Anda di halaman 1dari 12

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA SEKOLAH

DISUSUN OLEH
FAJAR NUGRAHA SAPUTRA
NIM : 21010061

PROGRAM STUDI AKADEMI KEPERAWATAN


PANGKALPINANG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak..............5

B. Tindakan Komunikasi Terapeutik...................................................................7

BAB III PENUTUP.......................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan
terapeutik antara perawat-klien. Dalam proses komunikasi terjadi
penyampaian informasi yang dapat digunakan sebagai alat yang efektif dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak. Dengan komunikasi terapeutik
masalah-masalah psikologis anak usia prasekolah dapat dikurangi, seperti
kecemasan, ketakutan, perubahan perilaku dan lain-lain (Supartini, 2004).
Kemampuan terapeutik yang dimiliki perawat dalam berinteraksi
dengan klien merupakan sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan.
Mampu terapeutik berarti seseorang perawat mampu melakukan atau
mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi
penyembuhan pada diri klien (Nurjanah, 2001).Keterlibatan secara emosional
yang disadari dalam komunikasi terapeutik membuka kesempatan terjadinya
hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.Hal tersebut
memungkinkan klien merasa bebas berkembang tanpa rasa cemas dan
takut.Melalui hubungan yang terapeutik perawat mampu mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji serta memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan tugas perkembangannya sehingga
perilaku anak mulai ketahap kepatuhan.
Komunikasi pada anak usia sekolah merupakan suatu proses
penyampaian dan transfer informasiyang melibatkan anak usia sekolah, baik
sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses ini melibatkan
usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambang-
lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau

1
penerima beritamengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan
makna yang terkandung dalam pikiran komunikator.
Pada anak usia sekolah, komunikasi yang terjadi mempunyai
perbedaan bila dibandingkandengan yang terjadi pada usia bayi, balita,remaja,
maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan olehkarakteristikkhusus yang
dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan perkembangannya. Komunikasi
pada anak usia sekolah sangat penting karena pada proses tersebutmereka
dapatsaling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui
oleh orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komunikasi terapeutik berdasarkan tingkat perkembangan
anak?
2. Bagaimana tindakan komunikasi terapeutik?

2
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi.Seorang penolong atau perawat dapat membantu
klien mangatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi, (Suryani,
2005).Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir, 2006), komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.Pada dasarnya komunikasi
terapeutik merupakan merupakan komunikasi profesional yang mengarah
pada tujuan yaitu penyembuhan pasien (Siti Fatmawati, 2010).
Komunikasi terapeutik berbeda dari komunikasi sosial yaitu pada
komunikasi terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik oleh
karena itu komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terencana.
Komunikasi terapeutik berlangsung ketika pasien dan pasien keduanya
menunjukkan sikap hormat akan individualitas dan harga diri. (Hermawan,
2009).
Anak usia antara 3 sampai 6 tahun adalah usia pra sekolah. Anak mulai
belajar pada hal-hal yang bersangkutan dengan perilaku sosial. Anak belajar
banyak hal yakni mengembangkan kemampuan dalam menyusun bahasa,
berinteraksi dengan orang lain sebagai kehidupan sosial dari anak (Hawadi,
2001). Pengalaman sosial diri juga dapat mempengaruhi pola perilakunya
terhadap orang lain. Apabila anak memperoleh kesenangan melalui interaksi
sosial dengan orang lain maka anak akan mengulangi kegiatan sosial tersebut
sebagai salah satu kegiatan yang menyenangkan hatinya, akan tetapi
sebaliknya jika dirasakan interaksi sosial tersebut tidak menyenangkan maka
anak akan enggan melakukannya kembali (Hawadi, 2001).

3
Perawatan rumah sakit pada anak usia prasekolah berdampak sangat
serius. Bukti penelitian menunjukkan bahwa lingkungan fisik rumah sakit,
tenaga kesehatan baik sikap maupun pakaian, alat-alat yang digunakan serta
lingkungan sosial antar pasien adalah stressor yang mengakibatkan trauma
(Supartini, 2000). Stressor lain perpisahan, pembatasan aktifitas serta prosedur
3 tindakan yang mengancam integritas tubuh adalah penyebab stress pada
anak. Bentuk reaksi terhadap perpisahan pada anak prasekolah ditunjukkan
dengan menolak makan, menangis perlahan dan tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satu adalah
dengan menggunakan komunikasi terapeutik secara efektif yang akan dan
sedang akan dilakukan tindakan keperawatan.
Dalam meningkatkan efektivitas komunikasi terapeutik secara efektif
komunikasi terapeutik pada anak maka perlu dilakukan tahap pra interaksi dan
interaksi yaitu tahap sebelum bertemu dengan klien dan perkenalan dengan
klien untuk mempermudah sikap perawat dalam komunikasi terapeutik pada
anak prasekolah agar patuh saat dilakukan tindakan keperawatan.
Pada anak-anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya
permasalahan yang dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya
maupun karena ketakutan dan kecemasannya terhadapsituasi maupun
prosedur tindakan, sering komunikasi menjadi terganggu.Anak menjadi
lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila dibiarkan
akan dapat memberikanefek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya.
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien, diharapkan
dapat memulai menciptakankomunikasi yang efektif.Keterlibatan perawat
dalam berkomunikasi sangat penting karenadengan demikian perawat
mendapat informasi dan dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta
membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya sehingga dapat
dicarisolusinya.Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki

4
kemampuan komunikasi dalammemberikan askep pada anak usia sekolah,
menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok  bagi anak usia sekolah
sesuai dengan perkembangannya.
Seorang perawat yang merawat dan menangani klien anak, harus
memiliki kemampuan melakukan pendekatan dan komunikasi kepada anak
karena sesuai dengan karakteristik perkembangannya, sering kali sulit diajak
untuk bekerja sama. Oleh karena itu, perawat harus menggunakan teknik
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik antara perawat dan anak adalah
hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan,
pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
Dalam proses membina hubungan terapeutik perawat harus menyesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak dalam menyadari dan mengidentifikasi
masalah dan membantu pemecahan masalah. Selama ini di rumah sakit
komunikasi terapeutik dan interaksi antara perawat dengan pasien belum
optimal. Perawat akan masuk ke kamar pasien seperti menganti infus,
merawat luka, memberikan suntikan, memberikan obat dan menunggu apabila
ada panggilan dari pasien.

A. Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak


Saat perawat melakukan komunikasi pada pasien anak, perawat harus
memperhatikan karateristik anak sesuai dengan tingkat perkembangan (Yupi
Supartini, 2004) :
1. Usia Bayi / Infacy (0-1 tahun) Bayi belum dapat mengekspresikan
perasaan dan pikirannya dengan kata kata. Oleh karena itu, komunikasi
dengan bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal.
Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi
hanya bisa mengekspresikan dengan cara menangis. Walaupun demikian,
sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang
berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya memberikan

5
sentuhan, mendekap, menggendong, dan berbicara dengan lemah lembut.
Ada beberapa respons non verbal yang bisa ditunjukkan bayi, misalnya
menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi
usia kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian
orang.Stanger anxiety atau cemas dengan orang asing yang tidak
dikenalnya adalah ciri pada diri dan ibunya. Jangan langsung ingin
menggendong atau memengkunya karena bayi akan merasa takut.
Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya, dan atau memainkan
yang dipegangnya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang
baik dengannya dan ibunya.
2. Tooddler ( 1-3 tahun) dan Early Childhood / Usia Prasekolah (3-5 tahun)
Karateristik anak pada masa ini (terutama anak usia dibawah tiga tahun
atau tooddler) adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai
perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberitahu
tentang apa yang terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu,
anak akan merasa takut melihat alat yang akan ditempelkan tubuhnya.
Oleh karena itu, jelaskan bagaimana anak akan merasakannya. Beri
kesempatan padanya untuk memegang termometer sampai ia yakin bahwa
alat tersebut tidak berbahaya untuknya.
3. Usia Sekolah (6 - 12 tahun) / School Age Years
Anak usia ini peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan mengancam
keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan melakukan
suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan, untuk apa, dan
bagaimana cara dilakukan. Anak membutuhkan penjelasan atas
pertanyaannya.Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan
contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Anak usia
sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.
Perbendaharaan katanya sudah lebih banyak, sekitar 3000 kata dikuasai
dan anak sudah mampu berpikir secara konkret. Apabila akan melakukan

6
tindakan, perawat dapat menjelaskan dengan mendemostrasikan pada
mainan anak. Misalnya, bagaimana perawat akan menyuntik diperagakan
terlebih dahulu pada boneka.
4. Usia Remaja / Adolescence
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak –
kanak menuju masa dewasa.Dengan demikian, pola pikir dan tingkah
lakunya merupakan peralihan dari anak – anak menjadi orang dewasa
juga.Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah
secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stres, jelaskan bahwa ia
dapat mengajak bicara teman sebayanya dan atau orang dewasa yang ia
percaya, termasuk perawat yang selalu bersedia menemani dan
mendengarkan keluhannya. Menghargai keberadaan identitas diri dan
harga dirinya merupakan hal yang prinsip untuk diperhatikan dalam
berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah
yang bersahabat dengannya, jangan memotong pembicaraan saat ia
sedang mengekspresikan perasaan dan pikirannya, menghargai pandangan
remaja serta menerima perbedaan. Hindari perkataan yang menyinggung
harga dirinya, hindari mengkritik atau menghakimi, hindari pertanyaan
yang menyelidiki atau mengintrogasi.Kita harus menghormati privasinya
dan beri dukungan atas hal yang telah dicapainya secara positif dengan
selalu memberikan reinforcement positif.

C. Tindakan Komunikasi Terapeutik


Perawat dituntut untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam
melakukan tindakan keperawatan agar pasien dan keluarganya tahu tindakan
apa yang akan dilakukan pada pasien dengan cara bahwa perawat harus
memperkenalkan diri, menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, membuat
kontrak waktu untuk melakukan tindakan keperawatan selanjutnya.
Kehadiran, sikap benar-benar ada untuk pasien adalah bagian dari komunikasi

7
terapeutik.Perawat tidak boleh bingung sehingga pasien merasa bahwa dia
merupakan fokus utama perawat selama interaksi agar perawat dapat berperan
aktif dan terapeutik, perawat harus menganalisa dirinya yang meliputi
kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggung jawab.Seluruh perilaku dan pesanyang disampaikan perawat
hendaknya bertujuan terapeutik untuk pasien.(Hermawan, 2009).
Selain menggunakan teknik nonverbal, perawat juga dapat melakukan
teknik komunikasi dengan pihak ketiga sebagai berikut :
1. Berikan penjelasan tentang masalah yang kurang dipahami atau tidak
dimengerti khususnya masalah diare.
2. Ajarkan dengan cara mendemonstrasikan upaya mengatasi diare
khususnya dalam penanganan diare serta cara pencegahannya. Sedangkan
untuk bayi, dapat juga dilakukan teknik play (bermain) seperti:
a. Menyediakan mainan sesuai dengan usia tumbuh kembang serta dalam
melakukan tindakan pengobatan dengan menjelaskan dan mengijinkan
untuk memegang alat – alat selama alat dalam kategori dapat dipegang
b. Monitor terhadap perubahan tanda kecemasan seperti ungkapan
perasaan, gelisah, frekuensi jantung, dan pernapasan serta ketegangan
otot.
c. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan.
d. Berikan dukungan pada keluarga untuk mengekspresikan perasaannya
5.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi.Dalam meningkatkan efektivitas komunikasi
terapeutik secara efektif komunikasi terapeutik pada anak maka perlu
dilakukan tahap pra interaksi dan interaksi yaitu tahap sebelum bertemu
dengan klien dan perkenalan dengan klien untuk mempermudah sikap perawat
dalam komunikasi terapeutik pada anak prasekolah agar patuh saat dilakukan
tindakan keperawatan.
Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator
dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak
dan remaja, perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah
cara berkomunikasi dengan anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan
faktor yang mempengaruhi komuikasi. Komunikasi dengan anak merupakan
sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak, melalui
komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data
yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan
masalah keperawatan atau tindakan keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muhith & Sandu Siyoto. 2018. Aplikasi Komunikasi Teraeutik Nursing &
Health. Yogjakarta: CV.Andi Offset.
Damaiyanti, Mukhripah, S.kp. 2008.Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan, Penerbit PT Refika Aditama: Bandung.
Ernawati Dalami, S.kp., et all. (2009). Komunikasi Keperawatan,Penerbit :Trans Info
Media: Jakarta Timur.
Harsono. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit.Yogjakarta: Gosyen.
Nurani, Okky Briliana Citra , Qurrotul Aeni , Bertha Takarina. (2015) Komunikasi
Terapeutik Perawat Pada Tindakan Perawatan Luka Post Operasi Pasien,
Jurnal Keperawatan Volume 7 No 1.

10

Anda mungkin juga menyukai