Laporan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Pesantren yang
diampu oleh Bapak Samsurrohman., Alh., S.Ag., M.S.I.
Disusun Oleh:
2020120030
SASTRA INGGRIS
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat hidayah dan
taufiqnya penulis mampu menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul
“Pengaruh Takziran Terhadap Minat Mengaji Santri Pondok Pesantren Ma’had
Anwarul Hidayah” ini dengan baik.Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Pendidikan. Penyelesaian makalah ini tentunya terlepas pula
dari bantuan berbagai pihak, dalam berbagai bentuk, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada
Penulis menyadari, bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu usaha mempengaruhi, melindungi
serta memberikan bantuan yang tertuju kepada kedewasaan anak
didiknya atau dengan kata lain membantu anak didik agar cukup mampu
dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain
(Langeveld dalam Suriansyah, 2011).
Pendidikan memiliki dasar atau landasan berpijak dan arah yang
ingin dituju. Arah dari pendidikan bangsa Indonesia atau yang disebut
dengan pendidikan nasional adalah “Mencerdaskan kehidupan bangsa”,
hal ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Tujuan
pendidikan ini juga tertuang dalam UU No. 2 Tahun 1989 yang berbunyi
bahwa tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan bangsa.
Pendidikan bukan hanya sebatas pendidikan formal yang
mencakup jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah saja. Terdapat
pendidikan diluar pendidikan formal seperti pendidikan informal atau yang
sering disebut juga sebagai pendidikan sepanjang hayat, serta pendidikan
non formal. Terdapat pula beberapa pendidikan keagamaan, salah satunya
adalah pendidikan pesantren.
Pendidikan dalam pesantren dapat dikatakan sebagai suatu
pendidikan yang memiliki tujuan menyiapkan santri-santri untuk
mendalami serta menguasai ilmu agama islam (Usman, 2013). Pendidikan
dalam pesantren bukan hanya sekedar untuk mempelajari ilmu agama saja,
namun juga kepemimpinan, kemandirian, gotong royong, kesederhanaan,
serta sikap positif lainnya yang nantinya akan berguna dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pesantren sudah ada di Indonesia mulai abad ke-18 sampai abad
ke-20. Sehingga pesantren menjadi salah satu lembaga pendidikan yang
cukup tua di Indonesia. Mulai dari hanya satu tempat kajian, kini
pesantren merambah dan menyebar luas di Indonesia. Cepatnya
perkembangan tersebut pula yang menjadikan pesantren pada saat ini
memiliki kurikulum atau sistem pendidikan yang membuat pesantren
dibagi menjadi tiga golongan yaitu pesantren tradisional (salaf) dan
pesantren modern. Sehingga tidak heran apabila saat ini sudah banyak
lembaga pesantren yang menyertakan pendidikan formal didalamnya.
Salah satunya adalah Pondok Pesantren Ma’had Anwarul Hidayah.
Pondok Pesantren Ma’had Anwarul Hidayah adalah salah satu dari
banyaknya pondok pesantren yang terletak di Kalibeber, Wonosobo, Jawa
Tengah. Tempatnya yang berada di lingkungan Universitas Sains Al-
Qur’an membuat sebagian santri pada pondok pesantren ini berstatus
mahasiswa. Pondok Pesantren Ma’had Anwarul Hidayah diasuh oleh
Bapak Kyai Syafangat S.Pd.I., M.Pd.I. Jadwal kegiatan harian yang
dilakukan setiap harinya meliputi sholat berjama’ah, mujahadah, sorogan
kitab, bandongan kitab, simakan kitab, serta ro’an (kegiatan bersih-bersih).
Sebagai salah satu bentuk ketertiban, bagi santri yang melakukan
pelanggaran kegiatan akan dikenakan takziran (hukuman). Salah satu
bentuk takziran yang diberlakukan adalah mengaji Al-Qur’an (nderes)
bagi santri yang tidak mengikuti kegiatan mengaji subuh dan isya. Waktu
takziran berkisar antara satu jam, akan tetapi disesuaikan kembali dengan
berat pelanggaran yang dilakukan.
2
Hukuman memiliki kaitan yang cukup erat dengan minat belajar.
Hukuman bisa menjadi salah satu elemen untuk meningkatkan minat
belajar atau sebaliknya, hukuman menjadi elemen yang menurunkan minat
belajar. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terkait dengan minat mengaji para santri, sehingga penulis
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Takziran Terhadap Minat
Mengaji Santri Pondok Pesantren Ma’had Anwarul Hidayah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Apakah takziran berpengaruh terhadap minat mengaji santri?
2. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat mengaji
santri?
C. Tujuan Observasi
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh takziran terhadap minat mengaji santri.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat
mengaji siswa.
D. Manfaat Observasi
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
masalah pendidikan yang ada dalam pesantren, khususnya terkait
kajian yang berhubungan dengan takziran (hukuman) dan minat
mengaji santri. Selain sebagai sumber pengetahuan, penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk
mahasiswa yang ingin melakukan penelitian sejenis supaya dapat
dikembangkan lebih lanjut terkait dengan minat mengaji santri.
4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Pesantren
Berdasarkan UU No.20 tahun 2003 arti pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Kata pesantren berasal dari kata santri yang diberi awalan “pe” dan
akhiran “an” yang dikarenakan pengucapan kata itu kemudian berubah
menjadi terbaca “en” (pesantren), yaitu sebutan untuk bangunan fisik
atau asrama di mana para santri bertempat (Muhakamurrohman, 2014).
Pesantren menjadi salah satu tempat untuk menuntut ilmu agama,
serta mempelajari pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan
kehidupan bermasyarakat seperti tanggung jawab, disiplin, gotong
royong, dan lain sebagainya. Sebagai salah satu tempat menuntut ilmu,
pastinya terdapat sitem pendidikan yang diterapkan di dalam
pesantren.
Salah satu sistem pendidikan yang diterapkan dalam pesantren
adalah kurikulum. Namun, kurikulum pesantren berbeda dengan
kurikulum pemerintah. Kurikulum pesantren dibedakan sesuai dengan
type pesantren atau jenis pesantren. Junaidi (2016) menuliskan dua
jenis pesantren yaitu:
5
1) Pesantren Salaf (tradisional)
kurikulum pesantren salaf memiliki statusnya sebagai lembaga
pendidikan non-formal sehingga hanya mempelajari kitab-kitab
klasik.
2) Pesantren Modern
Pesantren modern mengkombinasikan antara pesantren salaf dan
juga model pendidikan formal dengan mendirikan satuan
pendidikan semacam SD/MI,SMP/MTs, SMA/SMK/MA bahkan
sampai pada perguruan tinggi.
Saat ini, banyak pesantren yang masuk ke dalam kategori pesantren
modern, salah satunya adalah Pondok Pesantren Ma’had Anwarul
Hidayah yang akan menjadi tempat penelitian.
2. Hukuman
Dalam dunia pendidikan, pastinya sudah tidak asing lagi dengan
sebuah hukuman. Hukuman dapat dikatakan sebagai sebuah
konsekuensi yang didapatkan oleh seseorang apabila melakukan suatu
tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan ataupun tata tertib yang
berlaku.
Hukuman erat kaitannya dengan sebuah ketertiban, hal ini
dikarenakan hukuman dibuat bukan sebagai suatu pembalasan, akan
tetapi sebagai suatu elemen yang dibuat untuk memperbaiki serta
melindungi sang pelanggar dari kesalahan yang sama (Aliya dan Putri
(dalam Rofiq, 2017)
Kedisiplinan memang merupakan salah satu unsur yang harus ada
dalam pendidikan, namun hukuman untuk mendisiplinkan peserta
didik masih menyebabkan pro kontra dalam masyarakat. Beberapa
masyarakat berpendapat bahwa hukuman dalam pendidikan dapat
menciptakan sikap yang disiplin, namun tak sedikit pula yang resah
dengan hukuman-hukuman yang ada dalam pendidikan dikarenakan
6
hukuman yang diberikan tidak sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukan.
Hukuman memiliki istilah yang berbeda-beda, seperti sanksi serta
takziran. Istilah takziran banyak dipakai dalam pondok pesantren.
Sama hal nya dengan hukuman, takziran juga diberikan sebagai bentuk
konsekuensi kedapa para santri yang melakukan pelanggaran.
Menurut agama Islam sendiri, hukuman memiliki untuk perbaikan
kesalahan yang dilakukan anak-anak bukan menjadikan
sebuah ajang balas dendam dan pendidikan disini terlebih
menganjurkan kepada juru didik untuk mengenal akan perangai,
tabi’at dan akhlak anak didiknya sebelum menjatuhkan hukuman
(Rofiq, 2017).
Apabila melihat kalimat diatas, dapat disimpulkan bahwa hukuman
boleh dilakukan untuk memperbaiki kesalahan, namun hukuman yang
diberikan harus tetap sesuai dengan kesalahan yang diperbuat. Dengan
harapan hukuman yang diberikan dapat memberi efek jera ataupun rasa
bersalah dan menyesal, sehingga pelanggar tidak melakukan kesalahan
yang sama di kemudian hari.
3. Minat Belajar
Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang
akan diperhatikan secara terus menerus dan disertai dengan perasaan
senang. Yang dimana perasaan senang yang ada, bermuara pada
kepuasan (Slameto, 2013 dalam Ramdani, 2018).
Winkel (2014: 59) (dalam Ramdani,2018) menyatakan “belajar
adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan,
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu
bersifat relative konstan dan berbekas”.
7
Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan sederhana
bahwa minat belajar tercipta ketika seseorang memiliki ketertarikan
untuk belajar dan memiliki dorongan untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, maupun keterampilannya. Minat belajar
setiap individu tentunya berbeda-beda karena berkaitan
dengansemangat, kondisi fikiran, kesehatan maupun mentalnya.
Seseorang dengan minat belajar yang tinggi akan lebih ambisius
jika dibandingkan dengan seseorang yang minat belajarnya rendah.
Seseorang dengan minat belajar yang tinggi akan cenderung lebih
rajin, tekun, ulet, semangat dalam belajar, tidak malu bertanya apabila
merasa bingung dalam belajar, memiliki rasa keingin tahuan yang
tinggi dan menganggap bahwa kesulitan dalam pembelajaran
merupakan tantangan yang harus diselesaikan. Sedangkan seseorang
dengan tingkat minat belajar yang rendah biasanya merasa malas,
cepat bosan, tidak berkonsentrasi, dan kurang fokus dalam belajar.
B. Hipotesis
Bahwa takziran (hukuman) memiliki pengaruh terhadap minat
mengaji santri. Minat mengaji santri menjadi meningkat, mengingat
takziran yang akan diterima apabila mereka tidak mengaji.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan, menjelaskan, dan
menganalisis minat belajar siswa, mulai dari pemaparan dampak game
online hingga faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa. Sehingga
penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif
kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat
postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik
pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi (Sugiyono,2016). Data yang diperoleh
dengan metode deskriptif kualitatif sangat mendasar karena berdasarkan
fakta dan realita.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah santri dari Pondok Pesantren
Ma’had Anwarul Hidayah. Penulis memilih beberapa santri untuk menjadi
pembandingan dalam data yang akan dibahas. Dalam pengumpulan data
ini penulis memilih tiga santri secara random dari Pondok Pesantren
Ma’had Anwarul Hidayah.
9
melalui wawancara ini dikumpulkan dengan cara tanya jawab
melaluimedia sosial Whatsapp kepada narasumber yang berfungsi
sebagai pemberi informasi dalam penelitian ini.
2. Metode Studi Pustaka (library research)
Metode studi pustaka yang digunakan adalah referensi yang bersumber
dari google schoolar serta buku-buku yang terkait dengan penelitian.
Artikel yang dipergunakan adalah artikel yang fokus membahas
mengenai pendidikan pesantren, hukuman serta pengaruhnya terhadap
minat belajar.
10
BAB IV
11
memiliki jarak yang relatif dekat dengan kampus. Sebagaimana yang
diutarakan narasumber dalam kutipan berikut.
“Antara kampus dengan pondok memiliki jarak yang tidak terlalu jauh,
jadi memilih pondok ini” (Arini Rusyda Hidayat).
“Alasannya karena jarak ke kampus dekat” (Dita Fatmala).
Pondok Pesantren Ma’had Anwarul Hidayah memiliki dua kali
jadwal mengaji yakni mengaji pagi setelah subuh serta mengaji malam
pada waktu selepas isya. Bagi santri yang tidak mengikuti kegiatan
mengaji akan dikenai takziran (hukuman) berupa nderes Al-Qur’an dalam
kurun waktu antara satu jam. Waktu satu jam mungkin waktu yang relatif
singkat untuk mengaji, namun narasumber memberi pernyataan bahwa
takziran yang diberikan sudah cukup untuk ukuran mahasiswa. Hal ini
dikarenakan jadwal mahasiswa yang cukup padat. Berikut kutipan
wawancara yang penulis lakukan.
“Sudah cukup untuk ukuran mahasiswa, soalnya jadwal kegiatannya kan
cukup banyak” (Anis Nusul Ma’rufah)
Sebagaimana pembahasan yang telah dilakukan diatas, dimana
narasumber mengatakan bahwa hukuman yang diberikan sudah cukup
untuk mahasiswa. Bukan hanya cukup, takziran yang diberikan juga cukup
memberikan efek jera untuk para pelanggarnya. Sebagaimana yang
diutarakan narasumber dalam kutipan berikut.
“Sudah cukup jera bagi saya” (Dita Fatmala)
Ternyata takziran yang diberikan cukup efektif untuk
meningkatkan kedisiplinan para santri. Dari ketiga narasumber, tidak
ditemukan pernyataan bahwa mereka pernah membolos. Berikut kutipan
wawancara yang penulis lakukan.
“Alhamdulillah belum pernah membolos” (Anis Nurul Ma’rufah).
“Selama mondok belum pernah membolos, alhamdulillah” (Dita Fatmala)
“Belum pernah membolos” (Arini Rusyda Hidayat).
Selain itu, takziran yang diberikan juga berpengaruh terhadap
minat mengaji santri. Santri, entah terpaksa atau tidak akan pergi mengaji
12
dikarenakan khawatir dengan takziran yang akan mereka dapat apabila
mereka tidak mengaji. Secara tidak langsung, hal tersebut membuat minat
mengaji santri menjadi meningkat. Sebagaimana yang diutarakan
narasumber dalam kutipan berikut.
“Ya meningkat, karena takut nggak ada waktu buat takziran, jadi mending
ngaji aja” (Arini Rusyda Hidayat).
“Meningkat dong, karena jadi ngaji terus daripada harus takziran” (Anis
Nurul Ma’rufah).
“Iya, meningkat” (Dita Fatmala).
Berdasarkan semua pernyataan di atas, ternyata takziran memang
memiliki dampak yang positif terhadap peningkatan minat mengaji santri.
Dimana santri akan berfikir dua kali sebelum melakukan pelanggaran,
dikarenakan takziran yang nantinya akan diterima. Sehingga para santri
lebih baik mengikuti mengaji, yang secara tidak langsung hal ini membuat
minat mengaji mereka menjadi meningkat.
13
pendidikan agama yang lebih baik. Hal inilah yang mungkin membuat
ketiga narasumber mengatakan bahwa faktor yang meningkatkan minat
belajar mereka adalah teringat orang tua. Tidak bisa dipungkiri bahwa
semakin dewasa, semakin banyak pula pikiran mengenai cara
membahagiakan serta membanggakan orang tua. Sehingga sangat wajar
apabila faktor tersebut yang membuat minat santri menjadi meningkat. Hal
ini sebagaimana yang diutarakan narasumber dalam kutipan berikut.
“Ingat yang ada di rumah baik itu keluarga ataupun saudara” (Arini
Rusyda Hidayat).
“Ingat orang tua saat bekerja” (Dita Fatmala).
“Ingat keluarga di rumah” (Anis Nurul Ma’rufah).
14
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan dianalisis, dapat
disimpulkan bahwa takziran berdampak terhadap peningkatan minat
mengaji santri. Takziran merupakan salah satu istilah lain dari hukuman
yang biasa digunakan dalam lingkungan pesantren. Takziran diberikan
kepada pelaku pelanggaran peraturan pesantren maupun ketertiban lain
seperti kegiatan mengaji. Takziran yang diberikan juga disesuaikan
dengan berat atau tidaknya pelanggaran yang dilakukan. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap tiga narasumber
diketahui bahwa dengan adanya takziran, minat mengaji santri dapat
meningkat. Hal ini dikarenakan mungkin para santri malas dan malu
apabila harus mendapat takziran. Selain takziran, terdapat faktor lain yang
dapat meningkatkan minat mengaji santri. Contoh faktornya adalah karena
teringat perjuangan orang tua di rumah.
B. Saran
Setelah peneliti menyelesaikan penelitian, membahas dan
mengambil kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran
yaitu sebagai berikut.
1. Beberapa lembaga pendidikan, dalam membuat hukuman harus benar-
benar disesuaikan dengan pelanggaran yang dibuat. Dalam artian tidak
terlalu ringan, namun juga tidak memberatkan. Hukuman yang sesuai,
pastinya akan dapat diterima oleh pelanggar dan memberikan suatu
efek jera sehingga secara tidak langsung pelanggar akan tidak
melakukan pelanggaran di kemudian hari.
15
2. Selain karena orang tua, para santri mungkin dapat meningkatkan
minat mengaji dengan hal yang lain misalnya dengan belajar dengan
teman, ataupun mengulang materi mengaji di tempat yang tenang.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sekretariat Jenderal MPR RI. (2011). Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.
17
LAMPIRAN
Nama :
Umur :
18
LAMPIRAN
Bukti Wawancara
19