STUDI KEPESANTRENAN
Makalah ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Kepesantrenan
Disusun oleh:
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah
“Model Kepemimpinan di Pesantren” untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi
Kepesantrenan.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Mengetahui,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................ 4
ISI....................................................................................................................... 4
PENUTUP.........................................................................................................10
Kesimpulan ...................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dinamika dunia pendidikan, kepemimpinan sangat berperan
penting terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan (Bashori, 2019a).
Kepemimpinan harus memiliki kompetensi yang mendukung tugas dan
fungsinya dalam menjalankan proses pendidikan. Salah satu lembaga
pendidikan yang sudah cukup lama di Indonesia adalah pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan khas Indonesia yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat serta telah teruji
kemandiriannya sejak dahulu hingga sekarang. Pada awal berdirinya, bentuk
pondok pesantren masih sangat sederhana, kegiatannya hanya diselenggarakan
dalam masjid atau surau dengan beberapa orang santri yang kemudian
berkembang dan ditempatkan di bagian pondok-pondok (asrama) sebagai
tempat tinggal. Untuk menentukan kapan pondok pesantren pertama kali berdiri
sangat sulit, namun dapat dikemukakan bahwa lahir dan tumbuhnya pondok
pesantren tidak jauh berselang setelah Islam tersebar di nusantara.
Pondok pesantren dalam perspektif historis tidak hanya mengandung
makna keislamaan, tetapi juga keaslian (indigenous) Indonesia. Sebab lembaga
yang serupa telah ada pada masa penyebaran agama Hindu-Budha, sedangkan
Islam hanya meneruskan atau mengislamkannya. Dengan demikian, pondok
pesantren merupakan sebuah institusi pendidikan dan penyebaran Islam. Kata
pesantren sendiri berasal dari kata ‘santri’, dengan awal "pe"di depan dan
akhiran "an" yang berarti tempat tinggal para santri. Term santri menurut C.C.
Berg berasal dari istilah ‘shastri’ yang dalam bahasa India berarti orang yang
tahu buku-buku suci agama atau seorang yang ahli kitab suci.
Sedangkan menurut Nurcholis Majid (Madjid, 1997), istilah santri dapat
dibedakan menjadi dua. Pertama, kata santri berasal dari kata "sastri" bahasa
Sankskerta yang artinya melek huruf. Asumsi ini didasarkan bahwa kaum santri
1
yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa
Arab menyebabkan para santri harus berusaha belajar bahasa Arab, dan kedua
kata santri berasal dari bahasa Jawa dari kata "cantrik" yang berarti seseorang
yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap.
Menurut Abdurraman Wahid (Rahardjo, 2006), pesantren disebut
sebagai subkultur karena ada tiga elemen yang membentuk pondok pesantren,
yaitu, pertama, pola kepemimpinan pondok pesantren yang mandiri tidak
terkooptasi oleh Negara, kedua, kitab-kitab rujukan umum yang selalu
digunakan dari berbagai abad, dan ketiga, sistem nilai yang digunakan adalah
bagian dari masyarakat luas. Keunikan pondok pesantren bisa dilihat dari
dipakainya sistem kepemimpinan tradisional, relasi sosial kyai dan santri
dibangun atas dasar kepercayaan dan penghormatan kepada seorang yang
memiliki ilmu keagamaan yang tinggi. Hal itu sejatinya bukanlah
penghormatan kepada manusianya, tetapi lebih kepada ketinggian ilmu yang
diberikan Allah SWT kepada seorang kyai.
Hanun Asrohah dalam bukunya Pelembagaan Pesantren (Asrohah,
1993) menyebutkan bahwa tradisi kepemimpinan pesantren merupakan tradisi
yang diwariskan dari budaya dan tradisi Jawa pra-Islam, di mana budaya dan
tradisi jawa menganut sistem kasta yang mana kultur keturunan sangat kental.
Dalam tradisi pra-Islam Lembaga pendidikan yang dipimpin oleh para
Brahmana atau pendeta juga secara turun-temurun, penetapan sima swatanta
atau perdikan juga secara turun-temurun. Tradisi inilah yang sampai saat ini
dianut oleh banyak kalangan pesantren, di mana kepemimpinannya selalu jatuh
pada keturunan kyai pesantren tersebut.
Seiring dengan perkembangan Islam di Nusantara pondok pesantren
terus berkembang, dimana dalam proses perkembangan pesantren antara satu
tempat dengan tempat lainnya memiliki karakteristik bentuk beragam baik dari
sisi orientasi visi pengembangan kelembagaaan maupun budaya kulturalnya.
Namun demikian, aspek kepemimpinan pesantren memiliki dominasi kultur
yang kuat dalam melihat eksistensinya. Dengan begitu, seorang pemimpin akan
menjadi uswah dan qudwah yang sikap dan tindak-tanduknya akan selalu
2
berwibawa dan akan selalu dipatuhi. Oleh sebab itu, tulisan ini bertujuan untuk
menganalisis bagaimana model kepemimpinan pondok pesantren secara
komprehenshif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model / gaya kepemimpinen pesantren yang secara turun
temurun?
2. Bagaimana model / gaya kepemimpinen pesantren yang secara demokrasi?
3. Bagaimana model / gaya kepemimpinen pesantren yang berdasarkan
keputusan yayasan?
4. Apa peran kepemimpinan dalam pesantren?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui model / gaya kepemimpinen pesantren yang secara turun
temurun.
2. Untuk mengetahui model / gaya kepemimpinen pesantren yang secara
demokrasi.
3. Untuk mengetahui model / gaya kepemimpinen pesantren yang berdasarkan
keputusan yayasan.
4. Untuk mengetahui peran kepemimpinan dalam pesantren.
3
BAB II
ISI
A. Model / Gaya Kepemimpinan Kyai Turun-Temurun (Keturunan)
Gaya kepemimpinan pesantren turun-temurun berdasarkan keturunan
adalah suatu bentuk kepemimpinan yang menempatkan pemimpin pesantren
sebagai pewaris jabatan dari keluarga pendiri pesantren sebelumnya. Dalam
gaya kepemimpinan ini, keberlanjutan kepemimpinan diwariskan secara turun-
temurun kepada anggota keluarga terdekat, seperti anak atau cucu dari
pemimpin sebelumnya (Jariyah, 2020).
4
kepada santri. Mereka mengemban tugas sebagai guru spiritual yang
melibatkan proses pembelajaran agama dan etika Islam.
5. Pengaruh sosial dan politik: Pemimpin pesantren turun-temurun berpotensi
memiliki pengaruh sosial dan politik yang signifikan di dalam dan di luar
pesantren.
Kepemimpinan yang dipegang oleh keturunan keluarga pendiri
pesantren sering kali membawa pengaruh dan wibawa yang kuat dalam
masyarakat setempat. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua pesantren
menerapkan gaya kepemimpinan turun-temurun berdasarkan keturunan.
Ada juga pesantren yang mengadopsi sistem pemilihan pemimpin
berdasarkan kualifikasi dan keahlian, tanpa mempertimbangkan faktor
keturunan
5
kebutuhan lingkungan masyarakat yang dibutuhkan serta dapat menerapkan
gaya kepemimpinannya dengan baik sesuai dengan sitasi. Sosok pemimpin
demokarasi harus dapat memahami karakteristik kepribadian tiap anggota yang
berbeda-beda. Hal ini membantu pemimpin dalam memberikan tugas dan
arahan pada para anggotanya. Pemimpin demokratis merupakan pemimpin
yang mengikutseterakan anggota dalam mengambil keputusan untuk dalam
mencapai tujuan lembaga.
6
Seorang pembina juga berperan sebagai pendorong kepada pengurus dan
pengawas agar memiliki perilaku proaktif yaitu inisiatif untuk merubah keadaan
agar menjadi lebih baik dari sebelumnya baik dalam kinerja kreatif, inisiatif
pribadi dan insiatif terhadap lingkungan (Huei Wu, 2017) Pembina memegang
kendali dalam pengambilan keputusan sedangkan pengurus dan pengawas
mengikuti arahan yang disampaikan oleh pembina (Santoso, 2019).
7
a. Menciptakan iklim yang kondusif bagi siswanya untuk belajar
b. Melibatkan para guru terlibat dan tumbuh
c. Mampu memberikan dorongan dan mempunyai harapan besar dalam
masyarakat.
a. Manajer
b. Administrator
c. Leader
d. Supervisor
e. Innovator
f. Motivator
8
Motivator dimaksudkan pemimpin mampu menjangkau,
memberikan arahan dan pengertian untuk para guru, staff, pegurus unit-unit
lembaga, santri, masyarakat bahkan pemeritah.
g. Evaluator
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepemimpinan pesantren yaitu orang yang mengatur jalannya suatu
lembaga pesantren agar mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemimpin
merupakan pendorong dan penyemangat karena sukses atau tidaknya suatu
lembaga pesantren tergantung dari pemimpin tersebut. Dalam lembaga pondok
pesantren, pola kepemimpinan yang digunakan tidak selalu sama, ada juga yang
bebeda. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa pola kepemimpinan pesantren ada 3
macam yaitu:
1. Pola kepemimpinan kyai berdasarkan garis keturunan atau turun temurun
artinya, dalam menentukan pemimpin (kyai) dalam sebuah pesantren maka
harus mengikuti garis keturunan atau hubungan kekeluargaan. Dan jika pada
pergantian kepemimpinan akan tetapi anak dari pemimpin tersebut adalah
perempuan sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi seorang
pemimpin pesantren (kyai), maka yang menjadi penggantinya adalah
menantu dari pemimpin tersebut atau suami dari anak pemimpin (kyai)
tersebut.
2. Pola kepemimpinan kyai secara demokrasi, yaitu penentuan pemimpin
(kyai) sesuai dengan hasil pemilihan. Pola kepemimpinan ini di dasari
dengan prinsip saling menghormati dan menghargai antar sesame manusia.
3. Pola kepemimpinan kyai berdasarkan keputusan yayasan yaitu
kepemimpinan yang dipegang secara penuh oleh ketua yayasan. Penentuan
dan pergantian kyai diputuskan oleh ketua yayasan selaku pemilik yayasan.
Peran kepemimpinan Kyai dalam pesantren diantaranya sebagai manager,
administrator, keader, supervisior, innovetor, motivator, dann evaluator.
10
DAFTAR PUSTAKA
11