Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT DAKWAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Matakuliah : Filsafat Dakwah
Dosen Pengampu : Mu’alamatul Musawamah, M.S.I.

Kelompok :
Moch Rizki Daqoik (2140310078)
Ramadhan Nur Ahmad Rizky (2140310062)

PROGRAM STUDY MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2022
KATA PENGANTAR
Puju syukur khadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertemakan “Filsafat Dakwah” ini
tepat pada waktunya. Solawat serta salam kami curahkan pada baginda alam yang telah
membawa kita dari zaman Jahlliah ke zaman yang benderang searang ini yakni Nabi
Muhammad SAW. beserta kluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang menantikan
syafaatnya di hari kiamat nanti.
Adapun tujuan dalam penulisan materi ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Dakwah, terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Dosen Mu’alamatul Musawamah,
M.S.I. yang telah membina kami dengan baik, trimakasih juga pada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya, kami menyadari bahwa materi yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi Penyusunan, Bahasa, maupun Penulisannya. Oleh karna itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar penulis bisa lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan ilmu pengetahuan.

Penulis

Kudus, 9 September 2022


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beriringan dengan perkembangan zaman, dari Tahun ketahun memberikan
dampak yang begitu besar terhadap prubahan zaman hingga detik ini. Demikian juga
dengan Ilmu pengetahuan yang selalu mengalami kemajuan, dan prubahan yang
sedikit demi sedikit mentransformasikan dengan menyesuaikan keadaan di zaman
sekarang ini. Tidak sampai disitu perkembanagan zaman juga mendorong para
manusia untuk lebih mendalami Ilmu yang terdapat dalam agama kita (Islam).
Dengan munculnya beberapa polemik terkait persoalan hidup kini semakin kompleks,
yang memungkinkan harus ada solusi dibalik semua polemik yang ada dizaman ini.
Terkait banyaknya persoalan tersebut, mempunyai kaitan yang erat dengan
dunia dakwah, dalam artian bahwa semakain berkembangnya zaman maka muncullah
berbagai polemik dalam masyarakat hinga dunia, adanya kejadian ini mejadikan
tantangan tersendiri bagi para Pedakwah dalam menghadapi dan memberikan solusi
yang tepat bagi situasi seperti sekarang ini, Karna hal tersebut membutuhakan
pemikiran yang jernih, maka tentu saja Filsafat disini sangatlah dibutuhkan. Dengan
demikian seorang pendakwah (Da’i) bukanlah hanya sekedar dakwah atau mengajak
dll. Tapi disini seorang Da’i melainkan lebih dari itu, seorang dai harus bisa
menempatkan dirinya pada lingkup masyarakat, membantu meyelesaikan persoalan
didalam lingkup tersebut.
Dengan datangnya beberpa permasalah tersebut yang di pengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya ialah perkembangan zaman, seorang da’i dituntut untuk
berfikir kritis agar bisa membawa masyarakat keluar dari polemik yang sedang
dihadapinya. Karna hal tersebut benar-benar membutuhkan pemikiran yang sangat
mendalam, maka dari itu memerlukan filsafat, sebagai landasan berfikirnya seorang
da’i. Dengan itu filsafat mempunyai daya keselarasan yang kuat terhadap pemikiran
seorang Da’I maka di perlukanlah filsafat Dakwah.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Filasafat Dakwah?
2. Apa Saja Objek Dan Tujuan Filsafat Dakwah?

1
Ahmad Asmuni, Filsafat Dan Dakwah, Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, Vol, 8 No.1 Tahun (2017).
Hal. 86.
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Dakwah Sebagai Fenomena Sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Dakwah
1. Filsafat
Filsafat sering digambarkan sebagai suatu disiplin ilmu yang rumit, berat
dan hanya membuat pusing. Dan sebagian orang juga ada yang beranggapan
bahwa filsafat merupakan ilmu yang berbahaya dan subversif. dalam sejarah
islam, filsafat dikritik sebagai ilmu yang extrem, karena dianggap dapat
mebahayakan bagi akidah umat. Seorang fuqaha’ (ahli fiqih), teolog dan sufi
terkemuka didunia, yakni Abu Hamid Al-Ghazali (450-505 H/1058-1111M),
salah satu tokoh yang sangat tajam mengkritik filsafat. Dua karya terpenting Al-
Ghazali berjudul: Maqashid Al-Falasifah (Maksud Para Filsuf) dan Thaful al-
falasifah (kerancuan berpikir para filsuf), merupakan contoh karangan yang
sangat tegas menyerang filsafat. Meskipunt filsafat ini menuai kontrofersi yang
luas di luar sana, akan tetapai filsafat ini tetep berkembang pesat. Permasalahan-
permasalahan yang mengemuka justru memberikan pandangaan yang
beranggapan bahwa filsafat sebagai suatu disiplin ilmu yang rumit dan berat.
Oleh karna itu dalam mempelajari filsafat ini, membutuhkan keahlian khusus
dalam menguasainya.
Ada pula yang mengatakan, bahwa filsafat itu hanya bisa dipelajari oleh
orang-orang yang mempunyai daya intelektual yang tinggi. Filsafat juga
diposisikan menjadi induk dari semua ilmu pengetahuan. Dapat dilihat dari
kedudukanya bahwa filsafat ini mempunyai keistimewaannya tersendiri juga
memiliki kedudukan tertinggi dibandingkan dengan disiplin ilmu pengetahuan
lainnya. Filsafat mempunyai kelebihannya tersendiri, sebagai suatu disilin ilmu,
filsafat mencoba untuk dapat menjawab segala permasalahan atau pertentangan
yang tidak dapat di jawab oleh ilmu pengetahuan yang lainnya. Hal ini
dikarenakan permasalahan tersebut tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan
yang ada, oleh karnanya ilm ini mendorong seorang untuk berfikir filsafati yang
menyebabkan hanya orang-orang jenius yang dapat melakukannya.2
Secara etimologi kata filsafat berasal dari bahasa yunani philosofia yang
merupakan penggabungan dari dua kata yang meiliki arti yakni philos atau

2
Biyanto, Filsafat Ilmu Dan Ilmu Keislaman, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, Mei 2015), Hal 1-5.
philien yang berarti cinta atau mencintai. Serta kata shopia yang berarti
kebijaksanaan atau hikmat, dengan demikian, dapat kita artikan secara bahasa
filsafat memiliki arti cinta akan kebijaksanaan. Yang kemudian diartikan
kembali kedalam bahasa arab yang di istilahkan dengan kata falsafaah dan bagi
bangsa indonesia terjadi peng harakatan yang salah dari deretan huruf f-l-s-f-h
(falsafah, arab) atau f-l-s-f-t (falsafat, fersi) dan dikenal sebagai filsafat.3
Seorang penulis buu filsafat terkemuka dan tokoh pendidikan nasional, Fuad
Hasan (1929-2007), mendeefiisikan filsafat sebagai ikhtiar untuk berfikir
radikal, radikal disini memiliki arti mulai dari radikalnya suatu gejala, dari
akarnya suatu gejala, dari akarnya suatu fenomena yang hendak
dipermasalahkan. Dengan cara radikal itu berarti filsafat berusaha untuk sampai
pada ksimpulan yang bersifat unifersal. Oleh karna itu jangan heran pada
mereka ketika ditanya soal ketuhanan, alam, dan manusia, bagi mereka
pertanyaan itu ialah kesempatan untuk dapat menjelaskan ke eksistensian tuhan
secara rasional, mengenal segala sifat-sifatnya, perbuatan, kekuasaan, serta
hubungannya dengan manusia dan alam semesta. Sementara drijarkara (1913-
1967), berpendapat bahwa filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, dengan
mengesampingkan pendirian-pendirian dan beberapa pendapat yang diterima
begitu saja, filsafat mencoba untuk memperlihatkan pandangan yang merupakan
akar dari pemikiraan dan sikap praktis.4 Dalam artian filsafat memiliki
pandangan yang luas terhadap persoalan-persoalan yang ada dan dibalik yang
ada.
2. Dakwah
Sudah tidak asing lagi bagi kita umat islam mendengar Istilah dakwah,
dakwah yang merupakan menjadi ciri khas bagi umat islam, suatu hal yang
harus dilakoni oeleh sebagin orang untuk menyiarkan, mengajak umat islam
kejalan yang telah diridhai oleh Allah. Kata dakwah secara etimologi memiliki
suku kata yang berasal dari bahasa arab yakni (da’a, yad’u, da’watan), yang
berarti seruan, panggilan, undangan, atau do’a (Aziz, 2004: 2; El-Ishaq, 2016:6).
Selain itu ada juga beberapa arti yang berkaitan dengan dakwah, seperti
memanggil, menyeru, menegaskan atau membela sesuatu, bisa juga diartikan

3
Lutfi Ulfa Ni’amah, Filsafat Dakwah Yang Terabaikan, Jurnal Kontemplasi, Vol. 04 No. 01 (Agustus
2016), Hal. 77
4
Biyanto, Filsafat Ilmu Dan Ilmu Keislaman, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, Mei 2015), Hal 11-12.
sebagai suatu perkataan untuk menarik manusia kepada sesuatu serta memohon
dan meminta (Subandi dan Sambas, 1999:17).
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam pun memberikan penegasan
terhadap dakwah, sebagai suatu perintah yang sangat di anjurkan bagi umat
islam untuk bersiar, mengajak pada kebaikan, sehingga dalam Al-Qur’an
terdapat banyak ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk berdakwah,
diantaranya :

ُ ‫ َز َل هّٰللا‬b‫ت بِ َمٓا اَ ْن‬ َ b‫ ْع اَ ْه‬bِ‫رْ ۚتَ َواَل تَتَّب‬bb‫ع َۚوا ْستَقِ ْم َك َمٓا اُ ِم‬
ُ ‫لْ ٰا َم ْن‬bbُ‫و ۤا َءهُ ۚ ْم َوق‬b ُ ‫فَلِ ٰذلِكَ فَا ْد‬
َ‫الُ ُك ْم ۗ اَل ُح َّجة‬bb‫ت اِل َ ْع ِد َل بَ ْينَ ُك ْم ۗ هّٰللَا ُ َربُّنَا َو َربُّ ُك ْم ۗ لَنَٓا اَ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم اَ ْع َم‬
ُ ْ‫ب َواُ ِمر‬ ٍ ۚ ‫ِم ْن ِك ٰت‬
‫هّٰللَا‬
ِ ‫بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ْم ۗ ُ يَجْ َم ُع بَ ْينَنَا ۚ َواِلَ ْي ِه ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬
Artinya : Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan
tetaplah[1343] sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti
hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang
diturunkan Allah (QS. Asy-Syura : 15
‫هّٰللا‬
ِ ‫َار الس َّٰل ِم ۚ َويَ ْه ِديْ َم ْن يَّ َش ۤا ُء اِ ٰلى‬
‫ص َرا ٍط ُّم ْستَقِي ٍْم‬ ٰ
ِ ‫ُ يَ ْد ُع ْٓو اِلى د‬
Artinya : “Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki
orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam).” (Q.S.
Yunus :25)

‫اع اِ َذا َدعَا ۙ ِن فَ ْليَ ْستَ ِج ْيبُوْ ا لِ ْي‬


ِ ‫َواِ َذا َساَلَكَ ِعبَا ِديْ َعنِّ ْي فَاِنِّ ْي قَ ِريْبٌ ۗ اُ ِجيْبُ َد ْع َوةَ ال َّد‬
َ‫َو ْليُْؤ ِمنُوْ ا بِ ْي لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش ُدوْ ن‬
Artinya : dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S. Al-Baqarah : 186)
Dalam implementasinya dakwah merupakan kegiatan manusia, baik
secara personal maupun sosial yang sebenarnya diprsembahkan kepada tuhan
dan sesamanya adalah suatu perbuatan yang benar disadari oleh seorang dengan
bertujuan untuk menegakkan keadilan, meningkatkan kesejahtraan,
meningkatkan nilai mutu agama islam atas dasar mencari ridha Allah Swt.
Secara sederhana dakwah dapat diartikan sebagai suatu proses ajakan
seorang kepada Al-Islam yang dilakukan dengan berbagai cara, baik secara lisan
(bi al-lisan), perbuatan (bi al-hal), ataupun tulisan (bi al-qalani), dengan niatan
untuk kebaikan yang akan kembali kepada diri kita sendiri, tentunya tujuan
tersebut memberikan pemahaman bagi kita sebagai umat islam agar senantiasa
berada di jalan yang benar, untuk mendapatkan ridha Allah Swt. Sehingga dapat
mengubah kepribadian seorang hingga masyarakat, agar lebih mempunya
kesadaran diri terhadap sikap kita sebagai seorang muslim. 5 Oleh karna itu
dakwah ialah suatu ajakan seseorang kepada hal positif, yang dapat membekas
pada orang yang kita ajak sebelumnya kejalan yang benar.
Begitu juga dengan kalimat yang menunjukan eksitensi dakwah sebagai
perbuatan ajakan kepada kebaikan dan mencegah pada kemunngkaran (ya’
muruna bil ma’ruf wayanhauna ‘anil munkar) seperti dalam Qs. Ali-Imran : 104
yang berbunyi:

ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن‬
ٰۤ ُ
َ‫ول ِٕىكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ ‫ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬
Artinya : dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.
Dalam ayat ini terdapat dua kata kunci, yang menunjukan perintah
terhadap manusia supaya, dapat menyeru pada kebaikan (al-khair) dan menyeru
pada yang (ma’ruf) serta mencegapa pada perbuatan (munkar). Oleh karna itu
dakwah diartikan sebagai perbuatan amar ma’ruf nahi munkar yaitu mengajak
kepada kebenaran (kebaikan) dan mencegah pada kemungkaran, istilah ini
menjadikan isi pokok utama dalam bahasan dakwah sebagai wadah untuk
mengajak, menyeru dan mengajarkan kepada kita untuk mengerti dalam
menyikapi amar ma’ruf nahi munkar.6
Dari kedua makna diatas dapat disimpulkan filsafat dakwah ialah relasi
dan aktualsasi imani manusia dengan agama Islam, Allah dan alam
(mencangkup alam semesta) (sambas: 7). yakni suatu pemikiran yang secara
khusus membahas dan memberikan arti dakwah dari sudut pandang filosofis
islam dan juga filsafat dakwah memberikan pemahaman yang luas terhadap

5
Ahmad Asmuni, Filsafat Dan Dakwah, Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, Vol, 8 No.1 (Tahun 2017).
Hal. 89
6
Umdatul Hasanah, Ilmu Dan Filsafat Dakwah, (Serang Banten : Fseipress, September 2017), Hal. 7
kehidupan umat islam.7 Dapat dibebedakan dari ilmu filsafat lainnya, filsafat
dakwah ini memberikan objek formal pada perbedaannya yakni, suatu ilmu
yang mempelajari temtang hakikat dakwah, dan mendalami tentang
pembahasan ontologi, epistemologi, dan eksiologi dakwah.
B. Objek dan Tujuan Filsafat Dakwah

a) Objek Filsafat Dakwah


Membahas objek filsafat dakwah berarti berfokus tentang apa yang akan
menjadi kajian dalam filsafat dakwah. Secara objek material, filsafat dakwah akan
mengkaji tentang Tuhan, manusia, lingkungan dan ajaran Islam. Tuhan yang
menurunkan ajaran kepada Rasul merupakan sumber kebenaran dan sumber
tujuan yang akan diraih oleh manusia. Oleh karena itu Tuhan perlu dikenal,
dihayati dan dipahami sehingga umat dapat mengabdi dan berterima kasih kepada-
Nya. Untuk tujuan tersebut, maka dalam aklivitas dakwah tidak terlepas dengan
pembahasan Tuhan dan hubungan dengan manusia8.
Lantas dakwah tidak akan berhasil jika tidak ada umat manusia. Karena
itulah pembahasan mengenai manusia menjadi objek material dakwah. Siapa
manusia, apa hakikat manusia, apa tugas manusia, dan bagaimana cara manusia
mengembangkan dirinya dan sebagainya. Aktivitas dakwah juga perlu
mempertimbangkan lingkungan sebagai tempat berlangsungnya dakwah.
Penyebab keberhasilan dan gagalnya dakwah adalah ditentukan oleh faktor
lingkungan. Jika masyarakat di lingkungan tertentu tidak mendukung aktivitas
dakwah, maka dakwah tidak bisa dilaksanakan dan akan mengalami kegagalan.
Begitu juga ajaran Islam sebagai pesan kebenaran yang akan diberikan
menjadi bahasan dalam filsafat dakwah. Pesan kebenaran perlu diberikan dengan
menggunakan berbagai strategi, metode dan media yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan tingkat pengetahuan masyarakat. Agar dapat membedakan filsafat
dakwah dengan ilmu-ilmu lainnya, karena itu perlu dirumuskan objek formal
filsafat dakwah. Menurut Sambas, objek formal filsafat dakwah adalah
mempelajari bagaimana hakikat dakwah9. Sedangkan Sulisyanto mengatakan
bahwa objek formal filsafat dakwah adalah usaha untuk mendapatkan

7
Ahmad Asmuni, Filsafat Dan Dakwah, Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, Vol, 8 No.1 Tahun (2017).
Hal. 95
8
Basit, A. 2012. Filsafat Dakwah. Jakarta : Pt. Rajagrafindo Persada.
9
Sambas, S. 2009. Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: Sajjad Publishing House,
2009.
pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang proses penyampaian ajaran Islam.
Berbcda dengan kedua pendapat tersebut, menurut Basit, objek formal filsafat
dakwah adalah membahas ontologi, epistemologi dan aksiologi dakwah10.
b) Tujuan Filsafat Dakwah
Tujuan filsafat dakwah, menurut Syukriadi Sambas11 adalah sebagai berikut:
1. Memberikan landasan dan sekaligus menggerakkan proses dakwah Islam yang
bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah secara objektif-proporsional.
2. Melakukan kritik dan koreksi proses dakwah Islam dan sekaligus
mengevaluasinya.
3. Menegakkan kebenaran dan keadilan di atas dasar tauhidullah dan tauhid
risalah.
4. Mensyukuri nikmat akal dengan menerangkannya sesuai fungsi
peruntukkannya.
5. Upaya penyempurnaan jiwa manusia baik dari sudut teoritis maupun praktis.

Tujuan filsafat dakwah adalah untuk memberikan pemahaman yang


mempunyai sifat universal tentang suatu unit ajaran Islam secara dalam,
mendasar dan radikal sampai ke akar-akarnya, sehingga pada akhirnya dapat
membawa kepada kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki tersebut diterapkan
pada sikap sehari-hari sebagai seorang Islam. Jika jauh bertujuan memberikan
kepuasan kepada beberapa jiwa yang sangat berharga, juga mempercayakan
seseorang sampai kepada kepercayaan keagamaan yang benar, yang kalau
sebelumnya hanya diterima secara dogmatis dan absolut, maka pada akhirnya
bukan hanya mitologis semata, tetapi juga diterima melaui kerangka pikir yang
rasional juga akan memberi, artinya penting dalam menyadari otoritas dirinya
sebagai makhluk yang berdimensi dalam memahami diri.

C. Dakwah Sebagai Fenomena Sosial


Fenomena sosial merupakan perubahan problematika yang terjadi dari dulu
hingga sekarang, fenomena sosial ini difokuskan pada gerakan dakwah, yang
terencana (planed changed). Dalam hal ini dakwah dalam geerakan sosial mampu
memberikan trobosan terhadap prubahan masyarakat, seperti yang di contohkan oleh
baginda Nabi Muhammad Saw. Secara garis besar beliau berdakwah mencangkup

10
Basit, A. 2012. Filsafat Dakwah. Jakarta : Pt. Rajagrafindo Persada.
11
Sambas, Syukriadai. 1999. Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah. Bandung: Kp Hadid.
berbagai aspek sosio-religius berupa penguatan akidah umat, yang dimulai dengan
pembangunan masjid, dan penguatan sosio-politik dan sosio-ekonomi dengan
membuat aturan-aturan tentang perintah untuk berzakat dan melanggar praktik riba
serta mendorong etos kerja para umat islam.oleh karna itu prubahan zaman sekarang
ini yang di pengaruhi oleh beberapa faktor teknologi dan sikap masyarakat modern
sekarang ini, menjadi pembeda pada zaman terdahulu, dizaman sekarang ini para
pedakwah dipaksa untuk dapat merencanakan dengan matang serta sistematis dalam
menjalankannya, hingga dapat menyesuaikan serta bisa menempatkan dirinya sesuai
dengan keadaan yang ada seperti sekarang ini.
Dapat dilihat sekarang ini, dakwah mengalami hambatan yang semakin berat
untuk dihadapi, dengan munculnya kemajuan teknologi dan lmu pengetahuan,
muncullah berbagai problematik yang semakin dihadapi bagi manusia, disisi lain
melihat pesatnya kemajuan ilmu teknologi dalam komunikasi dizaman modern ini,
dapat memberikan kemudahan bagi para pedakwah untuk menyebarkan si’arnya,
dengan memanfaatkan media-media massa dengan meminimalisir dampak negatif
dari penggunaan media massa dan memberikan pengaruh besar terhadap dampak
positif dari media yang ada.
Dapat dimengerti, dakwah dizaman sekarang bisa menjadi peluang besar bagi
seorang pedakwah dalam menyiarkan pengetahuan nya dengan mengartikulasikan dan
mengkomunikasikan pesan-pesannya melalui berbagai media masa tanpa dibatasi
oleh waktu dan tempat.12 Dengan melalui pengetahuannya tentang khazanah
keislaman (metodologis) maupun pengetahuan umum (sosial prediktif), serta bisa
melihat situasi dan realitas masyarakat, sehingga pesan yang disampaikan bisa secara
maksimal tersampaikan ke kesuluruh masyarakat dunia.

BAB III
12
Abubakar Madani, Dakwah Dan Prubahan Social: Study Terhadap Peran Manusia Sebagai Khalifah
Dimuka Bumi, Jurnal Lentera, Vol. 1 No. 1 (Juni 2016), Hal. 2-3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat sering digambarkan sebagai suatu disiplin ilmu yang rumit, berat dan
hanya membuat pusing. Dan sebagian orang juga ada yang beranggapan bahwa
filsafat merupakan ilmu yang berbahaya dan subversif. Sudah tidak asing lagi bagi
kita umat islam mendengar Istilah dakwah, dakwah yang merupakan menjadi ciri khas
bagi umat islam, suatu hal yang harus dilakoni oeleh sebagin orang untuk menyiarkan,
mengajak umat islam kejalan yang telah diridhai oleh Allah.
Membahas objek filsafat dakwah berarti berfokus tentang apa yang akan
menjadi kajian dalam filsafat dakwah. Secara objek material, filsafat dakwah akan
mengkaji tentang Tuhan, manusia, lingkungan dan ajaran Islam. Tujuan filsafat
dakwah adalah untuk memberikan pemahaman yang bersifat universal tentang suatu
unit ajaran Islam secara mendalam, mendasar dan radikal sampai ke akar-akarnya,
sehingga pada akhirnya dapat membawa kepada kebenaran yang hakiki, kebenaran
hakiki tersebut terimplementasikan dalam sikap kesehariannya sebagai seorang Islam.
Fenomena sosial merupakan perubahan problematika yang terjadi dari dulu
hingga sekarang, fenomena sosial ini difokuskan pada gerakan dakwah, yang
terencana (planed changed). Dengan melalui pengetahuannya tentang khazanah
keislaman (metodologis) maupun pengetahuan umum (sosial prediktif), serta bisa
melihat situasi dan realitas masyarakat, sehingga pesan yang disampaikan bisa secara
maksimal tersampaikan ke kesuluruh masyarakat dunia.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Asmuni Ahmad. Filsafat Dan Dakwah, Jurnal Dakwah Dan Komunikasi. Vol. 8 No.1.
Biyanto. Filsafat Ilmu Dan Ilmu Keislaman. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, Mei 2015).
Ni’amah Lutfi Ulfa. Filsafat Dakwah Yang Terabaikan. Jurnal Kontemplasi, Vol. 04 No. 01
Hasanah Umdatul. Ilmu Dan Filsafat Dakwah. (Serang Banten : Fseipress, September 2017).
A, Basit. Filsafat Dakwah. (Jakarta : Pt. Rajagrafindo Persada, 2012).
S, Sambas. Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah. (Bandung: Sajjad Publishing
House, 2009).
Sambas, Syukriadai. Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah. (Bandung: Kp Hadid.
1999)
Madani Abubakar. Dakwah Dan Prubahan Social: Study Terhadap Peran Manusia Sebagai
Khalifah Dimuka Bumi. Jurnal Lentera. Vol. 1 No. 1 (Juni 2016).

Anda mungkin juga menyukai