Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang

Manusia dalam menjalani hidupnya memerlukan interaksi dengan


orang lain. Untuk berinteraksi diperlukan adanya suatu komunikasi yang
baik. Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau
belum mengalami masa pubertas. Masa remaja merupakan suatu periode
atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisidari anak  –a a  nak
menuju dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa.
Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang
dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya
disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan
tahun tahun sekolah dasar. Sehingga para orang tua harus lebih berhati-
hati dalam berkomunikasi dengan anak, karena anak sangatlah cepat
untuk mengingat apa yang sedang dilihat dan yang didengarnya.
Tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu,
mempelajari atau mengajarkan sesuatu, mempengaruhi perilaku
seseorang, mengungkapkan perasaan, menjelaskan perilaku sendiri atau
perilaku orang lain, berhubungan dengan orang lain, menyelesaian sebuah
masalah, mencapai sebuah tujuan, menurunkan ketegangan dan
menyelesaian konflik, menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang
lain. (Hewitt, 1981)
Dengan hal tersebut maka sangatlah penting seorang perawat untuk dapat
melakukan komunikasi secara efektif. Peran perawat dalam
melakukan komunikasi pada anak dan remaja adalah hubungan yang
terapeutik antara perawat dan klien akan merupakan pengalaman belajar
dan
 juga merupakan pengalaman koreksi terhadap emosi klien. Disini perawat
sebagai tim pelaksana dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan
secara terapeutik, sepertirealisasidiri, penerimaan diri, peningkatan
penghormatan diri, kemampuan membina hubungan interpersonal yang
tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain, peningkatan
1
fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan yang realistis, asaidentitas personal yang jelas dan peningkatan
integritas diri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan pengetian komunikasi pada anak 
2. Mengetahui macam-macam komunikasi pada anak 
3. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan komunikasi pada anak 
4. Menjelaskan teknik komunikasi pada anak 

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan komunikasi pada anak dan
remaja.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menjelaskan konsep komunikasi
b. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi komunikasi pada
anak dan remaja
c. Mengetahui cara berkomunikasi sesuai tumbuh kembang
d. Memahami dan mengaplikasikan tahapan komunikasi pada
anak dan remaja
e. Menerapkan tehnik komunikasi pada anak dan remaja
f. Mengaplikasikan komunikasi terapeutik pada anak dan
remaja.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Komunikasi

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau


dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat
membantu klien mangatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi,
(Suryani, 2005). Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir, 2006),
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada
dasarnya komunikasi terapeutik merupakan merupakan komunikasi
profesional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien (Siti
Fatmawati, 2010).

2.2 Macam komunikasi


Komunikasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (Mundakir,
2006) : 1. Komunikas verbal
Komunikasi verbal seperti vokal dalam bentuk tertawa, merintih,
berteriak atau menangis. Komunikasi verbal disebut juga suatu kebutuhan
kata – kata karena melalui kata – kata dapat membentuk suatu kenyataan.
Melalui kata – kata seseorang dapat merubah persepsinya.
Dalam komunikasi verbal, perawat harus memperhatikan avoidance
language (menghindari bahasa). Pada umumnya orang ingin mengubah
sesuatu kenyataan dengan menghindar dari keadaan yang sebenarnya.
Contoh ungkapan “meninggal” bagi manusia lebih enak dipakai daripada
ungkapan “mati”.
Satu hal lagi yang perlu perawat perhatikan dalam komunikasi verbal
adalah distancing language (menjauhi bahasa). Keadaan seseorang
menggunakan kata  –  kata yang tidak mengenai sasaran hanya
untuk melindungi mereka dari kenyataan yang menyakitkan. Contoh : Orang
tua mengatakan bahwa mereka kenal seseorang yang
mempunyai anak terbelakang dan mengatakan rasa khawatirnya akan keadaan
anaknya. Akan tetapi kadang – kadang perawat memerlukan “Distancing
language”
3
ini karena apabila kita langsung pada pokok pembicaraan akan
menyakitkan klien atau orang tua dan keluarga. Dengan menggunakan
teknik orang ketiga atau bahasa Simbol mungkin akan lebih
“Therapeutik” dalam memberikan kesempatan kepada seseorang
untuk mendekati subjek secara tidak langsung dan menerima umpan balik.

2. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal bersifat bahasa dan pesan  – pesan disampaikan
dalam bentuk non verbal. Sifat – sifat bahasa ini termasuk pola nada suara,
 jeda, intonasi, kecepatan, volume, dan tekanan dalam berbicara. Perawat
perlu berhati  –  hati dalam mengucapkan kata  –  kata, atau dalam
memperhatikan kata – kata, karena menjeda sebenarnya dapat berarti perlu
merumuskan pikiran, mengingat informasi atau mengarang sesuatu kisah.
Sering berkali – kali menjeda menimbulkan kesan si pembicara tidak pasti
akan dirinya. Menjadi terlalu lama dapat berarti seseorang butuh informasi
yang lebih banyak. Berbicara tentang lambat dengan nada yang mantap
dan menjeda pada saat yang tepat dapat menimbulkan kesan beribawa.
Terutama pada anak   –  anak, mereka akan memberi respon dengan
perhatian terhadap seseorang yang berbicara lambat, tenang dan dengan
suara yang mantap. Perilaku setuju seringkali berupa menganggukkan
kepala, menggunakan kontak mata langsung dan minta ulang. Sedang
perilaku tidak setuju, berupa mengetuk  –  ngetuk jari, tangan atau kaki,
berpaling dan berbicara, mungkin dari kontak mata atau memotong
pembicaraan.

4
3. Komunikasi Abstrak 
Komunikasi abstrak seperti permainan, ekspresi artistik (seni),
simbol, photografi dan cara memilih pakaian. Hanya karena komunikasi
abstrak memungkinkan menggunakan penguasaan dan pengontrolan
kesadaran melebihi komunikasi verbal (bersifat subjektif), maka
komunikasi abstrak kurang dapat dipercaya untuk menunjukkan perasaan
yang sebenarnya, khususnya dalam berkomunikasi dengan anak  – anak.
Salah satu bagian dari keberhasilan dalam wawancara adalah
tergantung pada keadaan fisik dan psikologis si pewawancara itu
sendiri.perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alas an
wawancara serta menjamin kebebasan dan rahasia. Untuk
mempermudah kelangsungan berkomunikasi dengan anak, maka
perawat tidak dapat melepas pendekatan pada keluarga. Untuk itu agar
intervensi tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik, maka
sebelum berkomunikasi dengan anak perawat harus berkomunikasi
dengan keluarga.

2.3 Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak 


Saat perawat melakukan komunikasi pada pasien anak, perawat harus
memperhatikan karateristik anak sesuai dengan tingkat perkembangan (
Yupi Supartini, 2004) :

1. Usia Bayi /  Infacy (0-1 tahun)


Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan
kata kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih
banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal.
Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan tidak nyaman lainnya,
bayi hanya bisa mengekspresikan dengan cara menangis. Walaupun
demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang
dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya
memberikan sentuhan, mendekap, menggendong, dan berbicara dengan
lemah lembut.
Ada beberapa respons non verbal yang bisa ditunjukkan bayi, misalnya
menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi

5
a.Storytelling (Saling bercerita)
Tunjukkan pikiran anak dan upayakan untuk mengubah persepsi
anak atau rasa takutnya dengan menceritakan kembali suatu cerita
yang berbeda (pendekatan yang lebih terapeutik dibandingkan
bercerita). Mulailah dengan meminta anak menceritakan sebuah cerita
tentang sesuatu, ikuti dengan cerita lain yang diceritakan perawat
yang hampir sama dengan cerita anak tetapi dengan perbedaan yang
membantu anak dalam area masalah.
b.Menggambar 
Merupakan salah satu bentuk komunikasi paling dapat diterima
baik non verbal (dari melihat gambar) maupun verbal (dari cerita
anak tentang gambar).Gambar anak menceritakan semua tentang
mereka, karena gambar ini adalah proyeksi diri mereka dari dalam.
c.Dreams (Mimpi)
Tunjukkan dengan sering pikiran – pikiran dan perasaan yang
tidak disadari dan ditekan.Minta anak untuk menceritakan tentang
mimpi atau mimpi buruk.Gali bersamanya tentang kemungkinan arti
mimpi.
d.Permainan peringkat 
Gunakan beberapa tipe skala peringkat (angka, wajah sedih, sampai
senang) untuk rentang kejadian atau perasaan.
e.Melengkapi Kalimat 
Libatkan pertanyaan sebagian dan minta anak untuk
melengkapinya. f. Magis
Gunakan trik magis sederhana untuk membantu membuat
hubungan dengan anak, dorong kepatuhan dengan intervensi
kesehatan, dan berikan distraksi efektif selama prosedur yang
menyakitkan. yang diinginkan.

9
4. Usia Remaja / Adolescence
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak 
 –  kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah
lakunya merupakan peralihan dari anak  – anak menjadi orang dewasa
juga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah
secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stres, jelaskan bahwa ia
dapat mengajak bicara teman sebayanya dan atau orang dewasa yang ia
percaya, termasuk perawat yang selalu bersedia menemani dan
mendengarkan keluhannya.
Menghargai keberadaan identitas diri dan harga dirinya merupakan
hal yang prinsip untuk diperhatikan dalam berkomunikasi. Luangkan
waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat dengannya,
jangan memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan
dan pikirannya, menghargai pandangan remaja serta menerima
perbedaan. Hindari perkataan yang menyinggung harga dirinya, hindari
mengkritik atau
menghakimi, hindari pertanyaan yang menyelidiki atau
mengintrogasi. Kita harus menghormati privasinya dan beri dukungan
atas hal yang telah dicapainya secara positif dengan selalu memberikan
reinforcement  positif.
Cara berkomunikasi dengan remaja :
a. Pertanyaan “Bagaimana jika”
Dorong anak untuk menggali situasi potensial dan
untuk mempertimbangkan pilihan pemecahan masalah yang berbeda.
b.Tiga Harapan
Libatkan pertanyaan “Bila kamu memiliki tiga hal di dunia ini, hal apa
sajakah itu ?”Bila anak menjawab, “Semua harapan saya menjadi
kenyataan”, Tanya kepadanya harapan khusus tersebut.
c.Writing (Menulis)
Merupakan pendekatan komunikasi untuk anak yang lebih besar
dan orang dewasa. Saran khusus mencakup teknik menulis. Remaja
biasanya rentan terhadap egosentris dam sulit untuk dikendalikan.
Oleh karena itu, orang terdekat harus tau bagaimana cara membina
hubungan

10
yang baik denngan remaja. Dalam berkomunikasi, orang tua ingin
segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada hal-hal
yang orang tua yang sering lakukan.
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Anak Dan
Remaja 1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi
berlangsung secara efektif.
2. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi
berlangsung secara efektif.
3. Sikap
Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi. Bila komunikan bersifat
pasif tertutup maka komunikasi tidak berlangsung secara efektif.
4. Usia tumbuh kembang status kesehatan anak 
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia
agar komunikasi tersebut berlangsung secara efektif.
5. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat
tersampaikan ke komunikan dengan baik.

2.5 Komunikasi dengan orang ketiga


Komunikasi Efektif dengan
keluarga
Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segitiga antara perawat,
orang tua dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam
berkomunikasi segitiga. Saudara kandug, sanak keluarga lainnya dan
pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi.
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu
sendiri. (verbal dan non verbal), informasi dari orang tua dan observasi
perawat sendiri. Dalam proses komunikasi dalam keluaraga kita dapat
menggunakan langkah  –  langkah seperti : mendorong orang tua untuk berbicara,
mengarahkan pada pokok permasalahan, mendengar, diam sejenak,
meyakinkan, menentukan masalah, memecahkan masalah, mengantisipasi

11
(Perawat menjelaskan tentang tindakan yang
akan dilakukan ).
Pasien : (Pasien hanya menganggukkan kepala. ).
Perawat : “Dek Desi tenang saja ya , selama saya periksa....!”
(Perawat menyiapkan alat....).“Permisi ya. dek saya mau
mengukur suhu tubuh adek dulu!” (sambil tersenyum
ramah kepada pasien ).
Perawat : “Baiklah.... Dek”.(Perawat tersenyum.....). (Beberapa
menit kemudian.....).
Perawat : “Hmm.... baiklah dek saya sudah melakukan pengukuran
suhu tubuh Adek”. “ Sekarang kita periksa tekanan darah
Adek ya!” (sambil mempersiapkan tensi ).
Pasien : “Baiklah ....Sus ”.
(Beberapa menit kemudian. .).
( dokter melakukan tindakan pemeriksaan gigi).
dokter : Adek, bisa dibuka mulutnya sebentar ?
Pasien : Ia dok bisa.....

Tahap Terminasi

Keluarga : “Jadi, Anak saya sakit apa ya...dok ..?”


dokter : “Ibu, sepertinya anak ibu terkena penyakit karies gigi,
Karena pada saat pemeriksaan ditemukan kerusakan
yang serius pada giginya. (Perawat menjelaskan kondisi
pasien dengan jelas ).
Keluarga : “Jadi, bagaimana pengobatannya .....dok . ?”
dokter : Untuk pengobatannya, terpaksa gigi anak ibu
harus dicabut.....
Pasien : Ibu, saya ga mau cabut gigi....(menangis)

23
Keluarga : Apakah ada cara lain untuk mengobati anak saya dok?
dokter : Maaf Ibu, tapi sepertinya tidak bisa karena keadaan
gigi
anak ibu sudah sangat parah. Ibu, mungkin pada proses
pencabutan gigi ada rasa tidak nyaman pada anak ibu.
Jika anak ibu bersedia untuk dicabut giginya, Ibu bisa
datang kembali minggu depan. Bagaimana Dek Desi,
kalau adek mau nanti saya buatkan balon untuk adek ?
Pasien : Ia dok bisa (dengan suara rendah)
Keluarga : dok, bagaimana untuk pencegahannya
?
dokter : Untuk Pencegahannya bisa dilakukan penambalan
sementara pada gigi anak ibu. Akan tetapi gigi anak Ibu
tidak bisa ditambal sekarang karena kondisinya yang
cukup parah. Apakah Ibu bersedia untuk menunggu ?
Keluarga : Ia dok bisa......
Pasien & Keluarga : “Terima kasih....dok. .”.
(Pasien dan keluarga menjawab serentak.)
dokter : Ia sama – sama. Semoga apa yang saya lakukan
dapat bermanfaat bagi Ibu khususnya untuk adek.
Keluarga : Baiklah Sus, kami permisi dulu,
Assalamuallaikum dokter : Walaikumsalam

DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah, S.kp. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam
Praktik Keperawatan, Penerbit PT Refika Aditama: Bandung.
Ernawati Dalami, S.kp., et all. (2009). Komunikasi Keperawatan, Penerbit :Trans
Info Media: Jakarta Timur
Mundakir..2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan, Penerbit
Graha Ilmu : Yogyakarta.
Wiryanto, DR., (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga, Penerbit :
PT Grasindo: Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai