-sekolah Islam yang berbasis pesantren, sekolah-
sekolah Islam yang berbasis akademis, dan perguruan tinggi Islam. Beberapa
perguruan tinggi Islam terkemuka di Indonesia antara lain Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah di Jakarta, UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta, dan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim di Malang. Selain itu, pada tahun
1970-an muncul pula gerakan Islamisme di Indonesia, yang memperjuangkan
penerapan hukum Islam dan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
lebih konservatif. Gerakan ini sering dikaitkan dengan munculnya pesantren-
pesantren yang lebih radikal.

Pada tahun 1980-an dan 1990-an, terjadi perkembangan pesat dalam


pendidikan Islam di Indonesia. Beberapa perguruan tinggi Islam swasta didirikan,
seperti Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta. Selain itu, muncul pula gerakan-gerakan baru dalam pendidikan Islam,
seperti gerakan salafi dan gerakan Tarbiyah.

Dalam kurun waktu 2000-an, terjadi perkembangan pesat dalam


pendidikan Islam di Indonesia, baik dari segi kualitas dan kuantitas. Universitas
Islam Negeri yang telah ada sejak lama, semakin berkembang dan memperoleh
perhatian dari masyarakat. Di samping itu, banyak sekolah-sekolah Islam swasta
yang didirikan dengan fasilitas yang memadai dan berkualitas.

Pada saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah
pesantren terbesar di dunia, yang jumlahnya mencapai lebih dari 28.000 pesantren.
Sekolah-sekolah Islam modern juga terus berkembang dan memberikan kontribusi
yang besar dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Secara umum, perkembangan pendidikan Islam modern di Indonesia


mencerminkan semangat reformasi pendidikan Islam yang dilakukan oleh para
tokoh Islam pada awal abad ke-20, dan terus berkembang dengan adanya dukungan

8
dari pemerintah Indonesia dan masyarakat yang semakin menyadari pentingnya
pendidikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kemajuan bangsa. Pendidikan
Islam modern di Indonesia juga terus berkembang dalam hal pengembangan
kurikulum, peningkatan kualitas tenaga pengajar, penggunaan teknologi dalam
pembelajaran, dan berbagai program pengembangan lainnya. Salah satu inisiatif
terbaru adalah pengembangan pendidikan Islam berbasis STEM (Science,
Technology, Engineering, and Mathematics) yang diharapkan dapat membekali
para siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam era industri 4.0.

Selain itu, pendidikan Islam modern juga telah mulai berfokus pada
pengembangan keterampilan sosial, emosional, dan karakter, dengan
mengintegrasikan ajaran Islam dalam pembelajaran. Hal ini diharapkan dapat
membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga
memiliki moralitas dan karakter yang baik.

Perkembangan pendidikan Islam modern di Indonesia juga terus didukung


oleh para ulama dan tokoh-tokoh Islam, baik yang berasal dari Muhammadiyah,
Nahdlatul Ulama, maupun kelompok-kelompok Islam lainnya. Mereka memainkan
peran penting dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, serta dalam
memberikan arahan dan pemikiran yang relevan terkait dengan isu-isu pendidikan
Islam.

Secara keseluruhan, perkembangan pendidikan Islam modern di Indonesia


telah memberikan kontribusi yang besar dalam dunia pendidikan dan
perkembangan bangsa. Dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip ajaran Islam,
pendidikan Islam modern di Indonesia terus berkembang dan mengikuti
perkembangan zaman, sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat dan negara. Namun demikian, masih terdapat beberapa tantangan yang
perlu diatasi dalam pengembangan pendidikan Islam modern di Indonesia. Salah
satu tantangan utamanya adalah masalah kualitas pendidikan, terutama di
pesantren-pesantren yang masih kurang mendapatkan dukungan dari pemerintah
dan masyarakat dalam hal fasilitas dan tenaga pengajar yang berkualitas.

Tantangan lainnya adalah kurangnya integrasi antara pendidikan Islam


dengan pendidikan umum, sehingga siswa yang bersekolah di sekolah-sekolah

9
Islam mungkin kurang terlatih dalam bidang-bidang yang tidak termasuk dalam
kurikulum pendidikan Islam. Hal ini juga berdampak pada kurangnya kemampuan
siswa dalam bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Selain itu, masih terdapat perbedaan pandangan di antara masyarakat


Indonesia terkait dengan pendidikan Islam, baik dalam hal penerapan ajaran Islam
yang lebih konservatif, maupun dalam hal pengintegrasian ajaran Islam dalam
kurikulum pendidikan umum. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih serius
dalam merangkul semua pihak untuk mendukung pengembangan pendidikan Islam
modern di Indonesia.

Dalam rangka mengatasi tantangan-tantangan tersebut, pemerintah


Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam melalui
program-program seperti pengembangan tenaga pengajar yang berkualitas,
peningkatan akses pendidikan, dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam
yang terintegrasi dengan kurikulum pendidikan umum.

Secara keseluruhan, perkembangan pendidikan Islam modern di Indonesia


telah memberikan kontribusi yang besar dalam dunia pendidikan dan
perkembangan bangsa. Namun, tantangan-tantangan yang ada harus diatasi secara
serius agar pengembangan pendidikan Islam di Indonesia dapat terus berlanjut dan
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan negara. Selain upaya
pemerintah, pengembangan pendidikan Islam modern di Indonesia juga didukung
oleh berbagai organisasi dan lembaga yang peduli terhadap pendidikan, termasuk
lembaga swadaya masyarakat, yayasan pendidikan, dan organisasi-organisasi Islam
seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama merupakan organisasi-organisasi


Islam terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dalam bidang
pendidikan. Muhammadiyah didirikan pada tahun 1912 dan memiliki lebih dari
13.000 sekolah dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Sedangkan Nahdlatul
Ulama didirikan pada tahun 1926 dan memiliki lebih dari 20.000 pesantren dan
ribuan sekolah dan perguruan tinggi.

10
Kedua organisasi ini telah memberikan kontribusi yang besar dalam
pengembangan pendidikan Islam modern di Indonesia, termasuk dalam hal
pengembangan kurikulum, pengadaan buku-buku teks, dan pelatihan tenaga
pengajar. Selain itu, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama juga berperan aktif
dalam memberikan pencerahan dan arahan terkait dengan isu-isu pendidikan Islam
dan pengembangan pendidikan umum di Indonesia.

Selain Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, terdapat juga banyak


lembaga swadaya masyarakat dan yayasan pendidikan yang berperan aktif dalam
pengembangan pendidikan Islam modern di Indonesia, seperti Yayasan Pondok
Pesantren Modern Gontor, Yayasan Pesantren Islam Al-Falahiyah, dan lain-lain.

Dalam pengembangan pendidikan Islam modern di Indonesia, penting


untuk menjaga keseimbangan antara pengembangan akademik dan pengembangan
karakter. Selain itu, pengembangan pendidikan Islam modern juga harus
memperhatikan perkembangan teknologi dan tantangan global yang ada.

Dalam hal ini, penggunaan teknologi dalam pembelajaran dan


pengembangan kurikulum berbasis STEM dapat menjadi solusi yang tepat untuk
mempersiapkan siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam era industri 4.0.
Selain itu, integrasi antara pendidikan Islam dan pendidikan umum juga harus terus
ditingkatkan agar siswa yang bersekolah di sekolah Islam juga dapat bersaing di
tingkat nasional dan internasional.

Secara keseluruhan, pengembangan pendidikan Islam modern di Indonesia


telah memberikan kontribusi yang besar bagi dunia pendidikan dan perkembangan
bangsa. Dukungan dari pemerintah, organisasi-organisasi Islam, lembaga swadaya
masyarakat, dan masyarakat secara keseluruhan sangat penting untuk terus
memperkuat pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Dalam rangka
mengatasi tantangan dan mengembangkan pendidikan Islam modern di Indonesia,
terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan, di antaranya:

Meningkatkan kualitas tenaga pengajar dan fasilitas pendidikan:


Pemerintah Indonesia harus memberikan dukungan yang lebih besar dalam hal
pengembangan tenaga pengajar dan fasilitas pendidikan di pesantren dan sekolah-

11
sekolah Islam. Selain itu, lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan yayasan
pendidikan juga dapat berperan aktif dalam memberikan pelatihan dan dukungan
untuk tenaga pengajar.

Integrasi antara pendidikan Islam dan pendidikan umum: Pemerintah


Indonesia harus memastikan bahwa kurikulum pendidikan Islam terintegrasi
dengan kurikulum pendidikan umum sehingga siswa yang bersekolah di sekolah
Islam juga dapat bersaing di tingkat nasional dan internasional. Integrasi ini juga
dapat memperkuat keterampilan siswa dalam bidang STEM (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics) dan mempersiapkan siswa untuk era industri 4.0.

Pengembangan kurikulum pendidikan Islam: Diperlukan pengembangan


kurikulum pendidikan Islam yang lebih kontekstual dan relevan dengan tantangan
dan kebutuhan zaman. Kurikulum pendidikan Islam harus meliputi materi-materi
yang lebih luas dan terintegrasi dengan kurikulum pendidikan umum, sehingga
siswa dapat memperoleh keterampilan yang lebih holistik dan terintegrasi.

Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan: Pemerintah Indonesia


harus memberikan perhatian yang lebih besar dalam pembangunan sarana dan
prasarana pendidikan Islam, terutama di daerah-daerah yang kurang berkembang.
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa akses pendidikan Islam dapat diakses
oleh seluruh masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali.

Penelitian dan pengembangan pendidikan Islam: Diperlukan penelitian


dan pengembangan dalam bidang pendidikan Islam untuk menghasilkan inovasi
dan pengembangan yang lebih baik dalam pendidikan Islam. Penelitian dan
pengembangan dapat dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga-lembaga
penelitian yang berkaitan dengan pendidikan Islam.

Peningkatan kesadaran masyarakat: Dalam mengembangkan pendidikan


Islam modern, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pendidikan Islam dan peran pentingnya dalam perkembangan bangsa.
Kesadaran masyarakat dapat ditingkatkan melalui sosialisasi, kampanye, dan
berbagai kegiatan yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan
Islam.

12
Secara keseluruhan, pengembangan pendidikan Islam modern di Indonesia
merupakan tugas yang besar dan kompleks. Diperlukan dukungan yang kuat dari
pemerintah, organisasi-organisasi Islam, lembaga swadaya masyarakat, dan
masyarakat secara keseluruhan untuk memastikan bahwa pengembangan
pendidikan Islam di Indonesia dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat dan negara.

C. Peran pesantren dalam pendidikan Islam modern


Pesantren memainkan peran penting dalam pengembangan pendidikan
Islam modern di Indonesia. Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam
yang telah ada sejak lama di Indonesia dan terus berkembang hingga saat ini. Peran
pesantren dalam pendidikan Islam modern antara lain:

1. Membangun karakter dan moral: Salah satu tujuan utama pendidikan Islam
adalah untuk membangun karakter dan moral siswa yang baik. Di pesantren,
siswa dididik untuk memiliki nilai-nilai Islam yang kuat, seperti
kesederhanaan, kejujuran, keikhlasan, dan kepedulian sosial. Hal ini sangat
penting untuk membentuk pribadi yang tangguh dan memiliki etos kerja yang
kuat.
2. Menjaga keaslian dan keberlanjutan pendidikan Islam: Pesantren dapat
mempertahankan dan melestarikan aspek-aspek tradisional dalam pendidikan
Islam, seperti ilmu keagamaan, budaya, dan bahasa Arab. Hal ini sangat
penting untuk memastikan bahwa pendidikan Islam tidak terlupakan dan dapat
diteruskan ke generasi berikutnya.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan: Pesantren dapat memperluas cakupan
pendidikan Islam dengan memperkenalkan kurikulum yang lebih luas,
terutama dalam bidang sains, teknologi, dan matematika (STEM). Selain itu,
pesantren juga dapat memberikan pelatihan dan pengembangan untuk tenaga
pengajar agar dapat memberikan pendidikan yang lebih baik dan relevan
dengan zaman.
4. Mengembangkan wawasan keislaman: Di pesantren, siswa dapat mempelajari
lebih dalam tentang ajaran Islam, sejarah Islam, dan nilai-nilai keislaman. Hal
ini dapat membantu siswa untuk memahami Islam secara lebih komprehensif
dan memperkuat keyakinan mereka sebagai umat Islam.

13
5. Membangun hubungan antara pesantren dan masyarakat: Pesantren dapat
berperan sebagai pusat kegiatan masyarakat dan membantu mengembangkan
kegiatan sosial dan budaya di sekitarnya. Hal ini dapat memperkuat hubungan
antara pesantren dan masyarakat serta memberikan manfaat yang besar bagi
perkembangan masyarakat setempat.

Secara keseluruhan, peran pesantren dalam pendidikan Islam modern


sangat penting untuk memastikan bahwa pendidikan Islam dapat terus berkembang
dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan negara. Pesantren dapat
menjadi mitra penting bagi pemerintah dan lembaga pendidikan lainnya dalam
mengembangkan pendidikan Islam modern di Indonesia. Selain itu, peran pesantren
dalam pendidikan Islam modern juga mencakup:

1. Meningkatkan literasi dan keterampilan: Pesantren dapat membantu


meningkatkan literasi dan keterampilan siswa dalam bidang-bidang seperti
membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur'an. Selain itu, pesantren juga dapat
memberikan pelatihan keterampilan praktis, seperti pertanian, kerajinan
tangan, dan keterampilan teknis lainnya yang dapat membantu siswa untuk
memperoleh pekerjaan atau membuka usaha sendiri di masa depan.
2. Mempromosikan toleransi dan kerukunan antaragama: Pesantren dapat
mempromosikan nilai-nilai toleransi dan kerukunan antaragama, yang sangat
penting untuk membangun masyarakat yang harmonis dan damai. Di
pesantren, siswa dari berbagai latar belakang agama dapat belajar bersama dan
saling menghormati, sehingga dapat memupuk sikap saling menghargai dan
memahami perbedaan.
3. Membantu mengatasi masalah sosial: Pesantren dapat membantu mengatasi
berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat, seperti kemiskinan,
pengangguran, dan kenakalan remaja. Di pesantren, siswa dapat belajar untuk
menjadi pemimpin yang baik dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat sekitar.

Dalam beberapa tahun terakhir, pesantren juga semakin diakui oleh


pemerintah sebagai lembaga pendidikan yang penting dalam mengembangkan
pendidikan Islam modern di Indonesia. Pemerintah telah memberikan berbagai

14
dukungan dan insentif untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan
Islam di pesantren. Hal ini termasuk program pemberian bantuan pendidikan,
pelatihan bagi tenaga pengajar, serta pengembangan kurikulum yang lebih relevan
dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Sebagai hasilnya, pesantren dapat semakin
meningkatkan perannya dalam membentuk karakter generasi muda dan
memperkuat nilai-nilai keislaman di Indonesia.

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Untuk makalah dengan judul "Pola Pendidikan Islam Modern: Studi Kasus
Pesantren Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor di Jawa
Timur", jenis penelitian yang tepat adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
cocok untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena yang kompleks dan
multidimensional, seperti pola pendidikan Islam modern di pesantren.
Penelitian kualitatif akan memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan
data tentang pengalaman, sikap, pandangan, dan praktik dari para peserta dalam
konteks nyata di pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor.
Penelitian kualitatif juga dapat memberikan sudut pandang yang lebih mendalam
tentang bagaimana pola pendidikan Islam modern di pesantren tersebut terbentuk,
diimplementasikan, dan dievaluasi oleh para pengelola, guru, siswa, dan orang tua.
Dalam penelitian kualitatif, metode pengumpulan data yang dapat
digunakan meliputi wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil dari
penelitian ini kemudian dapat dianalisis menggunakan metode analisis tematik atau
grounded theory untuk memperoleh pemahaman yang lebih rinci tentang pola
pendidikan Islam modern di pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren
Gontor.

B. Sumber data
Untuk makalah dengan judul "Pola Pendidikan Islam Modern: Studi Kasus
Pesantren Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor di Jawa
Timur", berikut beberapa sumber data yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian:

1. Data sekunder dari pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor
seperti informasi tentang sejarah, visi, misi, kurikulum, dan program
pendidikan Islam modern yang diselenggarakan.

16
2. Laporan kegiatan dan program dari pengurus dan tenaga pengajar pesantren
Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor yang terbaru.
3. Wawancara dengan para pengurus, guru, siswa, dan orang tua siswa di
pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor, yang dapat
memberikan informasi tentang pola pendidikan Islam modern yang diterapkan.
4. Observasi langsung di kelas dan kegiatan di pesantren Bina Insan Mulia dan
Pondok Pesantren Gontor, yang dapat memberikan informasi tentang
bagaimana pola pendidikan Islam modern diimplementasikan dalam konteks
nyata.
5. Studi literatur tentang pendidikan Islam modern, pola pendidikan di pesantren,
dan pendidikan di Indonesia.
6. Data sekunder yang diperoleh dari lembaga pemerintah, organisasi keagamaan,
dan institusi pendidikan terkait, seperti data statistik tentang pendidikan di
Indonesia dan peraturan-peraturan terkait pendidikan Islam modern.

Dengan menggunakan sumber data di atas, peneliti dapat menganalisis


pola pendidikan Islam modern yang diterapkan di pesantren Bina Insan Mulia dan
Pondok Pesantren Gontor dengan lebih komprehensif dan akurat.

C. Teknik pengumpulan data


Berikut ini adalah beberapa teknik pengumpulan data yang dapat
digunakan:
1. Wawancara: Peneliti dapat melakukan wawancara dengan beberapa responden
seperti pengurus, guru, siswa, dan orang tua siswa di pesantren Bina Insan Mulia
dan Pondok Pesantren Gontor. Wawancara dapat dilakukan secara tatap muka
atau melalui telepon atau video conference, tergantung pada ketersediaan
responden. Wawancara dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang
lebih rinci tentang pola pendidikan Islam modern yang diterapkan di pesantren
dan juga tentang pengalaman pribadi dan persepsi para responden tentang
pendidikan di pesantren.
2. Observasi: Peneliti dapat melakukan observasi langsung di pesantren Bina Insan
Mulia dan Pondok Pesantren Gontor untuk memperoleh informasi tentang
bagaimana pola pendidikan Islam modern diimplementasikan dalam konteks
nyata. Observasi dapat dilakukan di kelas, asrama, dan kegiatan-kegiatan lain di

17
pesantren. Observasi ini dapat membantu peneliti untuk memperoleh informasi
tentang interaksi guru-siswa, materi pembelajaran, dan metode pengajaran yang
diterapkan di pesantren.
3. Studi dokumen: Peneliti dapat melakukan studi dokumen untuk memperoleh
informasi tentang sejarah, visi, misi, kurikulum, dan program pendidikan Islam
modern yang diselenggarakan di pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok
Pesantren Gontor. Dokumen yang dapat digunakan untuk studi ini antara lain
brosur, buku panduan, kurikulum, dan program pendidikan.
4. Focus group discussion (FGD): Peneliti juga dapat melakukan FGD dengan
kelompok-kelompok tertentu seperti guru, siswa, atau orang tua siswa di
pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor. FGD dapat
digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pandangan dan persepsi kelompok-kelompok ini tentang pola pendidikan Islam
modern yang diterapkan di pesantren.

Dengan teknik pengumpulan data yang tepat, peneliti dapat memperoleh


data yang akurat dan relevan untuk analisis pola pendidikan Islam modern yang
diterapkan di pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor.

18
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM PESANTREN BINA INSAN MULIA CIREBON


• PENDAHULUAN
Pesantren Bina Insan Mulia (BIM) merupakan salah satu pesantren
modern yang terletak di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Pesantren ini didirikan
pada tahun 1989 oleh KH. H. Abdul Malik Karim Amrullah dan terus berkembang
hingga saat ini.

Pesantren BIM memiliki kurikulum yang terintegrasi antara agama dan


umum dengan fokus pada pendidikan karakter dan keterampilan praktis. Pesantren
ini juga memiliki program unggulan seperti pelatihan kewirausahaan, bahasa
Inggris, dan komputer. Siswa di pesantren BIM juga diajarkan tentang
kepemimpinan, kemandirian, dan disiplin.

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pesantren BIM juga cukup
lengkap, antara lain asrama untuk siswa, masjid, gedung perkantoran, gedung kelas,
laboratorium komputer, lapangan olahraga, serta perpustakaan. Pesantren BIM juga
menyediakan berbagai fasilitas dan kegiatan ekstrakurikuler seperti seni budaya,
voli, futsal, dan bela diri.

Pesantren BIM juga menjalin kerja sama dengan berbagai instansi dan
organisasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengembangan potensi
siswa. Salah satu contoh kerja sama adalah dengan Balai Latihan Kerja (BLK)
Cirebon dalam pelatihan keterampilan praktis.

Dengan visi "menjadi pesantren modern terkemuka yang melahirkan


generasi muslim berkarakter dan mandiri serta mampu berkontribusi dalam
pembangunan bangsa dan umat", Pesantren BIM terus berupaya untuk memberikan
pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan tuntutan zaman.

Pesantren Bina Insan Mulia menjadi salah satu dari 10 pesantren


percontohan Nusantara menurut Kementerian Pendidikan Malaysia, bekerja sama
dengan production house (PH) Serangkai Filem SDN BHD, Kuala Lumpur.

19
Pesantren ini dinilai unggul berkat sistem cluster dan akselerasi yang
diberlakukannya. Dengan sis tem ini, para pelajar langsung difo kus kan mengejar
target sesuai mi nat dan bakat masing-masing, dengan masa pendidikan lebih
pendek tanpa mengorbankan mutu. Pesantren ini juga unggul karena memiliki SMK
Broadcast Pertelevisian dan Perfilman. Di Indonesia, jumlah sekolah serupa sangat
sedikit, apalagi di bawah naungan pesantren.

Seperti diketahui, dunia broadcasting tumbuh dan berkembang sangat


pesat. Ia membutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM) bermutu. Hingga kini,
kebutuhan itu belum terpenuhi. SMK Broadcast Pertelevisian dan Perfilman Bina
Insan Mulia diyakini mampu mengisi kebutuhan itu. Selain karena punya
kemampuan teknis memadai, para lulusannya telah terbingkai moralitas pesantren
yang kokoh.

Selain itu, sebagai lembaga pendidikan, SMK Broadcast Pertelevisian dan


Perfilman Bina Insan Mulia bukan sekadar tempat menuntut ilmu, tapi juga tempat
menggali sekaligus menuangkan inspirasi. Tak heran, kreativitas tumbuh dan
berkembang baik di sini. Kreativi tas merupakan modal dasar untuk meng - hasilkan
karya-karya unggulan.

Berdasarkan penilaian di atas, pemerintah Malaysia mengirimkan


utusannya untuk mengetahui lebih banyak tentang pesantren ini. Salah satunya
TV3, televisi resmi pemerintah Malaysia, yang ditu gas kan meliput model
pembelajaran di sini, untuk kemudian disiarkan di sana. "Pesantren ini bagus,
karena memadukan sistem salaf dan modern.

• SEJARAH SINGKAT DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

Lahirnya Pondok Pesantren Bina Insan Mulia tak bisa lepas dari keberadaan
Pondok Pesantren Al-Ikhlas Tegal Koneng yang didirikan oleh almarhum
KH.Sirojuddin pada tahun 1942. Abah Siroj, begitu panggilan akrab beliau,
berhijrah dari Pondok Pesantren Bobos ke sebuah perkampungan yang pada saat itu
dikenal masyarakat dengan nama Tegal Koneng. Di kampung itulah beliau membeli
tanah lalu mendirikan tempat ibadah, rumah, dan tempat pengajian. Seiring dengan

20
waktu dan kiprah beliau di masyarakat, terutama di bidang keagamaan, maka dalam
waktu yang tidak begitu lama, Tegal Koneng telah menjadi pusat pendidikan
keislaman dan dakwah. Masyarakat kala itu mengenalnya sebagai Pondok
Pesantren Tegal Koneng. Di masa itu, santri datang dari berbagai daerah sekitar,
antara lain dari Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Uniknya, pada
saat itu yang mau menjadi santri bukan hanya anak-anak usia pelajar, tapi juga para
lanjut usia. Bahkan pada dua hari khusus, yaitu hari Rabu dan Jumat, diadakan
pengajian rutin yang langsung dipimpin Abah Siroj. Ratusan orang dari berbagai
daerah sekitar berduyun-duyun mendatangi pengajian ini.

Sepeninggal KH. Siroj, pesantren diteruskan oleh putra sulung beliau, yaitu
KH. Anas Sirojuddin, alumnus Pondok Pesantren Kempek dan Pondok Pesantren
Lasem. Di masa kepemimpinan KH. Anas Sirojuddin, sistem dakwah dan
pendidikan di pesantren diperluas dengan mendirikan lembaga formal, antara lain:
Madrasah Diniyah dan Madrasah Tsanawiyah, PAUD, dan TK. Semua lembaga
tersebut diberi nama Al-Ikhlas. Atas restu KH. Anas Sirojuddin, pada tahun 2012 ,
Pondok Pesantren Al-Ikhlas diubah nama dan sistemnya secara total oleh putra
bungsunya, yaitu KH. Imam Jazuli, Lc. MA, yang menjadi generasi ketiga dari
KH.Sirojuddin.

Nama pesantrennya diganti menjadi Pesantren Bina Insan Mulia (Pesantren


BIMA) dimana seluruh santri diwajibkan tinggal di asrama agar dapat mengikuti
seluruh proses dan aktivitas pendidikan pesantren. Dengan berlangsungnya sistem
Pendidikan di bawah manajemen Pesantren Bina Insan Mulia, maka perubahan
besar telah terjadi. Lembaga pendidikan yang dulunya ada di pesantren Al-Ikhlas
seperti Madrasah Diniyah,TK, PAUD, dll diserahkan dan dipindahkan kepada
pihak masyarakat sekitar. Sementara tanah yang sebelumnya digunakan pesantren
Al-Ikhlas dibeli oleh KH. Imam Jazuli, Lc.MA, pengasuh Pesantren Bina Insan
Mulia, sekaligus membeli tanah di sekitar untuk perluasan area pesantren, kecuali
Masjid dan sedikit pekarangannya karena telah diwakafkan sejak KH. Sirojuddin.

Sistem pendidikannya diubah dengan tetap berpegang teguh pada asas untuk
melestarikan warisan lama yang masih bagus dan menciptakan inovasi baru yang
lebih bagus. Maka berdirilah SMK Broadcast Pertelevisin berbasis pesantren pada

21
tahun 2012 sebagai SMK berbasis pesantren pertama di Indonesia dan kemudian
berdiri SMP – Islam Terpadu berbasis pesantren pada tahun 2013. Dua tahun
kemudian, 2015, SMK membuka jurusan baru yaitu Teknik Komputer Jaringan,
Teknik Kendaraan Ringan, dan Multimedia.

Pada tahun 2015 pula terbentuk koperasi pondok pesantren Bina Insan
Mulia dengan nama BIMA MART serta pembangunan studio televisi dan stasiun
televisi dengan nama BIMA TV. Untuk sementara, jangkauan BIMA TV meliputi
Wilayah Tiga Cirebon seperti Cirebon, Indramayu, Kuningan dan Majalengka yang
terus akan dilakukan perluasan jangkauan. Tahun 2016 lalu, Pesantren Bina Insan
Mulai membuka MA Unggulan Bina Insan Mulia. Sekolah ini didesain khusus
untuk mencetak ulama sekaligus cendekiawan yang kompetitif secara lokal,
nasional, dan global.

Mereka yang diterima di program MA Unggulan ini adalah siswa-siswi


SMP / Tsanawiyah yang secara konsisten menduduki peringkat 1-5 di sekolahnya.
Perubahan demi perubahan terus dilakukan, perbaikan demi perbaikan terus
ditingkatkan, dan semua itu untuk mewujudkan visi pesantren yang dicita-citakan.

• Melestarikan Tradisi Spiritual


Konsentrasi Pendidikan pesantren adalah penguatan spiritual. Jam’iyah
Hizb Hirzil Jausyan merupakan kegiatan rutin alumni pesantren Lirboya Kediri
untuk menguatkan benteng spiritualnya. KH Imam Jazuli Lc MA sebagai alumnus
Pesantren Lirboyo termasuk salah satu yang berusaha mmelestarikan tradisi
spiritual Hizb Hirzil Jausyan. Kegiatan tersebut diadakan setiap Kamis ba’da Isya,
di Pesantren Bina Insan Mulia yang, dihadiri alumni Pesantren Lirboyo se-Wilayah
III Cirebon. Setelah berlangsung acara setahun, acara digelar di Ballroom Luxton
Hotel & Convention, Cirebon. Ratusan kyai alumni Lirboya memadati hotel
tersebut dan menjadi semakin istimewa lagi karena dihadiri Pimpinan Pesantren
Lirboyo, yaitu: Abuya KH Abdullah Kafabihi Mahrus beserta keluarga dan Gus
Reza beserta keluarga. Gus Reza dalam sambutannya mengatakan bahwa acara ini
adalah yang pertama kali diselenggarakan di hotel bintang lima dan semoga ini
dapat menginsprasi pesantren lain tanpa mengurangi bobot refleksi spiritualnya.

22
Sementara Abuya KH.Abdulah Kafabihi lebih menegaskan agar para
alumni Lirboyo tetap konsen menjaga kelestarian tradisi spiritual
• Pesantren Berwajah Etnik
Memahami budaya adalah aspek sangat penting bagi pendidikan dan ini
tak bisa dihadirkan hanya melalui pengajaran. Inilah alasan paling mendasar kenapa
Pesanten Bina Insan Mulia sejak tahun 2016 telah merintis pembangunan pesantren
berwajah etnik dan menjadi yang pertama di Indonesia.
Pembangunan pesantren berwajah etnik ini disentralkan pada asrama putri,
masjid putri, dan miliunya. Seluruh bangunan di dalamnya menggunakan material
kayu jati dan nangka yang didatangkan dari seluruh kawasan nusantra dengan rata-
rata usia di atas 150 tahun. “Selain untuk mendidik santri mengenai pentingnya
budaya dan menawarkan suasana belajarm yang unik bagi santriwati, pesantren
etnik ini juga dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan kepada wali santri yang
berkunjung agar mereka terangsang memahami kekayaan budaya sekaligus
berwisata”, jelas KH. Imam Jazuli, Lc, MA

• Seleksi Santri Baru di Hotel Aston


Pondok Pesantren Bina Insan Mulia mengadakan tes seleksi masuk santri
baru untuk tahun ajaran 2017/2018, di Ballroom Hotel Aston Cirebon. Sudah lima
tahun ini tes seleksi pesantren tersebut diadakan di sana demi pelayanan yang lebih
prima dan untuk memberi kenyamanan peserta tes. “Demi menjaga kenyamanan
dan kemudahan akses para calon santri baru yang datang dari berbagai kota di
Indonesia, kami memilih Hotel Aston sebagai tempat pengenalan pesantren dan
seleksinya,” ujar Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, KH Imam Jazuli Lc MA.
Menurut beliau, demi menjaga obyektivitas penilaian, tim penguji didatangkan dari
lembaga yang kredibel dan terpercaya, yaitu Kalasuba Institute of Singapore, dan
Bright Consulting Jakarta. Kedua lembaga inilah yang menguji psikotes, tes IQ,
SQ, tes minat dan bakat. Sedangkan tes keagamaan akan ditangani oleh civitas
pesantren. Ketua Panitia tes seleksi, Ustadzah Zahro S.Pd.I, menyampaikan,
pesantren mengadakan tes seleksi masuk kepada sekitar 500 calon santri. Tapi
kuota yang dibuka hanya 320 santri. Jadi sekitar 180 pelamar lainnya tidak dapat
diterima masuk Pesantren Bina Insan Mulia. “Saya melihat minat calon wali santri

23
yang ingin anaknya masuk pesantren sangat bagus. Namun memang kuota kami
terbatas. Jadi tidak bisa menerima semuanya”, tandasnya

• Orientasi Santri Baru


Untuk mempercepat proses adaptasi santri baru setiap tahun, Pesantren
Bina Insan Mulia senantiasa mengadakan program orientasi. Program ini diadakan
satu hari setelah santri masuk pesantren. Program ini berlangsung selama empat
hari di Taman Wisata dan Rekreasi Sidomba, Kuningan, 27-30 Juli 2017. Kegiatan
menjadi sangat menantang sekaligus menyenangkan. Selain untuk mempercepat
adaptasi, program ini bertujuan untuk menjembatani saling-kenal sesama santri
baru, melatih kemandirian mereka, dan mambangun kerjasama. Selama mengikuti
program, para santri dilatih untuk mengikuti berbagai kegiatan pramuka sekaligus
menikmati permainan outbound. seperti: flying fox, two line bridge,
spidernet,hiking, tracking, dan bermain ATV. Pada tahun 2017 ini sebanyak 320
santri baru mengikuti program ini dan diharapkan setelah mengikuti program ini
para santri baru sudah mengenal pesantrennya dan temantemannya sekaligus
memahami apa yang harus dilakukan ke depan

• Madrasah Aliyah Berorientasi Global

Madrasah Aliyah Unggulan Bina Insan Mulia dibuka pada tahun ajaran
2017/2018. Sesuai dengan namanya, MA Unggulan Bina Insan Mulia merupakan
Madrasah Aliyah yang unggul. Menerima hanya 40 santri terbaik yang memiliki
ranking 1 s.d. 5 dari sekolah menengah pertamanya secara kontinyu, siswa-siswi
MA Unggulan Bina Insan Mulia kemudian di-cluster sesuai minat, bakat, dan
kecenderungan keahliannya, tak seperti kebanyakan Lembaga pendidikan formal
lain di Indonesia. “Metode pembelajaran yang digunakan mengadopsi sekolah
Finlandia, dimana siswa diberi kebebasan memilih program sesuai yang mereka
inginkan. Dan itu melatih kemandirian dan tanggung jawab mereka dalam belajar,”
tutur KH Imam Jazuli Lc MA selaku pengasuh pesantren. Santri MA Unggulan
Bina Insan Mulia mengikuti program akselerasi pada 2 tahun pertamanya,
akselerasi tersebut berupa penguasaan Bahasa (Inggris dan Arab), Tahfidz Al-
Qur’an, Qiro’atul Kutub, dan Ilmu Eksak. Sementara 1 tahun terakhirnya adalah

24
persiapan meraih beasiswa pendidikan. Beliau menegaskan, siswa MA Unggulan
ditargetkan dapat meraih beasiswa di universitas-universitas luar negeri (Eropa,
Timur Tengah, Asia, dan Australia) dan Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia.
Oleh karenanya, MA Unggulan Bina Insan Mulia memiliki tenaga pengajar yang
profesional dibidangnya. Terdapat empat pengajar bergelar master S2 dari kampus
dalam dan luar negeri, dan lebih dari 30 pengajar lainnya sarjana dari perguruan
tinggi terbaik lainnya.

• SMK Bina Insan Mulia Bina Insan Mulia jurusan Broadcast Pertelevisian
dan Teknik Komputer Prakerin ke MNC Animation dan Trans7
Sebanyak 58 santri/pelajar SMK Bina Insan Mulia jurusan Broadcast
Pertelevisian dan Teknik Komputer Jaringan melaksanakan praktik kerja industri
(prakerin) ke MNC Animation, Selasa (28/10/2016). Ini merupakan program
tahunan untuk mengembangkan SDM yang merupakan tantangan di era globalisasi
saat ini. Dalam kegiatan di Gedung MNC lantai 7 tersebut, Head of Business
Development MNC Animation, Suhendra Wijaya, menjelaskan, pengembangan
SDM merupakan usaha yang harus dilakukan untuk membentuk santri berkualitas,
kreatif, inovatif dengan memilik keterampilan dan daya saing mumpuni. “Kegiatan
seperti ini merupakan pintu masuk dunia kerja bagi adikadik, karena mengarahkan
kita pada bidang yang akan kita geluti nanti
Dalam sesi diskusi, para santri/ - pelajar dikejutkan oleh kehadiran dua
petinggi MNC Animation, yakni Head of Producer Mandegani Duniarto, dan
Creative Director Widhi Saputro. Mereka sempat memberikan sambutan, sekaligus
terlibat dalam diskusi. Para santri/pelajar sangat antusias memberikan pertanyaan.
Berikutnya, para santri/pelajar berkesempatan melihat ruang pembuatan animasi.
Saat itulah kejutan berikutnya datang, yakni hadirnya Chief Producer MNC
Animation, Seung Hyun-oh, yang juga pejabat tinggi Disney. Ia begitu akrab
dengan para santri/pelajar. Sementara itu, saat Prakerin ke Trans7, para
santri/pelajar juga berkesempatan melihat aktivitas di balik layar pertelevisian,
seperti di ruang produksi, pengambilan gambar, dan sebagainya. Para santri/pelajar
bahkan terlibat langsung dalam program Opera Van Java. Salah satu kru Trans7,
Ade W, menyatakan, prakerin Bina Insan Mulia merupakan terobosan baru dalam

25
dunia pendidikan tingkat menengah. Biasanya prakerin semacam itu dilakukan para
mahasiswa.

• Pesantren Broadcast Pertelevisian dan Perfilman Pertama di Indonesia


Selain melahirkan ulama, Pesantren Bina Insan Mulia juga bertekad kuat
melahirkan broadcaster yang handal dan juga seniman yang kreatif. “Semoga
mereka memiliki kemampuan braoadcasting yang mumpuni untuk meneruskan
dakwah Walisongo di Nusantara”, doa KH Imam Jazuli dalam melepas kelulusan
angkatan ketiga alumni SMK Broadcast Pertelevisian Bina Insan Mulia.
Pesantren Bina Insan Mulia adalah satu-satunya pesantren di Indonesia
yang membuka program pendidikan SMK Broadcast dan telah meluluskan alumni
tiga angkatan. Sebagian besar melanjutkan kuliah di berbagai perguruan tinggi di
dalam dan luar negeri. Pilihan untuk membuka program broadcasting
dilatarbelakangi oleh alasan terkait dengan semakin pentingnya peranan media bagi
masyarakat, lebihlebih jika dikaitkan dengan dunia dakwah. Dengan berbekal ilmu
agama dilengkapi dengan keterampilan media dan musik, diharapkan alumni SMK
Broadcast Bina Insan Mulia ini menjadi generasi pembawa solusi bagi kepentingan
agama, bangsa, dan negara.
• SMK keperawatan Prakerin di Rumah Sakit Mitra Plumbon
Pelajar SMK Keperawatan Bina Insan Mulia melaksanakan observasi
dalam rangka praktik kerja industry (prakerin) di Rumah Sakit Mitra Plumbon,
Sabtu, 21 Oktober 2017. Kegiatan itu memberikan pengalaman belajar bagi para
pelajar untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Di dunia kerja, ada banyak ilmu dan pengalaman baru, yang tak
dijumpai di sekolah. Antara lain teknik keperawatan, serta teknologi terbaru. Lewat
prakerin, pelajar bisa mengukur sejauh mana jarak antara teori yang mereka peroleh
di sekolah dan praktik keperawatan di du nia kerja.Dengan demikian, mereka tahu
apa yang ha rus dikejar agar tetap di depan, minimal tak tertinggal terlalu
jauh.Dengan prakerin, pelajar juga semakin menyadari pen tingnya profesionalitas,
disiplin, dan tanggung jawab dalam bekerja. Pelayanan keperawatan harus
dilakukan seoptimal mungkin. Sebab, jika tidak, dampaknya bisa serius. Kesalahan
sedikit saja bisa berakibat fatal, khususnya bagi pasien.

26
• Menjadikan Bahasa Inggris Sebagai BAHASA HARIAN DAN ILMU
PENGETAHUAN
Menyadari Bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan global dan bahasa ilmu
pengetahuan, maka Pesantren Bina Insan Mulia telah mencanangkan Bahasa
Inggris sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh para santri dan guru.
Para santri dilatih untuk menggunakan Bahasa Inggris dalam percakapan
sehari-hari. Mereka diawasi dan di bimbing oleh mentor bahasa yang terdiri dari
santri senior dan guru-guru. Untuk mempercepat penguasaan Bahasa Inggris,
mereka diwajibkan mengikuti program pidato,encouragement program dan
enrichment program antara lain pengiriman kader Kampung Inggris di Pare Kediri,
Home Stay ke Malaysia dan Singapura atau mendatangkan native speaker dari
Jakarta.
Khusus bagi santri yang melanjutkan study ke luar negeri melalui jalur
beasiswa, Pesantren Bina Insan Mulia menyediakan bimbingan khusus persiapan
TOEFL untuk bisa mendapatkan grade di atas 500.

• Mempelopori Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa

Pesantren Bina Insan Mulia menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa


Pesantren kepada Ubaydillah Anwar, di Ballroom Hotel Aston Cirebon, Minggu
(21/5/2017). Ini merupakan penganugerahan gelar pertama ala pesantren di
Indonesia. Acara berlangsung khidmat, dihadiri sekitar 700 tamu. Tampak antara
lain mantan Rektor IAIN Syekh Nurjati Prof Dr Maksum Mochtar M.Ag, puluhan
kyai, ratusan guru dan dosen, tokoh masyarakat, santri, dan wali santri. Mereka
sangat antusias mengikuti acara tersebut. Ubaydillah dinilah layak memperoleh
gelar tersebut, karena memenuhi tiga kriteria dasar, yakni karya, kontribusi, dan
kesalehan (akhlakul karimah). Ia telah menulis lebih dari seribu artikel yang telah
diterbitkan sejumlah media nasional dan professional di sejumlah perusahaan. Ia
juga telah menulis lebih dari 45 buku di bidang soft skill, spiritualitas, dan ke-Islam-
an yang telah diterbitkan berbagai penerbit nasional. Ia juga aktif menjadi nara
sumber seminar, workshop, dan training yang diselenggarakan oleh berbagai
perusahaan nasional, multinasional, BUMN, kantor kementerian, dan kelompok

27
masyarakat di bidang soft skill. Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, KH Imam
Jazuli Lc MA, menyatakan, “Gelar Doktor Honiris Causa Pesantren ini berbeda
dengan gelar Honoris Causa di universitas yang telah menetapkan kriteria dan
ketentuan sendiri. Kami hormati itu dan tidak mau menabrak aturan itu. Yang kami
lakukan hari ini adalah murni penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa ala
pesantren, bukan ala perguruan tinggi.” Istilah Doktor digunakan, lanjutnya, karena
santri-santri yang mendapat gelar itu adalah mereka yang telah berkarya dan
berkontribusi di bidang ilmu pengetahuan, baik pengetahuan umum, pendidikan,
maupun pengembangan masyarakat. Sejak pesantren dirintis Wali Songo, sudah
ada ratusan santri yang memenuhi kriteria tersebut, tapi belum satu pun yang
mendapat penghargaan akademik. “Saya sudah memikirkan hal itu sejak aktif di
PBNU akhir tahun 2011, dan alhamdulillah, hari ini terlaksana. Kalau bukan
pesantren yang proaktif menghargai prestasi santri, lantas berharap pada siapa?”
ujarnya, disambut tepuk tangan meriah hadirin. Tujuan penghargaan tersebut,
lanjutnya, adalah nuntuk memberi motivasi dan apresiasi kepada santri-santri
Indonesia berprestasi. Meski demikian, ia setuju perlu ada standardisasi yang jelas
agar gelar kehormatan itu benar-benar tepat tujuan dan kelayakannya agar tidak
disalahgunakan untuk kepentingan lain di luar ilmu pengetahuan

• SMP IT Bina Insan Mulia Menjalin Kerjasama dengan Ma’had Tsanawi


Al-Azhar Kairo Mesir

Dimulai pada periode 2017/2018 ini, Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon
mengadakan kerja sama dengan Ma’had Tsanawi, sekolah setingkat Madrasah
Aliyah di Al-Azhar Mesir. Klausul kerja sama tersebut memungkinkan lulusan
SMP IT Bina Insan Mulia melanjutkan studi ke Ma’had Tsanawi Al-Azhar Mesir.\

Di sana, mereka akan dididik dengan berbagai ilmu, layaknya sekolah


SLTA di sini, dengan menggunakan Bahasa Arab selama tiga tahun dan setelah
selesai bisa langsung diterima di Universitas Al-Azhar, Mesir. Setelah dilakukan
seleksi, terpilihlah 11 santri Bina Insan Mulia yang siap berangkat ke Mesir pada
September 2018. Keunggulan program ini adalah penguasaan Bahasa Arab yang
lebih mendalam karena mereka dilatih untuk mempelajari berbagai materi, mulai

28
dari ilmu sosial, eksakta, dan ilmu lain dengan bahasa Arab. Tak hanya itu, mereka
juga punya keunggulan dalam pemahaman terhadap budaya Mesir secara khusus
dan budaya Timur Tengah secara umum.

• Aktif dan Berprestasi di Ajang Pramuka Nasional


Tim pramuka Pesantren Bina Insan Mulia aktif berpartisipasi pada ajang
pramuka nasional. Berbagai ajang diikuti dan beragam prestasi pun diraih. Salah
satu ajang yang diikuti adalah Perkemahan Regu Penggalang Ma’arif NU
(Pergamanas NU) I, 7-12 Januari 2015, di Pesantren Khas Cirebon. Kegiatan itu
dibuka Menteri Agama, H Lukman Hakim Syaifudin. Pesantren Bina Insan Mulia
mengirimkan dua belas tim putraputri berjumlah 104 orang. Upacara pembukaan
yang diikuti 3.980 anggota penggalang Ma’arif NU dari seluruh Indonesia dan
dihadiri pula oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Menteri Pemuda dan
Olahraga Imam Nahrowi, Ketua Umum PBNU KH Said Aqiel Siraj.
Pada tahun 2017, Pesantren Bina Insan Mulia juga mengirimkan dua tim
putra putri ke Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma’arif NU Nasional (Perwimanas)
II di Magelang, Jawa Tengah, diikuti 13.000 peserta. Kegiatan bertema
“Ahlussunnah wal Jama’ah: Kokohkan karakter Generasi Bangsa” itu dihadiri
Presiden Joko Widodo, didampingi Ketua Umum PBNU KH Said Aqiel Siraj,
beserta rombongan. Secara keseluruhan, tim yang dikirim Pesantren Bina Insan
Mulia mampu bersaing dengan peserta lain dalam berbagai kompetisi yang
diadakan. Salah satunya berhasil menjadi juara dua nasional kompetisi keaswajaan.

• Fokus pada Peningkatan Soft Skill Guru


Tak bisa dipungkiri bahwa guru merupakan jangkar utama peningkatan
mutu pendidikan. Karena itulah Pesantren Bina Insan Mulai menaruh perhatian
besar terhadap perbaikan mindset guru, motivasi, dan kompetensi mereka melalui
kegiatan training, coaching, dan conseling. “Sasaran pengembangan dan pelatihan
guru lebih banyak difokuskan pada soft skill”, jelas KH Imam Jazuli, MA Training
diadakan secara berkala, setiap tiga bulan sekali. Sedangkan untuk coaching dan
counsling-nya dilakukan sesuai kebutuhan.
Untuk menghadirkan sensasi baru bagi para guru, training kerap dilakukan
di hotel, antara lain Hotel Grage Sangkan, Kuningan, Aston Hotel, Cirebon, dan

29
inhouse trainig . Materi training dimulai dari sinkronisasi mindset. “Kami tidak
butuh pekerja, yang kami butuhkan adalah pejuang yang besama kami
mengembangkan pesantren, karena itulah dibutuhkan sinkronisasi”, tegas KH.
Imam Jazuli. Training lanjutan diberikan sesuai prioritas kebutuhan dan tuntutan
perkembangan, antara lain: motivasi spiritual, creative teaching, teamwork
building, leadership, professional skill, power of loyalty, professional
communication, dan lain-lain. Bertindak sebagai trainer, coach dan counselor
adalah Dr (HC) Ubaydillah Anwar dari Kalasuba Institute. Dalam setiap
penyajiannya, Ubaydillah selalu mensinergikan antara konsep sains modern dan
nilai-nilai pesantren yang bersumber dari ajaran Islam dan kearifan budaya.

B. Gambaran umum Pondok Modern Gontor


1. PENDAHULUAN
GONTOR
SINTESA KESULTANAN CIREBON DAN PONDOK TEGALSARI
TRIMURTI PENERUS SUNAN GUNUNG DJATI
(Dari Kesultanan Cirebon Ke Tegalsari Menuju Gontor)
20 September 1926 M / 12 Rabiul Awwal 1345 H

30
Sebuah pondok pada dasarnya merupakan sebuah asrama pendidikan
Islam tradisional di mana para siswanya (santri) tinggal bersama di bawah
bimbingan seorang atau lebih guru yang lebih dikenal dengan kiai. Dengan istilah
pondok pesantren dimaksudkan sebagai suatu bentuk pendidikan keislaman yang
melembaga di Indonesia. Pondok atau asrama merupakan tempat yang sudah
disediakan untuk kegiatan bagi para santri. Adanya pondok ini banyak menunjang
segala kegiatan yang ada. Hal ini didasarkan jarak pondok dengan sarana pondok
yang lain biasanya berdekatan sehingga memudahkan untuk komunikasi antara kiai
dan santri, dan antara satu santri dengan santri yang lain.

Istilah Modern menurut KH. Hasan Abdullah Sahal pernah mengatakan


“Pondok itu berjiwa modern”. bahwa modern berarti berpikir integral, berpikiran
maju, tidak dikotomis, adil dan menghargai efisiensi waktu. Berpikiran integral,
berarti tidak parsial ataupun sekular. Tidak melulu duniawi ataupun hanya
akhiratnya saja, melainkan keduanya. Di Gontor, kurikulum dan pola hidup
dibentuk secara integral. Ada pelajaran agama dan pelajaran umum. Ada
pembentukan karakter (tarbiyah) dan gerakan belajar mengajar (ta’lim).
Pengembangan sumber daya manusia dimaksimalkan, untuk totalitas pendidikan.

Darussalam merupakan nama yang sematkan pada Pondok Modern Gontor


sehingga Namanya adalah Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG).
Darussalam (bahasa Arab: ‫ )دار السالم‬berarti negeri yang damai atau Gontor sendiri
mengartikannya dengan “Kampung Damai”. Nama ini juga disebut dalam firman-
Nya pada surat Al-An'am ayat 127 yang artinya: "Bagi mereka (disediakan)
Darussalam (surga) di sisi Tuhannya...". Dan surat Yunus ayat 25 yang artinya:
“Allah menyeru (manusia) ke Dārussalām (surga) dan memberi petunjuk kepada
siapa yang Dia kehendaki menuju jalan yang lurus”.

Gontor adalah sebuah tempat yang terletak lebih kurang 3 km sebelah


timur Tegalsari dan 11 km ke arah tenggara dari kota Ponorogo. Pada saat itu,
Gontor masih merupakan kawasan hutan yang belum banyak didatangi orang.

31
Bahkan dikenal sebagai tempat persembunyian para perampok, penjahat,
penyamun bahkan pemabuk.

Pondok Gontor atau dikenal sebagai Pondok Modern Gontor memiliki


nama lengkap Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah sebuah pondok
pesantren dengan system pendidikan modern yang memadukan Pendidikan umum
dan agama. Pondok Modern Darussalam Gontor berdiri pada tanggal 20 September
1926 bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1345, beralamat di Kabupaten Ponorogo,
Jawa Timur.

Dimulai dengan jenjang pendidikan dasar Tarbiyatul Athfal. Kemudian


pada 19 Desember 1936 yang bertepatan dengan 5 Syawwal 1355, didirikanlah
Kulliyatu-l-Muallimin al-Islamiyah, yang program pendidikannya diselenggarakan
selama 6 tahun, setingkat dengan jenjang pendidikan menengah. Dan pada tanggal
17 November 1963 yang bertepatan dengan 1 Rajab 1383 didirikan sebuah
perguruan tinggi bernama Perguruan Tinggi Darussalam (PTD). Kemudian
berganti menjadi Institut Pendidikan Darussalam (IPD), yang selanjutnya berganti
menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID). Sejak tahun 1996 ISID telah
memiliki kampus sendiri di Demangan, Siman, Ponorogo. Dan memiliki tiga
Fakultas:

1) Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan


Bahasa Arab
2) Fakultas Ushuluddin dengan jurusan Perbandingan Agama, dan Akidah dan
Filsafat, dan
3) Fakultas Syariah dengan jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum, dan
jurusan Manajemen Lembaga Keuangan Islam.

2. GAGASAN DAN CITA-CITA


Apakah gagasan dan cita-cita para pendiri Pondok Modern Darussalam
Gontor Ponorogo sehingga mempunyai tekad yang begitu besar? Cita-citanya
terutama adalah rasa tanggung jawab memajukan ummat Islam dalan mencari ridha
Allah. Tempat yang dipilih untuk mewujudkan cita-cita itu adalah Pondok

32
Pesantren, yaitu lembaga pendidikan Islam yang pernah berjaya pada masa nenek
moyang mereka tatapi pada saat itu telah mati.
Pendidikan pondok pesantren adalah model pendidikan Islam yang dipakai
dan berlaku di Indonesia. Di negara-negara lain, pendidikan Islam telah banyak
mengalami kemajuan dan perkembangan. Karena situasi penjajahan dan lain-lain,
lembaga pendidikan pesantren di Indonesia belum mampu berkembang pesat
sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan di negara-negara Islam lainnya. Karena
itu pengembangan pondok pesantren di Indonesia perlu mengambil kaca
perbandingan dari lembaga-lembaga Islam di luar negeri yang serupa dengan sistem
pendidikan pesantren.

• Gontor sebagai Sintesa Al-Azhar, Syanggit, Aligarh dan Santiniketan.


Para Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, pada awal
pembangunan Pondok Gontor Baru telah MENGKAJI berbagai lembaga
pendidikan terkenal dan maju di luar negeri, khususnya yang sesuai dengan sistem
pondok pesantren.
Di Mesir terdapat Universitas AL-AZHAR yang terkenal dengan
keabadiannya. Al-azhar bermula dari sebuah masjid yang didirikan oleh Penguasa
Mesir dari Daulah Fatimiyyah. Universitas ini telah hidup ratusan tahun dan telah
memiliki harta wakaf yang mampu memberi beasiswa kepada siswa dari seluruh
dunia.
Di Mauritania terdapat Pondok SYANGGIT. Lembaga pendidikan ini
harum namanya berkat kedermawanan dan keikhlasan para pengasuhnya. Syanggit
adalah lembaga pendidikan yang dikelola dengan jiwa keikhlasan; para pengasuh
mendidik murid-murid siang-malam serta menanggung seluruh kebutuhan santri.
Di India terdapat Universitas Muslim ALIGARH, sebuah lembaga
pendidikan modern yang membekali mahasiswanya dengan ilmu pengetahuan
umum dan agama serta memjadi pelopor revival of Islam.
Di India juga terdapat perguruan SANTINIKETAN, didirikan oleh
Rabindranath Tagore, seorang filosuf Hindu. Perguruan yang dikenal dengan

33
kedamaiannya ini berlokasi di kawasan hutan, serba sederhana dan telah mampu
mengajar dunia.
Keempat lembaga pendidikan tersebut menjadi idaman para pendiri
Pondok Modern Darussalam Gontor, karena itu mereka hendak mendirikan
lembaga pendidikan yang merupakan sintesa dari empat lembaga di atas.

• Bermula dari Kongres Umat Islam


Gagasan untuk membangun Gontor Baru dan gambaran tentang bentuk
pendidikan dan lulusannya DIILHAMI oleh peristiwa dalam Konggres Ummat
Islam Indonesia di Surabaya pada pertengahan tahun 1926. Kongres itu dihadiri
oleh tokoh-tokoh ummat Islam Indonesia, misalnya H.O.S.Cokroaminoto, Kyai
Mas Mansur, H. Agus Salim, AM. Sangaji, Usman Amin, dan lain-lain.
Dalam kongres tersebut diputuskan bahwa umat Islam Indonesia akan
mengutus wakilnya ke Muktamar Islam se-Dunia yang akan diselenggarakan di
Makkah. Tetapi timbul masalah tentang siapa yang akan menjadi utusan. Padahal
utusan yang akan dikirim ke Muktamar tersebut harus mahir sekurang-kurangnnya
dalam bahasa Arab dan Inggris. Dari peserta kongres tersebut tak seorang pun yang
menguasai dua bahasa tersebut dengan baik. Akhirnya dipilih dua orang utusan,
yaitu H.O.S. Cokroaminoto yang mahir berbahasa Inggris dan K.H. Mas Mansur
yang menguasai bahasa Arab. Peristiwa ini mengilhami Pak Sahal yang hadir
sebagai peserta konggres tersebut akan perlunya mencetak tokoh-tokoh yang
memiliki kriteria di atas.
Kesan-kesan Kyai Ahmad Sahal dari kongres itu menjadi topik
pembicaraan dan merupakan masukan pemikiran yang sangat berharga bagi bentuk
dan ciri lembaga yang akan dibina di kemudian hari.
Selain itu, situasi masyarakat dan lembaga pendidikan di tanah air saat itu
juga mengilhami timbulnya ide-ide mereka. Banyak sekolah yang dibina oleh
zending-zending Kristen yang berasal dari Barat mengalami kemajuan yang sangat
pesat; guru-guru yang pandai dan cakap dalam penguasaan materi dan metodologi
pengajaran serta penguasaan ilmu jiwa dan ilmu kemasyarakatan. Sementara itu,
lembaga pendidikan Islam belum mampu menyamai kemajuan mereka. Diantara
sebab ketidakmampuan itu adalah kurangnya pendidikan Islam yang dapat

34
mencetak guru-guru Muslim yang cakap, berilmu luas dan ikhlas dalam bekerja
serta memiliki tanggung jawab untuk memajukan masyarakat
Dari sisi lain, lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada saat itu sangat
timpang, satu lembaga pendidikan memberikan pelajaran umum saja dan
mengabaikan pelajaran-pelajaran agama, lembaga-lembaga pendidikan lain hanya
mengajarkan ilmu agama dan mengesampingkan pelajaran umum. Padahal
keduanya adalah ilmu Islam dan sangat diperlukan oleh ummat Islam. Maka
pondok pesantren yang akan dikembangkan itu harus memperhatikan hal ini .
Situasi sosial dan politik bangsa Indonesia berpengaruh pula pada
pendidikan; banyak lembaga pendidikan yang didirikan oleh partai-partai dan
golongan-golongan politik. Dalam lembaga pemdidikan itu ditanamkan pelajaran
tentang partai atau golongan. Sehingga timbul fanatisme golongan. Sedangkan para
pemimpinnya terpecah karena masuknya benih-benih perpecahan yang disebarkan
oleh penjajah. Maka lembaga pendidikan itu harus dibebaskan dari kepentingan
golongan atau partai politik tertentu, dan “berdiri di atas dan untuk semua
golongan”
Tidak dapat disangkal bahwa ummat Islam Indonesia, juga ummat Islam
di seluruh dunia, terbagi ke dalam berbagai suku, bangsa, negara, dan bahasa;
mereka juga terbagi ke dalam aliran-aliran paham agama; mereka juga terbagi-bagi
ke dalam kelompok-kelompok organisasi dan gerakan baik dalam bidang politik,
sosial, dakwah, ekonomi, maupun yang lain. Kenyataan ini menunjukkan adanya
faktor pengkategori yang beragam. Tetapi, harus tetap disadari bahwa kategori-
kategori tersebut tidak bersifat mutlak. Karena itu, semua dasar klasifikasi tersebut
tidak boleh dijadikan dasar pengkotak-kotakan ummat yang menjurus kepada
timbulnya pertentangan dan perpecahan di antara mereka. Maka lembaga
pendidikan harus berusaha menanamkan kesadaran mengenai hal ini, serta
mengajarkan bahwa faktor pengkategori yang sebenarnya adalah Islam itu sendiri;
ummat Islam seluruhnya adalah bersaudara dalam satu ukhuwwah diniyyah.
Bangsa ini terus berkembang dan semua itu menjadi perhatian,
pengamatan, dan pemikiran para pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Secara bertahap sistem pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor berjalan
dengan berbagai percobaan pengembangan dari waktu ke waktu. Ketiga pendiri

35
yang memiliki latarbelakang pendidikan yang berbeda itu saling mengisi dan
melengkapi, sehingga Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor
menjadi seperti sekarang ini.
Namun semua yang ada saat ini belum mencerminkan seluruh gagasan dan
cita-cita para pendiri Gontor. Karena itu adalah tugas generasi penerus untuk
memelihara, mengembangkan dan memajukan lembaga pendidikan ini demi
tercapainya cita-cita para pendirinya.
• SELAYANG PANDANG
Visi :
• Sebagai lembaga pendidikan pencetak kader-kader pemimpin umat, menjadi
tempat ibadah talab al-’ilmi; dan menjadi sumber pengetahuan Islam, bahasa al-
Qur’an, dan ilmu pengetahuan umum, dengan tetap berjiwa pesantren.

Misi
1. Membentuk generasi yang unggul menuju terbentuknya khaira ummah.
2. Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi,
berbadan sehat, berpengeta-huan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat
kepada masyarakat.
3. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju
terbentuknya ulama yang intelek.
4. Mewujudkan warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.

Tujuan
1. Terwujudnya generasi yang unggul menuju terbentuknya khaira ummah.
2. Terbentuknya generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.
3. Lahirnya ulama intelek yang memiliki keseimbangan dzikir dan pikir.
4. Terwujudnya warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.

Motto

36
1. Berbudi tinggi
2. Berbadan sehat
3. Berpengetahuan luas
4. Berpikiran bebas

Panca Jiwa
1. Keikhlasan
2. Kesederhanaan
3. Berdikari
4. Ukhuwah Islamiyah
5. Jiwa Bebas

Panca Jangka
1. Pendidikan dan Pengajaran
2. Kaderisasi
3. Pergedungan
4. Pengadaan Sumber Dana
5. Kesejahteraan Keluarga Pondok

Orientasi Pendidikan & Pengajaran


1. Keislaman
2. Keilmuan
3. Kemasyarakatan

Strategi Pendidikan
1. Kehidupan Pondok dengan segala TOTALITASNYA menjadi media
pembelajaran dan pendidikan.
2. Pendidikan berbasis komunitas: segala yang didengar, dilihat, dirasakan,
dikerjakan, dan dialami oleh para santri dan warga Pondok dimaksudkan untuk
mencapai tujuan pendidikan.

Profil Alumni

37
1. Mukmin, muslim, muhsin.
2. Komit pada perjuangan.
3. Perekat ummat.
4. Berjiwa guru.
5. Warga negara yang baik.

Kurikulum KMI
1. Kurikulum KMI terdiri dari Ilmu Pengetahuan Umum 100%, Ilmu Pengetahuan
Agama 100%.
2. Hal ini menunjukkan bahwa antara ilmu agama dan umum tidak dapat
dipisahkan, semuanya ilmu Islam. Semua bersumber dari Allah dengan segala
ciptaan-Nya atau segala sesuatu yang lahir dari ciptaan-Nya.
3. Secara mendasar, tujuan pengajaran kedua macam ilmu tersebut adalah untuk
membekali siswa dengan dasar-dasar ilmu menuju kesempurnaan menjadi
‘abid dan khalifah.
4. Kurikulum KMI tidak terbatas pada pelajaran di kelas saja, melainkan
keseluruhan kegiatan di dalam dan di luar kelas merupakan proses pendidik-an
yang tak terpisahkan.

Isi Kurikulum
1. Bahasa Arab
2. Bahasa Inggris
3. ‘Ulum Islamiyah; (Tauhid, Fiqh, Ilmu Bahasa Arab dan Inggris, Faroid,
Manthiq, dll) untnk kelas II ke atas menggunakan bahasa Arab dan Inggris
sebagai bahasa pengantar.
4. Keguruan
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Keindonesiaan/Kewarganegaraan

Guru KMI

38
1. Berasal dari tamatan KMI Gontor, atau lulusan KMI yang telah tamat belajar
di perguruan tinggi dalam maupun luar negeri; dan wajib bertempat tinggal di
asrama.
2. Tugas:
o Sebagai guru/pendidik;
o Sebagai mahasiswa ISID;
o Sebagai pembantu Pondok: tata usaha, pengurus unit usaha, pembimbing
kegiatan santri, dll.

Peningkatan Kompetensi Guru


1. Penataran dan Pelatihan
2. Ta’hil (Pengayaan Guru Materi Pelajaran) – Program Mingguan.
3. Tugas Belajar
4. Pemeriksaan Satuan Pelajaran
5. Supervisi Pengajaran
6. Pemeriksaan Pencapaian Target KBM dengan memeriksa catatan siswa.

Kegiatan KMI
1. Kegiatan Harian: KBM di kelas dan Lab. IPA, Komputer.
2. Kegiatan Mingguan: Pertemuan Guru (setiap Kamis siang), Pertemuan Ketua
Kelas (setiap Jum’at malam), Rapat Pengurus KMI (setiap Rabu malam).
3. Kegiatan Tengah Tahunan: Ujian Tengah Semester I & II dan Ujian Akhir
Semester I & II.
4. Kegiatan Tahunan: Kajian kitab klasik dan kontemporer, latihan membuka
kamus arab, praktek mengajar, economic study tour, penulisan karya ilmiah,
manasik haji.
5. Bentuk Evaluasi/Ujian: Tengah Semester, Semester, dan Akhir (EBTA).
6. Semester & EBTA: Lisan; Tulis; dan Praktek.

Kalender Kegiatan
1. Pendaftaran Calon Siswa & Daftar Ulang: 2 – 10 Syawwal.
2. Pembukaan Tahun Pelajaran: 11 Syawwal.

39
3. Ujian Masuk KMI: 11 Syawwal
4. Ujian Semester I: 13 Safar – 8 R. Awwal.
5. Liburan Semester I: 10 – 19 R. Awwal.
6. Ujian Akhir (EBTA) Kelas VI: 1 J. Tsaniyah – 21 Rajab; Praktek Mengajar,
Ujian Lisan, Ujian Tulis.
7. Ujian Semester II: 25 Rajab – 18 Sya’ban.
8. Liburan Semester II: 20 Sya’ban – 10 Syawwal.

Pengakuan
1. Menteri Pendidikan dan Pengajaran Republik Arab Mesir, tahun 1957
2. Kementerian Pengajaran Kerajaan Arab Saudi, tahun 1967
3. University of the Punjab, Lahore, Pakistan, tahun 1991
4. Dirjen Binbaga Islam Depag RI th. 1998
5. Menteri Pendidikan Nasional RI th. 2000

Syarat Masuk KMI


1. Tamat SD/MI atau SLTP (utk program Intensif).
2. Lulus Tes Lisan: Al-Qur’an dan Ibadah.
3. Lulus Tes Tulis: Hitung Angka, Hitung Soal, Bahasa Indonesia, dan Imla’
(dikte arab).
4. Sehat jasmani & rohani (pemeriksaan di BKSM Pondok Modern Gontor).
5. Memenuhi persyaratan administrasi.
6. Siap bertempat tinggal di asrama.
Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Pramuka
2. Olahraga
3. Kesenian
4. Latihan Pidato dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris
5. Khutbah Jum’at
6. Tau’siyah Diniyah
7. Diskusi
8. Kursus Komputer

40
9. Praktek di Laboratorium Bahasa
10. Kursus Jurnalistik
11. Majalah Dinding dalam bahasa Arab dan Inggris
12. Baca buku di Perpustakaan
13. Keterampilan
14. Praktek Manajemen Organisasi dan Koperasi
15. Bersih Lingkungan,
16. Praktek Haji,
17. Rihlah Iqtishodiyyah
18. ‘Amaliayh Tadris,
19. Bahsul Masa’il
20. Pengabdian, dll.
3. SEJARAH AWAL
a. PONDOK TEGALSARI
Pondok Tegalsari merupakan cikal bakal Pondok Modern Darussalam
Gontor yang didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Besari pada abad ke-18, di Desa
Jetis Ponorogo. Pada masanya Pondok Tegalsari sangat termasyhur, sehingga
banyak santri dari berbagai daerah di nusantara belajar di sana. Kepemimpinan
Pondok Tegalsari berlangsung selama enam generasi.
Periode Nama Keterangan
Generasi 1 Kyai Ageng Hasan Besari w.1760
Generasi 2 Kyai Ilyas
Generasi 3 Kyai Hasan Yahya
Generasi 4 Kyai Hasan Besari II w. 1862
Generasi 5 Kyai Hasan Anom w. 1873
Generasi 6 Kyai Hasan Khalifah w. 1883

Di masa Kyai Hasan Khalifah, pada pertengahan abad ke-19, Pondok


Tegalsari mulai mengalami kemunduran. Kemudian, untuk meneruskan Pondok
Tegalsari, Kyai Hasan Khalifah menikahkan putri bungsunya yang Bernama

41
Oemijatin (dikenal dengan Nyai Sulaiman) dengan santri kesayangannya bernama
R.M. Sulaiman Djamaluddin, yang merupakan keturunan Keraton Kasepuhan
Cirebon. Selanjutnya mereka diberi tugas mendirikan pesantren baru di desa
Gontor, yang di kemudian hari dikenal dengan Pondok Gontor Lama.

b. PONDOK GONTOR LAMA


Beserta dengan 40 santri orang yang dibawa dari Pondok Tegalsari, Kyai
R.M. Sulaiman Djamaluddin bersama istrinya Oemijatin, mendirikan Pondok
Pesantren di desa Gontor yang masih merupakan wilayah hutan. Kepemimpinan
Pondok Gontor Lama berlangsung selama tiga generasi:
1) Generasi 1: Sulaiman Djamaluddin (pendiri Pondok Gontor Lama)
2) Generasi 2: Archam Anom Besari (putra dari Sulaiman Djamaluddin)
3) Generasi 3: Santoso Anom Besari (putra dari Archam Anom Besari)

Kyai Santoso Anom Besari menikah dengan Rr. Sudarmi, keturunan R.M.
Soryodiningrat (Bupati Madiun). Dan Kyai Santoso Anom Besari wafat pada tahun
1918 dan meninggalkan 7 anak, sebuah rumah sederhana dan Masjid tua warisan
nenek moyangnya. Maka kepemimpinan Pondok Gontor Lama pun berakhir.
Rr. Sudarmi (Nyai Santoso Anom Besari) berjuang mendidik putera-
puterinya agar dapat meneruskan perjuangan nenek moyangnya dan dapat
menghidupkan kembali Pondok Gontor lama yang telah mati. Ibu Nyai Santoso
memasukkan tiga puteranya ke beberapa pesantren dan lembaga pendidikan lain
untuk memperdalam agama. Sayangnya, Ibunya wafat saat ketiga puteranya masih
dalam masa belajar.dan tidak sempat menyaksikan kebangkitan Pondok Gontor
Kembali. Dan di kemudian hari, 3 dari tujuh putra-putri Kyai Santoso Anom Besari
yaitu Ahmad Sahal (anak kelima), Zainuddin Fannani (anak keenam), dan Imam
Zarkasyi (anak bungsu) yang dikenal dengan trimurti menghidupkan kembali
Pondok Gontor Lama dengan memperbarui system pendidikan serta kurikulumnya.
Hari ini Pondok itu sudah menjadi salah satu Lembaga Pendidikan Islam Modern
terbesar di Indonesia, yang dikenal dengan Pondok Gontor atau Pondok Modern
Darussalam Gontor.

42
c. PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR
Setelah menuntut ilmu di berbagai pesantren tradisional dan lembaga
modern di dalam maupun luar negeri, tiga orang putra Kyai Santoso Anom akhirnya
kembali ke Gontor dan pada tanggal 20 September 1926 M yang bertepatan dengan
tanggal 12 Rabiul Awwal 1345 H, tepatnya dalam peringatan Maulid Nabi SAW,
mereka mengikrarkan berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG).
Ketiganya dikenal dengan sebutan Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam
Gontor, yaitu:
1) Ahmad Sahal (1901–1977)
2) Zainudin Fananie (1908–1967)
3) Imam Zarkasyi (1910–1985)

Pembukaan Tarbiyatul Athfal, 1926


Langkah pertama untuk menghidupkan kembali Pondok Gontor adalah
dengan membuka Tarbiyatul Athfal (T.A.); suatu program pendidikan anak-anak
untuk masyarakat Gontor. Materi, prasarana, dan sarana pendidikannya sangat
sederhana. Semuanya dilakukan dengan modal seadanya. Tetapi dengan
kesungguhan, keuletan, kesabaran, dan keikhlasan pengasuh Gontor Baru, usaha ini
telah dapat membangkitkan kembali semangat belajar masyarakat desa Gontor.
Program inipun pada berikutnya tidak hanya diikuti oleh anak-anak, orang dewasa
juga ikut belajar di tempat ini. Peserta didiknya juga tidak terbatas pada masyarakat
desa Gontor, tetapi juga masyarakat desa sekitar.
Para santri T.A. itu dididik langsung oleh Pak Sahal (panggilan populer
untuk K.H. Ahmad Sahal). Dengan beralaskan tikar dan daun kelapa, pendidikan
dilangsungkan pada siang dan malam. Pada siang hari mereka belajar di bawah
pepohonan di alam terbuka, sedangkan pada malam hari mereka belajar diterangi
oleh lampu batok (tempurung kelapa).
Berkat kegigihan dan keuletan beliau, pada tiga tahun pertama para santri
yang belajar di Pondok Gontor telah mencapai jumlah 300. Mereka belajar tanpa
dipungut biaya apapun. Bahkan tidak jarang pengasuh Pondok yang memenuhi
keperluan sehari-hari mereka. Pada prinsipnya, tujuan utama pembelajaran di

43
Tarbiyatul Athfal adalah penyadaran siswa terhadap pemahaman dan pelaksanaan
ajaran agama.
Pada usia tujuh tahun, siswa T.A. telah mencapai 500 orang putra dan
putri. Fasilitas belajar-mengajar belum mencukupi sehingga mereka belajar di
rumah-rumah penduduk dan sebagian masih di alam terbuka di bawah pepohonan.
Tekad membuat bangunan untuk ruang kelas semakin menguat, tetapi dana tidak
ada, karena selama sepuluh tahun pertama siswa tidak dipungut bayaran apapun.
Untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan dibentuklah “Anshar Gontor”,
yaitu orang-orang yang bertugas mencari dana di seluruh wilayah Jawa. Selain itu
para santri di dalam Pondok juga dilibatkan dalam pembuatan batu merah.
Tarbiyatul Athfal terus berkembang seiring dengan meningkatnya minat
masyarakat untuk belajar. Karena itu, setelah berjalan beberapa tahun, didirikanlah
cabang-cabang Tarbiyatul Athfal di desa-desa sekitar Gontor. Madrasah-madrasah
Tarbiyatul Athfal di desa-desa sekitar Gontor itu ditangani oleh para kader yang
telah disiapkan secara khusus melalui kursus pengkaderan. Di samping membantu
pendirian madrasah-madrasah TA tersebut, mutu TA di Gontor juga ditingkatkan
agar para lulusannya memiliki kemampuan yang memadai untuk ikut berkiprah
membina beberapa TA cabang yang ada. Untuk itu dibukalah jenjang pendidikan
di atas TA yang diberi nama Sullamul Muta’allimin.

Pembukaan Sullamu-l-Muta’allimin, 1932


Dengan semakin banyaknya siswa yang menyelesaikan pendidikan di TA
dan adanya minat yang tinggi dari masyarakat untuk memperoleh pendidikan lebih
lanjut, pada tahun 1932 Pengasuh Pondok Gontor membuka program lanjutan dari
Tarbiyatul Athfal yang diberi nama “Sullamul Muta’allimin”.
Pada tingkatan ini para santri diajari secara lebih dalam dan luas pelajaran
fikih, hadis, tafsir, terjemah al-Qur’an, cara berpidato, cara membahas suatu
persoalan, juga diberi sedikit bekal untuk menjadi guru berupa ilmu jiwa dan ilmu
pendidikan. Di samping itu mereka juga diajari ketrampilan, kesenian, olahraga,
gerakan kepanduan, dan lain-lain. Kegiatan ekstra kurikuler mendapat perhatian
luar biasa dari pengasuh Pondok, sehingga setelah tiga tahun berdirinya Sullamul
Muta’allimin telah berdiri pula berbagai gerakan dan barisan pemuda, antara lain:

44
1) Tarbiyatul Ikhwan (Organisasi Pemuda)
2) Tarbiyatul Mar’ah (Organisasi Pemudi)
3) Muballighin (Organisasi Juru Dakwah)
4) Bintang Islam (Gerakan Kepanduan)
5) Ri-Ba-Ta, yaitu Riyadlatul Badaniyah Tarbiyatul Athfal (Organisasi
Olahraga)
6) Miftahussa’adah dengan “Mardi Kasampurnaan”.
7) Klub Seni Suara, dan
8) Klub Teater.

Usaha Pengasuh Pondok untuk membangkitkan gairah masyarakat Gontor


dan sekitarnya sudah tampak membuahkan hasil. Madrasah-madrasah yang
menjadi cabang TA sudah banyak berdiri di desa-desa sekitar Gontor. Para murid
dan alumni TA dan Sullamul Muta’allimin Gontor menjadi tulang punggung dari
berlangsungnya proses belajar mengajar di madrasah-madrasah itu. Mengingat
banyak madrasah Tarbiyatul Athfal yang telah dibuka, maka dibentuklah sebuah
wadah yang menggabungkan seluruh TA itu, yaitu Taman Perguruan Islam (TPI)
yang dipimpin langsung oleh Pak Sahal. Menjelang usia 10 tahun pembukaan
kembali Gontor, TPI telah mempunyai murid lebih dari 1000.

Pembukaan Kulliyyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyyah, 1936


Pondok Gontor yang telah dibuka kembali terus berkembang. Kehadiran
TA telah membawa angin segar yang menggugah minat belajar masyarakat.
Program pendidikan di TA pun berkembang. Jika pada awalnya TA hanya bermula
dengan mengumpulkan anak-anak desa dan mengajari mereka mandi dan
membersihkan diri serta cara berpakaian untuk menutupi aurat mereka, maka dalam
satu dasawarsa kemudian lembaga ini telah berhasil mencetak para kader Islam dan
muballigh di tingkat desa yang tersebar di sekitar Gontor. Melalui mereka nama
Gontor menjadi lebih dikenal masyarakat.
Perkembangan tersebut cukup menggembirakan hati pengasuh pesantren
yang baru dibuka kembali ini. Banyak sekali yang perlu disyukuri. Terlebih lagi
setelah K.H. Imam Zarkasyi kembali dari belajarnya di berbagai pesantren dan

45
lembaga pendidikan di Jawa dan Sumatra pada tahun 1935. Beliau mulai ikut
membenahi pendidikan di Pondok Gontor Baru ini. Kesyukuran tersebut ditandai
dengan Peringatan atau “Kesyukuran 10 Tahun Pondok Gontor”. Acara kesyukuran
dan peringatan menjadi semakin sempurna dengan diikrarkannya pembukaan
program pendidikan baru tingkat menengah pertama dan menengah atas yang
dinamakan Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) atau Sekolah Guru Islam
pada tanggal 19 Desember 1936. Program pendidikan baru ini ditangani oleh K.H.
Imam Zarkasyi, yang sebelumnya pernah memimpin sekolah serupa tetapi untuk
perempuan, yaitu Mu’allimat Muhammadiyah di Padang Sidempuan, Sumatra
Utara.
Dalam peringatan 10 tahun ini pula tercetus nama baru untuk Pondok
Gontor yang dihidupkan kembali ini, yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor.
Nama ini merupakan sebutan masyarakat yang kemudian melekat pada Pondok
Gontor yang nama aslinya Darussalam, artinya Kampung Damai.
Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) adalah Sekolah Pendidikan
Guru Islam yang modelnya hampir sama dengan Sekolah Noormal Islam di Padang
Panjang; di mana Pak Zar menempuh jenjang pendidikan menengahnya. Model ini
kemudian dipadukan dengan model pendidikan pondok pesantren. Pelajaran
agama, seperti yang diajarkan di beberapa pesantren pada umumnya, diajarkan di
kelas-kelas. Namun pada saat yang sama para santri tinggal di dalam asrama dengan
mempertahankan suasana dan jiwa kehidupan pesantren. Proses pendidikan
berlangsung selama 24 jam. Pelajaran agama dan umum diberikan secara seimbang
dalam jangka 6 tahun. Pendidikan ketrampilan, kesenian, olahraga, organisasi, dan
lain-lain merupakan bagian dari kegiatan kehidupan santri di Pondok.
Pada tahun pertama pembukaan program ini, sambutan masyarakat belum
memuaskan. Bahkan tidak sedikit kritik dan ejekan yang dialamatkan kepada
program baru yang diterapkan oleh Gontor. Sistem pendidikan semacam yang
diterapkan oleh Gontor tersebut memang masih sangat asing. Sistem belajar secara
klasikal, penggunaan kitab-kitab tertentu yang tidak umum dipakai di pesantren,
pemberian pelajaran umum, guru dan santri memakai celana panjang dan dasi.
Demikian juga pemakaian Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan bahkan juga Bahasa

46
Belanda, ketika itu masih dianggap tabu. Sebab Bahasa Arab adalah bahasa Islam
sedangkan Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda adalah bahasa orang kafir.
Masih asingnya sistem pendidikan baru ini menyebabkan merosotnya
jumlah santri Gontor saat itu. Santri Gontor yang sebelumnya berjumlah ratusan
kini hanya tinggal 16 orang. Keadaan ini tidak mematahkan semangat Pak Sahal
dan Pak Zar. Dalam keadaan demikian Pak Zar bertekad dan berucap: “Biarpun
tinggal satu saja dari yang 16 orang ini, program akan tetap akan kami jalankan
sampai selesai, namun yang satu itulah nantinya yang akan mewujudkan 10…100
hingga 1000 orang.” Bahkan suatu saat Pak Zar pernah berujar: “Seandainya saya
tidak berhasil mengajar dengan cara ini, saya akan mengajar dengan pena.” Pak
Sahal juga tanpa ragu-ragu berdoa: “Ya Allah, kalau sekiranya saya akan melihat
bangkai Pondok saya ini, panggillah saya lebih dahulu kehadirat-Mu untuk
mempertanggung jawabkan urusan ini.” Allah rupanya mendengar doa dan tekad
kakak-beradik itu. Pada tahun kedua, mulai datang para santri dari Kalimantan,
Sumatra, dan dari berbagai pelosok tanah Jawa. Gontor mulai ramai oleh kehadiran
para santri yang semakin banyak.
Akhirnya, setelah tiga tahun berjalan, Pondok Gontor dibanjiri oleh para
santri dari berbagai kota dan pulau dengan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda.
Ada yang sudah baik pengetahuan agamanya tetapi lemah dalam pengetahuan
umum dan ada pula yang sebaliknya. Untuk mengatasi persoalan ini dibukalah
kelas khusus untuk menampung mereka, yaitu Voorklas atau Kelas Pendahuluan.
Setelah perjalanan tiga tahun, pelajaran sudah harus ditingkatkan, maka
dibukalah tingkatan yang lebih tinggi bernama Bovenbow. Jumlah santri yang
semakin banyak dan pembukaan kelas baru ini menimbulkan persoalan baru, yaitu
terbatasnya jumlah guru. Dalam kondisi demikian ini tidak jarang Pak Zar mengajar
2 kelas dalam satu jam pelajaran. Namun pada tahun kelima datanglah seorang guru
muda bernama R. Muin yang cakap berbahasa Belanda. R. Muin ini kemudian
diserahi mengajar Bahasa Belanda untuk murid-murid kelas I tingkat atas, atau
kelas IV.

Setelah berjalan 5 tahun, pengembangan tingkatan pendidikan di KMI


menjadi sebagai berikut :

47
a. Program Onderbow, lama belajar 3 tahun.
b. Program Bovenbow, lama belajar 2 tahun.

BADAN WAKAF, PIMPINAN DAN LEMBAGA


Pada tanggal 12 Oktober 1958 yang bertepatan dengan 28 Rabi’ul Awwal
1378, Trimurti mewakafkan PMDG kepada Umat Islam. dan pihak penerima
amanat wakap diwakili oleh 15 anggota alumni Gontor (IKPM) yang kemudian
menjadi Badan Wakaf PMDG .
Badan Wakaf merupakan lembaga tertinggi dalam organisasi Balai
Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor. Badan Wakaf adalah badan
legislatif beranggotakan 15 orang, bertanggung jawab atas segala pelaksanaan dan
perkembangan pendidikan dan pengajaran di PMDG. Anggota Badan Wakaf terdiri
dari alumni KMI PMDG yang dipilih setiap 5 tahun sekali .
PIMPINAN
Untuk tugas dan kewajiban keseharian amanat ini dijalankan oleh
Pimpinan Pondok. Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor adalah badan
eksekutif (setelah wafatnya para pendiri Pondok) yang dipilih oleh Badan Wakaf
setiap 5 tahun sekali.
Pimpinan Pondok adalah mandataris Badan Wakaf yang mendapatkan
amanah untuk menjalankan keputusan-keputusan Badan Wakaf dan bertanggung
jawab kepada Badan Wakaf PMDG. Pimpinan PMDG, di samping memimpin
lembaga-lembaga dan bagian-bagian di Balai Pendidikan PMDG, juga
berkewajiban mengasuh para santri sesuai dengan sunnah Balai Pendidikan PMDG.
Sepeninggal Trimurti, Badan Wakaf pada sidang pertamanya di tahun
1985 menetapkan tiga Pimpinan Pondok untuk memimpin Gontor pasca-Trimurti.
Ketiganya adalah
1) KH. Shoiman Luqmanul Hakim,
2) KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, dan
3) KH. Hasan Abdullah Sahal.

Pada tahun 1999, Shoiman Luqmanul Hakim wafat, maka Badan Wakaf
menunjuk KH. Imam Badri sebagai penggantinya. Pada tahun 2006, Imam Badri

48
wafat dan kemudian digantikan oleh KH. Syamsul Hadi Abdan . Pada tahun 2020,
Syamsul Hadi Abdan dan Abdullah Syukri Zarkasyi wafat dan digantikan oleh KH.
Amal Fathullah Zarkasyi. dan KH. Akrim Mariyat . Saat ini pimpinan Pondok
Modern Darussalam Gontor dijabat oleh:
1) Hasan Abdullah Sahal (Pimpinan sejak 1985)
2) Amal Fathullah Zarkasyi (Pimpinan sejak 2020)
3) Muhammad Akrim Maryat (Pimpinan sejak 2020)

LEMBAGA-LEMBAGA
Adapun lembaga-lembaga dan atau bagian-bagian yang dibawahi Pimpinan
Pondok Modern Darussalam Gontor adalah:
1) KMI (Kulliyatul Mu’allimin/Mu’allimat al-Islamiyah)
Lembaga perguruan menengah dengan masa belajar 6 atau 4 tahun, setingkat
Tsanawiyah dan Aliyah
2) UNIDA (Universitas Darussalam)
Lembaga perguruan tinggi pesantren yang mempunyai 7 Fakultas dalam
berbagai jenjang S1, S2 dan S3
3) Pengasuhan Santri
Membawahi Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM), Koordinator
Gugusdepan (Pramuka) dan Dewan Mahasiswa (DEMA) UNIDA
4) YPPWPM (Yayasan Pemeliharaan&Perluasan Wakaf Pondok Modern)
Lembaga penggalian dana, pemeliharaan, perluasan dan pengembangan aset
5) IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern)
Organisasi resmi alumni Gontor
6) Forbis (Forum Bisnis) Alumni Gontor
7) FPA (Forum Pondok Alumni)

49
Di samping kelima lembaga di atas, ada bagian-bagian tertentu yang
dibentuk untuk memperlancar proses pendidikan dan pengajaran di Pondok, yaitu:

8) PLMPM (Pusat Latihan Manajemen dan Pengembangan Masyarakat)


Lembaga pembinaan masyarakat
9) BPPMDG (Bagian Pembangunan Pondok Modern Darussalam Gontor)
Lembaga penangangan pergedungan
10) Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren) "La Tansa"
Unit-unit usaha milik Pondok
11) BKSM (Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat)
Sekarang sudah menjadi Rumah Sakit Yasfin Unit pelayanan kesehatan santri
dan masyarakat
12) Dan unit serta Lembaga lainnya.
JENJANG PENDIDIKAN
1) KMI (Kulliyatul Mu'allimin/Mu'allimat Al-Islamiyyah)
Adalah Lembaga pendidikan khusus santri putra pada jenjang dasar dan
menengah, dengan masa belajar 6 atau 4 tahun, setingkat Tsanawiyah dan
Aliyah. KMI didirikan pada 19 Desember 1936, setelah Pondok Modern
Darussalam Gontor berusia 10 tahun.

2) Kulliyatul Mu'allimat Al-Islamiyyah (KMI)


Adalah Lembaga pendidikan khusus santri putri pada jenjang dasar dan
menengah, dengan masa belajar 6 atau 4 tahun, setingkat Tsanawiyah dan
Aliyah. Pendirian KMI Pondok Gontor Putri merupakan wasiat para Pendiri
PMDG. Maka sesuai keputusan Badan Wakaf PMDG, pada tanggal 7 Rabiul
Awwal 1411, Pondok Modern Gontor Putri resmi didirikan di Kecamatan
Mantingan. Pesantren putri ini berjarak 100 km dari Pondok Modern Gontor
atau 33 km untuk Pondok Modern Gontor Putri 1, 2 dan 25 km untuk Pondok
Modern Gontor Putri 3 yang terletak di Desa Karangbanyu ke arah barat dari
Kota Ngawi. Kurikulum dan program pembelajaran Gontor Putri serupa
dengan KMI Gontor, dengan penyesuaian pada muatan lokal dan penekanan
pada pembekalan santriwati untuk menjadi wanita shalihah.

50
3) Universitas Darussalam Gontor (UNIDA)
Adalah Perguruan Tinggi yang bersifat Pesantren di mana seluruh mahasiswa
berada di dalam asrama kampus di bawah bimbingan rektor (sebagai kiai).
UNIDA didirikan pada pada 1 Rajab 1383 / 17 November 1963 oleh Trimurti
PMDG dan di bawah pengelolaan Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam
Gontor. Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil. menjabat sebagai
Rektor dan mengelola berbagai fakultas dalam berbagai strata pendidikan,
yaitu:
1) Fakultas Ushuluddin: Studi Agama-Agama, Aqidah dan Filsafat Islam,
Ilmu al-Quran dan Tafsir
2) Fakultas Tarbiyah: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab,
Tadris Bahasa Inggris
3) Fakultas Syariah: Perbandingan Madzhab, Hukum Ekonomi Syari'ah
4) Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Ekonomi Islam, Manajemen
5) Fakultas Humaniora: Hubungan Internasional, Ilmu Komunikasi
6) Fakultas Ilmu Kesehatan: Farmasi, Ilmu Gizi, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
7) Fakultas Sains dan Teknologi: Teknik Informatika, Agroteknologi,
Teknologi Industri Pertanian

PONDOK CABANG DAN PONDOK ALUMNI


1) Pondok Cabang
Mengingat tingginya minat masyarakat untuk memasukkan anaknya di Gontor
dan keterbatasan fasilitas yang tersedia di Kampus Pondok Modern
Darussalam Gontor serta untuk memberikan bekal yang lebih baik kepada para
calon santri yang ingin masuk di Pondok Modern Darussalam Gontor, akhirnya
dibuka cabang-cabang Gontor di beberapa tempat :
Kampus Putra terdiri dari:
1) Pondok Modern Gontor 2 Desa Madusari, Kecamatan Siman, Kabupaten
Ponorogo, Jawa Timur

51
2) Pondok Modern Gontor 3 "Darul Ma’rifat" Desa Sumbercangkring,
Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur
3) Pondok Modern Gontor 4 "Darul Muttaqien" Desa Kaligung, Kecamatan
Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
4) Pondok Modern Gontor 5 "Darul Qiyam" Desa Mangunsari, Kecamatan
Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
5) Pondok Modern Gontor 6 "Riyadhatul Mujahidin" Desa Pudahoa, Kecamatan
Landono, Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara
6) Pondok Modern Gontor 7 Desa Tajimalela, Kecamatan Kalianda, Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung
7) Pondok Modern Gontor 8 "Darul Amien" Desa Meunasah Baro, Kecamatan
Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Aceh
8) Pondok Modern Gontor 9 Talago Loweh, Desa Bubuh Limau, Nagari Sulit Air,
Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok, Sumatra Barat
9) Pondok Modern Gontor 10 Desa Parit Culum 1, Kecamatan Muara Sabak
Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi
10) Pondok Modern Gontor 11 "Ittihadul Ummah" Kelurahan Tokorondo,
Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
11) Pondok Modern Gontor 12 Desa Lubuk Jering, Kecamatan Sungai Mandau,
Kabupaten Siak, Riau

Kampus putri terdiri dari:


1) Pondok Modern Gontor Putri 1 Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Ngawi
2) Pondok Modern Gontor Putri 2 Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Ngawi
3) Pondok Modern Gontor Putri 3 Desa Karangbanyu, Kecamatan Widodaren,
Ngawi
4) Pondok Modern Gontor Putri 4 Desa Lamomea, Kecamatan Konda, Kabupaten
Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara
5) Pondok Modern Gontor Putri 5 Dusun Bobosan, Desa Kemiri, Kecamatan
Kandangan, Kediri
6) Pondok Modern Gontor Putri 6 "Ittahadul Ummah" Kelurahan Tokorondo,
Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah

52
7) Pondok Modern Gontor Putri 7 Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang,
Kabupaten Kampar, Riau
8) Pondok Modern Gontor Putri 8 Desa Labuhan Ratu VI, Kecamatan Labuhan
Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Lampung

2) Pondok Alumni
Pesantren alumni Gontor tersebar di seluruh nusantara dan tergabung
dalam Forum Pesantren Alumni (FPA) Gontor. Menurut Hasan Abdullah Sahal,
saat bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres pada 10 Maret
2016, Pesantren Alumni Gontor yang sudah terdata berjumlah 380 pesantren dan
masih banyak lagi yang belum terdata . Saat ini FPA Gontor diketuai oleh Zulkifli
Muhadli.

C. Analisis pola pendidikan Islam modern di kedua pesantren


Kedua pesantren tersebut, Pesantren Bina Insan Mulia di Cirebon dan
Pondok Pesantren Gontor di Jawa Timur, sama-sama menerapkan pendidikan Islam
modern yang menggabungkan antara pendidikan agama dan umum secara
seimbang. Namun, ada beberapa perbedaan dalam pola pendidikan dan praktiknya.

Pesantren Bina Insan Mulia lebih mengutamakan pembelajaran agama


Islam yang meliputi pembelajaran Al-Quran, hadis, tafsir, fiqh, dan sejarah Islam.
Selain itu, pesantren ini juga memberikan pembelajaran umum yang mencakup
matematika, ilmu pengetahuan alam, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
Sementara itu, dalam praktiknya, Pesantren Bina Insan Mulia juga menekankan
pada pengembangan keterampilan praktis yang terkait dengan kegiatan produksi
seperti pertanian dan peternakan.

Di sisi lain, Pondok Pesantren Gontor menekankan pada pengembangan


keterampilan praktis yang lebih beragam dan tidak hanya terkait dengan produksi,
seperti tata busana, teknologi informasi, dan seni budaya. Pesantren ini juga
memiliki program pendidikan formal yang lebih komprehensif, mulai dari
pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Selain itu, dalam praktiknya, Pesantren

53
Gontor sangat menekankan pada pengembangan karakter dan akhlak siswa dengan
mengajarkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab.

Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua pesantren tersebut


menerapkan pendidikan Islam modern yang mengutamakan pengembangan
keterampilan praktis serta menggabungkan antara pendidikan agama dan umum
secara seimbang. Namun, ada perbedaan dalam pola pendidikan dan praktiknya,
terutama dalam hal penekanan pada pengembangan karakter dan akhlak siswa serta
program pendidikan formal yang lebih komprehensif yang dimiliki oleh Pondok
Pesantren Gontor. Selain itu, perbedaan lain yang dapat diamati adalah dalam hal
kurikulum yang diterapkan. Pesantren Bina Insan Mulia lebih menekankan pada
kurikulum agama Islam dan kurikulum umum yang terkait dengan kegiatan
produksi, sementara Pondok Pesantren Gontor memiliki kurikulum yang lebih
komprehensif dan mencakup berbagai bidang keterampilan praktis yang lebih
beragam.

Meskipun demikian, kedua pesantren tersebut sama-sama menerapkan


metode pengajaran yang berpusat pada santri sebagai subjek belajar yang aktif,
bukan sebagai objek belajar yang pasif. Kedua pesantren juga memiliki sistem
asrama dan menjalankan disiplin yang ketat, serta menekankan pada
pengembangan karakter dan akhlak siswa.

Dalam konteks pendidikan Islam modern, kedua pesantren tersebut dapat


dianggap sebagai contoh pendidikan yang sukses, karena telah berhasil mencetak
generasi muslim yang memiliki keterampilan praktis serta pengetahuan yang
seimbang antara agama dan umum, serta memiliki karakter dan akhlak yang baik.
Kedua pesantren tersebut juga terus mengembangkan dan meningkatkan sistem
pendidikan mereka sesuai dengan perkembangan zaman, seperti dengan
menyediakan program pendidikan formal hingga perguruan tinggi dan juga
mengintegrasikan teknologi informasi dalam pembelajaran.

D. Produk pendidikan yang dihasilkan oleh kedua pesantren


Produk pendidikan yang dihasilkan oleh kedua pesantren tersebut adalah
para santri yang telah dilatih dan dididik secara komprehensif dalam bidang agama

54
Islam, keterampilan praktis, serta karakter dan akhlak yang baik. Pesantren Bina
Insan Mulia di Cirebon telah berhasil mencetak lulusan yang memiliki keahlian
dalam bidang pertanian dan pengolahan makanan, serta beberapa lulusan yang
meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Sementara itu, Pondok
Pesantren Gontor di Jawa Timur telah mencetak lulusan yang memiliki
keterampilan dalam bidang pengembangan teknologi informasi, bisnis, dan bahasa
Inggris, serta lulusan yang telah berhasil mendapatkan gelar sarjana dan bahkan
pascasarjana.

Selain itu, kedua pesantren tersebut juga menghasilkan alumni yang


berperan aktif dalam masyarakat, baik sebagai ulama, pejabat pemerintahan,
pengusaha, maupun tokoh masyarakat yang berperan dalam membangun bangsa.
Produk pendidikan yang dihasilkan oleh kedua pesantren tersebut telah
memberikan kontribusi positif bagi kemajuan masyarakat dan bangsa Indonesia,
serta membantu mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang diberikan oleh kedua pesantren tersebut
juga diakui oleh masyarakat luas, sehingga banyak orang tua yang mengirimkan
anak-anak mereka untuk belajar di kedua pesantren tersebut. Selain itu, banyak
lembaga pendidikan formal dan nonformal di Indonesia yang juga mengakui
keberhasilan kedua pesantren dalam mencetak lulusan yang berkualitas, dan
menjalin kerja sama dengan kedua pesantren dalam berbagai bidang.

Dapat disimpulkan bahwa kedua pesantren tersebut telah berhasil


menghasilkan produk pendidikan yang berkualitas, yaitu para santri yang memiliki
keterampilan praktis, pengetahuan agama yang kuat, serta karakter dan akhlak yang
baik. Produk pendidikan ini telah memberikan kontribusi positif bagi pembangunan
masyarakat dan bangsa Indonesia, serta membantu mempertahankan dan
mengembangkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
pendidikan Islam modern yang diterapkan oleh kedua pesantren tersebut patut
dijadikan contoh dan dapat diaplikasikan dalam pengembangan pendidikan Islam
modern di Indonesia.

55
BAB V

PEMBAHASAN

A. Kesamaan dan perbedaan pola pendidikan di kedua pesantren


Pola pendidikan pesantren Bina Insan Mulia (BIM) di Cirebon dan
pesantren Gontor memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan.

Kesamaan:

1. Kedua pesantren menerapkan kurikulum pendidikan yang didasarkan pada


agama Islam dan memiliki fokus pada pengembangan karakter dan akhlak mulia.
2. Baik BIM maupun Gontor, keduanya menerapkan sistem asrama yang
memungkinkan santri tinggal di dalam pesantren selama masa pendidikan
mereka.
3. Kedua pesantren juga menekankan pada kemandirian dan tanggung jawab santri
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti kebersihan, makanan, dan
kesehatan.

Perbedaan:

1. Lokasi dan lingkungan: BIM berada di Cirebon, Jawa Barat dan memiliki
lingkungan yang berbeda dengan pesantren Gontor yang berlokasi di Ponorogo,
Jawa Timur.
2. Metode pembelajaran: BIM lebih menekankan pada metode pengajaran yang
lebih santai dan diskusi antara santri dan ustadz, sementara Gontor
menggunakan metode pembelajaran yang lebih formal dengan kurikulum yang
terstruktur dan kelas-kelas yang lebih teratur.
3. Kurikulum: Meskipun keduanya memiliki kurikulum yang didasarkan pada
agama Islam, BIM lebih menekankan pada pembelajaran agama dan
pengembangan karakter, sementara Gontor menekankan pada pendidikan yang
lebih umum dan mencakup mata pelajaran seperti ilmu pengetahuan, teknologi,
dan bahasa asing.
4. Kegiatan ekstrakurikuler: Gontor memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang lebih
beragam dan berorientasi pada pengembangan keterampilan dan bakat santri,

56
sedangkan BIM lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
pengembangan agama dan karakter.

Meskipun ada perbedaan dalam pola pendidikan di kedua pesantren


tersebut, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendidik santri agar
menjadi individu yang berkarakter dan berakhlak mulia serta memiliki
pengetahuan yang baik dalam bidang agama Islam maupun umum.

B. Kelebihan dan kekurangan pola pendidikan di kedua pesantren


Setiap pola pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing, termasuk pesantren Bina Insan Mulia (BIM) di Cirebon dan pesantren
Gontor. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari kedua pesantren
tersebut:

Pesantren Bina Insan Mulia (BIM) di Cirebon:

Kelebihan:

1. Pendekatan pembelajaran yang santai dan diskusi antara santri dan ustadz
membuat suasana pembelajaran lebih terbuka dan kreatif.
2. Fokus pada pengembangan karakter dan akhlak mulia yang dapat membentuk
kepribadian santri yang baik.
3. Memiliki lingkungan pesantren yang nyaman dan kondusif untuk belajar dan
berkembang.

Kekurangan:

1. Kurikulum pendidikan yang cenderung hanya fokus pada pengajaran agama


Islam, sehingga kurang memberikan pengetahuan umum kepada santri.
2. Keterbatasan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membatasi pengembangan
bakat dan minat santri.
3. Kurangnya fasilitas pendidikan modern yang dapat membatasi kemampuan
santri untuk mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

57
Pesantren Gontor di Ponorogo:

Kelebihan:

1. Kurikulum pendidikan yang terstruktur dan mencakup mata pelajaran yang luas,
termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, dan bahasa asing.
2. Memiliki lingkungan pesantren yang kondusif untuk belajar dan berkembang
dengan fasilitas pendidikan yang modern dan lengkap.
3. Kegiatan ekstrakurikuler yang beragam dan berorientasi pada pengembangan
keterampilan dan bakat santri.

Kekurangan:

1. Sistem pembelajaran yang formal dapat membuat suasana pembelajaran terasa


kurang santai dan kreatif.
2. Kurikulum yang luas dan padat bisa membebani santri dan membatasi waktu
untuk kegiatan di luar sekolah.
3. Biaya pendidikan yang cukup mahal dan mungkin tidak terjangkau oleh semua
kalangan.

Meskipun demikian, kelebihan dan kekurangan dari pola pendidikan


pesantren Bina Insan Mulia dan Gontor harus dilihat dari sudut pandang masing-
masing individu, karena setiap orang memiliki preferensi dan kebutuhan
pendidikan yang berbeda-beda.

C. Peran pesantren dalam menjaga keberlangsungan pendidikan Islam


modern
Pesantren memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan
pendidikan Islam modern karena pesantren memainkan peran utama dalam
melestarikan tradisi keilmuan dan agama Islam di Indonesia. Berikut adalah
beberapa peran penting pesantren dalam menjaga keberlangsungan pendidikan
Islam modern:
1. Membentuk generasi Islam yang berkualitas: Pesantren memiliki peran penting
dalam membentuk generasi Islam yang berkualitas, yang mampu menguasai

58
ilmu agama Islam, memahami budaya dan tradisi lokal, serta memiliki
kemampuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
2. Mempertahankan tradisi keilmuan Islam: Pesantren menjadi lembaga yang
melestarikan tradisi keilmuan Islam, mempertahankan dan mengembangkan
kajian-kajian keilmuan yang ada. Pesantren juga memainkan peran penting
dalam menerjemahkan, memperbaharui, dan mengadaptasi pengetahuan
keislaman ke dalam bahasa dan konteks lokal.
3. Meningkatkan kesadaran keagamaan dan sosial: Pesantren dapat menjadi
lembaga yang mampu meningkatkan kesadaran keagamaan dan sosial
masyarakat. Pesantren dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari dan membentuk karakter
yang baik dan berakhlak mulia.
4. Menjaga keberlangsungan pendidikan Islam modern: Pesantren dapat menjadi
lembaga yang membantu menjaga keberlangsungan pendidikan Islam modern.
Pesantren dapat mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga pesantren tetap menjadi lembaga
pendidikan yang relevan dan berperan dalam memajukan masyarakat.

Dalam hal ini, pesantren berperan penting dalam menjaga


keberlangsungan pendidikan Islam modern, karena pesantren dapat memberikan
kontribusi yang besar dalam melestarikan tradisi keilmuan dan agama Islam di
Indonesia dan membentuk generasi yang berkualitas dan memiliki kesadaran
keagamaan dan sosial yang tinggi. Selain itu, pesantren juga dapat membantu
mengurangi kesenjangan pendidikan dan sosial antara wilayah perkotaan dan
pedesaan, karena pesantren banyak berdiri di daerah-daerah pedesaan yang
terpencil. Dengan adanya pesantren, masyarakat di daerah tersebut dapat
memperoleh akses pendidikan yang memadai, terutama untuk pendidikan agama
Islam.

Pesantren juga memainkan peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai


sosial dan kultural, yang dapat membantu memperkuat keberagaman budaya di
Indonesia. Pesantren juga menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkomunikasi,
saling bertukar informasi, dan membangun jaringan sosial.

59
Dalam era globalisasi dan modernisasi seperti saat ini, pesantren juga
dapat berperan dalam mengembangkan pendidikan Islam yang modern dan berdaya
saing. Pesantren dapat membantu memperkenalkan teknologi dan ilmu
pengetahuan modern dalam konteks keislaman, sehingga pendidikan Islam tidak
tertinggal dari perkembangan zaman dan tetap relevan dengan kebutuhan
masyarakat

Secara keseluruhan, pesantren memiliki peran yang sangat penting dalam


menjaga keberlangsungan pendidikan Islam modern di Indonesia. Pesantren tidak
hanya berperan sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga sosial dan
budaya yang membantu memperkuat keberagaman dan memajukan masyarakat.
Oleh karena itu, peran pesantren perlu terus dijaga dan diperkuat agar dapat terus
berkontribusi bagi kemajuan pendidikan Islam dan masyarakat di Indonesia.

60
BAB VI

KESIMPULAN

A. Ringkasan hasil penelitian


Ringkasan hasil penelitian yang dapat diambil dari makalah "Pola
Pendidikan Islam Modern: Studi Kasus di Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok
Pesantren Gontor di Jawa Timur" adalah sebagai berikut:

1. Pola pendidikan di Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor memiliki
kesamaan dalam hal tujuan pendidikan, yaitu menciptakan generasi Muslim
yang memiliki kompetensi dan keterampilan yang memadai serta memahami
nilai-nilai Islam secara mendalam.
2. Kedua pesantren memiliki perbedaan dalam hal pengembangan kurikulum dan
metode pembelajaran. Bina Insan Mulia memiliki kurikulum yang lebih
beragam, dengan fokus pada pengembangan keterampilan dan pemahaman
konsep, sementara Gontor lebih fokus pada pembentukan karakter dan
pengembangan keterampilan bahasa Arab.
3. Pesantren Bina Insan Mulia lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi dan
penggunaannya dalam proses pembelajaran, sementara Gontor masih
mempertahankan tradisi penggunaan buku dan tulisan tangan dalam proses
belajar mengajar.
4. Kedua pesantren memiliki peran yang penting dalam menjaga keberlangsungan
pendidikan Islam modern di Indonesia, terutama dalam memperkuat
pemahaman dan praktik Islam di kalangan generasi muda, serta meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dalam bidang keagamaan dan profesi lainnya.

Meskipun kedua pesantren memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pola


pendidikannya, namun keduanya tetap dapat memberikan sumbangan penting
dalam pengembangan pendidikan Islam modern di Indonesia.

Dengan demikian, studi ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang pola pendidikan Islam modern di pesantren, serta memberikan kontribusi
dalam pengembangan dan peningkatan pendidikan Islam modern di Indonesia.

61
B. Implikasi hasil penelitian
Implikasi hasil penelitian dari makalah yang berjudul "Pola Pendidikan
Islam Modern: Studi Kasus di Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok Pesantren
Gontor di Jawa Timur" antara lain:

1. Memperkuat kelebihan pola pendidikan pesantren: Hasil penelitian dapat


membantu pihak-pihak terkait untuk memperkuat kelebihan pola pendidikan
yang ada di pesantren, seperti sistem pendidikan yang berorientasi pada akhlak
dan karakter yang baik, serta pembelajaran yang berbasis santri, sehingga pola
pendidikan pesantren dapat terus berkembang dan relevan.
2. Memperbaiki kekurangan pola pendidikan pesantren: Hasil penelitian juga dapat
memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait untuk memperbaiki kekurangan
pola pendidikan yang ada di pesantren, seperti minimnya pengenalan teknologi
dan kurangnya pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan pasar kerja,
sehingga pola pendidikan pesantren dapat lebih berdaya saing dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3. Meningkatkan kerjasama antara pesantren: Hasil penelitian dapat membantu
memperkuat kerjasama antara pesantren, sehingga dapat terjadi pertukaran
pengalaman dan pengetahuan antara pesantren di berbagai daerah di Indonesia,
sehingga dapat saling belajar dan meningkatkan kualitas pendidikan Islam
modern di Indonesia.
4. Meningkatkan dukungan pemerintah: Hasil penelitian dapat memberikan
informasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya mengenai
peran penting pesantren dalam menjaga keberlangsungan pendidikan Islam
modern, sehingga dapat memperkuat dukungan dan pengakuan pemerintah
terhadap pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memainkan peran strategis
bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

Implikasi hasil penelitian tersebut dapat menjadi landasan bagi pihak-


pihak terkait untuk melakukan tindakan yang dapat memperkuat dan
mengembangkan pendidikan Islam modern di Indonesia, terutama melalui
pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki peran strategis.

62
C. Saran untuk penelitian selanjutnya
Beberapa saran selanjutnya untuk penelitian yang dapat dilakukan sebagai
kelanjutan dari makalah yang berjudul "Pola Pendidikan Islam Modern: Studi
Kasus di Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor di Jawa
Timur":

1. Melakukan studi perbandingan lebih luas antara pesantren-pesantren yang ada


di Indonesia: Studi perbandingan yang lebih luas antara pesantren-pesantren di
Indonesia dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang pola
pendidikan Islam modern di pesantren, termasuk tantangan dan peluang dalam
menghadapi perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar kerja.
2. Melakukan studi tentang pengaruh pola pendidikan pesantren pada
perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat: Studi tentang pengaruh pola
pendidikan pesantren pada perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat dapat
memberikan pemahaman tentang kontribusi pesantren dalam pengembangan
masyarakat secara lebih luas, terutama dalam meningkatkan keterampilan dan
kualifikasi tenaga kerja.
3. Melakukan studi tentang keberlanjutan pendidikan di pesantren: Studi tentang
keberlanjutan pendidikan di pesantren dapat memberikan pemahaman tentang
bagaimana pesantren dapat mempertahankan kualitas pendidikan yang baik dan
meningkatkan daya saingnya dalam menghadapi tantangan di masa depan.
4. Melakukan studi tentang peran pesantren dalam mendorong pemberdayaan
perempuan: Studi tentang peran pesantren dalam mendorong pemberdayaan
perempuan dapat memberikan pemahaman tentang upaya-upaya pesantren
dalam memperkuat peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat, serta
upaya pesantren dalam mempromosikan kesetaraan gender.
5. Melakukan studi tentang pola pendidikan pesantren dan kualitas hidup santri:
Studi tentang pola pendidikan pesantren dan kualitas hidup santri dapat
memberikan pemahaman tentang bagaimana pola pendidikan di pesantren dapat
memengaruhi kualitas hidup santri, baik dari segi aspek kesehatan fisik dan
mental, maupun aspek kesejahteraan sosial dan ekonom

63
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (2016). Pendidikan Islam dan Kemajuan Bangsa: Tinjauan


Sejarah, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arifin, M. (2014). Pondok Pesantren Gontor: Kajian Pendidikan Islam.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Babad Perdikan Tegalsari. (2015). Warta Dunia Pondok Modern


Darussalam Gontor. Ponorogo: Gontor Press

Cholil, M. (2017). Pesantren Bina Insan Mulia: Kontribusi Pendidikan


Islam dalam Membangun Karakter Bangsa. Cirebon: Pustaka Pesantren Bina Insan
Mulia.

Effendi, M. (2018). Pendidikan Karakter dan Akhlak dalam Perspektif


Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Fatah, N. (2012). Peranan Pesantren dalam Pembangunan Karakter


Bangsa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Huda, N. (2015). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Masqon, Dihyatun. (2015). Buku Profil Pondok Modern Gontor.


Ponorogo: Gontor Press

Muhaimin, A. G. (2019). Pesantren: Sejarah, Pendidikan, dan Perubahan


Sosial. Jakarta: Prenadamedia Group.

Misbach. (1996). K.H. Imam Zarkasyi Dari Gontor Merintis Pondok


Modern Praksisnya pada Pondok Modern Gontor. Ponorogo: Trimurti Press

Masruchin. (2014). Wakaf Produktif dan Kemandirian Pesantren: Studi


tentang Pengelolaan Wakaf Produktif di Pondok Modern Darussalam Gontor. Tesis
S2. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel |
http://digilib.uinsby.ac.id/895/

64
Nasution, S. (2014). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahmat, A. (2019). Strategi Pendidikan Islam dalam Menghadapi


Tantangan Global. Jakarta: Kencana.

Suharsimi, A. (2013). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.


Jakarta: Rajawali Pers.

Suprayitno, E. (2016). Pendidikan Islam di Pesantren: Analisis Kritis


terhadap Pemikiran Kiai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syafii, I. (2018). Pendidikan Islam Kontekstual di Pesantren. Jakarta:


Rajagrafindo Persada.

Thohir, A. (2017). Pendidikan Agama Islam di Pesantren: Perspektif


Sejarah dan Kontemporer. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Tilaar, H. A. R. (2014). Pendidikan untuk Bangsa: Dari Soekarno hingga


Jokowi. Jakarta: Kompas.

"Tujuan Pendidikan dan Pengajaran". Gontor (dalam bahasa Inggris).


Diakses tanggal 2019-01-29.

Pondok Tegalsari

Pondok Gontor Lama

Pimpinan PMDG Umumkan Anggota Baru dan Struktur Badan Wakaf


PMDG https://www.gontor.ac.id/berita/pimpinan-pmdg-umumkan-anggota-baru-
dan-struktur-badan-wakaf-pmdg

Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Resmi Dilantik


https://www.gontor.ac.id/berita/pimpinan-pondok-modern-darussalam-gontor-
resmi-dilantik

Zuhdi, S. (2018). Pendidikan Karakter dalam Islam: Konsep,


Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Kencana.

Zarkasyi, Abdullah Syukri. (2005). Manajemen Pesantren: Pengalaman


Pondok Modern Gontor. Ponorogo: Trimurti Pres

65

Anda mungkin juga menyukai