Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT

“ PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT DAKWAH”

DISUSUN OLEH :
NUR ALVIA ( 50200122033 )
FATUR SALAM ( 50200122034 )
NURHIKMAH ( 50200122035 )
MUHAMMAD RIZQI TASRIF ( 50200122033 )
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak prof.Dr.H. Mahmuddin,
M.Ag pada matakuliah Filsafat dan teori-teori dakwah. Selain itu, maklah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang perkembangan pemikiran filsafat dakwah.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
saya susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan pemikiran falsafi dalam dakwah islam?
B. Kebebasan berpikir dan berbuat?
C. Batas antara kepercayaan dan perbuatan ?
D. Perbedaan antara kebenaran akal dan wahyu?
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Awalnya filsafat disebut sebagai induk ilmu pengetahuan ( mother of science )


sebab filsafat seakan-akan mampu menjawab pertanyaan tentang segala sesuatu atau
segala hal, baik yang berhubungan dengan alam semesta maupun manusia dengan
segala problematika dan kehidupannya. Namun seiring dengan perubahan zaman,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melahirkan berbagai disiplin ilmu
baru dengan masing-masing spesialisasinya, filsafat seakan-akan telah berubah fungsi
dan perannya

Dewasa ini, peran dan fungsi filsafat mengalami perkembangan dalam posisi
approach( pendekatan) . filsfat, dengan cara kerjanya yang bersifat sistematis, universal,
dan radikal, yang mengupas sesuatu secara mendalam ternyata sangat relevan dengan
problematika hidup dan kehidupan manusia serta mampu menjadi perekat kembali
antara berbgai macam disipi ilmu yng terpisah kaitannya satu sama lain. Dengan
demikian, dengan menggunakan analisa filsafat, berbagai macam ilmu yang berembang
sekaang ini. Akan menemukan kembali relevansinya dengan hidup dan kehidupan
masyarakat dan lebih mampu lagi menigkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup
manusia.

Filsafat pendidikan telah mengaami perubaha dan kemajuan yang cukup besar.
Dulu filosof sebagai penguasa tunggal berwenang dalam merumuskan suatu filsafat
tentang pendidikan yang sistematis sebagaimana idealism, realisme dan pragmatism
untuk menyimpulkan prinsip-prinsip umum filosofis tentang tujuan pendidikan. Namun
sekarang hal itu tidak dapat dilakukan secara sepihak sebab telah terdapat keragaman
keahlian yag dimiliki masyarakat, berarti harus ada koherensi antara filosof dan
perkembangan pemikiran dan kebutuhan masyarakat.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan pemikiran falsafi dalam dakwah islam?
2. Seperti apa kebebasan berpikir dan berbuat ?
3. Apa batas antara kepercayaan dan perbuatan?
4. Bagaimana perbedaan anatara kebenaran akal dan wahyu?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FASAF DALAM DAKWAH ISLAM


1. Periode nubuat
Kegiatan dakwah pertama dari para nabi dan tujuan mereka yang terbesar di
setiap zaman dalam setiap lingkungan adalah menegakan keyakinan tauhid dan
berbadah hanya kepada-Nya yang menjadi tugas fitrah kemanusiaan sebagai khalifah
allah dimuka bumi. Dan disampaikan pula pesan utama tentang perjalanan hidup
manusia. Yaitu al- mabda ( asal kehadiran manusia ), al wasath( keberadaan manusia
dialam kesadaran duniawi) al ma’ad(tempat kembali mempertanggung jawabkan tugas
fitri kemanusiaan ) adapun tugas-tugas kenabian dapat disimpulkan dalam tiga perkara.
Pertama seruan untuk beriman kepada allah swt dank e-esaannya. Kedua iaman kepada
hari akhir dan balasan terhadap amal-amal pada hari itu ketiga, penjelasan hukum-
hukum yang di dalamnya terdapat kebaikan dan kebahagiaan manusia didunia dan
akirat.

Berkenan dengan misi para nabi dipusatkan dan diarahkan kepada


pemberantasan berhala di masa-masa mereka, yang tercermin dalam bentuk
penyembahan patug-patung-patung, berhala-berhala dan orang-orang suci,baik orang
yang masih hidup maupun sudah mati. Seandainya akal manusia bertindak sendirian
dalam memahami kebenaran-kebenaran ini, maka tidak akan dapat menjangkaunya,
khusunya dalam perkara-perkara ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal manusia dan
pengetahuan, tanpa wahyu yang disampaikan allah swt kepada nabi-nabi.

Para filosof yunani dan lainnya telah berusahah memperlajari ketuhanan. Maka
mereka pun mengemukakan pendapat-pendapat yang saling bertentanggan
sebagaimana para ulama di zaman ini berbeda pendapat dalam menafsirkan ke-
Tuhanan. Sementara para nabi datang membawa kepastian dalam penafsiran dan
penentuan kekuatan ilahi dengan pendapat yang menetramkan hati.
Dari 25 nabi yang disebutkan dalam al quran ada yang diberi al-kitab, shuf ( lembaran
wahyu , dan hikmah secara eksplisit nabi yang dibe hikmah selain al-kitab adalah nai
daud A.S, sulaeman A.S, Isa A.S, dan nabi Muhammad SAW. Selian para nabi, ada
seorang hamba allah swt yang secara eksplisit disebutkan dalam alquran oleh allah swt
diberi hikmah, yaitu luqman dan nama luqman ini menjadi nama salah satu surah dlah
mushhab al-quran yaitu surah luqman surah ke 31. Dan dari surah luqman inilah dapat
dibangun secara spesifik struktur filsafat dakwah.
Luqman Al-hakim hidup sezaman dengan nabi Daud A.S yang juga diberi hikmah oleh
Allah swt. Luqman ini adalah bapak filafat selain nabi,sebagai filosof pertama yunani,
yaitu Empedockles berguru kepada luqman kemudian menyusul Socrates, plato dan
Aristoteles. Kelima filosof ini hidup dalam rentangan kurun waktu antara nabi daud A.S
hingga sebelum nabi isa A.S. dan salah seorang murid Aristoteles adalah alexander
( Iskandar zulkarnaen ) ia belajar hikmah kepada Aristoteles selama 20 tahun.
Maka jalur pemikiran hikmah ( kefilsafatan) para filosof yang bukan nabi, yaitu luqman
dan generasi yang berikutnya, maka menisbahkannya pemikiran filosofis itu kepada
kepada hermes, dan rentangan waktu antara hermes hingga awal hijrah nabi terakhir
adalah kurang lebih 3.725 tahun ( perhitungan menurut abu ma’syar)

2. Periode Al-Khulafa Al-Rasyidun


Estapeta aktivitas dakwah dalam tataran teoritis dan praktis, sepeninggal rasul
terakhir Muhammad SAW dilanjutkan oleh pelanjutnya. Yaitu al-khulafa al-rasyidun
( para pelanjut yang memperoleh dan melaksanakan islam hingga bimbingan
kehidupan ) pemikiran dakwah yang berkembang pada periode ini adalah metode naql
dan aql secara seimbang orientasi uata pengembangan dakwa berupa futuhat yaitu
konsolidasi dan ekspansi islam di semanjung arabia dan sekitarnya. Produk ini prmikiran
dan aktivitas dakwah al-khulafa al rasyidun ini disebut atsar shahabat, yang memuat
khazanah islam. Merek adalah abu bakar ( 632-634 M ), umar ibn khathab ( 634-644 M )
usman ibn affan ( 644-655 M ), dan Alin ibn Ab thalib ( 656-661 M )

Perlu diketahui, bahwa futuhat adalah proses menghadirkan dan mendatangkan


islam ke daerah-daerah yang dituju dengan tidak memaksa rakyat ( mad’u ) untuk
merubah agamanya, mereka menerima dan memeluk islam bukan karena paksaan
tetapi atas dasar pilihan dan kebebasan kehendaknya setelah mempertimbangankan
secra obyektif-proposional terlebih dahulu. Adapun hikmah praktik telah diperoleh para
al-khulafa al-rasyidun melalui prilaku. Banyak mengamalkan ilmu dengan jujur dan
ikhlas, istiqamah, pengalaman dan kemahiran, strategi yang bijak, dan memhami sendi-
sendi dakwah. Mereka memandang penting penggunnan akal dalam kehidupan,
misalnya. Berikut ini sebgai contoh pandangan khalifah ali R.A dalam syair: “ bila tuhan
menyempurnakan akal seseorang, sempurnalah akhlak dan kepakaran orang itu”,

Pemberian allah yang paling utama bagi seseorang adalah akalnya, karena tidak
ada kebaikan yang sebaik akal. Dengan akal, seorang pemuda dapat hidup eksis di
tengah manusia, kerena ilmu dan pengmatannya senantiasa rasional.

3. Periode tabi’in
Tabi’in adalah mereka yang hidup sesudah generasi sahabat nabi. Mereka adalah
orang-orang yang mampu bersikap bijak dalam menyalurkan kwajiban dakwahnya.
Tokoh pemikir dakwah ( rijal al-dahwah ) pada periode ini diantaranya adalah said bin
musayab. Hasan bin yaser al- bashri, umar bin abd al-aziz dan abu hanifah. Umar bin abd
al-aziz adalah seorang khalifah pada zaman daulah bani umayah. Adapun hikmah yang
dikembangkan oleh kempat tokoh pada periode ini adalah memulai dengan
mamperbaiki diri sediri, meperbaiki keluarga , memperbaiki umat, megembangkan
dakwa dengan surat, menanamkan perasaan takut kepada allah swt, berpengang teguh
padanagama allah swt , pada zaman ini, metode pemikiran dakwah lebih banyak
menggunakan penalaran metode muhaditsin, yang lebih banyak berorientasi pada naql
ketibang’ aqlse bagaimana digunakan dalam penalaran metode mutakalimin

4. Periode tabi al-tabi’in


adalah ditujukan bagi generasi yang hdup setelah tabiin yang mendapatkn nili
keutamaan . tokoh utama pda periode ini yang tergolong rijal al-dakwah imam bin anas,
imam syafi dan imam ahmad bin hamba. Periode A dan dapat dikategorikan pula
sebagai periode salaf dan setelah periode salaf disebut periode khlaf kajiannya lebih
beroientasi pada syariat sebagai pesan dakwah.
Namun dapat ditaambahkan bahwa rija al-dakwah pada periode ini menonjolkan sikap
dan periode ini menonjolkan sikap dan periaku hikmah yoitu berpikir sebelum
menjawab. Yang tergolong rijal al dakwah imam bin anas, iamam syafi I dan imam
ahmad bin hambal, periode A dan dapat diategrikan pula sebagi periode salaf dan
setelah periode salaf disebut periode khalaf, kajiannnya lebih berorientasi pada syariat
sebagai pesan dakwah.

5. Pasca periode tabi’I al-tabi’in


Pada periode ini dapat dikategorikan sebagai periode khalaf, suatu periode
dengan 300 tahun setelah zaman nubuwah. Hikmah teoritis dan hikmah praktis
dikembangkan dengan metode penalaran yang pernah berkembang, sebelumnya
dengan ditandai munculnya berbagai corak pemikiran di dlam berbagai bidang kajian
keislaman sebagai hasil dari akumulasi interaksi antar budaya dalam perjalanan aktivitas
dakwah sebagai aktualisasi dari hikmah ( pemikiran filosofis dakwah)
Dalam tataran hikmah teoritis dari segi metodologi pada periode khalafa ini dpt
digolongkan kepada kelompok pengguna penalaran isyraqi ( iluminasionisme)
pendukung metode yang di kembangkan oleh plato dengan tidak mengabaikan metode
naql.

6. Periode modern
Periode modern merupakan era kebangkitan islam yang ditandai adanya tokoh
pejuang islam berpikir dan mencari jalan untuk mengembalikan balance of power
terhadap barar yang menguasai dunia islam. Pada era ini diawal gerakan pembaharuan
yang dilakukan oleh jamaluddin al afgani, Muhammad abduh, abd al wahab, dan para
pendukunya sejak tahun 1801 M hingga sekarang.
B. KEBEBASAN BERPIKIR DAN BERBUAT
Dalam kaitannya dengan keperluan kajian akhlak, tampaknya pendapat yang mengatakan
bahwa manusia memiliki kebebasan yang akan dilakukan sendiri, sementara golongan yang
menyatakan bahwa manusia tidak memiliki kebebasan juga akan dibahas disini dengan
menentukan secara proporsianal. Kebebasan sebagaimana dikemukakan oleh achmad chars
zubairadalah terjadinya apabila kemungkinan unruk bertindak tidak dibatasi oleh suatu
paksaan dar atau ketertarikan kepada orang lain, paham di sebut dijelaskan bebas negative
karena hanya dinyatakan bebas dari apa, tetapi tida di temukan bebas untuk apa, Seseorang
disebut bebas apabila :

1. Dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang dilakukannya.


2. Dapat memilih antara kemungkinan kemungkinan yang ada baginya.
3. Tidak dipaksa atau tidak terikatu untuk membuat sesuatu yang akan dipilihnya sendiri
ataupun dicegah dari berbuat apa yang dipilih sendiri, oleh kehendak orang lain, negara
atau kekuasaan apapun.

Berpikir sebagai kegiatan filsafat individual memang tidak ada sangkur pautnya dengan
kehidupan komunal atau sosial, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa implikasi dari hasil sebuah
pemikiran akan memasuki pada ranah-ranah kehidupan sosial. Dengan demikian, pertanyaannya
mungkinkah manusia berfikir sebebas bebasnya atau justru kebebasan itu akan membawa
manusia kepada ketidakbebasan ketika harus dihadapkan dengan hak kebebasan sesama manusia
yang lain dalam ranah kehidupan sosial.

Untuk memudahkan pembacaan dalam persoalan tersebut dipetakan dalam 3 bilik kategori
yaitu, berfikir disertai dengan berbuat, berfikir tidak disertai dengan berbuat , dan berbuat tidak
didasari dengan berfikir. Secara ontologia kebebasan berfikir tidak terikat dengan nilai, tetapi
inflikasi kebebasan berfikir itu secara aksiologis ketika ada pada ranah sosial dan mewujud
dalan bentuk perbuatan, maka dibatasi dengan tanggunh jawab dan moral.

Dengan kata lain ketika berfikir disertai dengan berbuat maka tidak bebas nilai atau norma
yang disepakati. Inilah yang dimaksud dengan "ruang bertemu" antara kebebasan berfikir dan
etika. Namun ketika berfikir tidam disertao dengan berbuat, maka bebas sebebasnya dan tidak
mempunyai konsekuensi sanksi.
Keterangan- keterangan diatas dengan jelas mengatakan bahwa kehendak untuk berbuat
adalah kehendak manusia melalui pikirannya. tetapi selanjutnya tidak jelas apakah daya yang
dipakai untuk mewujudkam perbuatan itu adalah pula daya manusia sendiri . Dalam hubungan
ini perlu kiranya ditegaskan bahwa untuk terwujudnya perbuatan, harus ada kemauan atau
kehendak itu, dan kemudia barulah terwujud perbuatan.

Dari al- asyari ini jelaslah bahwa tuhanlah yang menciptakan perbuatan-perbuatan manusia,
Tuhanlah yang membuat penjadi sebenarnya dari perbuatan- perbuatan manusia. Oleh karna itu
dalam teori Kasb sebenarnya tidaklah ada perbedaan antara perbedaan Al-kasb dengan perbuatan
involuenter dari manusia. Pembuat dalam hal ini seperti ditegaskan oleh al-asyari sendiri adalah
tuhan , dan selanjutnya dalam kedua hal itu manusia hanya merupakan tempat berlakunya
perbuatan- perbuatan Tuhan. keterangan al- asyari ini mengandung arti bahwa daya untuk
berbuat sebenarnya tetapu daya manusia tetapi daya tuhan.

Untuk memperkuat paham tersebut, kaum mu’tazilah membawa argumen-argumen rasional


dan ayat-ayat Al-Qur’an. Ringkasan argumen-argumen rasional yang dimajukan oleh Abdul al-
jabbar umpama adalah sebagai berikut: manusia dalam berterima kasih atas kebaikan-kebaikan
yang di terimanya menyatakan terimakasih nya kepada manusia yang berbuat kebaikan itu
demikian pula dalam melahirkan perasaan tidak senang atas perbuatan-perbuatan tidak baik
diterima nya manusia menyatakan rasa tidak senang nya kepada orang yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan tidak baik itu sekira nya perbuatan-perbuatan baik atau buruk adalah
perbuatan Tuhan dan bukan perbuatan manusia tentunya rasa terima kasih dan rasa tidak senang
itu akan ditujukan manusia kepada Tuhan Dan bukan kepada manusia

Berbeda dengan kaum mu’tazilah paham Al- asy’ari berpendapat bahwa bentuk kebebasan
manusia tidak mutlak bahwa manusia adalah tempat berlakunya pembuatan Tuhan perbuatan-
perbuatan tuhan mengambil tempat dalam diri manusia.

Jadi daya atau kebebasan manusia sangatlah terbatas sebab untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatan manusia sangat tergantung pada kehendak Tuhan. Ini jelas mengandung arti kehendak
manusia atau kebebasan manusia adalah satu dengan kehendak Tuhan ini jelas mengandung arti
kehendak manusia atau kebebasan manusia adalah satu dengan kehendak Tuhan Dan bahwa
kehendak yang ada sebenarnya tidak lain dari kehendak Tuhan dan bukan perbuatan manusia.
B. BATAS ANTARA KEPERCAYAAN DAN PERBUATAN
Pieces menegaskan, believe pernytaan yang tegas mengenai proposisi yang
dinilai benar. Ia merupakan persiapan yang secara sadar dari seseorang untu
berbuat dengan cara yang pasti, ia menjerlaskan keabiasaan( habit) akan, lawan
dari keraguuan, kejakinan adalah keyakinanan dalam proposisiyang memiliki dua
komponen, yaitu subjek dan predikat, setiap proposisi yang telah memiliki
pridikat yang menjelaskn apa yang diyakini dan memiliki subjek apa yang
menjelaskan apa itu keyakinan.
Perbuatan memimiliki dua arti, perbuatan beraal dari kata dasar buat. Perbuatan
adalah sebuah hanonim karena artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama
tetapi maknanya berbeda. Perbuatan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata
benda sehingga perbuatan dapat menyatakan sesuatu perbuatan berarti
kelakun, tingah lau, perbuatanya tidak seuai dengan perkatannya.

C. PERBEDAAN ANTARA KEBENARAN AKAL DAN WAHYU


Al quran adalah wahyu allah swt yang tertulis yang didalamnya terdapat
berbagaimacam pengetahuan. Pengethuan diperoleh oleh akal, dan sedikit ayat-
ayat yang menganjurkan dan mendorong manusia supaya banyak berpikir dan
mempergunakan akalnya.
Kata-kata yang di pakai dalam al quran untuk menggambarkan perbuatan
berpkir, bukan hanya aqala saja hokum-hukum alam ( sunnatullah). Juga
diginakan untuk memikirkan hal yang diginakan untuk memikirkan hal hal yang
konkrit seperti sejarah manusia.
Wahyu menurut Bahasa mempunyai arti pemberian isyrat pembicaraan rahasia
dan menggertakan hati, sedangkan menurut istilan wahyu adalah
pemberitahuan yang dtangnya dari alah swt kepada para nabinya yang
didalamnya terapat penjelasan penjelasan dan petunjuk kepada jalan yng lurus
dan benar
Jadi dapat di simpulkan bahwa wahyu secara syarah’ yaitu pengetahuan yang
dberikan oleh allah swt kepada nabinya secacara langsung maupun tidak
langsung dengan perantara malaikat ataupun tidak, dengan suara atau tdak,
tetapi paham dengan apa yang telah diterimanya, wahyu itu adalah suatu
kebenaran yang datang dari allah swt kepada manusia tertentu wahyu iyu terjadi
karena adanya komunikasi yang langsung antara tuhan dan manusia

BAB III
PENUTUP
Filsafat telah berkembang dan berubah fungsi dari induk ilmu pengetahuan
menjadi seacam pendekatan dan perekat berbagai macam pengetahuan yang
telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya dan lebih kental lag
bahwa filsafat sebagai alat analisis dalam memecakan permasalahan filosofis dari
dunia ilmu pengetahuan dan kehidupan manusa ( philosophical analysis ).
Perkembangan filsafat islam terbagai dalam periode awal jaman permulaan
islam yang dibawa rasu Muhammad sa, dan khulafa al Rashidun sampai awal
masa imperialism barat, rentang itu dapat pula dimulai dari awal kekuasaan bani
umayyah sampai kemunduran kekuasaan islam seara politis hingga abad ke-19
dan periode modern dan perkembangan filsafat islam yang mencuat dala sebuah
konferensi pendidikan islam sedunia.

Anda mungkin juga menyukai