Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN FILSAFAT DAKWAH OBYEK FILSAFAT DAKWAH KEDUDUKAN DAN

PERAN FILSAFAT DAKWAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah :Filsafat Dakwah
Dosen Pengampu : Imam Alfi S.Sos.I.,M.Si

Disusun Oleh:
1. Anggitaning Sekar K.A. (214110103006)
2. Suko Pambudhi (214110101166)
3. Rekta Lutfia Kamila (214110101065)
4. Efendi Mansur ( 214110101116)
5. Zirli Rosa Aziza ( 214110101064)

3 BKI F
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UIN PROF.K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Zaman semakin hari semakin maju. Demikian pula halnya dengan ilmu
pengetahuan manusia yang selalu mengalami kemajuan dan kemajuan setiap
saat.Kemajuan yang dicapai manusia tersebut pada akhirnya –tidak jarang— justru
menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Sehingga, pada gilirannya, persoalan hidup
yang dihadapi manusiapun menjadi semakin kompleks dan semakin membutuhkan
solusi yang tidak sederhana.
Persoalan yang tergambarkan di atas, memiliki pengaruh yang luar biasa
terhadap dunia dakwah. Dalam artian bahwa semakin kompleksnya persoalan yang
dihadapi oleh manusia maka semakin kompleks pula persoalan yang dihadapi oleh dai
dalam mencarikan solusinya. Dengan demikian, dai tidak hanya dituntut hanya untuk
sejedar berdakwah, tetapi lebih dari itu, dai pun dituntut untuk mampu membantu
masyarakat untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan kehidupan yang
dihadapi oleh masyarakat.
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philos yang berarti cinta kepada
kebenaran, dan kata sophos yang berarti ilmu dan hikmah (wisdom). Dan kombinasi
dari keduanya biasa diterjemahkan sebagai love of wisdom. Namun, yang perlu dicatat,
‘sophia’ (wisdom) dalam bahasa Yunani mempunyai aplikasi yang lebih luas daripada
‘wisdom’ dalam bahasa Inggris modern. Sophia disini mempunyai makna penggunaan
akal dalam semua bidang ilmu pengetahuan atau persoalan-persoalan praktis. Dengan
kata lain, kata sophia mengandung makna kemauan dan keinginan yang sangat kuat
untuk mencari tahu (Mohammad Adib, 2010)
Sedangkan filsafat itu sendiri adalah adalah proses kritis atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. Pengertian ini menunjuk
pada pengertian filsafat sebagai sebuah proses berpikir secara kritis dan objektif
terhadap sesuatu.
Para pakar memberikan pema haman yang berbeda-beda mengenai filsafat.
Perbedaan ini, tak hanya terkait soal pengertian filsafat, melainkan juga me nyangkut
soal objek dari filsafat itu sendiri. 1 Namun secara umum, filsafat dapat dipahami sebagai
kajian atau pemba hasan yang mendalam tentang suatu masalah guna mene mukan
hakikat (kebenaran yang sejatinya merupakan kebe naran) dari masalah tersebut. 2

B. Tujuan Penulisan
Kami harap semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman dan wawasan
bagi para pembaca mengenai Filsafat Dakwah, Objek Filsafat Dakwah Kedudukan dan
Peran Filsafat Dakwah dalam mata kuliah Filsafat Dakwah. Kita belajar bersama-sama
tentang filsafat dakwah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Dakwah

Filsafat dakwah adalah ilmu yang mempelajari secara kritis dan mendalam
tentang dakwah (tujuan dakwah, mengapa dakwah diperlukan proses komunikasi dan
transformasi ajaran dan nilai-nilai Islam untuk mengubah keyakinan, sikap dan prilaku
seseorang) dan respons seseorang terhadap dakwah yang disampaikan dai dan
muballigh sehingga orang-orang yang didakwahi dapat menjadi orang yang baik dalam
arti beriman, berakhlak mulia seperti yang diajarkan Islam. Menurut Sambas (2009: 7),
filsafat dakwah merupakan relasi dan aktua-lisasi imani manusia dengan agama Islam,
Allah dan alam (lingkungan, dunia). 3 Pandangan Sukriyanto tentang filsafat dakwah
begitu umum sehingga belum menyentuh pada wilayah ontologi, epistemologi dan
aksiologi dakwah. Pembahasan filsafat dakwah seakan-akan sama dengan kajian teologi
atau tauhid. Filsafat Dakwah sendiri menurut Sulisyanto (2006: 13) menyatakan bahwa
filsafat dakwah adalah subdisiplin (cabang) dari filsafat Islam yang secara khusus
membahas membicarakan diskursus dakwah dari sudut pandang filosofis Islam, yakni
membicarakan hakikat dakwah dan tujuan dakwah, epistimologi, dan aksiologi dakwah.
Terkait pendapat di atas, Basit (2012: 13) nampaknya kurang sependapat
dengan Suisyanto yang mengata-kan bahwa filsafat dakwah merupakan cabang dari
filsafat Islam yang khusus membicarakan dakwah. 4 Menurutnya teramat jarang dan
bahkan tidak ada filsuf yang secara spesifik membahas dakwah. Filsuf Muslim umumnya
membahas Tuhan, manusia, penciptaan alam, metafisika, logika dan etika. Syukriadi
Sambas yang mendefinisikan filsafat dakwah bertitik tolak dari pemahaman terhadap
arti hikmah yang diambil dari Al-Qur'an. Kemudian dihubungkan dengan penger-tian
filsafat sebagai kegiatan berpikir sehingga dihasilkan pengertian filsafat dakwah, yakni
pemikiran yang mendasar, sistematis, logis dan menyeluruh tentang dakwah Islam
sebagai sebuah sistem aktualisasi ajaran Islam di sepanjang zaman. Menurut Abdul Basit
filsafat dakwah adalah cabang ilmu dakwah yang membahas tentang ontologi,
epistemologi, dan aksiologi dakwah dalam sistem ajaran Islam dan kehidupan manusia.
Manfaat filsafat dakwah adalah berguna untuk menentukan para da’I agar
mampu memahami ajaran islam secara radikal, sampai keakar-akarnya sehingga
menemukan kebenaran yang hakiki. Para da’I mampu menjelaskan bahwa islam
universal, tidak bertentangan logika dan akal sehat. Dengan demikian ajaran islam
disampaikan tidak hanya diterima secara dokmatis dan absolut semata, tetapi juga
melalui kerangka fikiran yang rasional yang mampu memberikan arti penting dalam
menyadari otoritas diri sebagi makhluk yang berdimensi dalam memahami diri dan hak
miliknya.
Tujuan Filsafat dakwah menurut Syukriadi Sambas: 1. Memberikan landasan
sekaligus menggerakkan proses dakwah Islam yang besumber pada AlQur’an dan As-
Sunnah secara objektif dan profesional 2. Melakukan kritik dan koreksi proses dakwah
Islam sekaligus mengevaluasinya. 3. Menegakkan kebenaran dan keadilan di atas
tauhidullah dan tauhid risalah. 4. Mensuyukuri nikmat akal dengan menerangkan sesuai
fungsi dan peruntukkannya. 5. Upaya menyempurnakan jiwa manusia baik dari sudut
teoritis maupun praktis.
filsafat dakwah pada dasarnya membicarakan empat aspek pokok yaitu:
Pertama, tentang apa yang harus diyakini umat Islam dalam kehidupannya. Kajian ini
berkembang menjadi filsafat ketuhanan. Kedua, tentang siapa yang meyakini Tuhan
tersebut. Kajian ini kemudian berkembang menjadi filsafat manusia. Ketiga, dimana
manusia itu berada. Kajian ini berkembang menjadi filsafat alam. Kempat, bagaimana
sikap dan tindak-tanduk manusia baik terhadap Tuhan, alam, dan manusia itu sendiri.

B. Obyek Filsafat Dakwah


a. Obyek Material
Membahas objek filsafat dakwah bcrarti membahas fokus yang akan menjadi
kajian dalam filsafat dakwah. Secara objek material, filsafat dakwah akan mengkaji
tentang Tuhan, manusia, lingkungan dan ajaran Islam. Tuhan yang menurunkan ajaran
kepada Rasul merupakan sumber kebenaran dan sumber tujuan yang akan diraih oleh
manusia. Karenanya Tuhan perlu dikenal, dihayati dan dipahami sehingga manusia
dapat mengabdi dan berterima kasih kepada-Nya. Untuk tujuan tersebut, maka dalam
aklivitas dakwah tidak terlepas dengan pembahasan Tuhan dan relasinya dengan
manusia (Basit, 2012).5
Kemudian dakwah tidak akan berhasil manakala tidak ada manusia. Untuk itulah
pembahasan tentang manusia menjadi objek material dakwah. Siapa manusia, apa
hakikat manusia, apa tugas manusia, bagaimana manusia mengembangkan dirinya dan
sebagainya. Aktivitas dakwah juga perlu mempertimbangkan lingkungan sebagai tempat
berlangsungnya dakwah. Kesuksesan dan kegagalan dakwah salah satunya ditentukan
oleh faktor lingkungan. Jika masyarakat di lingkungan tertentu tidak mendukung
aktivitas dakwah, maka dakwah tidak bisa dilaksanakan dan akan mengalami kegagalan.
Begitu juga ajaran Islam sebagai pesan kebenaran yang akan disampaikan menjadi
bahasan dalam filsafat dakwah.
Pesan kebenaran perlu disampaikan dengan menggunakan berbagai strategi,
metode dan media yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pengetahuan
masyarakat. Untuk membedakan filsafat dakwah dengan ilmu lainnya, maka perlu
dirumuskan objek formal filsafat dakwah. Menurut Sambas (2009: 3), objek formal
filsafat dakwah adalah mempelajari bagaimana hakikat dakwah. 6 Sedangkan Sulisyanto
(2006: 1) mengatakan bahwa objek formal filsafat dakwah adalah usaha untuk
mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang proses penyampaian ajaran
Islam. Berbcda dengan kedua pendapat tersebut, menurut Basit (2012: 227), objek
formal filsafat dakwah adalah membahas ontologi, epistemologi dan aksiologi dakwah .
b. Obyek Formal
Menurut Drs. Suisyanto objek formal filsafat dakwah adalah usaha untuk
mendapatkan pemahaman yang sedalam-dalamnya sesuai dengan akal budi manusia
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penyampaian ajaran Islam kepada umat
Islam dengan cara mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya baik secara praktis
maupun teoritis.
Menurut Andy Dermawan dkk, objek Formal filsafat dakwah adalah mempelajari
bagaimana hakikat dakwah.
Menurut Dr. H. Nur Syam, objek Formal filsafat adalah pemikiran secara radikal akan
objek material tersebut.
Objek kajian dakwah adalah hubungan interaksional antara subjek dakwah dengan
Objek dakwah dengan menggunakan metode, materi, dan media dakwah tertentu untuk
mencapai tujuan dakwah. Sehingga secara proposional dapat dinyatakan dalam
proposisi, sebagai berikut:
a.  Subjek dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
b.  Media dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
c. Metode dakwah tertetnu berhubungan dengan religiositas objek dakwah. 
d. Materi dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.

Objek kajian dakwah adalah setiap bentuk dari proses merealisasikan ajaran Islam
pada kehidupan manusia melalui strategi, metode, dan sistem yang relevan dengan
mempertimbangkan aspek religio-politik-kultural-sosio dan psikologis umat manusia.
Setelah mendalami masalah objek kajian filsafat dan objek kajian dakwah, sekarang
kita dapat mengintegrasikan antara keduanya yaitu objek kajian filsafat dakwah. Objek
studi filsafat dakwah adalah pemikiran mendalam dan radikal, logis dan sistematis
tentang proses usaha merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat manusia
dengan melalui strategi, metode, dan sistem yang relevan dengan mempertimbangkan
dimensi religio-politik-kultural-sosio-psikologis umat manusia.
C. Kedudukan Filsafat Dakwah

Filsafat dalam pandangan Islam atau digunakannya filsafat dalam Islam, ada dua
pandangan; ada yang setuju dan ada pula yang tidak. Pendapat yang menyatakan setuju,
alasannya adalah karena manusia mempunyai akal dan dengan akalnya manusia
diminta untuk berpikir (filsafat) tentang apapun yang terjadi di muka bumi untuk
menambah kenyakinan akan kekuasaanNya. Sedangkan pendapat yang tidak setuju
menyatakan alasannya bahwa dalam filsafat yang dikedepankan adalah akal, dan pasti
menyebabkan meninggalkan al-Qur’an dan hadits, karena dalam al-Qur’an surah al-
Hujurat ayat 1, kita disuruh untuk mendahulukan Allah SWT. dan rasul-Nya (AlQur’an
dan Hadits).
Ayat al quran al- hujurat ayat 1………

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya
dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Melalui filsafat orang dapat sampai kepada keyakinan atau sekurangkurangnya
pengetahuan tentang adanya Tuhan. Tetapi sebaliknya, dengan filsafat orang bisa lari
kepada kekafiran. Dengan demikian filsafat itu dapat diandaikan sebagai pisau tajam
yang bermata dua, yang dapat dimanfaatkan tetapi kalau salah menggunakanya dapat
membahayakan. Filsafat yang dapat membawa pada keimanan hanyalah filsafat yang
mendalam dan dilandasi dengan nilai-nilai qurá ni (Islam). Orang yang setengah-
setengah belajar filsafat dan jauh dari nilai-nilai Islami cenderung membawa dirinya
kepada kekafiran.
Dalam The Oxford Encyclopedia of Islami Word (1995), disebutkan bahwa sejak
kelahiran filsafat, maka Filsafat dalam Islam merupakan salah satu tradisi intelektual
besar di dalam dunia Islam, dan telah mempengaruhi serta dipengaruhi oleh banyak
perspektif intelektual lain, termasuk teologi skolastik (kalam) dan sufisme doktrinal (al-
ma’rifah al-irfan). Mungkin sebab pengaruh-pengaruh intelektual lain, sehingga Ibrahim
Madkur (t.th.) menjelaskan bahwa kedudukan filsafat dalam Islam sesungguhnya
mengalami keraguan dalam suatu zaman. Sebagai akibatnya adalah di antara mereka
yang mengingkari (menolak) kehadiran filsafat dalam Islam itu, dan sebagian lainnya
justru menerimanya, bahkan telah menyelamatkannya. Dengan penjelasan ini, maka
dapat dipahami bahwa filsafat dalam Islam dalam satu sisi tidak diterima oleh semua
orang. Mungkin alasannya, karena ada anggapan bahwa filsafat Islam terasimilasi dari
filsafat Yahudi.7
D. Peran Filsafat Dakwah

Adapun sistematis diperlukan dalam dakwah agar kegiatan dakwah dapat


berjalan dengan baik dan tercapainya tujuan yang diharapkan, mulai dari perencanaan
dakwah sampai evaluasi terhadap kegiatan dakwah yang telah dilakukan perlu
dilakukan secara sistematis, dan yang terakhir universal, jadi dakwah bersifat universal
baik materi yang disampaikan mencakup semua aspek kehiduppan, maupun objek
sasarannya yang meliputi semua manusia tanpa dibeda-bedakan.
Sedangkan jika dilihat ketika berbicara dari pengertian filsafat dakwah
berdasarkan makna filsafat sebagai kegiatan berpikir sesuai hukum berpikir, dapat
dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis tentang dakwah
dan respons terhadap dakwah yang dilakukan para dai, sehingga orang yang didakwahi
dapat menjadi manusia yang beriman serta berakhlak mulia. Pada prateknya, filsafat
dakwah akan mempelajari secara kritis dan mendalam mengapa ajaran Islam perlu
dikomunikasikan, disosialisasikan,, diinternalisasikan dan diamalkan. Nilai-nilai fisafat
seperti, rasionalis, kritis, sistematis dan universal menjadi hal penting tentang dakwah,
karena-nilai-nilai tersebut juga menjadi komponen penting dalam kajian hakikat
dakwah, seperti yang dikemukakan oleh Moh Ali Aziz bahwa Islam juga disebut sebagai
agama dakwah, maka hakikat dakwah Islamiyah meliputi tiga hal, yaitu kebebasan,
rasionalitas, dan universal. Nilai-nilai penting dalam filsafat ini juga akan membantu dai
dalam proses kegiatan dakwah agar bersikap rasional dan menggunakan logika yang
bisa dipertanggungjawabkan. Rasionalitas yakni penghargaan terhadap akal, karena
dalam Islam manusia adalah makhluk Allah Swt yang keutamaan dan kelebihannya
teletak pada akal yang dianugrahkan Allah kepadanya. Akallah yang membuat manusia
memiliki kebudayaan, dan peradapan yang tinggi. Akal manusialah yang mewujudkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, selanjutnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dapat mengubah dan mengatur alam sekitarnya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan
manusia baik untuk masa kini maupun di masa yang akan datang.
Sedangkan dakwah sebagai proses penyampaian dan pengaplikasian nilainilai
Islam dalam kehidupan, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia dan di
akhirat. Sehingga ajaran Islam dapat diketahui, dipahami selanjutnya dapat
diaplikasikan dalam bentuk yang lebih konkret dalam kehidupan bermasyarakat. Proses
kegiatan dakwah juga tidak terlepas dari prinsip dasar penting, karena dalam proses
penyampaian dan pengamalan dakwah antara dai dan mad‘u hendaklah terjadi secara
manusiawi, rasional dan tanpa paksaan, dengan tujuan selalu diarahkan untuk
mempengaruhi tiga aspek perubahan diri objeknya, yakni perubahan pada aspek
pengetahuannya (Knowledge), aspek sikapnya (attitude) dan aspek perilakunya
(behavioral).
Selanjutnya kritis dalam artian kegiatan dakwah tidaklah proses menyampaikan
ajaran Islam berdasarkan pengetahuan secara turun-temurun tanpa mengetahui
sumber dan argumentasi setiap materi yang akan sidampaikan, Demikian juga dengan
penerima dakwah dituntut untuk kritis dalam merespons pesan dakwah yang
disampaikan oleh seorang dai, sangat penting untuk kritis dalam memaknai materi
dakwah yang tidak manusiawi dan tidak rasional perlu untuk di pelajari dan di cari
sumber yang benar. Maka dari itu, filsafat dakwah adalah ilmu yang mempelajari secara
kritis dan mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah, mengapa dakwah diperlukan
proses komunikasi dan transformasi ajaran dan nilai-nilai Islam untuk mengubah
keyakinan, sikap dan prilaku seseorang) dan respons seseorang terhadap dakwah yang
disampaikan dai dan muballigh sehingga orang-orang yang didakwahi dapat menjadi
orang yang baik dalam arti beriman, berakhlak mulia seperti yang diajarkan Islam.
Filsafat memiliki peranan penting untuk mendukung kegiatan dakwah, sehingga
dalam kajian ilmu dakwah terdapat konsep pembahasan tersendiri dalam kajian filsafat
dakwah. hal tersebut dikarenakan terdapat nilai-nilai filsafat yang akan membantu
kegiatan dakwah agar dakwah dapat dilakukan lebih rasional dan proporsional, yang
kemudian tujuan dakwah yang diharapkan dapat tercapai.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Sambas (2009: 7), filsafat dakwah merupakan relasi dan aktua-lisasi
imani manusia dengan agama Islam, Allah dan alam (lingkungan, dunia). 3 Pandangan
Sukriyanto tentang filsafat dakwah begitu umum sehingga belum menyentuh pada
wilayah ontologi, epistemologi dan aksiologi dakwah. Pembahasan filsafat dakwah
seakan-akan sama dengan kajian teologi atau tauhid.
Secara objek material, filsafat dakwah akan mengkaji tentang Tuhan, manusia,
lingkungan dan ajaran Islam. Tuhan yang menurunkan ajaran kepada Rasul merupakan
sumber kebenaran dan sumber tujuan yang akan diraih oleh manusia. Karenanya Tuhan
perlu dikenal, dihayati dan dipahami sehingga manusia dapat mengabdi dan berterima
kasih kepada-Nya. Untuk tujuan tersebut, maka dalam aklivitas dakwah tidak terlepas
dengan pembahasan Tuhan dan relasinya dengan manusia (Basit, 2012). Menurut Drs.
Suisyanto objek formal filsafat dakwah adalah usaha untuk mendapatkan pemahaman
yang sedalam-dalamnya sesuai dengan akal budi manusia tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan penyampaian ajaran Islam kepada umat Islam dengan cara
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya baik secara praktis maupun teoritis.
Filsafat dalam pandangan Islam atau digunakannya filsafat dalam Islam, ada dua
pandangan; ada yang setuju dan ada pula yang tidak. Pendapat yang menyatakan setuju,
alasannya adalah karena manusia mempunyai akal dan dengan akalnya manusia
diminta untuk berpikir (filsafat) tentang apapun yang terjadi di muka bumi untuk
menambah kenyakinan akan kekuasaanNya. Sedangkan pendapat yang tidak setuju
menyatakan alasannya bahwa dalam filsafat yang dikedepankan adalah akal, dan pasti
menyebabkan meninggalkan al-Qur’an dan hadits, karena dalam al-Qur’an surah al-
Hujurat ayat 1, kita disuruh untuk mendahulukan Allah SWT. dan rasul-Nya (AlQur’an
dan Hadits).
Dari pengertian filsafat dakwah berdasarkan makna filsafat sebagai kegiatan
berpikir sesuai hukum berpikir, dapat dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari secara kritis tentang dakwah dan respons terhadap dakwah yang
dilakukan para dai, sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi manusia yang
beriman serta berakhlak mulia. Pada prateknya, filsafat dakwah akan mempelajari
secara kritis dan mendalam mengapa ajaran Islam perlu dikomunikasikan,
disosialisasikan,, diinternalisasikan dan diamalkan. Nilai-nilai fisafat seperti, rasionalis,
kritis, sistematis dan universal menjadi hal penting tentang dakwah.

B. Kritik dan Saran


Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dalam penulisan maupun penjelasannya. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari semua pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Subandi, A., Sambas, S. 1999 Epistemologi Dakwah. Bandung : KP Hadis. Basit, A. 2012.
Filsafat Dakwah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Sambas, S. 2009. Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: Sajjad
Publishing House, 2009
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Cet ke-IV, Jakarta: Lentera Hati, 2011

Anda mungkin juga menyukai