Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MODEL KEPEMIMPINAN DI PESANTREN

STUDI KEPESANTRENAN

Makalah ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Kepesantrenan

Dosen Pengampu: Nasokah, M.Ag., Alh.

Disusun oleh:

1. Zulfa Lu’luin Nadhifah 2020020008


2. Marfungah 2020020009
3. Salfa Sandika Zahra 2020020014
4. Fadhilatul Mubarokah 2020020036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ) DI WONOSOBO

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah
“Model Kepemimpinan di Pesantren” untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi
Kepesantrenan.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad


SAW. Serta terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Nasokah., M.Ag., Alh.
selaku dosen mata kuliah Studi Kepesanternan serta pihak-pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan kita mengenai model
kepemimpinan di pesantren.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wonosobo, 2 Desember 2023

Mengetahui,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I ................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 3

C. Tujuan ..................................................................................................... 3

BAB II ................................................................................................................ 4

ISI....................................................................................................................... 4

A. Model / Gaya Kepemimpinan Kyai Turun-Temurun (Keturunan) ...... 4

B. Model / Gaya Kepemimpinan Secara Demokrasi ................................. 5

C. Model / Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Keputusan Yayasan ......... 6

D. Peran Kepemimpinan Pesantren............................................................ 7

BAB III .............................................................................................................10

PENUTUP.........................................................................................................10

Kesimpulan ...................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dinamika dunia pendidikan, kepemimpinan sangat berperan
penting terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan (Bashori, 2019a).
Kepemimpinan harus memiliki kompetensi yang mendukung tugas dan
fungsinya dalam menjalankan proses pendidikan. Salah satu lembaga
pendidikan yang sudah cukup lama di Indonesia adalah pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan khas Indonesia yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat serta telah teruji
kemandiriannya sejak dahulu hingga sekarang. Pada awal berdirinya, bentuk
pondok pesantren masih sangat sederhana, kegiatannya hanya diselenggarakan
dalam masjid atau surau dengan beberapa orang santri yang kemudian
berkembang dan ditempatkan di bagian pondok-pondok (asrama) sebagai
tempat tinggal. Untuk menentukan kapan pondok pesantren pertama kali berdiri
sangat sulit, namun dapat dikemukakan bahwa lahir dan tumbuhnya pondok
pesantren tidak jauh berselang setelah Islam tersebar di nusantara.
Pondok pesantren dalam perspektif historis tidak hanya mengandung
makna keislamaan, tetapi juga keaslian (indigenous) Indonesia. Sebab lembaga
yang serupa telah ada pada masa penyebaran agama Hindu-Budha, sedangkan
Islam hanya meneruskan atau mengislamkannya. Dengan demikian, pondok
pesantren merupakan sebuah institusi pendidikan dan penyebaran Islam. Kata
pesantren sendiri berasal dari kata ‘santri’, dengan awal "pe"di depan dan
akhiran "an" yang berarti tempat tinggal para santri. Term santri menurut C.C.
Berg berasal dari istilah ‘shastri’ yang dalam bahasa India berarti orang yang
tahu buku-buku suci agama atau seorang yang ahli kitab suci.
Sedangkan menurut Nurcholis Majid (Madjid, 1997), istilah santri dapat
dibedakan menjadi dua. Pertama, kata santri berasal dari kata "sastri" bahasa
Sankskerta yang artinya melek huruf. Asumsi ini didasarkan bahwa kaum santri

1
yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa
Arab menyebabkan para santri harus berusaha belajar bahasa Arab, dan kedua
kata santri berasal dari bahasa Jawa dari kata "cantrik" yang berarti seseorang
yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap.
Menurut Abdurraman Wahid (Rahardjo, 2006), pesantren disebut
sebagai subkultur karena ada tiga elemen yang membentuk pondok pesantren,
yaitu, pertama, pola kepemimpinan pondok pesantren yang mandiri tidak
terkooptasi oleh Negara, kedua, kitab-kitab rujukan umum yang selalu
digunakan dari berbagai abad, dan ketiga, sistem nilai yang digunakan adalah
bagian dari masyarakat luas. Keunikan pondok pesantren bisa dilihat dari
dipakainya sistem kepemimpinan tradisional, relasi sosial kyai dan santri
dibangun atas dasar kepercayaan dan penghormatan kepada seorang yang
memiliki ilmu keagamaan yang tinggi. Hal itu sejatinya bukanlah
penghormatan kepada manusianya, tetapi lebih kepada ketinggian ilmu yang
diberikan Allah SWT kepada seorang kyai.
Hanun Asrohah dalam bukunya Pelembagaan Pesantren (Asrohah,
1993) menyebutkan bahwa tradisi kepemimpinan pesantren merupakan tradisi
yang diwariskan dari budaya dan tradisi Jawa pra-Islam, di mana budaya dan
tradisi jawa menganut sistem kasta yang mana kultur keturunan sangat kental.
Dalam tradisi pra-Islam Lembaga pendidikan yang dipimpin oleh para
Brahmana atau pendeta juga secara turun-temurun, penetapan sima swatanta
atau perdikan juga secara turun-temurun. Tradisi inilah yang sampai saat ini
dianut oleh banyak kalangan pesantren, di mana kepemimpinannya selalu jatuh
pada keturunan kyai pesantren tersebut.
Seiring dengan perkembangan Islam di Nusantara pondok pesantren
terus berkembang, dimana dalam proses perkembangan pesantren antara satu
tempat dengan tempat lainnya memiliki karakteristik bentuk beragam baik dari
sisi orientasi visi pengembangan kelembagaaan maupun budaya kulturalnya.
Namun demikian, aspek kepemimpinan pesantren memiliki dominasi kultur
yang kuat dalam melihat eksistensinya. Dengan begitu, seorang pemimpin akan
menjadi uswah dan qudwah yang sikap dan tindak-tanduknya akan selalu

2
berwibawa dan akan selalu dipatuhi. Oleh sebab itu, tulisan ini bertujuan untuk
menganalisis bagaimana model kepemimpinan pondok pesantren secara
komprehenshif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model / gaya kepemimpinen pesantren yang secara turun
temurun?
2. Bagaimana model / gaya kepemimpinen pesantren yang secara demokrasi?
3. Bagaimana model / gaya kepemimpinen pesantren yang berdasarkan
keputusan yayasan?
4. Apa peran kepemimpinan dalam pesantren?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui model / gaya kepemimpinen pesantren yang secara turun
temurun.
2. Untuk mengetahui model / gaya kepemimpinen pesantren yang secara
demokrasi.
3. Untuk mengetahui model / gaya kepemimpinen pesantren yang berdasarkan
keputusan yayasan.
4. Untuk mengetahui peran kepemimpinan dalam pesantren.

3
BAB II

ISI
A. Model / Gaya Kepemimpinan Kyai Turun-Temurun (Keturunan)
Gaya kepemimpinan pesantren turun-temurun berdasarkan keturunan
adalah suatu bentuk kepemimpinan yang menempatkan pemimpin pesantren
sebagai pewaris jabatan dari keluarga pendiri pesantren sebelumnya. Dalam
gaya kepemimpinan ini, keberlanjutan kepemimpinan diwariskan secara turun-
temurun kepada anggota keluarga terdekat, seperti anak atau cucu dari
pemimpin sebelumnya (Jariyah, 2020).

Ciri-ciri gaya kepemimpinan pesantren turun-temurun berdasarkan


keturunan antara lain:

1. Warisan tradisi dan nilai-nilai: Kepemimpinan pesantren turun-temurun


berdasarkan keturunan menekankan pada pengamalan dan pelestarian
tradisi-tradisi agama dan nilai-nilai Islam. Pemimpin baru meneruskan apa
yang telah dilakukan oleh para pendahulunya dalam menjaga integritas
pesantren dan mengajarkan ajaran Islam kepada santri.
2. Keberlanjutan institusi: Gaya kepemimpinan ini bertujuan untuk
memastikan kelangsungan eksistensi pesantren melalui generasi-generasi
berikutnya. Dengan adanya pemimpin yang berasal dari keturunan keluarga
pendiri pesantren, diyakini bahwa mereka akan lebih memiliki komitmen
dan kepedulian terhadap pesantren tersebut.
3. Otoritas dan kewenangan: Pemimpin pesantren turun-temurun berdasarkan
keturunan biasanya memiliki otoritas dan kewenangan yang besar dalam
pengambilan keputusan terkait pesantren. Keputusan-keputusan penting
seperti pengaturan program pendidikan, kebijakan pesantren, atau masalah
internal pesantren sering kali menjadi tanggung jawab pemimpin yang
berasal dari keturunan keluarga pendiri.
4. Bimbingan dan pembinaan: Pemimpin pesantren turun-temurun memiliki
peran penting dalam memberikan bimbingan, pembinaan, dan pengajaran

4
kepada santri. Mereka mengemban tugas sebagai guru spiritual yang
melibatkan proses pembelajaran agama dan etika Islam.
5. Pengaruh sosial dan politik: Pemimpin pesantren turun-temurun berpotensi
memiliki pengaruh sosial dan politik yang signifikan di dalam dan di luar
pesantren.
Kepemimpinan yang dipegang oleh keturunan keluarga pendiri
pesantren sering kali membawa pengaruh dan wibawa yang kuat dalam
masyarakat setempat. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua pesantren
menerapkan gaya kepemimpinan turun-temurun berdasarkan keturunan.
Ada juga pesantren yang mengadopsi sistem pemilihan pemimpin
berdasarkan kualifikasi dan keahlian, tanpa mempertimbangkan faktor
keturunan

B. Model / Gaya Kepemimpinan Secara Demokrasi


Kepemimpinan kyai secara demokratis merupakan gaya kepemimpinan
yang didasari prinsip saling menghormati dan saling menghargai antar manusia.
(Muna, 2018). Gaya kepemimpinan ini, pendapat yang dikemukakan setiap
orang patut dihargai dan dihormati. Oleh karena itu tiap orang berhak ikut serta
dalam pemilihan pemimpin dengan mengemukakan pendapat masing-masing
yang kemudian dimusyawarahkan. Dalam pemilihan pemimpin tentunya harus
sesuai dengan kriteria yang disepakati. Seorang pemimpin dalam sebuah
lembaga harus dapat bertanggung jawab atas lembaga yang dipimpinnya serta
dapat memberikan motivasi kepada para anggota supaya tugas yang diberikan
masing-masing anggota menjadi terarah seseuai tujuan yang dicapai.

Kepemimpinan kyai dengan gaya demokrasi dalam pembagian tugas


kepada para anggota harus sesuai dengan kemapuan para anggota.
Kepemimpinan demokrasi dalam pengambilan keputusan berdasarkan hasil
musyawarah dan mufakat bersama. Setiap anggota bebas berperdapat tanpa
adanya paksaan. Keberhasilan kepemimpina juga ditentukan oleh faktor-faktor
yaitu anggota yang dipimpin, lingkungan kerja, kebudayaan, karakteristik
anggota serta waktu. Kepemimpinan dikatakan berhasil apabila memenuhi

5
kebutuhan lingkungan masyarakat yang dibutuhkan serta dapat menerapkan
gaya kepemimpinannya dengan baik sesuai dengan sitasi. Sosok pemimpin
demokarasi harus dapat memahami karakteristik kepribadian tiap anggota yang
berbeda-beda. Hal ini membantu pemimpin dalam memberikan tugas dan
arahan pada para anggotanya. Pemimpin demokratis merupakan pemimpin
yang mengikutseterakan anggota dalam mengambil keputusan untuk dalam
mencapai tujuan lembaga.

C. Model / Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Keputusan Yayasan


Kepemimpinan kyai berdasarkan keputusan yayasan merupakan
pemilihan seorang pemimpin dalam suatu yayasan yang mana ditunjuk
langsung oleh pemilik yayasan tersebut. (Fitria., 2019). Yayasan adalah badan
hukum yang didirikan sesuai dengan apa yang ingin dicapai dalam yayasan
tersebut dan harta kekayaan dalam yayasan dipisahkan dan dipergunakan untuk
tujuan tertentu baik di bidang sosial, agama dan kemanusiaan. Harta kekayaan
dalam yayasan dapat berupa sumbangan, hadiah, wakaf atau diperoleh dengan
yang lain dengan syarat tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan undang-
undang. Kepemimpinan dalam yayasan dipimpin oleh pembina. Pembina dalam
yayasan mempunyai wewenang dalam membuat keputusan apa yang harus
dilakukan guna mencapai tujuan dari yayasan tersebut. Pembina dalam yayasan
juga memiliki tugas yang tidak dapat diberikan kepada anggotanya baik
pengurus maupun pengawas yayasan.

Pembina yayasan memiliki wewenang umtuk :

1. Merubah anggaran dasar


2. Menganggat dan memberhentikan pengurus dan pengawas
3. Memberi kebujakan pada yayasan
4. Menyutujui progam kerja dan anggaran tahunan
5. Memberi penetapan terkait penggabungan maupun pembubaran
yayasan

6
Seorang pembina juga berperan sebagai pendorong kepada pengurus dan
pengawas agar memiliki perilaku proaktif yaitu inisiatif untuk merubah keadaan
agar menjadi lebih baik dari sebelumnya baik dalam kinerja kreatif, inisiatif
pribadi dan insiatif terhadap lingkungan (Huei Wu, 2017) Pembina memegang
kendali dalam pengambilan keputusan sedangkan pengurus dan pengawas
mengikuti arahan yang disampaikan oleh pembina (Santoso, 2019).

Pengurus yayasan dipilih berdasarkan hasil rapat dengan menilai


dedikasi yang tinggi (mampu melaksanakan perbuatan hukum berdasarkan UU)
sesuai dengan apa yang akan dituju oleh yayasan tersebut. Pengurus yayasan
merupakan organ dalam yayasan yang bertugas mengurus yayasan baik di dalam
maupun di luar yayasan sehingga pengurus memiliki tanggung jawab penuh
dalam pengelolaan yayasan. Pemilihan pengawas dalam yayasan dipilih
langsung oleh pembina dalam jangka waktu yang ditentukan dapat diangkat
kembali dengan syarat memiliki perilaku yang baik dan bertanggung jawab
dalam menjalankan tugas yayasan.

D. Peran Kepemimpinan Pesantren


Pada zaman dahulu, pondok pesantren hanya sebagai lembaga
pendidikan tradisional. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan
berjalannya waktu pesantren berubah menjadi lembaga pendidikan yang
menyesuaikan dengan kebutuhan. Pesantren bersinergi dengan lembaga formal
seperti MTS, MA bahkan perguruan tinggi. Kepemimpinan pesantren mayoritas
dipegang oleh kyai. Dalam budaya pesantren, kyai dianggap memiliki berbagai
peran, baik sebagai pemimpin, guru dan mentor untuk santri dan semua
keluarga yang menetap di pondok. Seorang kyai adalah pemimpin yang diyakini
mampu mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, pola kerja, dan nilai kerja
yang dirasakan bawahan. Sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan
kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Keseharian kyai yaitu memberikan
contoh secara langsung kewajiban-kewajiban yang harus santri lakukan.
Adapun karakteristik kepemimpinan yang efektif menurut (Dubin, 1978),
diantaranya:

7
a. Menciptakan iklim yang kondusif bagi siswanya untuk belajar
b. Melibatkan para guru terlibat dan tumbuh
c. Mampu memberikan dorongan dan mempunyai harapan besar dalam
masyarakat.

Peran kepemimpinan benar benar berpengaruh dan dibutuhkan dalam


pesantren. Menurut penelitian (Rojak, 2021), peran kepemimpinan Kyai dalam
pesantren diantaranya sebagai:

a. Manajer

Pimpinan pondok bertindak sebagai pembuat rencana, koordinator


kegiatan, pendistribusian tugas, penggerak para guru dan staff, pembina,
pengarah dan pengurus.

b. Administrator

Pimpinan pondok dapat bertindak sebagi pengendali kurikulum,


personalia, kesiswaan, keuangan, sarana dan fasilitas serta administrasi
secara umum.

c. Leader

Leader (pemimpin) bertugas memotivai, membina, mengarahkan,


menggerakkan dan mampu meyakinkan.

d. Supervisor

Supervisor dimaksudkan untuk peka dalam hal mengamati, mampu


mengevaluasi, menganalisa dan mampu memberi solusi.

e. Innovator

Innovator dimksudkan mampu mengambil lagkah dan berani untuk maju.

f. Motivator

8
Motivator dimaksudkan pemimpin mampu menjangkau,
memberikan arahan dan pengertian untuk para guru, staff, pegurus unit-unit
lembaga, santri, masyarakat bahkan pemeritah.

g. Evaluator

Pimpinan mampu mengendalikan kegiatan baik individu maupun


kelompok.

Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pihak yang paling berhak untuk


merealisasikan rencana tersebut adalah kyai, yang sebagai pemilik, pengelola
dan pengasuh pondok pesantren. Dengan peran kyai, pesantren akan mampu
berbicara banyak dalam alam pembangunan dan mampu bersaing dengan
lembaga pendidikan modern.

9
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Kepemimpinan pesantren yaitu orang yang mengatur jalannya suatu
lembaga pesantren agar mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemimpin
merupakan pendorong dan penyemangat karena sukses atau tidaknya suatu
lembaga pesantren tergantung dari pemimpin tersebut. Dalam lembaga pondok
pesantren, pola kepemimpinan yang digunakan tidak selalu sama, ada juga yang
bebeda. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa pola kepemimpinan pesantren ada 3
macam yaitu:
1. Pola kepemimpinan kyai berdasarkan garis keturunan atau turun temurun
artinya, dalam menentukan pemimpin (kyai) dalam sebuah pesantren maka
harus mengikuti garis keturunan atau hubungan kekeluargaan. Dan jika pada
pergantian kepemimpinan akan tetapi anak dari pemimpin tersebut adalah
perempuan sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi seorang
pemimpin pesantren (kyai), maka yang menjadi penggantinya adalah
menantu dari pemimpin tersebut atau suami dari anak pemimpin (kyai)
tersebut.
2. Pola kepemimpinan kyai secara demokrasi, yaitu penentuan pemimpin
(kyai) sesuai dengan hasil pemilihan. Pola kepemimpinan ini di dasari
dengan prinsip saling menghormati dan menghargai antar sesame manusia.
3. Pola kepemimpinan kyai berdasarkan keputusan yayasan yaitu
kepemimpinan yang dipegang secara penuh oleh ketua yayasan. Penentuan
dan pergantian kyai diputuskan oleh ketua yayasan selaku pemilik yayasan.
Peran kepemimpinan Kyai dalam pesantren diantaranya sebagai manager,
administrator, keader, supervisior, innovetor, motivator, dann evaluator.

10
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, H. (1993). Pelembagaan Pesantren; Asal-usul dan Perkembangan


Pesantren. Jakarta: Depag RI.

Bashori, B. (2019a). Kepemimpinan Transformasional Kyai Pada Lembaga


Pendidikan Islam. Vol. 3, No.2, Hal.73–84.
Dubin. (1978). Leadership. Riset Hasil Penelitian. Edisi Pertama. Jakarta.

Fitria., H. d. (2019). Management Kepemimpinan Pada Lembaga Pendidikan Islam.


Jurnal Managemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan, 46.
Huei Wu, C. S. (2017). “The Role of Leader Support in Facilitating Proactive Work
Behavior: A Perspective From Attachment Theory”. Journal of
Management., 1027.
Jariyah, A. A. (2020). MACAM – MACAM MODEL KEPEMIMPINAN DI
PESANTREN . AL YASINI: Jurnal Hasil Kajian dan Penelitian dalam
bidang Keislaman dan Pendidikan, 2527-3175.

Madjid, N. (1997). Kaki Langit Peradaban Islam . Jakarta: Paramadina.


Muna, F. A. (2018). Kepemimpinan Demokrasi Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. Jurnal Manajemen Pendidikan, 277.

Rahardjo, M. E. (2006). Quo Vadis Pendidikan Islam: Membaca Realitas


Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan. Malang : UIN-Malang Press.
Rojak, M. A. (2021). Fungsi dan Peran Kepemimpinan Kiai dalam Pengembangan
Pondok Pesantren di Pondok Pesantren Sukamiskin dan Miftahul Falah
Bandung. MANAZHIM, 3 (1), 83-109.
Santoso, B. (2019). “Exploraton of Asia Leadership Theory : Looking for an Asian
Role in the Field of Leadership Theory. Journal of Leadership in
Organizations, 69.

11

Anda mungkin juga menyukai