Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MADRASAH PONPES, DAN


PERTI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”

Dosen Pengampu : Feri Riski Dinata M.Pd


Disusun oleh :
Muhammad Rofiq Hamdani
Semester III

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ( MPI )


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-HIKMAH
PISANG BARU BUMI AGUNG WAY KANAN
TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb.


Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
mana atas rahmat hidayah serta inayah –Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang “MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
MADRASAH PONPES, DAN PERTI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” ini
dengan baik dan tepat pada waktu nya, sebagai bentuk tugas dari mata kuliah
Kepemimpinan Pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada dosen


pembimbing mata kuliah “FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM” yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan, oleh sebab itu semua kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan
makalah ini sangatlah kami harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi pribadi penulis sendiri maupun bagi pembaca umumnya.

Pisang Baru, 22 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Pengertian Model Pembelajaran Pesantren..................................................2
B. Macam-Macam Model Pembelajaran Pesantren…………………………..3

BAB III PENUTUP...............................................................................................7


A. KESIMPULAN...........................................................................................7
B. SARAN.......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pondok pesantren merupakan sebuah sistem yang unik, tidak hanya


unik dalam hal pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam
pandangan hidup dan tata nilai yang dianut, cara hidup yang ditempuh,
serta semua aspek-aspek kependidikan dan kemasyarakatan lainnya. Dari
sistematika pengajaran, dijumpai sistem pelajaran yang berulang-ulang
dari tingkat ke tingkat, tanpa terlihat kesudahannya. Persoalan yang
diajarkan seringkali pembahasan serupa yang diulang-ulang dalam jangka
waktu bertahun-tahun, walaupun buku teks yang dipergunakan berlainan.

Metode pembelajaran di pesantren ada yang bersifat tradisional,


yaitu metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan-
kebiasaan yang telah lama dipergunakan dalam institusi pesantren atau
merupakan metode pembelajaran asli pesantren. Ada pula metode
pembelajaran baru (tajdid), yaitu metode pembelajaran hasil pembaharuan
kalangan pesantren dengan mengintrodusir metode-metode yang
berkembang di masyarakat modern. Penerapan metode baru juga diikuti
dengan penerapan sistem baru, yaitu sistem sekolah atau klasikal (Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007: 453).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan model pembelajaran pesantren ?
2. Apa saja model - model pembelajaran di pesantren ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui arti dari model pembelajaran pesantren.
2. Untuk mengetahui model – model pembelajaran di pesantren.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Pesantren

Secara etimologis, metode berasal dari kata “met” dan “hodes” yang
berarti melalui. Sedangkan secara terminologi, metode adalah jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian yang dimaksud dengan
metode pembelajaran adalah cara-cara yang harus ditempuh dalam kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Secara umum metode pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren


mencakup dua aspek, yaitu:

1. Metode yang bersifat tradisional (salaf), yakni metode pembelajaran


yang diselenggarakan menurut kebiasaan yang telah lama dilaksanakan pada
pesantren atau dapat juga disebut sebagai metode pembelajaran asli (original)
pondok pesantren.

2. Metode pembelajaran modern (tajdid), yakni metode pembelajaran


hasil pembaharuan kalangan pondok pesantren dengan memasukkan metode yang
berkembang pada masyarakat modern, walaupun tidak diikuti dengan menerapkan
sistem modern, seperti sistem sekolah atau madrasah.
B. Macam-Macam Model Pembelajaran Pesantren

Berikut ini beberapa metode pembelajaran yang menjadi ciri utama


pembelajaran di pesantren salafiyah:

1. Metode Sorogan

Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan,
sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan Kyai atau pembantunya
(badal, asisten Kyai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual,
dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi
saling mengenal antara keduanya.

Pembelajaran dengan sistem sorogan biasanya diselenggarakan pada ruang


tertentu. Ada tempat duduk Kyai atau ustadz, di depannya ada meja pendek untuk
meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Setelah Kyai atau ustadz
membacakan teks dalam kitab kemudian santri mengulanginya. Sedangkan santri-
sanri lain, baik yang mengaji kitab yang sama ataupun berbeda duduk agak jauh
sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh Kyai atau ustadz sekaligus
mempersiapkan diri menunggu giliran dipanggil.

Inti metode sorogan adalah berlangsungnya proses belajar mengajar secara


face to face antara Kyai dan santri. Keunggulan metode ini adalah Kyai secara
pasti mengetahui kualitas anak didiknya, bagi santri yang IQ nya tinggi akan cepat
menyelesaikan pelajaran, mendapatkan penjelasan yang pasti dari seorang Kyai.
Kelemahannya adalah metode ini membutuhkan waktu yang sangat banyak.

2. Metode Wetonan/ Bandongan

Wetonan istilah ini berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang berarti waktu,
sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan
atau sesudah melakukan shalat fardhu. Metode wetonan ini merupakan metode
kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai
yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing
dan membuat catatan padanya. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut dengan
bandongan.
Pelaksanaan metode ini yaitu: Kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan
seringkali mengulas teks-teks kitab berbahasa Arab tanpa harakat (gundul). Santri
dengan memegang kitab yang sama, masing-masing melakukan pendhabitan
harakat kata langsung di bawah kata yang dimaksud agar dapat membantu

Keunggulan metode ini adalah lebih cepat dan praktis sedangkan kelemahannya
metode ini dianggap tradisional. Biasanya metode ini masih digunakan pada
pondok-pondok pesantren salaf.

3. Metode Musyawarah/ Bahtsul Masa'il

Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa'il merupakan metode
pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa
orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung
oleh Kyai atau ustadz, atau mungkin juga senior, untuk membahas atau mengkaji
suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, para
santri dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya.

Kegiatan penilaian oleh Kyai atau ustadz dilakukan selama kegiatan musyawarah
berlangsung. Hal-hal yang menjadi perhatiannya adalah kualitas jawaban yang
diberikan oleh peserta yang meliputi kelogisan jawaban, ketepatan dan kevalidan
referensi yang disebutkan, serta bahasa yang disampaikan dapat mudah difahami
oleh santri yang lain. Hal lain yang dinilai adalah pemahaman terhadap teks
bacaan, juga kebenaran dan ketepatan peserta dalam membaca dan menyimpulkan
isi teks yang menjadi persoalan atau teks yang menjadi rujukan.

4. Metode Pengajian Pasaran

Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian
materi (kitab) tertentu pada seorang Kyai/ ustadz yang dilakukan oleh
sekelompok santri dalam kegiatan yang terus menerus selama tenggang waktu
tertentu. Pada umumnya dilakukan pada bulan Ramadhan selama setengah bulan,
dua puluh hari atau terkadang satu bulan penuh tergantung pada besarnya kitab
yang dikaji.

Metode ini lebih mirip dengan metode bandongan, tetapi pada metode ini target
utamanya adalah selesainya kitab yang dipelajari. Jadi, dalam metode ini yang
menjadi titik beratnya terletak pada pembacaan bukan pada pemahaman
sebagaimana pada metode bandongan.

5. Metode Hapalan (Muhafazhah)

Metode hapalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghapal suatu teks
tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan Kyai/ustadz. Para santri diberi tugas
untuk menghapal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hapalan yang
dimiliki santri ini kemudian dihapalkan di hadapan Kyai/ustadz secara periodik
atau insidental tergantung kepada petunjuk Kyai/ustadz yang bersangkutan.
Materi pelajaran dengan metode hapalan umumnya berkenaan dengan Al Qur’an,
nazham-nazham nahwu, sharaf, tajwid ataupun teks-teks nahwu, sharaf dan fiqih.

6. Metode Demonstrasi/ Praktek Ibadah

Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan meperagakan


(mendemonstrasikan) suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu
yang dilakukan perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan
Kyai/ustadz. dengan kegiatan sebagai berikut:

- Para santri mendapatkan penjelasan/ teori tentang tata cara pelaksanaan


ibadah yang akan dipraktekkan sampai mereka betul-betul memahaminya.

- Para santri berdasarkan bimbingan para Kyai/ ustadz mempersiapkan


segala peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan praktek.

- Setelah menentukan waktu dan tempat, para santri berkumpul untuk


menerima penjelasan singkat berkenaan dengan urutan kegiatan yang akan
dilakukan serta pemberian tugas kepada para santri berkenaan dengan pelaksanaan
praktek.

- Para santri secara bergiliran/ bergantian memperagakan pelaksanaan


praktek ibadah tertentu dengan dibimbing dan diarahkan oleh Kyai/ ustadz sampai
benar-benar sesuai kaifiat (tata cara pelaksanaan ibadah sesungguhnya).

- Setelah selesai kegiatan praktek ibadah para santri diberi kesempatan


menanyakan hal-hal yang dipandang perlu selama berlangsung kegiatan.
7. Metode Muhawarah

Muhawarah adalah suatu kegiatan berlatih dengan bahasa Arab yang diwajibkan
oleh pesantren kepada para santri selama mereka tinggal di pondok. Beberapa
pesantren, latihan muhawarah atau muhadasah tidak diwajibkan setiap hari, akan
tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam seminggu yang digabungkan dengan
latihan muhadhoroh atau khitobah, yang tujuannya melatih keterampilan anak
didik berpidato.

8. Metode Mudzakarah

Mudzakarah merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas


masalah diniyah seperti ibadah dan aqidah serta masalah agama pada umumnya.
Dalam mudzakarah tersebut dapat dibedakan atas dua tingkat kegiatan:

- Mudzakarah diselenggarakan oleh sesama santri untuk membahas suatu


masalah dengan tujuan melatih para santri agar terlatih dalam memecahkan
persoalan dengan mempergunakan kitab-kitab yang tersedia. Salah seorang santri
ditunjuk sebagai juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari masalah yang
didiskusikan

- Mudzakarah yang dipimpin oleh Kyai, dimana hasil mudzakarah para


santri diajukan untuk dibahas dan dinilai seperti dalam suatu seminar. Biasanya
lebih banyak berisi Tanya jawab dan hampir seluruhnya diselenggarakan dalam
bahasa Arab.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dalam keadaan aslinya pondok pesantren memiliki sistem
pendidikan dan pengajaran non klasikal, yang dikenal dengan
nama bandungan, sorogan, dan wetonan. Penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran ini berbeda antara satu pondok
pesantren dengan pondok pesantren lainnya, dalam arti
tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pengajarannya.
2. Secara umum metode pembelajaran yang diterapkan pondok
pesantren mencakup dua aspek, yaitu metode yang bersifat
tradisional (salaf) dan metode pembelajaran modern (tajdid).
Namun secara rinci dapat disebutkan beberapa model
pembelajaran pesantren yaitu model sorogan, wetonan
(bandongan), musyawarah (bahtsul masa’il), pengajian pasaran,
muhafadzah (hapalan), demonstrasi, muhawarah, dan
mudzakarah.
B. SARAN
1. Untuk kebaikan makalah, di harapkan agar mencari lebih
banyak referensi dan bertanya mengenai materi yang akan di
paparkan dalam makalah.
2. Dalam penyusunan makalah, sebaiknya penyusun makalah
lebih banyak meminta bimbingan dari orang-orang yang lebih
berpengalaman.
DAFTAR PUSTAKA

Agama RI, Departemen. Pola Pembelajaran Di Pesantren . Jakarta: Departemen Agama


RI, 2001.

Ali, A. Mukti. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Press, 1987.

Arifin, Imron . Kepemimpinan Kyai, Kasus Pondok Pesantren Tebuireng. Malang:


Kalimasyahada Press, 1993.

Depag RI. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah; Pertumbuhan dan


Perkembangannya. Jakarta: Depag RI, 2003.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta:
LP3S, 1985.

Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam/ Direktorat Pendidikan Keagamaan dan


Pondok Pesantren. Profil Pondok Pesantren Muaddalah. Depag RI, 2004.

Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan


Perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Madjid, Nurcholish. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina,


1997.

Munawaroh, Djunaidatul. “Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren”, dalam Abuddin


Nata (ed). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam
di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia Bekerja Sama dengan IAIN
Jakarta, 2001.

Rahardjo, M. Dawam (ed). Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah. Jakarta:
Perhimpunan Pengembangan Pesantren, 1985.

Siberman, Mel. Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject, Terj. H. Sardjuli
dkk. Yogyakarta: Yappendis, 1996.

SM, Ismail. “Pengembangan Pesantren Tradisional”, dalam Ismail SM (Ed.). Dinamika


Pesantren dan Madrasah. Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Suyoto. “Pesantren dalam Alam Pendidikan Nasional”, dalam M. Dawam Rahardjo (Ed.).
Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES, 1988.

Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. Pengantar Didaktik Metodik


Kurikulum PBM. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993.

Zarkasyi, Abdullah Syukri. “Pondok Pesantren Sebagai Alternarif Kelembagaan


Pendidikan untuk Program Pengembangan Studi Islam di Asia Tenggara”, dalam
Zainuddin Fananie dan M. Thoyibi. Studi Islam Asia Tenggara. Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 1999.

Anda mungkin juga menyukai