DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH:
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan allah SWT yang paling sempurna, tinggi
derajatnya serta mempunyai nafsu dan akal pikiran. Dalam konsepsi islam, Manusia
merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi material
(jasad) dan dimensi immaterial (ruh,jiwa,akal dan lain sebagainya).
1. Al-Basyar
Menurut Fadilah Suralaga, kata basyar berasal dari kata yang pada mulanya
berarti menampakkan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama
lahirlah kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena memiliki
kulit yang jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Proses kejadian
manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap
kedewasaan.2
2. Al-Insan
Kata insan diambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan nampak.
Kata insan dalam Al-Qur’an digunakan untuk menunjukkan kepada manusia
dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang
dengan yang lain. Akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.”
3. An-Nas
Konsep al-nas mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dalam
arti al-nas ini paling banyak disebut Al-Qur’an, yakni sebanyak 240 kali.
Menariknya, dalam mengungkapkan manusia sebagai makhluk sosial, Al-Qur’an
tidak pernah melakukan generalisasi. Sejak dulu para pakar telah mencoba meneliti
1
Mohammad Irfan dan Matsuki HS, Teologi Pendidikan Tauhid Sebagai Paradigma Pendidikan
Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), Cet. I, h. 55.
2
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005), Cet. I, h. 11
4
perihal makhluk yang bernama manusia dengan menggunakan berbagai teori yang
bersumber dari logika dan penggunaan istilah yang bermacam-macam. Penggunaan
istilah ini di ambil dari kebiasaan-kebiasaan manusia dalam menjalani
kehidupannya.
Menurut Achjar Chalil dan Hudaya Latuconsina, para filsuf mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk yang cenderung terus-menerus mencipta (uncountable
creator). Para ahli ilmu sosial mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
cenderung berkumpul (zoonpoliticon) sehingga merasa tersiksa kalau diasingkan
dari pergaulan antarmanusia. Ahli jiwa mengatakan bahwa manusia itu adalah
makhluk yang memiliki perasaan (feeling), makhluk yang berpikir (thinking) dan
berkeinginan (willing). Para ahli ilmu biologi mengatakan bahwa manusia itu
tersusun dari unsur-unsur hayati.3
3
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005)
4
Daniel Djuned,Antropologi Al-Qur‟an, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 88
5
M. Arifin, ibid., h. 13-14
5
Dari hasil konferensi Pendidikan Islam se-Dunia kedua tahun 1980 di
Islamabad, Pakistan, sebagaimana dikutip oleh A. Fatah Yasin, “Pendidikan Islam
adalah suatu usaha untuk mengembangkan manusia dalam semua aspeknya, baik
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, dan ilmiah baik secara individual
maupun kolektif menuju ke arah pencapaian kesempurnaan hidup sesuai dengan
ajaran Islam”.6
6
A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN-Malang Press,2008),
hlm.24
7
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al Ma’arif, 1980), Cet.
IV, hlm. 23
8
A. Fatah Yasin, ibid hlm. 108
6
B. KONSEP MANUSIA DALAM FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM
Kata khalifah berasal dari bahasa Arab “khalafa” yang berarti pengganti, istilah
ini pertama kali digunakan setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. yakni sebagai
sebutan bagi para pemimpin umat Islam sepeninggal Nabi.Kedudukan seluruh
manusia sebagai khalifah yang disebutkan Allah dalam firman-Nya di atas, tidaklah
dimaksudkan bahwa seluruh manusia bertugas sebagai wakil atau pemimpin umat
dalam hal pemerintahan. Akan tetapi khalifah di sini memiliki arti bahwa setiap
manusia memiliki tanggung jawab untuk dapat mengolah dan menaburkan benih-
benih kebaikan sebagai wakil Tuhan di muka bumi.
Ibnu Arabi mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Yunasril Ali, bahwa jabatan
khalifah itu hanya milik insan kamil, karena pada dirinya dari aspek batin-
terproyeksi pula nama-nama dan sifat-sifat ilahi. Yang dimaksud khalifah di sini
bukan semata-mata jabatan dalam pemerintahan yang secara lahir merupakan tugas
memimpin/mengendalikan pemerintahan dalam suatu wilayah negara (khalifah al-
zhahiriyah), tetapi lebih ditekankan pada pengertian khalifah yang kedudukannya
sebagai wakil (na‟ib) Allah. Atau lebih spesifik lagi, sebagai manifestasi nama-
nama dan sifat-sifat Allah di muka bumi (al khalifah al ma‟nawiyah) hingga
kenyataan adanya Tuhan terlihat padanya.10
9
Umiarso dan Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat dan Timur,(Jogjakarta:
Ar Ruzz Media, 2011), hlm. 65
10
Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn ,Arabi oleh Al
Jili,(Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 80
7
2. Proses Penciptaan Manusia
Yang artinya:
“Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu
sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha suci
Allah, pencipta yang paling baik”
A. Tahap Jasad
11
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I,hlm 82
8
Dalam Biologi awal mula terciptanya janin di rahim seorang ibu ialah
bersumber dari percampuran sperma laki-laki dengan sel telur perempuan yang
semuanya itu merupakan hasil dari olahan makanan yang mereka cerna setiap
harinya. Dan semua makanan tersebut dihasilkan dari dalam bumi, sehingga proses
penciptaan manusia dari tanah hanya merupakan istilah maknawiyah saja. Proses
penciptaan manusia dari tanah yang bersifat zhahiriyah hanya pernah terjadi pada
proses penciptaan manusia yang paling awal, yakni Nabi Adam AS.
B. Tahap Hayat
Pernyataan bahwa awal mula kehidupan di muka bumi ialah bersumber dari air
juga pernah diungkapkan oleh filosof bernama Thales,hal ini dikarenakan segala
unsur dalam makhluk hidup, air pasti menjadi salah satu kebutuhan dan menjadi
bagian dari dirinya. Baik itu hewan, tumbuhan maupun manusia.
C. Tahap Ruh
Kata ruh berasal dari kata ar-ruh yang berarti angin. Oleh karena itu, ar-ruh
disebut juga an-nafs, yaitu napas atau nyawa. Menurut ibn Atsir,sebagaimana
dikutip oleh Umiarso dan Zamroni, “Ruh itu dipakai dalam berbagai arti, tetapi
yang paling umum ialah sesuatu yang dijadikan sandaran bagi jasad.” 13
12
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I
13
Umiarso dan Zamroni, ibid., h. 77
14
I.R. Poedjawijatna, Manusia dengan Alamnya (Filsafat Manusia), (Jakarta: Bina Aksara, 1983),
Cet. III, h. 67
9
Adanya proses peniupan ruh yang ditiupkan Tuhan dalam diri manusia dan
kemudian diiringi dengan pemberian pendengaran, penglihatan, dan hati
merupakan bukti bahwa yang menjadi pimpinan dalam diri manusia adalah ruh.
Ruhlah yang kiranya dapat membimbing, pendengaran, penglihatan dan hati untuk
memahami kebenaran.
d. Tahap Nafs
Dalam diri manusia, terdapat jasad sebagai wadah bagi ruh dan dengan
gabungan keduanya kemudian menjadi hiduplah jasad tersebut. Gabungan unsur-
unsur tersebut nantinya akan menghasilkan sebuah aksi atau tindakan. Dengan
adanya aksi tersebutlah baru manusia dapat dikatakan hidup. Oleh karena itu, dalam
hidupnya manusia selalu bergerak, bersosialisasi dan tidak pernah berhenti untuk
berkreativitas dan mengelola sumber daya alam guna menjaga keberlangsungan
hidupnya dan melestarikan alam semesta.
Hal ini sesuai dengan kandungan Al-Qur’an surat Al’Alaq ayat 1-5:
Yang artinya;
15
Toto Suharto, , Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I. Hlm 83
16
Madyo Eko Susilo Dan RB Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
h. 18
10
Agama Islam mendorong umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulai
dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan belajar berbagai macam ilmu
pengetahuan. Islam di samping menekankan kepada umatnya untuk belajar juga
menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Jadi Islam
mewajibkan umatnya belajar dan mengajar.
11
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
manusia sebagai subjek pendidikan adalah merupakan seorang pendidik, dalam hal
ini pendidik tugas seorang pendidik bukanlah sekedar melakukan transfer ilmu saja,
melainkan juga sebagai penanam nilai-nilai moral pada diri peserta didik.
Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 31:
Yang artinya:
Menurut Umiarso dan Zamroni, ayat ini menggambarkan pada kita betapa
fitrah manusia sebagai peserta didik sudah diaplikasikan oleh manusia pertama,
yaitu Adam, sebagaimana Allah mengajarkan kepada nabi Adam AS nama-nama
benda secara keseluruhan. Dialog tersebut menjadi indikasi betapa proses
pendidikan mempunyai urgenitas tersendiri dalam Islam.22
Akan tetapi menurut Zakiah Daradjat, dkk, “Fungsi murid dalam interaksi
belajar-mengajar adalah sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, karena murid
menentukan hasil belajar dan sebagai objek, karena muridlah yang menerima
pelejaran dari guru”. 23
Jadi, manusia sebagai objek pendidikan ialah saat manusia berada pada posisi
sebagai penerima materi atau ilmu. Namun, tetap saja hasil akhirnya ditentukan
oleh mereka sendiri sebagai subjek penentu.
21
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I,hlm 119
22
Umiarso dan Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat dan Timur,(Jogjakarta
Ar Ruzz Media, 2011), hlm 83
23
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
Cet-I, hlm 268
12
4. Tujuan hidup manusia
Menurut Toto Suharto, “Ibadah (pengabdian) dalam hal ini tidak dimaksudkan
dalam pengertiannya yang sempit, tetapi dalam pengertiannya yang luas. Yaitu,
nama bagi segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Intinya, tujuan hidup manusia adalah ibadah kepada Allah
dalam segala tingkah lakunya”. 24
Tujuan hidup ini pada akhirnya akan bersinggungan dengan tujuan pendidikan
Islam, karena pendidikan pada dasarnya bertujuan memelihara kehidupan manusia.
Dengan demikian, tujuan hidup muslim sebenarnya merupakan tujuan akhir
pendidikan Islam.
24 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I., hlm. 83
13
KESIMPULAN
1.Manusia adalah makhluk ciptaan allah SWT yang paling sempurna, tinggi
derajatnya serta mempunyai nafsu dan akal pikiran. Dalam konsepsi islam,
Manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi
material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh,jiwa,akal dan lain sebagainya).
pada makna pokok manusia, yaitu al-basyar, al-insan, dan an-nas.
3. manusia menempati posisi yang sangat mulia dan terhormat di jagat raya ini,
bahkan kemuliannya lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat dan makhluk
ciptaan Allah lainnya. Oleh karena itu, manusia memiliki tanggung jawab yang
besar sebagai mandataris Allah (khalifah Allah fi al ardh) dalam mengatur tata
kehidiupan di dunia.
Kata khalifah berasal dari bahasa Arab “khalafa” yang berarti pengganti, istilah
ini pertama kali digunakan setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. yakni
sebagai sebutan bagi para pemimpin umat Islam sepeninggal Nabi.Kedudukan
seluruh manusia sebagai khalifah yang disebutkan Allah dalam firman-Nya di
atas, tidaklah dimaksudkan bahwa seluruh manusia bertugas sebagai wakil atau
pemimpin umat dalam hal pemerintahan. Akan tetapi khalifah di sini memiliki
arti bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk dapat mengolah dan
menaburkan benih-benih kebaikan sebagai wakil Tuhan di muka bumi.
14
DAFTAR PUSTKA
Mohammad Irfan dan Matsuki HS, Teologi Pendidikan Tauhid Sebagai Paradigma
Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), Cet. I
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/intel/article/view/3943
http://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/al-qalam/index
https://www.rendrafr.com/2018/12/filsafat-pendidikan-konsep-manusia-dan.html
15