Anda di halaman 1dari 9

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

     
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan ( As Hornby dalam Intan, 2005). Maka di sini dapat diartikan
bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan. Dan komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
professional bagi perawat. 
Komuikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal antara perawat dan
klien, dimana perawat berupaya agar klien dapat mengatasi masalahnya
sendiri maupun masalahnya dengan orang lain. Hubungan perawat dan klien
yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan
menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah ke
arah positif seoptimal mungkin.Untuk melakukan komunikasi terapeutik yang
efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami
tentang dirinya.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan
lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien,memberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan
profesi.

C. Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komunikasi terapeutik ( christina, ddk. 2003) adalah :
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antarperawat dengan pasien
melalui hubungan perawat dan  klien.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

D. Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik


1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
2. Menunjukkan penarimaan
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
4. Pertanyaan terbuka
5. Mengulang ucapan klien
6. Mengklarifikasikan
7. Memfokuskan
8. Menyatakan hasil observasi
9. Menawarkan informasi
10. Diam atau memelihara ketenangan
11. Meringkas
12. Memberikan penghargaan
13. Menawarkan diri
14. Mengajukan untuk meneruskan pembicaraan
15. Menempatkan kejadian secara berurutan
16. Memberikan nasehat
17. Memberikan kesempatan
18. Refleksi
19. Assertive
20. Humor

E. Elemen pesan yang dapat menentukan keberhasilan komunikasi, juga harus


memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Pesan yang harus direncanakan
2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua pihak
3. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
4. Pesan harus berisi hal-hal yang dapat dipahami
5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar

F. Faktor yang Menghambat dalam Proses Terapeutik


1. Kemampuan pemahaman yang berbeda
2. Pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu
3. Komunikasi satu arah
4. Kepentingan yang berbeda
5. Memberikan jaminan yang tidak mungkin
6. Memberi tahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
7. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
8. Menurut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakan
9. Menghentikan atau mengalihkan pembicaraan
10. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita
11. Terlalu banyak bicara
12. Memperlihatkan sifat jemu, bosan, dan pesimis.

G. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


1. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan.
2. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal devito yaitu
keterbukaan, empati, sifat mendukung, sikap positif dan kesetaraan.
3. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh bagaimana perawat
mendefinisikan dirinya sebagai manusia
4. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus
untuk memberi pengertian dan merubah prilaku klien.
5. Perawat harus menghargai keunikan klien.
6. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri.

H. Komunikasi pada Klien Dewasa


1. Komunikasi pada masa dewasa Awal
a. Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi
mempunyai sikap-sikap tertentuyaitu :
1) Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh
orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi
dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir.
2) Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual
sekaligus, manusia punya perasaan dan pikiran.
3) Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling
memberi dan menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran
pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya
mengenai suatu masalah.
Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada
kematangan fisik, mental dan kemampuan social mencapai optimal.Peran
dan tanggung jawab serta tuntutan social telah membentuk orang
dewasa.melakukan komunikasi dengan orang lain, baik pada setting
professional ketika mereka bekerja atau pada saat mereka berada di
lingkungan keluarga dan masyarakat umum.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah
mencapai tahap optimal, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
Kemampuan untuk mengembangkan komunikasi (sebagai media transfer
informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima, individu dewasa tidak
hanya melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut
dengan lebih baik serta menciptakan hubungan antar pesan yang di
terima dengan konteks atau situasi pesan tersebut disampaikan.Pesan
yang diterima individu dewasa kadang kala dipersepsikan bukan hanya
dari konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks lagi disesuaikan dengan
situasi dan keadaan yang menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal
kata tersebut ketika diungkapkan dengan nada datar, akan memberi
kesan yang menyesalkan. Kesan ini semakin kuat bila penyampai pesan
menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raut wajah, kepala
menunduk. Namun, bila ungkapan tersebut diucapkan dengan
menggunakan bahasa yang halus dan mendesah serta menyampaikan
pesan dengan menunjukkan ekspresi mata bersinar, wajah cerah atau
normal, persepsi individu dewasa tersebut adalah bahwa makna kata
“sayang” tersebut adalah perasaan suka atau cinta. Kemampuan untuk
menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan lingkungan
memberi keuntungan karena pesan yang kompleks dapat disampaikan
secara sederhana.Namun, kadang kala kemampuan kompleks untuk
menangkap pesan ini menimbulkan kerugian pada manusia karena
kesalahan dalam menerima pesan menjadi lebih besar, akibat pengguna
persepsi dan lingkungan yang lebih kompleks.Contoh : seseorang yang
meludah didepan atau didekat orang seseorang kadang kala di
persepsikan sebagai rasa tidak suka atau benci terhadap orang tersebut,
atau orang yang meludah tersebut tidak bermaksud sebagaimana
dipersepsikan orang lain. Situasi diatas selanjutnya menimbulkan konflik
antar individu atau kelompok.

I. Role Play
Para Anggota (Pemain)
1. Zawiatul farah naz : Pasien
2. Muhammad ikhlas : Perawat

a. Fase-fase komunikasi terapeutik:


1)   Tahap persiapan ( Prainteraksi )
Tahap persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan
sebelum berinteraksi dengan klien (Christina. dkk. 2002).Pada tahap
ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya.Pada tahap ini perawat juga mencari informasi tentang
klien. Tahap ini harus dilakukan oleh seorang perawat untuk
memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan dirinya
bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien ( Suryani, 2005 ).

2) Tahap perkenalan ( Orientasi )


Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kalin
bertemu atau kontak dengan klien.Pada saat berkenalan perawat,
perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien.
Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap
terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk
membuka dirinya ( Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk
memvalidasin keakuratan data dan rencana yang telah di buat dengan
keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi tindakan yang lalu.

Perawat (ikhlas)      : Assalamu’alaikum ibu…”

Pasien (zawiatul)        : Wa’alaikum salam,,

Perawat (ikhlas)      : Saya perawat ikhlas panggil saja dengan perawat


ikhlas,

Perawat (ikhlas) : Baiklah bu saya yang bertugas pada shift pagi dari
jam 08.00 sampai 14.00. jika ibu butuh bantuan
bisa nanti menghubungi kami, jadi sesuai perjanjian
kita kemaren, jadi hari ini kita akan mengajari
teknik penanganan nyeri pada luka ibu.

Pasien (zawiatul)       : Baiklah perawat ikhlas…

Perawat (ikhlas)      : Bagaimana dengan nyeri yang ibu rasakan?

Pasien (zawiatul)        : “Alhamdulillah sudah sedikit berkurang pak”

Perawat (ikhlas)      : Alhamdulillah, baik sesuai janji kita kemaren buk


ya, jadi kita hari ini akan melakukan cara mengatasi
nyeri dengan napas dalam. Jadi besetujuan untuk
mengurangi nyeri yang ibu rasakan.

Pasien (zawiatul)       : “Baik……”””

3. Tahap kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses
komunkasi terapeutik. Pada tahap ini perawat dan klien bekerja
bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.Pada
tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien
mengungkap perasaan dan fikirannya.Perawat juga dituntut
mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap
adanya perubahan dalam respon verbal maupun nonverbal klien.

Perawat (ikhlas) : Bisa kita mulai ya buk?


Pasien (zawiatul) : Iya pak…”
Perawat (ikhlas) : Jadi caranya nanti ibu bisa ikutin dengan
yang saya ajarkan buk ya
Pasien (zawiatul) : Caranya gimana pak?
Perawat (ikhlas) : Pertama ibu tarik napas melalui hidung
kemudian ibu lepaskan pelan melalui mulut
buk ya, caranya seperti ini buk….”” coba ibu
lakukan..
Pasien (zawiatul) : Baiklah pak…..””” seperti itu pak ya…
Perawat (ikhlas) : Iya buk.. yang ibu lakukan itu sudah sangat
baik, coba ibu lakukan lagi seterusnya,
sampai nyerinya berkurang
Pasien (zawiatul) : Iya pak…””
Perawat (ikhlas) : Bagaimana buk perasaannya setelah kita
lakukan cara mengurangi nyeri dengan
napas dalam..?
Pasien (zawiatul) : Alhamdulillah nyerinya agak berkurang
pak..”
Perawat (ikhlas) : Alhamdulillah kalau seperti itu buk.

4. Tahap terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan
klien.Tahap ini di bagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuam perawat
dan klien, setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu lagi
pada waktu yang telah ditentukan.
b. Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan.

Perawat (ikhlas) : Baik lah buk jadi Alhamdulillah kita untuk hari ini
sudah selesai melakukan cara mengurangi nyeri
dengan napas dalam..”
Pasien (zawiatul) : Baik pak….”
Perawat (ikhlas) : Iya buk,, jadi apabila nanti ada yang mau ibu
tanyakan atau ada keluhan bisa langsung ibu
hubungi saya ya buk…””
Pasien (zawiatul) : Iya pak,. Jadi untuk hari ini saya rasa udah agak
sedikit mendingan pak, nyeri pun udah berkurang..
Perawat (ikhlas) : Baiklah bu jadi untuk pertemuan hari ini sudah
selesai,, jadi kira-kira untuk besok jam berapa buk
kita bisa lakukan pertemuan lagi buk, besok saya
dinas pagi buk.
Pasien (zawiatul) : Kalau jam 10.00 wib gimana pak bias..?
Perawat (ikhlas) : baik buk bisa insyallah..’’’ terima kasih buk ya atas
kerja samanya
Pasien (zawiatul) : Baiklah pak..”” sama-sama pak
Perawat (ikhlas) : baiklah bu saya mau minta pamit buk..
assalamualaikum….””
Pasien (zawiatul) : Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.

J. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik pada pasien dewasa adalah komunikasi yang
dilakukan antara perawat dan pasien (dewasa) yang direncanakan secara
sadar. Bertujuan untuk mendukung kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik juga berguna untuk membangun kerjasama antara perawat dan
pasien sehingga mendukung suksesnya proses tindakan keperawatan.
Komunikasi kepada pasien penting dilakukan untuk memberikan pengertian
kepada pasien agar pasien tidak salah paham terhadap tindakan yang
dilakukan oleh perawat dan juga dapat mengurangi beban perasaan dan
pikiran, mengurangi keraguan dan menimbulkan rasa nyamanan.
Faktor yang dapat mempengaruhi dalam melakukan komunikasi
terapeutik diantaranya sikap, waktu, tempat dan situasi. Sebagai contoh jika
seseorang mengucapkan kata “sayang” tapi dengan kepala menunduk dan
dengan nada yang datar maka itu diartikan sebagai ungkapan penyesalan.
Seseorang meludah didepan orang dapat diartikan sebagai ungkapan rasa
benci atau tidak suka terhadap orang itu dan persepsi itu muncul walaupun si
pelaku tidak bermaksud seperti itu. Faktor yang dapat menghambat suksenya
suatu komunikasi terapeutik diantaranya, pemahaman yang beda, salah
penafsiran, kepentingan yang berbeda, mengalihkan pembicaraan, terlalu
banyak bicara, memperlihatkan sikap jemu, bosan dan pesimis.

Anda mungkin juga menyukai