Disusun oleh:
KATA PENGANTAR
َّٱلل
َّ ْحنََّّالرحْيمَّماََّّشآءََّّٱَّّللََُّّّلََّّقُوةََّّإّلََّّب ّٰ ب ْسم
ٰ ْ ََّّاّللَََّّّالر
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................ii
BABI
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan Penyusunan..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…..........................................................................5
A. Pengertian Pola Pendidikan Modern…....................................................5
B. Sejarah Perkembangan Pendidikan Modern di Indonesia.......................7
C. Peran pesantren dalam Pendidikan Islam Modern..................................13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................16
A. Jenis Penelitian……………………………………………………….16
B. Sumber Data………………………………………………………….16
C. Teknik Pengumpulan data……………………………………………17
BAB IV HASIL PENELITIAN.............................................................................19
A.Gambaran Umum Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon……………....19
B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Gontor………….……………...30
BAB V PEMBAHASAN .....................................................................................56
A.Kesamaan dan Perbedaan Pola Pendidikan Di kedua Pesantren……..56
B. Kelebihan dan Kekurangan Pola Pendidikan di kedua Pesantren……57
C.Peran Pesantren dalam menjaga keberlangsungan Pendidikan islam
Modern…………………………………………………………………58
BAB VI KESIMPULAN ......................................................................................61
A. Ringkasan Hasil Penelitian………………………………………...…61
B. Implikasi hasil penelitian......................................................................62
C.Saran Untuk Pebelitian Selanjutnya…………………………………..63
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Latar belakang makalah ini adalah fenomena pesantren yang masih
menjadi pusat pendidikan Islam di Indonesia. Pesantren merupakan lembaga
pendidikan tradisional yang memiliki peran penting dalam perkembangan
pendidikan Islam di Indonesia. Namun, dengan perkembangan zaman, pesantren
juga mengalami perubahan dalam pola pendidikan dan kurikulumnya agar tetap
relevan dengan kebutuhan masyarakat modern.
Pesantren Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor di
Jawa Timur adalah dua pesantren yang dikenal dengan pola pendidikan Islam
modernnya. Kedua pesantren ini menawarkan program pendidikan yang
menggabungkan antara ajaran agama dengan pendidikan umum seperti matematika,
sains, dan bahasa Inggris. Selain itu, pesantren juga memberikan pelatihan
keterampilan dan karakter untuk mengembangkan potensi siswa.
Perbandingan antara pola pendidikan di kedua pesantren ini sangat
menarik untuk dikaji, karena keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dalam
mengembangkan pendidikan Islam modern. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola pendidikan Islam modern di Pesantren Bina Insan
Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor, serta produk pendidikan yang
dihasilkan oleh kedua pesantren.
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas
tentang pola pendidikan Islam modern di pesantren dan bagaimana pesantren
sebagai lembaga pendidikan Islam dapat beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat
modern. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Dalam kajian ini, penulis
akan menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan studi literatur untuk mengumpulkan data tentang pola
1
pendidikan Islam modern di kedua pesantren dan produk pendidikan yang
dihasilkan.
Penelitian ini sangat penting, mengingat pentingnya peran pesantren dalam
pendidikan Islam modern di Indonesia. Melalui penelitian ini, diharapkan
masyarakat dan para pengambil keputusan dapat lebih memahami tentang pola
pendidikan Islam modern yang diadopsi oleh kedua pesantren dan memberikan
kontribusi dalam pengembangan pendidikan Islam yang lebih baik di Indonesia.
Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pesantren,
masyarakat, dan pemerintah dalam pengembangan pendidikan Islam modern di
Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi para
peneliti dan akademisi untuk melanjutkan penelitian terkait pendidikan Islam
modern di Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan pada kedua
pesantren yaitu Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor
sebagai objek penelitian. Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon merupakan pesantren
yang terletak di Cirebon, Jawa Barat dan didirikan pada tahun 1998. Sedangkan
Pondok Pesantren Gontor adalah pesantren yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur
dan telah didirikan sejak tahun 1926.
Melalui penelitian ini, penulis akan menelaah dan membandingkan pola
pendidikan Islam modern di kedua pesantren, seperti kurikulum, metode
pembelajaran, keterampilan yang diajarkan, dan juga produk pendidikan yang
dihasilkan oleh kedua pesantren. Dalam pembahasan, penulis akan
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari kedua pesantren serta peran
pesantren dalam menjaga keberlangsungan pendidikan Islam modern di Indonesia.
Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif
tentang pola pendidikan Islam modern di pesantren, sehingga dapat memberikan
sumbangsih dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pesantren lainnya yang ingin
mengadopsi pola pendidikan Islam modern. Dalam penelitian ini, penulis juga akan
membahas tantangan dan peluang dalam mengembangkan pola pendidikan Islam
modern di Indonesia. Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi yang
pesat, pesantren dihadapkan pada tantangan untuk tetap relevan dan dapat
beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat modern. Oleh karena itu, penulis akan
2
membahas bagaimana kedua pesantren mampu mengatasi tantangan ini, seperti
dengan melakukan penyesuaian kurikulum, penggunaan teknologi, dan
memberikan pelatihan keterampilan.
Penulis juga akan membahas peluang dalam mengembangkan pendidikan
Islam modern di Indonesia, seperti meningkatnya minat masyarakat terhadap
pendidikan Islam yang modern, dukungan pemerintah terhadap pengembangan
pesantren, dan kerjasama antar pesantren dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam kesimpulan, penulis akan merangkum hasil penelitian dan
membahas implikasi dari penelitian ini, seperti pentingnya pengembangan pola
pendidikan Islam modern di pesantren, peran pesantren dalam meningkatkan
kualitas pendidikan, dan rekomendasi untuk pengembangan pendidikan Islam
modern di Indonesia.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang pola pendidikan Islam modern di Indonesia, khususnya pada pesantren Bina
Insan Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor. Selain itu, diharapkan makalah
ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan Islam modern di
Indonesia dan memotivasi pesantren lainnya untuk mengadopsi pola pendidikan
yang lebih modern dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
B. Rumusan masalah
Dengan demikian, apa yang penulis uraikan pada bagian latar belakang
bisa diambil kesimpulan sebagai rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola pendidikan Islam modern yang diterapkan di pesantren Bina
Insan Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor?
2. Apa saja produk pendidikan yang dihasilkan oleh pesantren Bina Insan Mulia
Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor dalam menerapkan pola pendidikan
Islam modern?
3
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana pola pendidikan Islam modern yang diterapkan
di pesantren Bina Insan Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor
2. Untuk mengetahui Apa saja produk pendidikan yang dihasilkan oleh pesantren
Bina Insan Mulia Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor dalam menerapkan pola
pendidikan Islam modern
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Pendidikan Islam modern juga mengakomodasi berbagai perubahan dan
tantangan yang ada di era digital, seperti peningkatan akses informasi melalui
internet dan media sosial, serta memanfaatkan teknologi digital dalam pengajaran.
Dengan mengoptimalkan teknologi, pendidikan Islam modern dapat memberikan
akses pendidikan yang lebih luas dan memfasilitasi proses belajar mengajar dengan
lebih interaktif dan menyenangkan.
6
5. Anwar Abbas: Menurut Anwar Abbas, pola pendidikan Islam modern adalah
model pendidikan yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan
kebutuhan masyarakat modern.
7
Pada tahun 1960-an, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan sistem
pendidikan nasional yang diatur oleh negara. Namun, pendidikan Islam terus
berkembang dan diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional.
Pada saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah
pesantren terbesar di dunia, yang jumlahnya mencapai lebih dari 28.000 pesantren.
Sekolah-sekolah Islam modern juga terus berkembang dan memberikan kontribusi
yang besar dalam dunia pendidikan di Indonesia.
8
dari pemerintah Indonesia dan masyarakat yang semakin menyadari pentingnya
pendidikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kemajuan bangsa. Pendidikan
Islam modern di Indonesia juga terus berkembang dalam hal pengembangan
kurikulum, peningkatan kualitas tenaga pengajar, penggunaan teknologi dalam
pembelajaran, dan berbagai program pengembangan lainnya. Salah satu inisiatif
terbaru adalah pengembangan pendidikan Islam berbasis STEM (Science,
Technology, Engineering, and Mathematics) yang diharapkan dapat membekali
para siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam era industri 4.0.
Selain itu, pendidikan Islam modern juga telah mulai berfokus pada
pengembangan keterampilan sosial, emosional, dan karakter, dengan
mengintegrasikan ajaran Islam dalam pembelajaran. Hal ini diharapkan dapat
membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga
memiliki moralitas dan karakter yang baik.
9
Islam mungkin kurang terlatih dalam bidang-bidang yang tidak termasuk dalam
kurikulum pendidikan Islam. Hal ini juga berdampak pada kurangnya kemampuan
siswa dalam bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
10
Kedua organisasi ini telah memberikan kontribusi yang besar dalam
pengembangan pendidikan Islam modern di Indonesia, termasuk dalam hal
pengembangan kurikulum, pengadaan buku-buku teks, dan pelatihan tenaga
pengajar. Selain itu, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama juga berperan aktif
dalam memberikan pencerahan dan arahan terkait dengan isu-isu pendidikan Islam
dan pengembangan pendidikan umum di Indonesia.
11
sekolah Islam. Selain itu, lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan yayasan
pendidikan juga dapat berperan aktif dalam memberikan pelatihan dan dukungan
untuk tenaga pengajar.
12
Secara keseluruhan, pengembangan pendidikan Islam modern di Indonesia
merupakan tugas yang besar dan kompleks. Diperlukan dukungan yang kuat dari
pemerintah, organisasi-organisasi Islam, lembaga swadaya masyarakat, dan
masyarakat secara keseluruhan untuk memastikan bahwa pengembangan
pendidikan Islam di Indonesia dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat dan negara.
1. Membangun karakter dan moral: Salah satu tujuan utama pendidikan Islam
adalah untuk membangun karakter dan moral siswa yang baik. Di pesantren,
siswa dididik untuk memiliki nilai-nilai Islam yang kuat, seperti
kesederhanaan, kejujuran, keikhlasan, dan kepedulian sosial. Hal ini sangat
penting untuk membentuk pribadi yang tangguh dan memiliki etos kerja yang
kuat.
2. Menjaga keaslian dan keberlanjutan pendidikan Islam: Pesantren dapat
mempertahankan dan melestarikan aspek-aspek tradisional dalam pendidikan
Islam, seperti ilmu keagamaan, budaya, dan bahasa Arab. Hal ini sangat
penting untuk memastikan bahwa pendidikan Islam tidak terlupakan dan dapat
diteruskan ke generasi berikutnya.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan: Pesantren dapat memperluas cakupan
pendidikan Islam dengan memperkenalkan kurikulum yang lebih luas,
terutama dalam bidang sains, teknologi, dan matematika (STEM). Selain itu,
pesantren juga dapat memberikan pelatihan dan pengembangan untuk tenaga
pengajar agar dapat memberikan pendidikan yang lebih baik dan relevan
dengan zaman.
4. Mengembangkan wawasan keislaman: Di pesantren, siswa dapat mempelajari
lebih dalam tentang ajaran Islam, sejarah Islam, dan nilai-nilai keislaman. Hal
ini dapat membantu siswa untuk memahami Islam secara lebih komprehensif
dan memperkuat keyakinan mereka sebagai umat Islam.
13
5. Membangun hubungan antara pesantren dan masyarakat: Pesantren dapat
berperan sebagai pusat kegiatan masyarakat dan membantu mengembangkan
kegiatan sosial dan budaya di sekitarnya. Hal ini dapat memperkuat hubungan
antara pesantren dan masyarakat serta memberikan manfaat yang besar bagi
perkembangan masyarakat setempat.
14
dukungan dan insentif untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan
Islam di pesantren. Hal ini termasuk program pemberian bantuan pendidikan,
pelatihan bagi tenaga pengajar, serta pengembangan kurikulum yang lebih relevan
dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Sebagai hasilnya, pesantren dapat semakin
meningkatkan perannya dalam membentuk karakter generasi muda dan
memperkuat nilai-nilai keislaman di Indonesia.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Untuk makalah dengan judul "Pola Pendidikan Islam Modern: Studi Kasus
Pesantren Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor di Jawa
Timur", jenis penelitian yang tepat adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
cocok untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena yang kompleks dan
multidimensional, seperti pola pendidikan Islam modern di pesantren.
Penelitian kualitatif akan memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan
data tentang pengalaman, sikap, pandangan, dan praktik dari para peserta dalam
konteks nyata di pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor.
Penelitian kualitatif juga dapat memberikan sudut pandang yang lebih mendalam
tentang bagaimana pola pendidikan Islam modern di pesantren tersebut terbentuk,
diimplementasikan, dan dievaluasi oleh para pengelola, guru, siswa, dan orang tua.
Dalam penelitian kualitatif, metode pengumpulan data yang dapat
digunakan meliputi wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil dari
penelitian ini kemudian dapat dianalisis menggunakan metode analisis tematik atau
grounded theory untuk memperoleh pemahaman yang lebih rinci tentang pola
pendidikan Islam modern di pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren
Gontor.
B. Sumber data
Untuk makalah dengan judul "Pola Pendidikan Islam Modern: Studi Kasus
Pesantren Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor di Jawa
Timur", berikut beberapa sumber data yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian:
1. Data sekunder dari pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor
seperti informasi tentang sejarah, visi, misi, kurikulum, dan program
pendidikan Islam modern yang diselenggarakan.
16
2. Laporan kegiatan dan program dari pengurus dan tenaga pengajar pesantren
Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor yang terbaru.
3. Wawancara dengan para pengurus, guru, siswa, dan orang tua siswa di
pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor, yang dapat
memberikan informasi tentang pola pendidikan Islam modern yang diterapkan.
4. Observasi langsung di kelas dan kegiatan di pesantren Bina Insan Mulia dan
Pondok Pesantren Gontor, yang dapat memberikan informasi tentang
bagaimana pola pendidikan Islam modern diimplementasikan dalam konteks
nyata.
5. Studi literatur tentang pendidikan Islam modern, pola pendidikan di pesantren,
dan pendidikan di Indonesia.
6. Data sekunder yang diperoleh dari lembaga pemerintah, organisasi keagamaan,
dan institusi pendidikan terkait, seperti data statistik tentang pendidikan di
Indonesia dan peraturan-peraturan terkait pendidikan Islam modern.
17
pesantren. Observasi ini dapat membantu peneliti untuk memperoleh informasi
tentang interaksi guru-siswa, materi pembelajaran, dan metode pengajaran yang
diterapkan di pesantren.
3. Studi dokumen: Peneliti dapat melakukan studi dokumen untuk memperoleh
informasi tentang sejarah, visi, misi, kurikulum, dan program pendidikan Islam
modern yang diselenggarakan di pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok
Pesantren Gontor. Dokumen yang dapat digunakan untuk studi ini antara lain
brosur, buku panduan, kurikulum, dan program pendidikan.
4. Focus group discussion (FGD): Peneliti juga dapat melakukan FGD dengan
kelompok-kelompok tertentu seperti guru, siswa, atau orang tua siswa di
pesantren Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor. FGD dapat
digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pandangan dan persepsi kelompok-kelompok ini tentang pola pendidikan Islam
modern yang diterapkan di pesantren.
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pesantren BIM juga cukup
lengkap, antara lain asrama untuk siswa, masjid, gedung perkantoran, gedung kelas,
laboratorium komputer, lapangan olahraga, serta perpustakaan. Pesantren BIM juga
menyediakan berbagai fasilitas dan kegiatan ekstrakurikuler seperti seni budaya,
voli, futsal, dan bela diri.
Pesantren BIM juga menjalin kerja sama dengan berbagai instansi dan
organisasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengembangan potensi
siswa. Salah satu contoh kerja sama adalah dengan Balai Latihan Kerja (BLK)
Cirebon dalam pelatihan keterampilan praktis.
19
Pesantren ini dinilai unggul berkat sistem cluster dan akselerasi yang
diberlakukannya. Dengan sis tem ini, para pelajar langsung difo kus kan mengejar
target sesuai mi nat dan bakat masing-masing, dengan masa pendidikan lebih
pendek tanpa mengorbankan mutu. Pesantren ini juga unggul karena memiliki SMK
Broadcast Pertelevisian dan Perfilman. Di Indonesia, jumlah sekolah serupa sangat
sedikit, apalagi di bawah naungan pesantren.
Lahirnya Pondok Pesantren Bina Insan Mulia tak bisa lepas dari keberadaan
Pondok Pesantren Al-Ikhlas Tegal Koneng yang didirikan oleh almarhum
KH.Sirojuddin pada tahun 1942. Abah Siroj, begitu panggilan akrab beliau,
berhijrah dari Pondok Pesantren Bobos ke sebuah perkampungan yang pada saat itu
dikenal masyarakat dengan nama Tegal Koneng. Di kampung itulah beliau membeli
tanah lalu mendirikan tempat ibadah, rumah, dan tempat pengajian. Seiring dengan
20
waktu dan kiprah beliau di masyarakat, terutama di bidang keagamaan, maka dalam
waktu yang tidak begitu lama, Tegal Koneng telah menjadi pusat pendidikan
keislaman dan dakwah. Masyarakat kala itu mengenalnya sebagai Pondok
Pesantren Tegal Koneng. Di masa itu, santri datang dari berbagai daerah sekitar,
antara lain dari Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Uniknya, pada
saat itu yang mau menjadi santri bukan hanya anak-anak usia pelajar, tapi juga para
lanjut usia. Bahkan pada dua hari khusus, yaitu hari Rabu dan Jumat, diadakan
pengajian rutin yang langsung dipimpin Abah Siroj. Ratusan orang dari berbagai
daerah sekitar berduyun-duyun mendatangi pengajian ini.
Sepeninggal KH. Siroj, pesantren diteruskan oleh putra sulung beliau, yaitu
KH. Anas Sirojuddin, alumnus Pondok Pesantren Kempek dan Pondok Pesantren
Lasem. Di masa kepemimpinan KH. Anas Sirojuddin, sistem dakwah dan
pendidikan di pesantren diperluas dengan mendirikan lembaga formal, antara lain:
Madrasah Diniyah dan Madrasah Tsanawiyah, PAUD, dan TK. Semua lembaga
tersebut diberi nama Al-Ikhlas. Atas restu KH. Anas Sirojuddin, pada tahun 2012 ,
Pondok Pesantren Al-Ikhlas diubah nama dan sistemnya secara total oleh putra
bungsunya, yaitu KH. Imam Jazuli, Lc. MA, yang menjadi generasi ketiga dari
KH.Sirojuddin.
Sistem pendidikannya diubah dengan tetap berpegang teguh pada asas untuk
melestarikan warisan lama yang masih bagus dan menciptakan inovasi baru yang
lebih bagus. Maka berdirilah SMK Broadcast Pertelevisin berbasis pesantren pada
21
tahun 2012 sebagai SMK berbasis pesantren pertama di Indonesia dan kemudian
berdiri SMP – Islam Terpadu berbasis pesantren pada tahun 2013. Dua tahun
kemudian, 2015, SMK membuka jurusan baru yaitu Teknik Komputer Jaringan,
Teknik Kendaraan Ringan, dan Multimedia.
Pada tahun 2015 pula terbentuk koperasi pondok pesantren Bina Insan
Mulia dengan nama BIMA MART serta pembangunan studio televisi dan stasiun
televisi dengan nama BIMA TV. Untuk sementara, jangkauan BIMA TV meliputi
Wilayah Tiga Cirebon seperti Cirebon, Indramayu, Kuningan dan Majalengka yang
terus akan dilakukan perluasan jangkauan. Tahun 2016 lalu, Pesantren Bina Insan
Mulai membuka MA Unggulan Bina Insan Mulia. Sekolah ini didesain khusus
untuk mencetak ulama sekaligus cendekiawan yang kompetitif secara lokal,
nasional, dan global.
22
Sementara Abuya KH.Abdulah Kafabihi lebih menegaskan agar para
alumni Lirboyo tetap konsen menjaga kelestarian tradisi spiritual
• Pesantren Berwajah Etnik
Memahami budaya adalah aspek sangat penting bagi pendidikan dan ini
tak bisa dihadirkan hanya melalui pengajaran. Inilah alasan paling mendasar kenapa
Pesanten Bina Insan Mulia sejak tahun 2016 telah merintis pembangunan pesantren
berwajah etnik dan menjadi yang pertama di Indonesia.
Pembangunan pesantren berwajah etnik ini disentralkan pada asrama putri,
masjid putri, dan miliunya. Seluruh bangunan di dalamnya menggunakan material
kayu jati dan nangka yang didatangkan dari seluruh kawasan nusantra dengan rata-
rata usia di atas 150 tahun. “Selain untuk mendidik santri mengenai pentingnya
budaya dan menawarkan suasana belajarm yang unik bagi santriwati, pesantren
etnik ini juga dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan kepada wali santri yang
berkunjung agar mereka terangsang memahami kekayaan budaya sekaligus
berwisata”, jelas KH. Imam Jazuli, Lc, MA
23
yang ingin anaknya masuk pesantren sangat bagus. Namun memang kuota kami
terbatas. Jadi tidak bisa menerima semuanya”, tandasnya
Madrasah Aliyah Unggulan Bina Insan Mulia dibuka pada tahun ajaran
2017/2018. Sesuai dengan namanya, MA Unggulan Bina Insan Mulia merupakan
Madrasah Aliyah yang unggul. Menerima hanya 40 santri terbaik yang memiliki
ranking 1 s.d. 5 dari sekolah menengah pertamanya secara kontinyu, siswa-siswi
MA Unggulan Bina Insan Mulia kemudian di-cluster sesuai minat, bakat, dan
kecenderungan keahliannya, tak seperti kebanyakan Lembaga pendidikan formal
lain di Indonesia. “Metode pembelajaran yang digunakan mengadopsi sekolah
Finlandia, dimana siswa diberi kebebasan memilih program sesuai yang mereka
inginkan. Dan itu melatih kemandirian dan tanggung jawab mereka dalam belajar,”
tutur KH Imam Jazuli Lc MA selaku pengasuh pesantren. Santri MA Unggulan
Bina Insan Mulia mengikuti program akselerasi pada 2 tahun pertamanya,
akselerasi tersebut berupa penguasaan Bahasa (Inggris dan Arab), Tahfidz Al-
Qur’an, Qiro’atul Kutub, dan Ilmu Eksak. Sementara 1 tahun terakhirnya adalah
24
persiapan meraih beasiswa pendidikan. Beliau menegaskan, siswa MA Unggulan
ditargetkan dapat meraih beasiswa di universitas-universitas luar negeri (Eropa,
Timur Tengah, Asia, dan Australia) dan Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia.
Oleh karenanya, MA Unggulan Bina Insan Mulia memiliki tenaga pengajar yang
profesional dibidangnya. Terdapat empat pengajar bergelar master S2 dari kampus
dalam dan luar negeri, dan lebih dari 30 pengajar lainnya sarjana dari perguruan
tinggi terbaik lainnya.
• SMK Bina Insan Mulia Bina Insan Mulia jurusan Broadcast Pertelevisian
dan Teknik Komputer Prakerin ke MNC Animation dan Trans7
Sebanyak 58 santri/pelajar SMK Bina Insan Mulia jurusan Broadcast
Pertelevisian dan Teknik Komputer Jaringan melaksanakan praktik kerja industri
(prakerin) ke MNC Animation, Selasa (28/10/2016). Ini merupakan program
tahunan untuk mengembangkan SDM yang merupakan tantangan di era globalisasi
saat ini. Dalam kegiatan di Gedung MNC lantai 7 tersebut, Head of Business
Development MNC Animation, Suhendra Wijaya, menjelaskan, pengembangan
SDM merupakan usaha yang harus dilakukan untuk membentuk santri berkualitas,
kreatif, inovatif dengan memilik keterampilan dan daya saing mumpuni. “Kegiatan
seperti ini merupakan pintu masuk dunia kerja bagi adikadik, karena mengarahkan
kita pada bidang yang akan kita geluti nanti
Dalam sesi diskusi, para santri/ - pelajar dikejutkan oleh kehadiran dua
petinggi MNC Animation, yakni Head of Producer Mandegani Duniarto, dan
Creative Director Widhi Saputro. Mereka sempat memberikan sambutan, sekaligus
terlibat dalam diskusi. Para santri/pelajar sangat antusias memberikan pertanyaan.
Berikutnya, para santri/pelajar berkesempatan melihat ruang pembuatan animasi.
Saat itulah kejutan berikutnya datang, yakni hadirnya Chief Producer MNC
Animation, Seung Hyun-oh, yang juga pejabat tinggi Disney. Ia begitu akrab
dengan para santri/pelajar. Sementara itu, saat Prakerin ke Trans7, para
santri/pelajar juga berkesempatan melihat aktivitas di balik layar pertelevisian,
seperti di ruang produksi, pengambilan gambar, dan sebagainya. Para santri/pelajar
bahkan terlibat langsung dalam program Opera Van Java. Salah satu kru Trans7,
Ade W, menyatakan, prakerin Bina Insan Mulia merupakan terobosan baru dalam
25
dunia pendidikan tingkat menengah. Biasanya prakerin semacam itu dilakukan para
mahasiswa.
26
• Menjadikan Bahasa Inggris Sebagai BAHASA HARIAN DAN ILMU
PENGETAHUAN
Menyadari Bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan global dan bahasa ilmu
pengetahuan, maka Pesantren Bina Insan Mulia telah mencanangkan Bahasa
Inggris sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh para santri dan guru.
Para santri dilatih untuk menggunakan Bahasa Inggris dalam percakapan
sehari-hari. Mereka diawasi dan di bimbing oleh mentor bahasa yang terdiri dari
santri senior dan guru-guru. Untuk mempercepat penguasaan Bahasa Inggris,
mereka diwajibkan mengikuti program pidato,encouragement program dan
enrichment program antara lain pengiriman kader Kampung Inggris di Pare Kediri,
Home Stay ke Malaysia dan Singapura atau mendatangkan native speaker dari
Jakarta.
Khusus bagi santri yang melanjutkan study ke luar negeri melalui jalur
beasiswa, Pesantren Bina Insan Mulia menyediakan bimbingan khusus persiapan
TOEFL untuk bisa mendapatkan grade di atas 500.
27
masyarakat di bidang soft skill. Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, KH Imam
Jazuli Lc MA, menyatakan, “Gelar Doktor Honiris Causa Pesantren ini berbeda
dengan gelar Honoris Causa di universitas yang telah menetapkan kriteria dan
ketentuan sendiri. Kami hormati itu dan tidak mau menabrak aturan itu. Yang kami
lakukan hari ini adalah murni penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa ala
pesantren, bukan ala perguruan tinggi.” Istilah Doktor digunakan, lanjutnya, karena
santri-santri yang mendapat gelar itu adalah mereka yang telah berkarya dan
berkontribusi di bidang ilmu pengetahuan, baik pengetahuan umum, pendidikan,
maupun pengembangan masyarakat. Sejak pesantren dirintis Wali Songo, sudah
ada ratusan santri yang memenuhi kriteria tersebut, tapi belum satu pun yang
mendapat penghargaan akademik. “Saya sudah memikirkan hal itu sejak aktif di
PBNU akhir tahun 2011, dan alhamdulillah, hari ini terlaksana. Kalau bukan
pesantren yang proaktif menghargai prestasi santri, lantas berharap pada siapa?”
ujarnya, disambut tepuk tangan meriah hadirin. Tujuan penghargaan tersebut,
lanjutnya, adalah nuntuk memberi motivasi dan apresiasi kepada santri-santri
Indonesia berprestasi. Meski demikian, ia setuju perlu ada standardisasi yang jelas
agar gelar kehormatan itu benar-benar tepat tujuan dan kelayakannya agar tidak
disalahgunakan untuk kepentingan lain di luar ilmu pengetahuan
Dimulai pada periode 2017/2018 ini, Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon
mengadakan kerja sama dengan Ma’had Tsanawi, sekolah setingkat Madrasah
Aliyah di Al-Azhar Mesir. Klausul kerja sama tersebut memungkinkan lulusan
SMP IT Bina Insan Mulia melanjutkan studi ke Ma’had Tsanawi Al-Azhar Mesir.\
28
dari ilmu sosial, eksakta, dan ilmu lain dengan bahasa Arab. Tak hanya itu, mereka
juga punya keunggulan dalam pemahaman terhadap budaya Mesir secara khusus
dan budaya Timur Tengah secara umum.
29
inhouse trainig . Materi training dimulai dari sinkronisasi mindset. “Kami tidak
butuh pekerja, yang kami butuhkan adalah pejuang yang besama kami
mengembangkan pesantren, karena itulah dibutuhkan sinkronisasi”, tegas KH.
Imam Jazuli. Training lanjutan diberikan sesuai prioritas kebutuhan dan tuntutan
perkembangan, antara lain: motivasi spiritual, creative teaching, teamwork
building, leadership, professional skill, power of loyalty, professional
communication, dan lain-lain. Bertindak sebagai trainer, coach dan counselor
adalah Dr (HC) Ubaydillah Anwar dari Kalasuba Institute. Dalam setiap
penyajiannya, Ubaydillah selalu mensinergikan antara konsep sains modern dan
nilai-nilai pesantren yang bersumber dari ajaran Islam dan kearifan budaya.
30
Sebuah pondok pada dasarnya merupakan sebuah asrama pendidikan
Islam tradisional di mana para siswanya (santri) tinggal bersama di bawah
bimbingan seorang atau lebih guru yang lebih dikenal dengan kiai. Dengan istilah
pondok pesantren dimaksudkan sebagai suatu bentuk pendidikan keislaman yang
melembaga di Indonesia. Pondok atau asrama merupakan tempat yang sudah
disediakan untuk kegiatan bagi para santri. Adanya pondok ini banyak menunjang
segala kegiatan yang ada. Hal ini didasarkan jarak pondok dengan sarana pondok
yang lain biasanya berdekatan sehingga memudahkan untuk komunikasi antara kiai
dan santri, dan antara satu santri dengan santri yang lain.
31
Bahkan dikenal sebagai tempat persembunyian para perampok, penjahat,
penyamun bahkan pemabuk.
32
Pesantren, yaitu lembaga pendidikan Islam yang pernah berjaya pada masa nenek
moyang mereka tatapi pada saat itu telah mati.
Pendidikan pondok pesantren adalah model pendidikan Islam yang dipakai
dan berlaku di Indonesia. Di negara-negara lain, pendidikan Islam telah banyak
mengalami kemajuan dan perkembangan. Karena situasi penjajahan dan lain-lain,
lembaga pendidikan pesantren di Indonesia belum mampu berkembang pesat
sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan di negara-negara Islam lainnya. Karena
itu pengembangan pondok pesantren di Indonesia perlu mengambil kaca
perbandingan dari lembaga-lembaga Islam di luar negeri yang serupa dengan sistem
pendidikan pesantren.
33
kedamaiannya ini berlokasi di kawasan hutan, serba sederhana dan telah mampu
mengajar dunia.
Keempat lembaga pendidikan tersebut menjadi idaman para pendiri
Pondok Modern Darussalam Gontor, karena itu mereka hendak mendirikan
lembaga pendidikan yang merupakan sintesa dari empat lembaga di atas.
34
mencetak guru-guru Muslim yang cakap, berilmu luas dan ikhlas dalam bekerja
serta memiliki tanggung jawab untuk memajukan masyarakat
Dari sisi lain, lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada saat itu sangat
timpang, satu lembaga pendidikan memberikan pelajaran umum saja dan
mengabaikan pelajaran-pelajaran agama, lembaga-lembaga pendidikan lain hanya
mengajarkan ilmu agama dan mengesampingkan pelajaran umum. Padahal
keduanya adalah ilmu Islam dan sangat diperlukan oleh ummat Islam. Maka
pondok pesantren yang akan dikembangkan itu harus memperhatikan hal ini .
Situasi sosial dan politik bangsa Indonesia berpengaruh pula pada
pendidikan; banyak lembaga pendidikan yang didirikan oleh partai-partai dan
golongan-golongan politik. Dalam lembaga pemdidikan itu ditanamkan pelajaran
tentang partai atau golongan. Sehingga timbul fanatisme golongan. Sedangkan para
pemimpinnya terpecah karena masuknya benih-benih perpecahan yang disebarkan
oleh penjajah. Maka lembaga pendidikan itu harus dibebaskan dari kepentingan
golongan atau partai politik tertentu, dan “berdiri di atas dan untuk semua
golongan”
Tidak dapat disangkal bahwa ummat Islam Indonesia, juga ummat Islam
di seluruh dunia, terbagi ke dalam berbagai suku, bangsa, negara, dan bahasa;
mereka juga terbagi ke dalam aliran-aliran paham agama; mereka juga terbagi-bagi
ke dalam kelompok-kelompok organisasi dan gerakan baik dalam bidang politik,
sosial, dakwah, ekonomi, maupun yang lain. Kenyataan ini menunjukkan adanya
faktor pengkategori yang beragam. Tetapi, harus tetap disadari bahwa kategori-
kategori tersebut tidak bersifat mutlak. Karena itu, semua dasar klasifikasi tersebut
tidak boleh dijadikan dasar pengkotak-kotakan ummat yang menjurus kepada
timbulnya pertentangan dan perpecahan di antara mereka. Maka lembaga
pendidikan harus berusaha menanamkan kesadaran mengenai hal ini, serta
mengajarkan bahwa faktor pengkategori yang sebenarnya adalah Islam itu sendiri;
ummat Islam seluruhnya adalah bersaudara dalam satu ukhuwwah diniyyah.
Bangsa ini terus berkembang dan semua itu menjadi perhatian,
pengamatan, dan pemikiran para pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Secara bertahap sistem pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor berjalan
dengan berbagai percobaan pengembangan dari waktu ke waktu. Ketiga pendiri
35
yang memiliki latarbelakang pendidikan yang berbeda itu saling mengisi dan
melengkapi, sehingga Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor
menjadi seperti sekarang ini.
Namun semua yang ada saat ini belum mencerminkan seluruh gagasan dan
cita-cita para pendiri Gontor. Karena itu adalah tugas generasi penerus untuk
memelihara, mengembangkan dan memajukan lembaga pendidikan ini demi
tercapainya cita-cita para pendirinya.
• SELAYANG PANDANG
Visi :
• Sebagai lembaga pendidikan pencetak kader-kader pemimpin umat, menjadi
tempat ibadah talab al-’ilmi; dan menjadi sumber pengetahuan Islam, bahasa al-
Qur’an, dan ilmu pengetahuan umum, dengan tetap berjiwa pesantren.
Misi
1. Membentuk generasi yang unggul menuju terbentuknya khaira ummah.
2. Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi,
berbadan sehat, berpengeta-huan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat
kepada masyarakat.
3. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju
terbentuknya ulama yang intelek.
4. Mewujudkan warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.
Tujuan
1. Terwujudnya generasi yang unggul menuju terbentuknya khaira ummah.
2. Terbentuknya generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat.
3. Lahirnya ulama intelek yang memiliki keseimbangan dzikir dan pikir.
4. Terwujudnya warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.
Motto
36
1. Berbudi tinggi
2. Berbadan sehat
3. Berpengetahuan luas
4. Berpikiran bebas
Panca Jiwa
1. Keikhlasan
2. Kesederhanaan
3. Berdikari
4. Ukhuwah Islamiyah
5. Jiwa Bebas
Panca Jangka
1. Pendidikan dan Pengajaran
2. Kaderisasi
3. Pergedungan
4. Pengadaan Sumber Dana
5. Kesejahteraan Keluarga Pondok
Strategi Pendidikan
1. Kehidupan Pondok dengan segala TOTALITASNYA menjadi media
pembelajaran dan pendidikan.
2. Pendidikan berbasis komunitas: segala yang didengar, dilihat, dirasakan,
dikerjakan, dan dialami oleh para santri dan warga Pondok dimaksudkan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Profil Alumni
37
1. Mukmin, muslim, muhsin.
2. Komit pada perjuangan.
3. Perekat ummat.
4. Berjiwa guru.
5. Warga negara yang baik.
Kurikulum KMI
1. Kurikulum KMI terdiri dari Ilmu Pengetahuan Umum 100%, Ilmu Pengetahuan
Agama 100%.
2. Hal ini menunjukkan bahwa antara ilmu agama dan umum tidak dapat
dipisahkan, semuanya ilmu Islam. Semua bersumber dari Allah dengan segala
ciptaan-Nya atau segala sesuatu yang lahir dari ciptaan-Nya.
3. Secara mendasar, tujuan pengajaran kedua macam ilmu tersebut adalah untuk
membekali siswa dengan dasar-dasar ilmu menuju kesempurnaan menjadi
‘abid dan khalifah.
4. Kurikulum KMI tidak terbatas pada pelajaran di kelas saja, melainkan
keseluruhan kegiatan di dalam dan di luar kelas merupakan proses pendidik-an
yang tak terpisahkan.
Isi Kurikulum
1. Bahasa Arab
2. Bahasa Inggris
3. ‘Ulum Islamiyah; (Tauhid, Fiqh, Ilmu Bahasa Arab dan Inggris, Faroid,
Manthiq, dll) untnk kelas II ke atas menggunakan bahasa Arab dan Inggris
sebagai bahasa pengantar.
4. Keguruan
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Keindonesiaan/Kewarganegaraan
Guru KMI
38
1. Berasal dari tamatan KMI Gontor, atau lulusan KMI yang telah tamat belajar
di perguruan tinggi dalam maupun luar negeri; dan wajib bertempat tinggal di
asrama.
2. Tugas:
o Sebagai guru/pendidik;
o Sebagai mahasiswa ISID;
o Sebagai pembantu Pondok: tata usaha, pengurus unit usaha, pembimbing
kegiatan santri, dll.
Kegiatan KMI
1. Kegiatan Harian: KBM di kelas dan Lab. IPA, Komputer.
2. Kegiatan Mingguan: Pertemuan Guru (setiap Kamis siang), Pertemuan Ketua
Kelas (setiap Jum’at malam), Rapat Pengurus KMI (setiap Rabu malam).
3. Kegiatan Tengah Tahunan: Ujian Tengah Semester I & II dan Ujian Akhir
Semester I & II.
4. Kegiatan Tahunan: Kajian kitab klasik dan kontemporer, latihan membuka
kamus arab, praktek mengajar, economic study tour, penulisan karya ilmiah,
manasik haji.
5. Bentuk Evaluasi/Ujian: Tengah Semester, Semester, dan Akhir (EBTA).
6. Semester & EBTA: Lisan; Tulis; dan Praktek.
Kalender Kegiatan
1. Pendaftaran Calon Siswa & Daftar Ulang: 2 – 10 Syawwal.
2. Pembukaan Tahun Pelajaran: 11 Syawwal.
39
3. Ujian Masuk KMI: 11 Syawwal
4. Ujian Semester I: 13 Safar – 8 R. Awwal.
5. Liburan Semester I: 10 – 19 R. Awwal.
6. Ujian Akhir (EBTA) Kelas VI: 1 J. Tsaniyah – 21 Rajab; Praktek Mengajar,
Ujian Lisan, Ujian Tulis.
7. Ujian Semester II: 25 Rajab – 18 Sya’ban.
8. Liburan Semester II: 20 Sya’ban – 10 Syawwal.
Pengakuan
1. Menteri Pendidikan dan Pengajaran Republik Arab Mesir, tahun 1957
2. Kementerian Pengajaran Kerajaan Arab Saudi, tahun 1967
3. University of the Punjab, Lahore, Pakistan, tahun 1991
4. Dirjen Binbaga Islam Depag RI th. 1998
5. Menteri Pendidikan Nasional RI th. 2000
40
9. Praktek di Laboratorium Bahasa
10. Kursus Jurnalistik
11. Majalah Dinding dalam bahasa Arab dan Inggris
12. Baca buku di Perpustakaan
13. Keterampilan
14. Praktek Manajemen Organisasi dan Koperasi
15. Bersih Lingkungan,
16. Praktek Haji,
17. Rihlah Iqtishodiyyah
18. ‘Amaliayh Tadris,
19. Bahsul Masa’il
20. Pengabdian, dll.
3. SEJARAH AWAL
a. PONDOK TEGALSARI
Pondok Tegalsari merupakan cikal bakal Pondok Modern Darussalam
Gontor yang didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Besari pada abad ke-18, di Desa
Jetis Ponorogo. Pada masanya Pondok Tegalsari sangat termasyhur, sehingga
banyak santri dari berbagai daerah di nusantara belajar di sana. Kepemimpinan
Pondok Tegalsari berlangsung selama enam generasi.
Periode Nama Keterangan
Generasi 1 Kyai Ageng Hasan Besari w.1760
Generasi 2 Kyai Ilyas
Generasi 3 Kyai Hasan Yahya
Generasi 4 Kyai Hasan Besari II w. 1862
Generasi 5 Kyai Hasan Anom w. 1873
Generasi 6 Kyai Hasan Khalifah w. 1883
41
Oemijatin (dikenal dengan Nyai Sulaiman) dengan santri kesayangannya bernama
R.M. Sulaiman Djamaluddin, yang merupakan keturunan Keraton Kasepuhan
Cirebon. Selanjutnya mereka diberi tugas mendirikan pesantren baru di desa
Gontor, yang di kemudian hari dikenal dengan Pondok Gontor Lama.
Kyai Santoso Anom Besari menikah dengan Rr. Sudarmi, keturunan R.M.
Soryodiningrat (Bupati Madiun). Dan Kyai Santoso Anom Besari wafat pada tahun
1918 dan meninggalkan 7 anak, sebuah rumah sederhana dan Masjid tua warisan
nenek moyangnya. Maka kepemimpinan Pondok Gontor Lama pun berakhir.
Rr. Sudarmi (Nyai Santoso Anom Besari) berjuang mendidik putera-
puterinya agar dapat meneruskan perjuangan nenek moyangnya dan dapat
menghidupkan kembali Pondok Gontor lama yang telah mati. Ibu Nyai Santoso
memasukkan tiga puteranya ke beberapa pesantren dan lembaga pendidikan lain
untuk memperdalam agama. Sayangnya, Ibunya wafat saat ketiga puteranya masih
dalam masa belajar.dan tidak sempat menyaksikan kebangkitan Pondok Gontor
Kembali. Dan di kemudian hari, 3 dari tujuh putra-putri Kyai Santoso Anom Besari
yaitu Ahmad Sahal (anak kelima), Zainuddin Fannani (anak keenam), dan Imam
Zarkasyi (anak bungsu) yang dikenal dengan trimurti menghidupkan kembali
Pondok Gontor Lama dengan memperbarui system pendidikan serta kurikulumnya.
Hari ini Pondok itu sudah menjadi salah satu Lembaga Pendidikan Islam Modern
terbesar di Indonesia, yang dikenal dengan Pondok Gontor atau Pondok Modern
Darussalam Gontor.
42
c. PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR
Setelah menuntut ilmu di berbagai pesantren tradisional dan lembaga
modern di dalam maupun luar negeri, tiga orang putra Kyai Santoso Anom akhirnya
kembali ke Gontor dan pada tanggal 20 September 1926 M yang bertepatan dengan
tanggal 12 Rabiul Awwal 1345 H, tepatnya dalam peringatan Maulid Nabi SAW,
mereka mengikrarkan berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG).
Ketiganya dikenal dengan sebutan Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam
Gontor, yaitu:
1) Ahmad Sahal (1901–1977)
2) Zainudin Fananie (1908–1967)
3) Imam Zarkasyi (1910–1985)
43
Tarbiyatul Athfal adalah penyadaran siswa terhadap pemahaman dan pelaksanaan
ajaran agama.
Pada usia tujuh tahun, siswa T.A. telah mencapai 500 orang putra dan
putri. Fasilitas belajar-mengajar belum mencukupi sehingga mereka belajar di
rumah-rumah penduduk dan sebagian masih di alam terbuka di bawah pepohonan.
Tekad membuat bangunan untuk ruang kelas semakin menguat, tetapi dana tidak
ada, karena selama sepuluh tahun pertama siswa tidak dipungut bayaran apapun.
Untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan dibentuklah “Anshar Gontor”,
yaitu orang-orang yang bertugas mencari dana di seluruh wilayah Jawa. Selain itu
para santri di dalam Pondok juga dilibatkan dalam pembuatan batu merah.
Tarbiyatul Athfal terus berkembang seiring dengan meningkatnya minat
masyarakat untuk belajar. Karena itu, setelah berjalan beberapa tahun, didirikanlah
cabang-cabang Tarbiyatul Athfal di desa-desa sekitar Gontor. Madrasah-madrasah
Tarbiyatul Athfal di desa-desa sekitar Gontor itu ditangani oleh para kader yang
telah disiapkan secara khusus melalui kursus pengkaderan. Di samping membantu
pendirian madrasah-madrasah TA tersebut, mutu TA di Gontor juga ditingkatkan
agar para lulusannya memiliki kemampuan yang memadai untuk ikut berkiprah
membina beberapa TA cabang yang ada. Untuk itu dibukalah jenjang pendidikan
di atas TA yang diberi nama Sullamul Muta’allimin.
44
1) Tarbiyatul Ikhwan (Organisasi Pemuda)
2) Tarbiyatul Mar’ah (Organisasi Pemudi)
3) Muballighin (Organisasi Juru Dakwah)
4) Bintang Islam (Gerakan Kepanduan)
5) Ri-Ba-Ta, yaitu Riyadlatul Badaniyah Tarbiyatul Athfal (Organisasi
Olahraga)
6) Miftahussa’adah dengan “Mardi Kasampurnaan”.
7) Klub Seni Suara, dan
8) Klub Teater.
45
lembaga pendidikan di Jawa dan Sumatra pada tahun 1935. Beliau mulai ikut
membenahi pendidikan di Pondok Gontor Baru ini. Kesyukuran tersebut ditandai
dengan Peringatan atau “Kesyukuran 10 Tahun Pondok Gontor”. Acara kesyukuran
dan peringatan menjadi semakin sempurna dengan diikrarkannya pembukaan
program pendidikan baru tingkat menengah pertama dan menengah atas yang
dinamakan Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) atau Sekolah Guru Islam
pada tanggal 19 Desember 1936. Program pendidikan baru ini ditangani oleh K.H.
Imam Zarkasyi, yang sebelumnya pernah memimpin sekolah serupa tetapi untuk
perempuan, yaitu Mu’allimat Muhammadiyah di Padang Sidempuan, Sumatra
Utara.
Dalam peringatan 10 tahun ini pula tercetus nama baru untuk Pondok
Gontor yang dihidupkan kembali ini, yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor.
Nama ini merupakan sebutan masyarakat yang kemudian melekat pada Pondok
Gontor yang nama aslinya Darussalam, artinya Kampung Damai.
Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) adalah Sekolah Pendidikan
Guru Islam yang modelnya hampir sama dengan Sekolah Noormal Islam di Padang
Panjang; di mana Pak Zar menempuh jenjang pendidikan menengahnya. Model ini
kemudian dipadukan dengan model pendidikan pondok pesantren. Pelajaran
agama, seperti yang diajarkan di beberapa pesantren pada umumnya, diajarkan di
kelas-kelas. Namun pada saat yang sama para santri tinggal di dalam asrama dengan
mempertahankan suasana dan jiwa kehidupan pesantren. Proses pendidikan
berlangsung selama 24 jam. Pelajaran agama dan umum diberikan secara seimbang
dalam jangka 6 tahun. Pendidikan ketrampilan, kesenian, olahraga, organisasi, dan
lain-lain merupakan bagian dari kegiatan kehidupan santri di Pondok.
Pada tahun pertama pembukaan program ini, sambutan masyarakat belum
memuaskan. Bahkan tidak sedikit kritik dan ejekan yang dialamatkan kepada
program baru yang diterapkan oleh Gontor. Sistem pendidikan semacam yang
diterapkan oleh Gontor tersebut memang masih sangat asing. Sistem belajar secara
klasikal, penggunaan kitab-kitab tertentu yang tidak umum dipakai di pesantren,
pemberian pelajaran umum, guru dan santri memakai celana panjang dan dasi.
Demikian juga pemakaian Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan bahkan juga Bahasa
46
Belanda, ketika itu masih dianggap tabu. Sebab Bahasa Arab adalah bahasa Islam
sedangkan Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda adalah bahasa orang kafir.
Masih asingnya sistem pendidikan baru ini menyebabkan merosotnya
jumlah santri Gontor saat itu. Santri Gontor yang sebelumnya berjumlah ratusan
kini hanya tinggal 16 orang. Keadaan ini tidak mematahkan semangat Pak Sahal
dan Pak Zar. Dalam keadaan demikian Pak Zar bertekad dan berucap: “Biarpun
tinggal satu saja dari yang 16 orang ini, program akan tetap akan kami jalankan
sampai selesai, namun yang satu itulah nantinya yang akan mewujudkan 10…100
hingga 1000 orang.” Bahkan suatu saat Pak Zar pernah berujar: “Seandainya saya
tidak berhasil mengajar dengan cara ini, saya akan mengajar dengan pena.” Pak
Sahal juga tanpa ragu-ragu berdoa: “Ya Allah, kalau sekiranya saya akan melihat
bangkai Pondok saya ini, panggillah saya lebih dahulu kehadirat-Mu untuk
mempertanggung jawabkan urusan ini.” Allah rupanya mendengar doa dan tekad
kakak-beradik itu. Pada tahun kedua, mulai datang para santri dari Kalimantan,
Sumatra, dan dari berbagai pelosok tanah Jawa. Gontor mulai ramai oleh kehadiran
para santri yang semakin banyak.
Akhirnya, setelah tiga tahun berjalan, Pondok Gontor dibanjiri oleh para
santri dari berbagai kota dan pulau dengan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda.
Ada yang sudah baik pengetahuan agamanya tetapi lemah dalam pengetahuan
umum dan ada pula yang sebaliknya. Untuk mengatasi persoalan ini dibukalah
kelas khusus untuk menampung mereka, yaitu Voorklas atau Kelas Pendahuluan.
Setelah perjalanan tiga tahun, pelajaran sudah harus ditingkatkan, maka
dibukalah tingkatan yang lebih tinggi bernama Bovenbow. Jumlah santri yang
semakin banyak dan pembukaan kelas baru ini menimbulkan persoalan baru, yaitu
terbatasnya jumlah guru. Dalam kondisi demikian ini tidak jarang Pak Zar mengajar
2 kelas dalam satu jam pelajaran. Namun pada tahun kelima datanglah seorang guru
muda bernama R. Muin yang cakap berbahasa Belanda. R. Muin ini kemudian
diserahi mengajar Bahasa Belanda untuk murid-murid kelas I tingkat atas, atau
kelas IV.
47
a. Program Onderbow, lama belajar 3 tahun.
b. Program Bovenbow, lama belajar 2 tahun.
Pada tahun 1999, Shoiman Luqmanul Hakim wafat, maka Badan Wakaf
menunjuk KH. Imam Badri sebagai penggantinya. Pada tahun 2006, Imam Badri
48
wafat dan kemudian digantikan oleh KH. Syamsul Hadi Abdan . Pada tahun 2020,
Syamsul Hadi Abdan dan Abdullah Syukri Zarkasyi wafat dan digantikan oleh KH.
Amal Fathullah Zarkasyi. dan KH. Akrim Mariyat . Saat ini pimpinan Pondok
Modern Darussalam Gontor dijabat oleh:
1) Hasan Abdullah Sahal (Pimpinan sejak 1985)
2) Amal Fathullah Zarkasyi (Pimpinan sejak 2020)
3) Muhammad Akrim Maryat (Pimpinan sejak 2020)
LEMBAGA-LEMBAGA
Adapun lembaga-lembaga dan atau bagian-bagian yang dibawahi Pimpinan
Pondok Modern Darussalam Gontor adalah:
1) KMI (Kulliyatul Mu’allimin/Mu’allimat al-Islamiyah)
Lembaga perguruan menengah dengan masa belajar 6 atau 4 tahun, setingkat
Tsanawiyah dan Aliyah
2) UNIDA (Universitas Darussalam)
Lembaga perguruan tinggi pesantren yang mempunyai 7 Fakultas dalam
berbagai jenjang S1, S2 dan S3
3) Pengasuhan Santri
Membawahi Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM), Koordinator
Gugusdepan (Pramuka) dan Dewan Mahasiswa (DEMA) UNIDA
4) YPPWPM (Yayasan Pemeliharaan&Perluasan Wakaf Pondok Modern)
Lembaga penggalian dana, pemeliharaan, perluasan dan pengembangan aset
5) IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern)
Organisasi resmi alumni Gontor
6) Forbis (Forum Bisnis) Alumni Gontor
7) FPA (Forum Pondok Alumni)
49
Di samping kelima lembaga di atas, ada bagian-bagian tertentu yang
dibentuk untuk memperlancar proses pendidikan dan pengajaran di Pondok, yaitu:
50
3) Universitas Darussalam Gontor (UNIDA)
Adalah Perguruan Tinggi yang bersifat Pesantren di mana seluruh mahasiswa
berada di dalam asrama kampus di bawah bimbingan rektor (sebagai kiai).
UNIDA didirikan pada pada 1 Rajab 1383 / 17 November 1963 oleh Trimurti
PMDG dan di bawah pengelolaan Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam
Gontor. Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil. menjabat sebagai
Rektor dan mengelola berbagai fakultas dalam berbagai strata pendidikan,
yaitu:
1) Fakultas Ushuluddin: Studi Agama-Agama, Aqidah dan Filsafat Islam,
Ilmu al-Quran dan Tafsir
2) Fakultas Tarbiyah: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab,
Tadris Bahasa Inggris
3) Fakultas Syariah: Perbandingan Madzhab, Hukum Ekonomi Syari'ah
4) Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Ekonomi Islam, Manajemen
5) Fakultas Humaniora: Hubungan Internasional, Ilmu Komunikasi
6) Fakultas Ilmu Kesehatan: Farmasi, Ilmu Gizi, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
7) Fakultas Sains dan Teknologi: Teknik Informatika, Agroteknologi,
Teknologi Industri Pertanian
51
2) Pondok Modern Gontor 3 "Darul Ma’rifat" Desa Sumbercangkring,
Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur
3) Pondok Modern Gontor 4 "Darul Muttaqien" Desa Kaligung, Kecamatan
Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
4) Pondok Modern Gontor 5 "Darul Qiyam" Desa Mangunsari, Kecamatan
Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
5) Pondok Modern Gontor 6 "Riyadhatul Mujahidin" Desa Pudahoa, Kecamatan
Landono, Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara
6) Pondok Modern Gontor 7 Desa Tajimalela, Kecamatan Kalianda, Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung
7) Pondok Modern Gontor 8 "Darul Amien" Desa Meunasah Baro, Kecamatan
Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Aceh
8) Pondok Modern Gontor 9 Talago Loweh, Desa Bubuh Limau, Nagari Sulit Air,
Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok, Sumatra Barat
9) Pondok Modern Gontor 10 Desa Parit Culum 1, Kecamatan Muara Sabak
Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi
10) Pondok Modern Gontor 11 "Ittihadul Ummah" Kelurahan Tokorondo,
Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
11) Pondok Modern Gontor 12 Desa Lubuk Jering, Kecamatan Sungai Mandau,
Kabupaten Siak, Riau
52
7) Pondok Modern Gontor Putri 7 Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang,
Kabupaten Kampar, Riau
8) Pondok Modern Gontor Putri 8 Desa Labuhan Ratu VI, Kecamatan Labuhan
Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Lampung
2) Pondok Alumni
Pesantren alumni Gontor tersebar di seluruh nusantara dan tergabung
dalam Forum Pesantren Alumni (FPA) Gontor. Menurut Hasan Abdullah Sahal,
saat bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres pada 10 Maret
2016, Pesantren Alumni Gontor yang sudah terdata berjumlah 380 pesantren dan
masih banyak lagi yang belum terdata . Saat ini FPA Gontor diketuai oleh Zulkifli
Muhadli.
53
Gontor sangat menekankan pada pengembangan karakter dan akhlak siswa dengan
mengajarkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab.
54
Islam, keterampilan praktis, serta karakter dan akhlak yang baik. Pesantren Bina
Insan Mulia di Cirebon telah berhasil mencetak lulusan yang memiliki keahlian
dalam bidang pertanian dan pengolahan makanan, serta beberapa lulusan yang
meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Sementara itu, Pondok
Pesantren Gontor di Jawa Timur telah mencetak lulusan yang memiliki
keterampilan dalam bidang pengembangan teknologi informasi, bisnis, dan bahasa
Inggris, serta lulusan yang telah berhasil mendapatkan gelar sarjana dan bahkan
pascasarjana.
55
BAB V
PEMBAHASAN
Kesamaan:
Perbedaan:
1. Lokasi dan lingkungan: BIM berada di Cirebon, Jawa Barat dan memiliki
lingkungan yang berbeda dengan pesantren Gontor yang berlokasi di Ponorogo,
Jawa Timur.
2. Metode pembelajaran: BIM lebih menekankan pada metode pengajaran yang
lebih santai dan diskusi antara santri dan ustadz, sementara Gontor
menggunakan metode pembelajaran yang lebih formal dengan kurikulum yang
terstruktur dan kelas-kelas yang lebih teratur.
3. Kurikulum: Meskipun keduanya memiliki kurikulum yang didasarkan pada
agama Islam, BIM lebih menekankan pada pembelajaran agama dan
pengembangan karakter, sementara Gontor menekankan pada pendidikan yang
lebih umum dan mencakup mata pelajaran seperti ilmu pengetahuan, teknologi,
dan bahasa asing.
4. Kegiatan ekstrakurikuler: Gontor memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang lebih
beragam dan berorientasi pada pengembangan keterampilan dan bakat santri,
56
sedangkan BIM lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
pengembangan agama dan karakter.
Kelebihan:
1. Pendekatan pembelajaran yang santai dan diskusi antara santri dan ustadz
membuat suasana pembelajaran lebih terbuka dan kreatif.
2. Fokus pada pengembangan karakter dan akhlak mulia yang dapat membentuk
kepribadian santri yang baik.
3. Memiliki lingkungan pesantren yang nyaman dan kondusif untuk belajar dan
berkembang.
Kekurangan:
57
Pesantren Gontor di Ponorogo:
Kelebihan:
1. Kurikulum pendidikan yang terstruktur dan mencakup mata pelajaran yang luas,
termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, dan bahasa asing.
2. Memiliki lingkungan pesantren yang kondusif untuk belajar dan berkembang
dengan fasilitas pendidikan yang modern dan lengkap.
3. Kegiatan ekstrakurikuler yang beragam dan berorientasi pada pengembangan
keterampilan dan bakat santri.
Kekurangan:
58
ilmu agama Islam, memahami budaya dan tradisi lokal, serta memiliki
kemampuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
2. Mempertahankan tradisi keilmuan Islam: Pesantren menjadi lembaga yang
melestarikan tradisi keilmuan Islam, mempertahankan dan mengembangkan
kajian-kajian keilmuan yang ada. Pesantren juga memainkan peran penting
dalam menerjemahkan, memperbaharui, dan mengadaptasi pengetahuan
keislaman ke dalam bahasa dan konteks lokal.
3. Meningkatkan kesadaran keagamaan dan sosial: Pesantren dapat menjadi
lembaga yang mampu meningkatkan kesadaran keagamaan dan sosial
masyarakat. Pesantren dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari dan membentuk karakter
yang baik dan berakhlak mulia.
4. Menjaga keberlangsungan pendidikan Islam modern: Pesantren dapat menjadi
lembaga yang membantu menjaga keberlangsungan pendidikan Islam modern.
Pesantren dapat mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga pesantren tetap menjadi lembaga
pendidikan yang relevan dan berperan dalam memajukan masyarakat.
59
Dalam era globalisasi dan modernisasi seperti saat ini, pesantren juga
dapat berperan dalam mengembangkan pendidikan Islam yang modern dan berdaya
saing. Pesantren dapat membantu memperkenalkan teknologi dan ilmu
pengetahuan modern dalam konteks keislaman, sehingga pendidikan Islam tidak
tertinggal dari perkembangan zaman dan tetap relevan dengan kebutuhan
masyarakat
60
BAB VI
KESIMPULAN
1. Pola pendidikan di Bina Insan Mulia dan Pondok Pesantren Gontor memiliki
kesamaan dalam hal tujuan pendidikan, yaitu menciptakan generasi Muslim
yang memiliki kompetensi dan keterampilan yang memadai serta memahami
nilai-nilai Islam secara mendalam.
2. Kedua pesantren memiliki perbedaan dalam hal pengembangan kurikulum dan
metode pembelajaran. Bina Insan Mulia memiliki kurikulum yang lebih
beragam, dengan fokus pada pengembangan keterampilan dan pemahaman
konsep, sementara Gontor lebih fokus pada pembentukan karakter dan
pengembangan keterampilan bahasa Arab.
3. Pesantren Bina Insan Mulia lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi dan
penggunaannya dalam proses pembelajaran, sementara Gontor masih
mempertahankan tradisi penggunaan buku dan tulisan tangan dalam proses
belajar mengajar.
4. Kedua pesantren memiliki peran yang penting dalam menjaga keberlangsungan
pendidikan Islam modern di Indonesia, terutama dalam memperkuat
pemahaman dan praktik Islam di kalangan generasi muda, serta meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dalam bidang keagamaan dan profesi lainnya.
Dengan demikian, studi ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang pola pendidikan Islam modern di pesantren, serta memberikan kontribusi
dalam pengembangan dan peningkatan pendidikan Islam modern di Indonesia.
61
B. Implikasi hasil penelitian
Implikasi hasil penelitian dari makalah yang berjudul "Pola Pendidikan
Islam Modern: Studi Kasus di Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok Pesantren
Gontor di Jawa Timur" antara lain:
62
C. Saran untuk penelitian selanjutnya
Beberapa saran selanjutnya untuk penelitian yang dapat dilakukan sebagai
kelanjutan dari makalah yang berjudul "Pola Pendidikan Islam Modern: Studi
Kasus di Bina Insan Mulia di Cirebon dan Pondok Pesantren Gontor di Jawa
Timur":
63
DAFTAR PUSTAKA
64
Nasution, S. (2014). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Pondok Tegalsari
65