PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi dalam profesi keperawatan sangatlah penting, komunikasi
ditujukan untuk mengubah perilaku klien guna mencapai kesehatan tingkat optimal.
Oleh karena bertujuan untuk terapi, maka komunikasi dalam keperawatan disebut
komunikasi terapeutik. Jadi inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
dilaksanankan untuk tujuan terapi.
Dalam berkomunikasi kepada pasien, perawat perlu menyesuaikan dengan
tingkat usia dan perkembangan pasien.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari komunikasi terapeutik ?
2. Bagaimana cara berkomunikasi terapeutik dengan berbagai tingkatan usia ?
3. Bagaimana cara berkomunikasi perawat dengan Ibu nifas ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
komunikasi perawat pada berbagai kasus dan tingkatan usia, terutama dengan klien
dewasa dengan kasus Ibu nifas dan menjadi gambaran bagaimana komunikasi yang
terjadi saat berada di lahan praktek keperawatan intensif.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan. Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu
yang memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu adalah
komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan/
pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi
perawat.
a. Penglihatan
Pada waktu lahir, mata bayi belum berkembang sempurna sehingga
penglihatannya masih kabur. Dalam usia satu minggu, anak telah mampu
merespon cahaya. Pada usia ini, kemampuan koordinasi otot mata bayi mulai
tampak sehingga ia mampu menangkap gerak benda yang digerakan di sekitar
matanya dan mengedipkan matanya terhadap sinar yang terang dan suara.
Pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek
atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan
tersenyum dan ia mampuh melihat objek dengan jelas dalam jarak relatif jauh.
Pada usia enam bulan bayi telah mampu mengidentifikasi warna, mampu
melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku.
3
b. Pendengaran
Pada saat lahir, bayi dapat dikatakan masih tuli. Namun, mulai hari ketiga
sampai ketujuh bayi sudah mampu bereaksi terhadap suara dari
lingkungannya. Dalam beberapa hari, bayi telah mampu membedakan
berbagai suara misalnya membedakan suara ibunya dari suara orang lain.
Pada usia ke enam belas minggu bayi sudah mulai menolehkan kepala pada
suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah
mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada
bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap
namanya. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-
kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
c. Perabaan
Kulit bayi cukup peka sehingga sangat sensitif terhadap segala sentuhan,
tekanan dan suhu.
d. Penciuman dan pengecapan
Hidung dan lidah merupakan indra yang cukup peka pada bayi, sehingga ada
kalanya bayi menolak makanan, dan mereka dapat menentukan bau susu
ibunya dan merespon terhadap bau susu tersebut dengan menoleh kearah
ibunya. Seiring peningkatan usia, kemampuan penerimaan rangsang
suara juga berkembang sehingga sejak usia tiga bulan, komunikasi dengan
bayi mulai dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa.
e. Wicara
Kemampuan bicara pada tahun pertama muncul dalam tiga bentuk, yang lebih
dikenal sebagai bentuk prawicara (prespeech forms), yaitu menangis,
merengek, dan gerak gerik. Komunikasi dengan bayi dilakukan dengan
menggunakan suara, sentuhan dan belaian, ciuman (taktil) ataupun gerakan.
Tujuan berkomunikasi dengan bayi, yaitu :
1) Memberi rasa aman pada bayi.
2) Memenuhi kebutuhan bayi akan kasih sayang, dan melatih bayi
mengembangkan kemampuan bicara, mendengar, dan menerima
rangsangan.
4
2. Komunikasi Pada Usia Pra Sekolah (2-6 tahun)
Masa prasekolah atau masa anak-anak awal adalah periode pada saat anak
berusia 2-6 tahun. Pada masa ini, anak mulai mandiri,dan mengembangkan
keterampilan dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain.
Pada usia ini cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang
terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh
alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara , bicara lambat
jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan
sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata jawab
dong mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat
komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita
berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri
dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat
dan berhadapan.
Kita dapat membicarkan aktifitas bermainnya, kemampuan makan mereka dan
sebagainya. Pada masa ini anak ingin di tanyai tentang hal-hal yang telah mereka
lakukan. Salah satu karir komunikasi pada anak ini adalah bahwa sebagian anak
mengalami stranger anxiety yaitu bahwa anak menjadi cemas dan takut bila
berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya. Pada situasi ini anak akan sangat
sensitip terhadap berbagai bentuk perilaku orang yang tidak dikenalnya baik
secara perbal maupun non perbal.
Adakalanya, perilaku dan gerak gerik yang dilakukan orang lain sangat
diperhatikannya untuk mengambil kesimpulan, apakah orang tersebut mengancam
integritas dirinya atau tidak. Selain itu, anak juga mengalami peningkatan
kecemasan bila ia mendengar informasi yang membingungkan atau tidak
diketahuinya.
Anak menjadi terancam dengan komunikasi yang dilakukan manakala ia
merasa gagal mendeskripsikan pesan yang diterimanya untuk itu dalam penerapan
komunikasi hendaknya gunakan kata-kata yang sederhana, kalimat yang pendek,
pengurangan kata yang familier dan memberi keterangan dengan penjelasan yang
konkrit.
Dalam pengembangan komunikasi pada anak, perlu diperhatikan tidak hanaya
diperhatikan pesan yang diucapkan saja, tetapi juga memperhatikan situasi
nonverbal yang disampaikan.
5
Tugas perkembangan anak pada masa prasekolah :
6
Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara
lain :
a. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi
dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping
anak.
b. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah
diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang
disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang
dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
c. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi
anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima.
d. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang
sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
e. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta
anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang
dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan
pikiran anak pada saat itu.
7
4. Komunikasi Pada Usia Remaja
Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif,
terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi
dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat
menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal
terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap
dewasa.
Batas usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga,
yaitu 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18 tahun = masa remaja pertengahan,
dan 18 - 21 tahun = masa remaja akhir.
8
Materi komunikasi pada masa ini adalah :
a. Pekerjaan dan tugas : pembagian tugas, deskripsi kerja, dan transaksi kerja.
b. Kegiatan kerumahtanggaan : pembagian tugas dalam keluarga, pendidikan
terhadap anak, pemenuhan/pengaturan terhadap kegiatan sosial ekonomi.
c. Kegiatan professional : pembagian kerja, transakai.
d. Kegiatan social : hubungan sosial, peran dan tugas sosial.
9
e. Pengalaman hidup dan latar belakang budaya.
10
c. Anak dilahirkan tidak sehat sehingga harus dirawat di rumah sakit
d. Ibu-ibu yang telah cerai, kelahiran anak merupakan peristiwa tidak
menyenangkan.
4. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
a. Perawat harus hati-hati melakukan komunikasi karena kestabilan emosi belum
pulih seperti semula.
b. Orientasi pembicaraan lebih berkisar penerimaan terhadap bayi serta kondisi
fisik dan psikis ibu nifas
11
DAFTAR PUSTAKA
Juliane, M.Taufik. 2010. Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktik Lebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
12